Anda di halaman 1dari 34

MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI MEDIA

BONEKA JARI DI RA AR-RAHMAN KECAMATAN LEMBAR KABUPATEN


LOMBOK BARAT TAHUN AJARAN 2021/2022

oleh

Windi Hidayatur Rizki


NIM 180110041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USAI DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2021
MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI MEDIA
BONEKA JARI DI RA AR-RAHMAN LEMBAR, KABUPATEN LOMBOK
BARAT TAHUN AJARAN 2021/2022

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal. Pendidikan usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-
tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.1
Pendidikan untuk usia dini khususnya Taman Kanak-kanak (TK) perlu
menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek
perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa, nilai agama dan moral, sosial
emosional dan fisik motorik. Anak usia dini menurut National Assosiation In
Education for Young Children (NAEYC). Taman kanak-kanak merupakan salah satu
bentuk pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan sekolah. Pendidikan
prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan,
jasmani dan rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan
dasar. Usaha ini dilakukan supaya anak usia dini tahun lebih siap mengikuti
pendidikan selanjutnya. Sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program
Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak (GBPKBTK) bahwa taman kanak-kanak
didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh segi kepribadian anak didik dalam
rangka menjembatani pendidikan dalam keluarga dan pendidikan sekolah.2 Anak
usia dini memiliki potensi genetik dan siap untuk dikembangkan melalui pemberian
berbagai rangsangan. Sehingga pembentukan perkembangan selanjutnya dari
seorang anak sangat ditentukan pada masa - masa awal perkembangan anak.
Adapun yang menjadi tujuan program kegiatan belajar anak taman kanak-
kanak adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya.3

1
Ana Mulatifah Roisah, Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Cerita
Bergambar Pada Anak Kelompok Bermain Cakra indah, Tegal Sari Sukoharjo ( Skripsi, Fakultas dan
Ilmu Pendidikan Muhammdiyah Surakarta, Surakarta, 2013), hlm. 1.
2
Yeni Rachmawati, Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman
Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 1.
3
Ibid.
Salah satu aspek kemampuan dasar yang harus dikembangkan pada anak
usia dini adalah bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa system
lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau
kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak antara
kata sebagai lambang dan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosa
kata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai
penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus.4 Secara
sederhana bahasa, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu
yang terlintas di dalam hati. Namun lebih jauh bahwa bahasa adalah alat untuk
berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa
diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif,
dinamis, beragam, dan manusiawi.5
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai untuk membentuk pikiran
dan perasaan, keinginan dan/atau perbuatan-perbuatan, serta alat yang dipakai untuk
mempengaruhi dan dipengaruhi. Sebagai alat, bahasa digunakan manusia untuk
berinteraksi, berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain, menjelaskan
pikiran, perasaan dan perilaku.
Satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam
upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif dan berbudaya
adalah keterampilan berbicara. Berbicara merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang utama dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam
hidupnya. Semenjak bayi lahir, ia sudah belajar menyuarakan lambang- lambang
bunyi bicara melalui tangisan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Dhieni
mengatakan bahwa perkembangan bahasa anak meliputi menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Karena itu, keterampilan berbicara perlu dikuasai oleh anak
usia dini. Tidak seperti orang dewasa yang dapat menguasai keterampilan berbicara
dalam waktu cepat, anak-anak perlu waktu lebih lama untuk dapat membiasakan
telinganya mendengar, membiasakan mulutnya mengucapkan kata-kata baru, serta
membiasakan menggunakan bahasa tubuh dan mimik muka yang tepat ketika
berbicara. Hal ini berkaitan pula dengan kemampuan masing-masing anak dan
faktor luar sebagai pendukung anak dalam meningkatkan keterampilan berbicaranya.
Perkembangan nyata yang sedang terjadi pada anak usia dini pada umunya, salah
satunya adalah kemampuan berbahasa, dengan bahasa anak dapat berkomunikasi
dengan teman atau orang di sekitar lingkungannya. Tanpa bahasa yang baik anak
tidak akan mampu berkomunikasi dan mengutarakan pendapatnya. Kualitas bahasa
yang digunakan orang-orang yang dekat den gan anak akan mempengaruhi
ketrampilan anak dalam berbicara atau berbahasa dalam tahap perkembangan anak
selanjutnya.
Namun dalam situasi saat ini, keterampilan berbicara kurang mendapatkan
perhatian dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan guru lebih memfokuskan

4
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Pranadamedia Group,
2016), hlm. 2.
5
Ibid.
pada keterampilan membaca dan menulis. Akibatnya perbendaharaan kata anak
masih terbatas dan anak kurang mampu mengungkapkan gagasan atau ide ketika
menjawab pertanyaan guru. Tidak jarang, anak juga merasa belum paham dengan
apa yang dibicarakannya, serta berbicara tanpa disertai mimik muka yang tepat.
Keterampilan berbicara anak dapat diaplikasikan ketika anak sedang bermain,
karena bermain bersifat paradoksial, tindakan yang dilakukan anak saat bermain
tidak sama artinya dengan apa yang mereka maksudkan dalam kehidupan nyata.
Misalnya saat bermain masak-masakan, seorang anak perempuan berperan sebagai
ibu yang sedang memasak makanan berupa ikan, yaitu ikan plastik/benda
manipulatif, dan ikan tersebut tidak dimakan sesungguhnya oleh anak. Lebih lanjut
ia mengemukakan bahwa kegiatan bermain merangsang minat dalam aspek
komunikasi.
Seorang guru dituntut untuk membuat media pembelajaran agar minat
belajar anak lebih meningkat. Dengan adanya media pembelajaran, hal tersebut
dapat memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada anak, dengan
media yang bermacam-macam itu dapat lebih memudahkan anak dalam mengingat
pembelajaran dihari itu.
Media pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan
sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan pengajaran di sekolah. Media boneka jari merupakan boneka yang
terbuat dari kain flannel yang dibentuk pola menyerupai bentuk manusia, binatang,
buah dan lain sebagainya yang dimasukkan ke jari-jari tangan manusia dan
dimainkan sesuai dengan karakter yang dimainkan 6
Boneka jari dimainkan dengan cara memasukkan boneka ke jari-jari tangan
dengan kemudian menggerakkan jari-jari tangan dengan tokoh yang dimainkan.
Suara yang dimainkan tokoh harus sebisa mungkin berbeda-beda, hal ini bertujuan
untuk membedakan tokoh yang satu dan yang lainnya. Memainkan boneka jari
mementingkan gerak jari disertai dengan kata-kata, permainannya jangan terlalu
lama cukup 10-15 menit permainan agar anak-anak tidak merasa bosan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dilapangan diperoleh informasi
bahwa anak pada RA Ar-Rahman Lembar, ternyata sebagian besar perkembangan
bahasa mereka belum berkembang dengan baik, anak-anak masih malu ketika di
ajak berbicara. Ketika ada pertanyaan yang ditujukan kepada anak, anak cendrung
diam dan tidak menjawab pertanyaan tersebut, itu dikarnakan perkembangan bahasa
mereka belum berkembang dengan baik. Contohnya seperti ketika peneliti bertanya
kepada anak “Siapa namanya?”, “Dari mana?”, “Senang bermain sama teman-
temannya?”, “Sudah sarapan tadi dirumah?”, “Boleh ibu guru tahu nama adek?”,
“Boleh kenalan sama ibu guru?”. Dengan pertanyaan tersebut anak masih belum
berani merespon dan berkomunikasi dengan orang lain.7 Berdasarkan pemaparan di

6
Sukartin, Mengembangkan Kemampuan Berbicara Menggunakan Media Boneka Jari Pada
Anak-Anak Kelompom A Paud Menur Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung Tahun Ajaran
2014/2015,(Skripsi, Universitas Nusantara PGRI Kediri, Kediri ), hlm. 4.
7
Kurniawati, Wawancara, Lembar, 29 April 2021.
atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah pada
anak usia dini, dengan judul “Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Melalui
Media Boneka Jari di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat Tahun ajaran
2021/2022”.
B. Sasaran Tindakan
Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok A dan
guru di RA Ar-Rahman, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Tahun
Ajaran 2021/2022.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini berdasarkan
judul di atas yaitu “Apakah media boneka jari mampu meningkatkan perkembangan
bahasa anak di RA Ar-Rahman Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat
Tahun Ajaran 2021/2022?”.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu untuk
mengetahui apakah dengan penerapan media boneka jari pada anak dapat
meningkatkan perkembangan bahasa anak di RA Ar-Rahman Kecamatan Lembar,
Kabupaten Lombok Barat Tahun Ajaran 2021/2022.
E. Manfaat dan Hasil Penelitian
1. Manfaat
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Secara teoritis, penelitian ini berguna sebagai khazanah ilmu pengetahuan
bidang pendidikan formal dan non formal sebagai dasar pendahuluan bagi
yang akan membahas permasalahan yang serupa dengan penelitian ini.
b. Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah:
1) Bagi Peneliti
Untuk mengetahui peningkatan perkembangan bahasa anak
dengan menggunakan media boneka jari di RA Ar-Rahman Kecamatan
Lembar, Kabupaten Lombok Barat tahun ajaran 2021/2022.
2) Bagi Anak
a) Untuk membantu keaktifan anak dalam berbahasa dengan adanya
media boneka jari.
b) Untuk membantu keberanian anak dalam meningkatkan
keberaniannya dalam mengeluarkan ide-ide ataupun gagasan.
3) Bagi Guru
a) Menambah wawasan guru tentang media pembelajaran yang mampu
meningkatkan perkembangan bahasa anak.
b) Membantu guru menemukan strategi mengajar yang tepat, dan
dengan suasana kelas yang tidak pasif karna adanya media boneka
jari.
c) Melalui media boneka jari guru dapat memperbaiki sistem
pembelajaran yang masih belum tepat.
4) Bagi Sekolah
a) Bagi sekolah, hasil penelitian ini semoga dapat diaplikasikan dan
dikembangkan oleh sekolah.
b) Melalui boneka jari, memberikan gambaran kepada pihak sekolah
untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas yang cukup untuk membantu
kelangsungan proses pembelajaran.
c) Melalui media boneka jari, pihak sekolah bisa menyiapkan media-
media yang lebih menarik dan bermakna untuk anak.
d) Meningkatkan prestasi sekolah melalui prestasi belajar anak dan
prestasi kinerja guru yang kreatif.
F. Kajian Pustaka
1. Perkembangan Bahasa
a. Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran
dan perasaan untuk menyampaikan makna kenapa orang lain. Proses
berbicara selalu melibatkan dua stadium aktivitas mental yaitu membentuk
pikiran termasuk didalamnya memilih kata-kata yang akan digunakan dan
kemudian mengatur motorik vokalisasi dan kerja nyata dari vokalisasi itu
sendiri. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari
hari. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan
atau informasi kepada orang lain, baik seara lisan maupun tulisan.8
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk
anak-anak, anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya (social skill)
melalui berbahasa dengan lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan
kemampuan berbahasa, melalui berbahasa anak dapat mengekpresikan
pikiran nya sehingga orang lain dapat mengerti dan menangkap apa yang
sedang dipikirkan oleh anak dan dapat menciptakan suatu hubungan sosial,
dengan kemampun berbahasa anak juga dapat mengem bangkan kemampuan
lain yang berhubungan dengan kemampuan bahasa, yaitu, menulis,
pmembaca, berhitung.
Perkembangan bahasa adalah proses berkembangnya kemampuan
seseorang untuk memahami dan mengucapkan kata. Perkembangan bahasa
merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti biologis,
kognitif, dan sosio emosional. Perkembangan bahasa atau komunikasi pada
anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang
seharusnya tidak luput dari perhatian para pendidik pada umumnya dan
orang tua pada khusunya.9 Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia
dalam berkomunikasi dengan manusia yang lainnya menggunakan tanda,
misalnya kata dan gerakan. Bahasa adalah suatu system syimbol untuk
berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti),

8
Arnianti, Teori Perkembangan Bahasa, Vol. 1, Nomor 1, Agustus 2019, hlm. 2.
9
Erisa Kurniati, Perkembangan Bahasa Pada Anak dalam Psikologi Serta Implikasinya dalam
Pembelajaran, Vol. 17, Nomor 3, Januari 2017, hlm. 48.
sintaksi (unit bahasa), semantic (variasi arti) dan pragmatik (penggunaan
bahasa). Salah satu aspek perkembangan anak yang berarti untuk
dikembangkan yaitu bahasa, bahasa berperan untuk menyampaikan sesuatu
yang diidamkan serta menolong anak dalam berbicara dengan area dekat.10
b. Fungsi Bahasa
Bahasa mempermudah anak untuk mengeluarkan ide-ide dan
pendapatnya sehingga terjalin komunikasi serta sosialisasi terhadap
lingkungannya. Mengeluarkan perkembangan pemakaian bahasa pada anak
dipengaruhi oleh meningkatnya usia anak. Semakin anak bertambah umur,
maka anak semakin banyak kosakata yang dikuasai dan semakin jelas
pelafalan atau pengucapan katanya.11
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi, baik yang diucapkan,
ditulis, atau diisyaratkan, yang didasarkan pada sebuah sistem symbol.
Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh komunitas serta ketentuan-
ketentuan yang diperlukan untuk memvariasikan dan mengombinasikan
kata-kata tersebut.12 Menurut Isah Suryani, kemampuan guru dalam
mendekatkan anak pada bahasa adalah kemampuan guru dalam mencari cara
atau media komunikasi yang sesuai dengan karakteristik anak. Kemampuan
bahasa yang paling umum dan efektif pada anak usia dini yaitu kemampuan
berbicara. Berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
berkembang pada kehidupan anak. Secara umum dapat diartikan berbicara
adalah penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang
kepada orang lain menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut
dapat dipahami oleh orang lain.
Untuk lebih jelas, secara umum akan di paparkan fungsi bahasa
dalam kehidupan manusia, sebagai berikut.
1) Alat Ekspresi Jiwa
Sebagai alat ekspresi jiwa, bahasa berfungsi untuk menyalurkan
perasaan, sikap, gagasan, emosi jiwa, dan tekanan-tekanan perasaan lisan
maupun turtulis. Bahasa berfungsi sebagai alat ekspresi jiwa dapat
menjadi media untuk menyatakan emosi dan untuk menarik perhatian
pendengar mapun pembaca.13
Pada awalnya, anak menggunakan bahasa untuk mengekpresikan
kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tepat, yakni ayah dan
ibu. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan
bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk
berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa,

10
Emil Nurwahyuni, Nenny Mahyudin, Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini Umur 5-6
Tahun Pada Masa New Normal di Taman Kanak-Kanak Ridhotullah Padang, Vol. 2, Nomor 1, Juli
2021, hlm. 12.
11
Chiara Dinda, Mengembangkan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Media Audio Visual di Taman
Kanak-Kanak Assalam 1 Sukarame Bandar Lampung, (Skripsi, FTK UIN Raden Intan Lampung,
Lampung, 2017), hlm. 15.
12
Arniati, Teori Perkembangan Bahasa, Vol. 1, Nomor 1, Agustus 2019, hlm, 43.
13
Mulyati, Terampil…, hlm. 3.
kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekpresikan diri maupun
untuk berkomunikasi.14
Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbngkan
atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, atau khalayak
sasarannya. Ia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

2) Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekpresi diri.
Komunikasi tidak akan sempurna bila ekpresi diri kita tidak diterima
atau dipahami oleh orang lain. Dengan alat komunikasi pula kita
mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek
moyang kita, serta diapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.15
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran dari apa yang kita
maksud dan dapat melahirkan perasaan kita kemudian memungkinkan
untuk meniptakan kerjasama dengan sesame lingkungan. Pada saat
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, tentu sudah memiliki
tujuan tertentu. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi timbal
balik secara langsung maupun tidak langsung kepada orang lain. Karena
pada hakikatnya manusia tidak bisa hidup tanoa berkomunikasi dengan
orang lain. Bentuk komunikasi dpat dilakukan secara lisan maupun
tulisan, sedangkan dari sisi komunikasi dapat dilakukan secara dua arah
(misalnya, ngobrol melalui telepon, dan pidato) tiga arah, maupun multi-
arah (misalnya, diskusi rapat kerja).

3) Alat Beradaptasi
Sebagai alat berkomunikasi, bahasa digunakan manusia untuk
menyesuaikan diri atau berbaur dengan anggota masyarakat dimana
manusia itu berada. Melalui bahasa manusia mempelajari adat istiadat
kebudayaanya, pola hidup, etika, dan perilaku masyarakat sekitarnya.
Manusia dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dalam
masyarakat.16
Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi,
berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita
beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita kan memilih bahasa
yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita
hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang
berbeda. Menggunakan bahasa yang nonstandard di lingkungan teman-

14
Ibid.
15
Ibid., hlm. 5
16
Ibid., hlm. 6
teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau seseorang
yang dihormati.17

4) Alat Kontrol Sosial


Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial
ini dapat diterapkan pada diri sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai
penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa.
Buku-buku pelajaran dan buku-buku intruksi adalah salah satu contoh
penggunaan bahaa sebagai alat control sosial.18
Contoh fungsi bahasa sebagai alat control sosial yang sangat mudah kita
terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan
salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah.
Tuangkan rasa dongkol dan marah dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada
akhirnya rasa marah akan menghilang sehingga dapat melihat persoalan
secara lebih jelas dan terang.
Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi yang efektif.
Semenjak anak masih, sering sekali menyadari bahwa dengan mempergunakan
bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang
mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak
kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti maksud dari ucapan dan gerakan
mereka. Hal ini yang mendorong orang agar belajar berbicara dan membuktikan
bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif disbandingkan
dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya yang dipakai anak sebelum pandai
berbicara. Karena bagi anak, bicara bukan sekedar prestasi akan tetapi juga
berfungsi untuk mencapai tujuannya., misalnya.
a) Sebagai pemuas kebutuhan dan keingginan
Dengan berbicara anak mudah untuk menjelaskan kebutuhan dan
keinginannya tanpa harus menunggu orang lain mengerti gerakan tubuh,
tangisan dan ekspresi wajahnya. Dengan demikian kemampuan berbicara
dapat mengurangi frustasi anak yang disebabkana oleh orang tua atau
lingkungan sekitar yang tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan
oleh anak.
b) Sebagai Alat Untuk Menarik Perhatian Orang Lain
Pada umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat
perhatian orang lain. Dengan melalui keterampilan berbicara anak
berpendapat bahwa perhatian orang lain terhadapnya akan lebih mudah
didapatkan melalui berbagai ucapan dan pertannyaan yang keluar dari
dirinya sendiri misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata
yang tidak pantas oleh kedua orang tuanya. Di samping itu berbicara juga
dapat untuk menyatakan beragai ide, sekalipun sering sekali tidak masuk
akal bagi orang tua, dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan

17
Ibid., hlm. 7
18
Ibid., hlm. 8
berbicara anak dapt mndominasi situasi sehingga terdapat komunikasi
yang baik antara anak dan teman bicaranya.
c) Sebagai Alat untuk Membina Hubungan Sosial
Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan
syarat penting untuk menjadi bagian dari kelompok di lingkunganyanya.
Dengan keterampilan berkomunikasi anak-anak lebih mudah diterima
oleh kelompok sebayanya daan dapat memperoleh kesempatan lebih
banyak untuk mendapat peran sebagai pemimpin dari suatu kelompok,
jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan baik.
d) Sebagai Alat untuk Mengevaluasi Diri Sendiri
Dari peryataan orang lain anak dapat mengetahui bagaiamana
perasaan dan pendapat prang tersebut terhadap sesuatu yang telah
dikatakannya. Disamping anak juga mendapat kesan bagaimana
lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi
diri melalui orang lain.
e) Untuk dapat Mempengaruhi Pikiran dan Perasaan Orang Lain
Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan
sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan
anak tidak populer atau tidak disenangi oleh banyak orang di
lingkungannya. Sebaliknya jika anak yang aktif dalam berkomentar atau
mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat menjadi modal awal
bagi anak agar diterima dan mendapatkan perhatian dan simpati orang
banyak di lingkungannya.
f) Untuk Mempengaruhi Perilaku Orang Lain
Dengan kemampuan berbicara yang baik dan penuh percaya diri
anak dapat mempengaruhi orang lain atau teman sebayannya yang
berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun.
Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan baik juga dapat
merupakan modal awal dan utama bagi anak menjadi pemimpin di
lingkungan karena teman-teman sebayannya menaruh kepercayaan dan
simpati kepadanya.19
Fungsi bahasa bagi anak usia dini adalah untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak.
c. Karakteristik Perkembangan Bahasa
Karakteristik perkembangan bahasa Anak Usia Dini (AUD) dibedakan
dalam rentang usia mulai dari 3-6 tahun. Adapun karakteristik umum
perkembangan bahasa anak usia 3-4 tahun adalah sebagai berikut:
1) Mengingat permainan
2) Memainkan sep sederhana
3) Menikmati mendengar cerita sama yang di ulang-ulang

19
Qurratun Aini, Penerapan Boneka Jari Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak di
Paud Elfa Pirak Bereunueun Kabupaten Pidie, (Skripsi, FTK UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 2016), hlm.
13.
4) Menggabungkan dua kalimat dari awal berdiskusi ke diskusi selanjutnya
dengan buku yang sama
5) Menunjukkan dan memberi nama-nama hewan yang berbeda
6) Mampu memahami dua perintah secara langsung
7) Mencocokkan secara khusus suara-suara musik terhadap alat-alat yang
menghasilkan suara (piano, gitar, drum)
8) Menanggapi secar tepat tanpa pertanyyan-pertanyaan selama berakap
9) Menegakkan jari tangan dengan benar dalam menanggapi berbagai
macam pertanyaan
10) Memahami perbandingan sederhana
11) Memahami pernyataan kondisi20

Karakteristik umum kemampuan bahasa anak 5-6 tahun adalah


sebagai berikut:
a) Kemampuan anak untuk berbicara dengan baik
b) melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar
c) Mendengar dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan
yang mudah dipahami
d) Menggunakan kata sambung
e) Menggunakan kata tanya
f) Menyusun kalimat dan mengungkapkan pendapat
g) Mengenal tulisan sederhana
h) Menjelaskan lingkungannya21
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata ”medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara
sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Banyak
batasan yang diberikan orang tentang media.22. Pembelajaran merupakan
suatu kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat
mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Dunia pendidikan merupakan dunia yang tidak jauh antara pendidik
dan peserta didik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar diperlukan suatu
media untuk menyampaikan informasi yang ingin disampaikan oleh guru
kepada peserta didiknya. Kata media berasal dari kata medium yang

20
Sabyan, Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, dalam
https://sabyan.org/karakteristik-perkembangan-bahasa-anak-usia-dini/, diakses tanggal 2 Desember 2021,
pukul 19.35.
21
Nurbiana, Metode Pengembangan Bahasa, (Jakatra: Universitas Terbuka dan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), hlm. 39.
22
Badru Zaman, Cucu Eliyawati, Media Pembelajaran Anak Usia Dini, (Skripsi, Universitas
Pendidikan Indonesia, 2010), hlm. 3.
memiliki arti perantara atau pengantar. Pada dasarnya media merupakan alat
bantu sebagai perantara untuk menyampaikan informasi tersebut.23
Menurut Heinich menjelaskan bahwa media ialah apa pun yang
membawa infromasi antara pemberi informasi dan penerima informasi.
AECT (Assocition of Education and Communication Technology) dalam
memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disi lain Asyhar juga
mendukung hal di atas dengan pernyataan bahwa media memiliki peran
penting yang berupa saran atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara
atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan
komunikan.24
Dari beberapa definisi media dapat dipahami bahwa media
pembelajaran ialah alat bantu dalam menyampaikan informasi dalam dunia
pendidikan dimana infromannya ialah pendidik dan penerima informasi
adalah peserta didik yang dapat mempengaruhi efektivitas proses
pembelajaran. Media pembelajaran tidak selalu digunakan di dalam kelas
namun juga bisa di luar kelas. Inti penting dalam media pembelajaran ialah
di mana informasi tersebut berupa informasi yang berada dalam dunia
pendidikan.25
Pada proses pembelajaran, media pengajaran merupakan wadah dan
penyalur pesan dari sumber pesan. Dalam hal ini guru, kepada penerima
pesan, dalam hal ini siswa. Dalam batasa yang lebih luas, Yusufhadi Miarso
memberikan batasan media pengajaran sebagai suatu segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada siswa.
Apabila dilihat dari manfaatnya Ely dalam Danim menyebutkan manfaat
media dalam pengajaran adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan kecepatan
belajar
2) Memberi kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual
3) Memberi dasar pengajaran yang lebih ilmiah
4) Pengajaran dapat dilakukan secara mantap
5) Meningkatkan terwujudnya kedekatan belajar
6) Memberikan penyajian pendidikan lebih luas26
Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau
metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi atara
seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di
sekolah.
23
Ajeng Rizki Safira, Media Pembelajaran Anak Usia Dini, (Gersik: Caremedia Communication,
2020), hlm. 2.
24
Ibid., hlm. 3
25
Ibid., hlm. 4
26
Nunu Mahnun, Kajian Terhadap Langkah-Langkah Pemilihan Media dan Implementasinya
Dalam Pembelajaran, Vol. 37, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 27.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media menurut Kemp dan Dayton antara lain, Sebagai berikut:
1) Penyampaian pesan pembelajarn dapat lebih standar
2) Pembelajaran dapat lebih menarik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan di mana pun
diperlukan
7) Sikap positif siswa terhdap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan
8) Peran guru berubah kea rah yang lebih produktif dan positif.27
Pada proses pembelajaran anak usia dini tentu penggunaan media
pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Jika dilihat dari
karakteristik anak maka penggunaan media adalah hal yang wajib bagi
pembelajarannya terlebih pada anak usia dini mereka merupakan
pembelajaran aktif dan perlu hal yang sekonkret mungkin dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada mereka. Manfaat di atas tentu
dapat diaplikasikan pada bidang pendidikan anak usia dini.
Manfaat media pembelajaran pada anak usia dini antara lain untuk
menarik perhatian mereka saat belajar, anak akan cepat merasa bosan jika
kegiatan yang diberikan oleh guru hanyalah menggunakan lembar kerja anak
(LKA) dengan metode yang monoton. Selain menarik perhatian anak,
penggunaan media pembelajaran akan menfokuskan mereka pada proses
pembelajaran, sehingga konsentrasi anak tidak terganggu dengan hal di luar
pembelajaran.28
Bagi anak usia dini manfaat media pembelajaran menjadikan
pembelajaran menjadi lebih menarik dan membuat mereka fokus pada
kegiatan pembelajaran. Penggunaan media konkret untuk anak usia dini
memberikan kesempatan anak belajar dengan benda-benda yang
memudahkan mereka untuk menerima dan memahami informasi yang
diberikan oleh guru. Dikarenakan pada masa usia dini penggunaan media
yang konkret memberikan fungsi dan manfaat yang penting bagi mereka.29
Selain itu ada juga beberapa manfaat media pembelajaran yaitu,
sebagai berikut:
a) Penyampaian Materi Pembelajaran Dapat di Seragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda
antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan
informasi diantara siswa dimanapun berada.
b) Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Jelas dan Menarik

27
Ajeng Rizki Safira, Media…, hlm. 18.
28
Ibid., hlm. 21
29
Ibid., hlm. 23
Media dapat menampilkan infromasi melalui suara, gambar,
gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga
mambantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup,
tidak monoton dan tidak membosankan.
c) Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Interaktif
Dengan media akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif,
sedangkan tanpa media guru cendrung bicara satu arah.
d) Efisien dalam Waktu dan Tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara
maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak
harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan
sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami
pelajaran.
e) Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi
belajar lebih mendalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi
verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika
diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan
mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
f) Media Memungkinkan Proses Belajar Dapat Dilakukan di Mana Saja dan
Kapan Saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun
dan kapanpun tanpa bergantung dari seorang guru. Perlu kita sadari
waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di
luar lingkungan sekolah.
g) Media Dapat Menumbuhkan Sikap Positif Siswa Terhadap Materi dan
Proses Belajar.
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehinga mendorong
siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mrncari sendiri
sumber-sumber ilmu pengetahuan.
h) Mengubah Peran Guru ke Arah yang Lebih Positif dan Produktif.
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak
memiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif
lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan
kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain.30
c. Tujuan Media Pembelajaran AUD
Media merupakan medium atau perantara yang dapat mempengaruhi
sikap, nilai, emosi dan mampu membangkitkan minat anak dalam proses
kegiatan pembelajaran, dan juga dapat membantu menggabungkan
pengalaman belajar yang baru dengan yang sebelumnya. Dengan demikian
secara umum media pendidikan dapat membangkitkan dan menstimulasi
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sebagai mana di dlam taksonomi
30
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 15.
Bloom menggolongkan tiga kategori perilaku belajaryang berkaitan dan
saling melengkapi, sebagai berikut:
1) Pengetahuan
Pengetahuan didefinisikan sebagai ingatan terhadap hal-hal yang
telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan
awal meliputi kemampuan mengetahui sekaligus menyampaikan
ingatannya bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan,
benda, fakta, gejala, dan teori. Hasil belajar dari pengetahuan merupakan
tingkatan rendah. Misalnya kata kerja: meniru, menyebutkan, menghafal,
mengulang, mengenali, menanamkan, atau memberi label, mendaftar,
mengurutkan, menyadari, menyusun, mengaitkan, dan memproduksi.
2) Pemahaman
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami
materi/bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan
menjabarkan suatu materi/bahan lain. Seseorang yang mampu
memahami sesuatu anatara lain dapat menjelaskan narasi (pernyataan
dengan kalimat sendiri) ke dalam rangka, dapat menafsirkan sesuatu
melalui pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman.
Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan
kecendrungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai
penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pehaman lebih maju dari
ingatan sederhana, hafalan atau pengetahuan tingkat rendah. Contoh kata
kerja: menjelaskan, mengemukakan, menerangkan, menguraikan,
memilih, menunjukkan, menyatakan, memihak, menempatkan,
mengenali, menguji ulang, menurunkan dan menjabarkan.
3) Penerapan
Penerapan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkrit, nyata,
atau baru. Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahua, aturan,
rumus, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Hasil belajar untuk
kemampuan menerapkan ini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman.
Contoh kata kerja: menerapkan, menggunakan, memilih, menentukan,
mendemonstrasikan, mendramatisasi, mengajukan permohonan,
menafsikan, mempraktikkan, menjadwalkan, mensketsa, mencari
jawaban dan menulis.
4) Analisis
Analisis ialah meruapakan kemampuan untuk mengurakan materi
ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih testruktur
dan mudah dimengerti. Kemampuan menganalisis termasuk
mengidentifikasi bagian-bagian, menganalisis kaitan antar bagian
tersebut. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan dari kognitif yang
lebih tinggi dari kemampuan memahami dan menerapakan karena untuk
memiliki kemampuan menganalisi, seseorang harus memahami isi
sekaligus struktur organisasinya. Contoh kerja: membedakan,
membandingkan, mengolah, menganalisis, memberi harga/nilai,
mengkatagorikan, mengontraskan, mendeversifikasikan, mengkrtik,
menggungulkan, melakukan pengujian, melakukan percobaan,
mempertanyakan, dan mengetes.
5) Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagaian-
bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Kemampuan ini
meliputi memproduksi bentuk komunikasi yang unik dari segi tema dan
cara mengkomunikasikannya. Hasil belajar sintesis menekankan pada
perilaku kreatif dengan mengutamakan perumusan pola atau struktur
yang baru dan unik.
6) Penilaian
Penialian adalah kemampauan untuk memperkirakan dan
menguji niali suatu materi untuk tujuan tertentu. Penilaian didasari
dengan kriteria yang terdefinisikan yang mencangkup kriteria internal
(organisasi) atau kriteria eksternal (terkait dengan tujuan) yang telah
ditentukan. Peserta didik dapat menentukan kriteria sendiri atau
memperoleh kriteria dari nama sumber. Hasil belajar penilaian
merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unsur-unsur dari
semua kategori termasuk kecerdasan untuk melakukan pengujian yang
syarat nilai dan kejelasan kriteria. Contoh kata kerja: mengahargai,
menyanggah, menilai, menguji, mengintegrasikan, mempertahankan,
meramalkan, mendukung, memilih dan mengevaluasi.
3. Boneka Jari
a. Pengertian Boneka Jari
Boneka sebagai media dalam kegiatan pembelajaran bahasa memiliki
peranana yang sangat penting, karena media boneka dapat mendorong anak-
anak untuk aktif, ekpresif, bahkan kreatif. Anak-anak pada umumnya
menyukai boneka, sehingga materi pembelajaran yang disampaikan melalui
boneka jelas akan mengundang minat dan perhatian anakuntuk mengikuti
pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Gunawan bahwa “Boneka
dapat menjadi pengalih perhatian anak sekaligus media untuk berekspresi
atau menyatakan perasaanya, bahkan boneka bisa mendorong tumbuhnya
fantasi dan imajinasi anak-anak.
Boneka jari adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang
termasuk tiruan dari bentuk binatang.31. Boneka jari adalah boneka yang
terbuat dari bahan flanel kemudian dibentuk pola sesuai yang diinginkan
misalnya gajah dan lain sebagainya. Boneka tersebut dibuat sedemikian rupa
kemudian dimasukkan ke dalam jari-jari tangan manusia, sehingga dapat
dimainkan oleh siapa saja termasuk anak- anak. 32 Menurut Puspasari,

31
Winda, Boneka Jari Sebagai Media Pembelajaran Kelas Rendah Sekolah Dasar, Vol. 6, Nomor
1, Januari 2014, hlm. 17.
32
Delvi, Niluh, Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Boneka Jari Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Usia Dini, Vol. 2, Nomor 1, Desember 2014, hlm. 21.
mengatakan bahwa media boneka jari merupakan jenis boneka yang
seukuran jari tangan manusia dan dimainkan dengan jari. Ditambah pendapat
Kristanto mengatakan bahwa boneka jari adalah boneka yang pergerakannya
menggunakan jari. Boneka jari adalah mainan edukatif yang memberikan
manfaat luar biasa ba gi para guru di sekolah yang dari segi pembuatannya
relatif mudah dan bahan yang tentunya tidak sulit ditemukan. Boneka jari
merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam
kegiatan mendongeng, berbicara atau melakukan percakapan, dan sangat
cocok dimainkan oleh guru dan anak didik dalam kegiatan pembelajaran di
kelas. Boneka jari adalah mainan edukatif yang memberikan manfaat luar
biasa bagi para guru di sekolah yang dari segi pembuatannya relatif mudah
dan bahan yang tentunya tidak sulit ditemukan. Boneka jari merupakan salah
satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan
mendongeng, berbicara atau melakukan percakapan, dan sangat cocok
dimainkan oleh guru dan anak didik dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Menurut Madyawati boneka jari (finger puppet) adalah sebuah media yang
sangat berguna untuk memperkenalkan binatang-binatang kepada anak.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa boneka jari adalah boneka yang
terbuat dari bahan mudah didapatkan (flanel) dan dimainkan dengan
dimasukkan ke dalam jari-jari tangan, karakternya tergantunga dari apa yang
diinginkan bisa berupa binatang, profesi, keluarga, animasi, dan lain
sebagainya.
b. Manfaat Boneka Jari
Adapun beberapa manfaat yang di ambil dari permainan menggunkan
media boneka jari ini, antara lain:
1) Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya, dan persiapan yang terlalu
rumit.
2) Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka dapat
dibuat cukup kecil dan sederhana.
3) Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi pemakainya.
4) Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi kaektifan dan
menambah suasana gembira.33
Anak-anak dapat terlibat dalam permainan boneka jari dengan ikut
memainkannya, mencoba menggerak-gerakkan jari sesuai dengan
penokohan. Hal ini berarti, boneka jari dapat menjadi pengalih perhatian
anak sekaligus media untuk berekpresi atau menyatakan perasaanya. Media
boneka jari dapat mendorong tuumbuhnya fantasi dan imajinasi anak.
Tujuan pembelajaran lewat permainan menggunakan media boneka jari agar
anak menjadi lebih aktif, sehingga pembelajaran kegiatan untuk
meningkatkan keterampilan berbahasa pada anak akan lebih efektif dan tepat
sasaran. Media boneka jari akan dekat dengan dunia bermain anak.34

33
Lilis Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak, ( Jakarta: Kencana, 2017), hlm.
180.
34
Ibid.
Media bercerita ini dengan tampilan yang sangat lucu dan menarik.
Dalam beberapa kesempatan terlihat menggunakan media boneka jari sangat
efektif untuk menumbuhkan minat anak akan ketertarikan pada kegiatan
yang dilaksanakan oleh para orangtua maupun pendidik. Anak juga semula
pemalu dan sulit beradaptasi menjadi lebih berani menjawab pertanyaan,
lebih aktif berkomunikasi, meningkatkan rasa percaya diri, dan secara tidak
langsung dapat mneingkatkan kemampuan berbicara pada anak.35
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat
boneka jari bagi anak begitu banyak, salah satunya adalah dapat
mengembangkan imajinasi anak. Dengan adanya media boneka jari imajinasi
anak dalam membayangkan cerita yang ditampilkan lebih luas dan
berkembang. Melalui imajinasi, anak akan lebih ekpresif dalam
mengungkapkan kata-kata yang ingin dikeluarkan, dikarenakan sebelum
mengungkapkan suatu yang diingkan anak berimajinasi terlebih dahulu. anak
mampu mengeluarkan pendapatnya tanpa ada sanggahan dari orang lain,
melalui boneka jari anak tidak memerlukan waktu yang banyak untuk
mempersiapkannya cukup dengan boneka jari sebagai alat media bermain
bagi anak.
c. Penerapan Media Boneka Jari Pada Perkembangan Bahasa Anak
Boneka jari merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat
digunakan dalam kegiatan mendongeng, bercerita atau melakukan
percakapan, dan sangat cocok dimainkan oleh guru dan anak didik dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Boneka jari adalah boneka mainan yang
terbuat dari kain yang bisa di masukkan ke dalam jari-jari tangan untuk
dimainkan dengan bentuknya yang bermacam-macam dan bisa digunakan
sebagai media pembelajaran di sekolah.36 Boneka jari adalah boneka yang
dapat dimasukkan kejari tangan, bentuknya kecil seukuran bentuk tangan
orang dewasa. Jenis boneka yang digunakan adalah boneka jari yang terbuat
dari kain flanel. Boneka jari adalah media yang dapat digunakan oleh guru
berupa boneka yang terbuat dari kain flanel yang dapat dimasukkan kejari
tangan yang memiliki karakter dan bentuk tertentu. Boneka jari dimainkan
dengan cara memasukkan boneka ke jari-jari tangan kemudian
menggerakkan jari-jari tangan dengan bergantian sesuai dengan tokoh dna
karakter yang akan dimainkan. Suara yang dimainkan dari tokoh-tokoh
tersebut harus berbeda, hal ini dilakukan untuk membedakan tokoh yang satu
dengan yang lainnya. Memainkan boneka jari diperlukan dan mementingkan
gerak jari disertai dengan kata-kata.
Permainan media boneka jari yang akan dimainkan peneliti di sini
adalah tokoh tiga bersaudara yang tidak suka memakan makanan sehat, ada
Arvino (sebagai kakak pertama), Aisyah (Adik ke dua), Tasya (Adik

35
Ibid., hlm. 181
36
Sisca Chrestiany, Implementasi Media Boneka Jari Dalam Mengembangkan Kemampuan
Berbicara Anak Usia Dini Kelompok B di Tk Kosgoro Surabaya, Vol. 7, Nomor 1, Desember 2018, hlm.
2.
terakhir). Tujuannya untuk memberikan pembelajaran kepada anak bahwa
pentinya makan makanan sehat sekaligus mengembangkan perkembangan
bahasa anak.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan terkait dengan bercerita
menggunakan media boneka jari, yaitu:
1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang jelas, Penokohan yang tepat dari
boneka jari akan memberikan tujuan pembelajaran yang jelas.
2) Menentukan naskah dan skenario yang jelas dan terarah.
3) Dialog atau percakapan dalam bercerita hendaknya yang sederhana dan
tidak bertele-tele.
4) Hendaknya diselingi nyanyian bersama agar menarik perhatian anak.
5) Perlu mempertimbangkan durasi waktu serta disesuaikan dengan tingkat
konsentrasi anak.
6) Isi cerita haruslah sesuai dengan usia dan daya imajinasi anak.
7) Selese berbicara, pendidik perlu menyimpulkan pesan serta memberikan
pertanyaan kepada anak atau dapat pula anak diminta menceritakan
kembali hal yang baru didengarnya. Rumuskan tujuan pembelajaran
yang jelas, dengan demikian akan dapat diketahui apakah tepat pengguna
boneka jari untuk kegiatan pembelajaran.37
Menurut Eliyawati, persiapan bercerita menggunakan media boneka jari
meliputi:
a) Menyiapakan boneka jari sesuai dengan cerita dan karakter yang
dikehendaki.
b) Mengenalkan boneka jari kepada anak serta cara menggunakannya
sambil bererita.
c) Memotivasi anak agar anak mau mencoba memasangkan boneka jari
pada jari-jari mereka.
d) Meminta anak untuk mempraktikkan kata-kata menggunakan boneka
jari.
e) Pendidik mengarahkan serta melakukan pendampingan agar cerita atau
kata-kata anak terarah.38
G. Metode Penelitian
1. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RA Ar-Rahman Kecamatan Lembar,
Kabupaten Lombok Barat.
b. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada semester genap
Bulan Januari Tahun Ajaran 2021/2022.

c. Subjek Penelitian

37
Lilis Madyawati, Strategi…, hlm. 181.
38
Ibid., hlm. 182
Subjek penelitain disini adalah kelompok A dengan jumlah siswa 20
siswa yang terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan di RA Ar-Rahman
Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat.
2. Sasaran Penelitian
Sasaran tindakan penelitian ini adalah perubahan yang diinginkan dari
subjek sehingga dilakukan tindakan untuk mencapai target yang diharapkan.
Adapun sasaran dalam penelitian ini adalah:
a. Siswa
b. Guru
c. Proses
3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitain Tindakan Kelas. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru
untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggung jawab guru khususnya dalam
pengelolaan pembelajaran. Melalui PTK, guru dapat meningkatkan kinerjanya
secara terus menerus, dengan cara mel alukan refleksi diri (self reflection),
yakni upaya menganalisis untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam
proses pembelajaran yang dilakukannya, kemudian merencanakan untuk proses
perbaikan serta mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran sesuai
dengan program pembelajaran yang telah disusunnya, dan diakhiri dengan
melakukan refleksi.39
Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dikatakan penelitian
eksperimen berulang atau eksperimen berkelanjutan, meskipun tidak selalu
demikian. Apabila guru tidak puas dengan hasil pembelajarannya, danningin
mengubah pembelajaran dengan model yang sifatnya baru sehingga ingin
mencobanya. Mencobanya tidak hanya satu kali saja, tetapi berulang-ulang
sehingga penelitian itu disebut penelitain tindakan.40
Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus, setiap
siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau tindakan
(3) observasi, (4) refleksi. Terdapat beberapa model penelitian, salah satunya
adalah model penelitian Kemmis dan Mc Taggart. Model penelitian Kemmis dan
Mc Taggart merupakan pengembangan model Kurt Lewin. Dalam perencanaan
Kemmis dan Mc Taggart menggunakan siklus system spiral, yang masing-
masing siklus terdiri dari empat komponen, yaitu meliputi kegiatan menyusun
rancangan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleki (reflection). Adapun alur pelaksanaan tindakan dalam
penelitian tindakan kelas dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini.

39
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 12.
40
Suharsimi Arikunto, Peneltian Tindakan Kelas Edisi Revisi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015),
hlm. 41.
Keterangan:
a. Perencanaan I
b. Tindakan dan Observasi I
c. Refleksi I
d. Perencanaan II
e. Tindakan dan Observasi II
f. Refleksi II
Dari gambar di atas dapat dijelaskan dalam penelitian meningkatkan
perkembangan bahasa anak melalui media boneka jari dan setiap siklus terdiri
dari empat kegiatan yaitu:
1) Perencanaan (Plan)
Perencanaa adalah persiapan segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum
melakukan penelitian. Untuk penelitian ini maka segala sesuatu yang
dibutuhkan selama kegiatan belajar mengajar. Sebagai tahap persiapan awal,
peneliti mengadakan observasi tentang keadaan sekolah dan peserta didik
sebagai dasar penyusunan perencanaan.
Adapun perencanaan yang diperlukan sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian sebagai acuan dalam kegiatan
belajar, dalam penelitian ini serangkaian kegiatan yang menggunakan
metode bermain.
b) Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran.
c) Mempersiapkan Instrumen penelitian.
2) Tindakan (Act) dan Observasi (Observe)
Pelaksanaan dalam penelitian ini dilakukan sesuai degan prosedur
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Sebelum melakukan proses
pembelajaran, guru menyiapkan Rencana Kegiatan Harian terlebih dahulu.
Tindakan dilakukan bersamaan dengan observasi. Observasi dilakukan
selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan
sebagai upaya untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan guru dan anak
dalam kegiatan bermain peran untuk meningkatkan rasa percaya diri pada
anak.
3) Refleksi (Reflect)
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data yang
diperoleh selama observasi. Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk mengetahui
kelebihan ataupun kekurangan yang terjadi selama proses kegiatan
pembelajaran berlangsung. Yang kemudian dievaluasi. Dari hasil evaluasi
tersebut akan dicari solusi untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada
siklus I sehingga dapat disusun rencana pada siklus selanjutnya hingga
tercapainya kriteria yang menjadi target, atau sudah mencapai indikator
keberhasilan.
Dalam gambar, terdapat dua lingkaran yang dimulai dari perencanaan,
kemudian pelaksanaan, pengamatan, dan sesudah itu refleksi. Keistimewaan
penelitian tindakan sebagai berikut.
a) Banyak orang yang berfikir bahwa yang dimaksud dengan dua siklus
ketika melaksanakan penelitian tindakan itu mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat tindakan tersebut
dilakukan berulang-ulang. Pemikiran seperti itu salah. Siklus atau
pengulang, tidak dilakukan dari perencanaan sampai dengan refleksi,
tetapi hanya pelaksanaan dan pengamatan saja.
b) Pengulangan dilakukan minimal tiga kali, hanya pelaksanaan dan
pengamatan saja, agar pengamatan terhadap metode baru tersebut
dapat diteramati dengan baik. Pengulangan pertama-- namanya bukan
pengulangan, melainkan perobaan metode baru. Pengulangan kedua
dilakukan dengan maksud melakukan pembenahan apabila penyajian
metode yang diterapkan belum baik. Pengulangan bertujuan untuk
memantapkan metode yang sedang dicobakan agar diperoleh
gambaran yang jelas.
c) Sesudah dilakukan tiga kali pengulangan, barulah peneliti melakukan
refleksi—minta kepada subjek tindakan—siswa untuk mengenang
proses ketika penelitain mencobakan metode yang dilakukan.41

4. Instrumen Penelitian dan Cara Penggunaannya.


a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian merupakan
penjabaran dari rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan. RKH
berisi kegiatan yang akan dilaksanakan setiap harinya disekolah. Rencana
Pembelajaran Harian disusun dengan target-target capaian tertentu, dari
mulai hari, minggu, bulan, semester dan tahun. Adapun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian memuat kegiatan-kegiatan
pembelajaran baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok,
maupun klasikal dalam satu hari. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

41
Ibid., hlm 42
Harian terdiri atas kegiatan pembuka, kegiatan isi, istirahat, dan kegiatan
penutup.42

b. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa


Lembar Observasi Aktivitas Guru
No Indikator 1 2 3 4
1 Keterampilan membuka pelajaran
2 Penyajian kegiatan pembelajaran
3 Penguasaan kegiatan pembelajaran
4 Penguasaan kelas
Strategi dalam kegitan belajar
5
mengajar
Keterampilan dalam menutup
6
pembelajaran
7 Pemanfaatan waktu

Keterangan :
1. Kurang Baik
2. Cukup Baik
3. Baik
4. Sangat Baik

Lembar Observasi Aktivitas Anak


Skor
No Aspek yang diamati Jumlah
1 2 3 4
Kesiapan anak mengikuti
1
pelajaran
Melaksanakan KBM (Kegiatan
2
Belajar Menagjar)
Anak bersemangat mengikuti
3
pembelajaran
Anak senang dalam mengikuti
4
pembelajaran
Anak menggunakan bahasa
5 yang baik dalam proses
pembelajaran
Total
Presentase

Keterangan :
Skor 1 : Kurang
Skor 2 : Cukup
Skor 3 : Baik
42
Sukarmi, Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menyusun RPPH Melalui Kegiatan Supervisi
Akademik dan Pendampingan di TK Binaan Pada Semester 1 Tahun Ajaran 2016/2017. Vol. 6, Nomor 1,
Juni 2017, hlm. 51.
Skor 4 : Sangat Baik

c. Lembar Observasi Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak


Lembar Observasi Perkembangan Bahasa Anak
Tingkat Pencapaian Anak
No Indikator Aspek yang Diamati
BB MB BSH BSB
Anak mampu berbicara
dengan baik yaitu mampu
Berbicara Dengan mengucapkan kata-kata
1
Baik yang tepat dalam
berkomunikasi dengan
orang lain.
Anak mampu menceritakan
apapun kejadian yang sudah
terjadi kepada orang
2 Bercerita terdekat maupun orang yang
baru dikenalnya dengan
ekspresif.
Anak mampu
mengungkapkan
Mengungkapkan pendapatnya apabila tidak
3 menyukai suatu hal ataupun
Pendapat
ketika menginginkan suatu
barang yang diharapkan.
Anak mampu menyusun
kata demi kata sehingga
menjadi kalimat yang benar.
Menyusun Contohnya seperti anak
4 sedang lapar “ Saya lapar
Kalimat sekali mama”, atau sedang
mengaja teman bermain “
Ayo bermain bersama saya
di lapangan”.
Anak mampu mengenal
tulisan sederhana seperti
Mengenal Tulisan
5 mengenal namanya sendiri
Sederhana
atau mengenal alfabet dan
angka-angka.
6 Menjelaskan Anak mampu menjelaskan
Lingkungannya lingkungan disekitarnya.
Seperti menjelaskan betapa
bagus sekali rumahnya,
menjelaskan apa saja yang
ada di sekitar rumahnya
atau menjelaskan kepada
teman-temanya bagaimana
lingkungan didalam
rumahnya.
Anak mampu menggunakan
kata sambung dalam
menyampaikan kata atau
Menggunakan
7 kalimat. Seperti
Kata Sambung
menambahkan kata (dan,
atau, terus dalan lain
sebagainya)
Anak mampu menggunakan
kata tanya dalam
Menggunakan berkomunikasi denga orang
8
Kata tanya lain. Seperti bertanya mau
kemana?, sama siapa?,
makan apa?.

5. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, yaitu dalam penelitian
direncanakan akan melalui dua siklus. Siklus pertama meliputi empat kali
pertemuan dan siklus kedua meliputi tiga kali pertemuan. Adapun proses
tindakanya meliputi.
a. Peneliti mensetting kelas dengan membentuk kelompok belajar (yaitu
anak duduk dibangku masing-masing kemudian guru di depan).
b. Peneliti membuka dengan salam dan doa.
c. Peneliti menginformasikan kepada anak-anak bahwa ibu guru akan
bercerita menggunakan media boneka jari.
d. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang media boneka jari.
e. Peneliti memulai bercerita dengan menggunakan media boneka jari.
f. Di akhir kegiatan bercerita, peneliti melakukan review kegiatan anak
selama proses bercerita menggunakan media boneka jari. Kemudian
peneliti melakukan tanya jawab mengenai cerita yang dilakukan dengan
media boneka jari.
6. Cara Pengamatan (Monitoring)
Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah mengamati guru yang
sedang memberikan pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan bahasa
anak dengan menggunakan media boneka jari sesuai dengan pedoman kegiatan
yang telah dibuat. Adapun yang diamati adalah bagaimana pelaksanaan tindakan,
sikap siswa dan apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan skenario yang
dibuat.

7. Analisis Data dan Refleksi


a. Analisis Data
Analisi data adalah suatu cara menganalisis data selama peneliti
mengadakan penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Secara kuantitatif data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif
presentase. Tingkat perubahan yang terjadi diukur dengan persen. Jumlah
anak yang mampu mencapai indikator keberhasilan dibagi jumlah seluruh
anak yang diteliti dikalikan seratus persen, maka diketahui presentasi dari
tingkat keberhasilan tindakan.43 Hal tersebut dapat diketahui dengan rumus.

N
P= x 100 %
A

Keterangan :
P = Presentase tingkat perubahan
N = Nilai yang diperoleh
A = Jumlah anak

Sedangkan secara kualitatif menerangkan aktifitas anak dan guru yang


diperoleh melalui observasi, wawancara dan unjuk kerja seara penelitian
berlangsung.

Setelah data-data terkumpul kemudia langkah selanjutnya yaitu dianalisis


untuk menghasilkan kesimpulan yang benar dan sesuai dengan masalah yang
ada. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
interaktif yang dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Proses analisi data dilakukan secara terus
menerus selama penelitian berlangsung di lokasi.
1) Reduksi Data
Reduksi data adalah kegiatan menyajikan data inti/pokok,
sehingga dapat memberikan gambaran yang telah jelas dan tajam mengenai
hasil pengamatan, wawancara, serta dokumentasi. Reduksi data dalam
penelitian ini dengan cara menyajikan data inti/pokok yang mencangkup
keseluruhan hasil penelitian, tanpa mengabaikan data pendukung, yaitu
mencangkup proses pemilihan, pemuatan, penyederhanaan, dan tranformasi
data kasar yang diperoleh dari catatan lapangan.
2) Penyajian Data
Data yang diperoleh dari lapangan dan telah di reduksi agar mudah
dipahami baik oleh peneliti maupun orang lain, maka data tersebut perlu
disajikan. Bentuk penyajiannya adalah teks naratif (secara tertulis).
Tujuannya adalah memudahkan dalam deskripsikan suatu peristiwa,
sehingga demikian, memudahkan dalam mengambil kesimpulan.

43
Ardyah Rini Lapato, Meningkatkan Kemampuan Bahasa Melalui Metode Bercerita Dengan
Media Audio Visual di Kelompok B TK Permata Bunda Lobu Mandiri, (Skripsi, Universitas Negeri
Makassar, Makasar, 2020), hlm. 51.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini, menggunakan analisis
kualitatif, artinya analisis berdasarkan data observasi lapangan dan
pandangan secara teoritis untuk mendeskripsikan secara jelas tentang
pengembangan bahasa anak melalui media boneka jari.
3) Menarik Kesimpulan
Data yang sudah dipolakan, kemudian difokuskan dan disusun seara
sistematik dalam bentuk naratif. Kemudian melalui induksi, data tersebut
disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan dalam bentuk tafsiran
dan argumentasi. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Kesimpulan yang diambil sekiranya masih terdapat
kekurangan, maka akan ditambahkan.44

b. Teknik Pengumpulan Data


1) Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti dan sistematis. Dokumentasi bisa berbentuk
tulisan gambar atau karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian
ini metode dokumentasi dikumpulkan untuk mengetahui dan memperoleh
data yang berupa: daftar nama anak, sejarah TK, data guru, dan lain-lain.
2) Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan caratanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan yang diwawancara (responden) dengan alat yang dinamakan
panduan wawancara. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru
dan anak didik untuk mengetahui respon guru dan anak tentang media
boneka jari.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah instrument untuk mengumpulkan data tentang
peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu yang telah di dokumentasikan.
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui
sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. 45
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama
kelombok A RA Ar-Rahman Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok
Barat .
H. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
Jadwal penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan hasil
penelitian dalam bentuk data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data
perkembangan bahasa anak dikumpulkan melalui pedoman observasi. Data
perkembangan bahasa anak melalui media boneka jari dikumpulkan melalui lembar
observasi dan catatan lapangan.

44
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 99.
45
Susilowati, Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar Pada Anak
Kelompok B TK Bhayangkari 68 Mondokan, (SkripsiI, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta,
2010), hlm. 43.
DAFTAR PUSTAKA

Buku/Jurnal

Ajeng Rizki Safira, Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Gersik: Caremedia
Communication, 2020.
Ana Mulatifah Roisah, Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode
Cerita Bergambar Pada Anak Kelompok Bermain Cakra indah, Tegal Sari
Sukoharjo. Skripsi, Fakultas dan Ilmu Pendidikan Muhammdiyah Surakarta,
Surakarta, 2013.

Ardyah Rini Lapato, Meningkatkan Kemampuan Bahasa Melalui Metode Bercerita


Dengan Media Audio Visual di Kelompok B TK Permata Bunda Lobu Mandiri.
Skripsi, Universitas Negeri Makassar, Makasar, 2020.
Arniati, Teori Perkembangan Bahasa, Vol. 1, Nomor 1, Agustus 2019, hlm, 43.

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Badru Zaman, Cucu Eliyawati, Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Skripsi,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 2010.

Chiara Dinda, Mengembangkan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Media Audio Visual di
Taman Kanak-Kanak Assalam 1 Sukarame Bandar Lampung. Skripsi, FTK UIN
Raden Intan Lampung, Lampung, 2017.

Emil Nurwahyuni, Nenny Mahyudin, Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini Umur
5-6 Tahun Pada Masa New Normal di Taman Kanak-Kanak Ridhotullah
Padang, Vol. 2, Nomor 1, Juli 2021, hlm. 12.

Erisa Kurniati, Perkembangan Bahasa Pada Anak dalam Psikologi Serta Implikasinya
dalam Pembelajaran, Vol. 17, Nomor 3, Januari 2017, hlm. 48.

Lilis Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Kencana, 2017.

Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Pranadamedia Group, 2016.

Niluh Delvi Marlinda, Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Boneka Jari
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Usia Dini, Vol. 2,
Nomor 1, Desember 2014, hlm. 21.

Nurbiana, Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka dan


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011.
Nunu Mahnun, Kajian Terhadap Langkah-Langkah Pemilihan Media dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran, Vol. 37, Nomor 1, Januari 2012, hlm.
27.
Qurratun Aini, Penerapan Boneka Jari Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak
di Paud Elfa Pirak Bereunueun Kabupaten Pidie. Skripsi, FTK UIN Ar-Raniry,
Banda Aceh, 2016.

Sisca Chrestiany, Implementasi Media Boneka Jari Dalam Mengembangkan


Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Kelompok B di Tk Kosgoro Surabaya,
Vol. 7, Nomor 1, Desember 2018, hlm. 2.

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2018.

Suharsimi Arikunto, Peneltian Tindakan Kelas Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2015.

Sukarmi, Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menyusun RPPH Melalui Kegiatan


Supervisi Akademik dan Pendampingan di TK Binaan Pada Semester 1 Tahun
Ajaran 2016/2017. Vol. 6, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 51.

Sukartin, Mengembangkan Kemampuan Berbicara Menggunakan Media Boneka Jari


Pada Anak-Anak Kelompom A Paud Menur Kecamatan Besuki Kabupaten
Tulungagung Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi, Universitas Nusantara PGRI
Kediri, Kediri, 2015.
.
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana, 2017.

Winda, Boneka Jari Sebagai Media Pembelajaran Kelas Rendah Sekolah Dasar, Vol.
6, Nomor 1, Januari 2014, hlm. 17.

Yeni Rachmawati, Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana, 2010.

Website

Sabyan, Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, dalam


https://sabyan.org/karakteristik-perkembangan-bahasa-anak-usia-dini/, diakses
tanggal 2 Desember 2021, pukul 19.35.

Wawancara

Kurniwati, Wawancara, Lembar, 29 April 2021.

LAMPIRAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN


Area : Area Bahasa (Bermain Boneka Jari)
Semester / Minggu ke :
Tema : Kebutuhanku
Kelompok Usia : A / 4-5 Tahun
Hari / Tanggal :
Kompetensi Dasar
1) NAM 3.1 Menyebut Tempat ibadah
2) FM 4.3 Naik turun tangga 2-5 anak tangga.
3) SOSEM 2.8 Menyelenggarakan gagasannya hingga tuntas.
4) KOGNITIF 4.6 Menunjukkan benda yang sejenis.
5) BAHASA 3.11-4.11 Memahami bahsa ekpresif (Mengungkapkan bahasa
secara verbal dan no verbal)
6) SENI 4.15 Menggambar bebas dengan berbagai media, kapur tulis, pensil
warna, crayon, arang, dll.

1. Tujuan Pembelajaran
a) Anak mampu menyebutkan tempat-tempat ibadah sesuai dengan agama
yang di anut masing-masing anak. Ketika guru bercakap-cakap dengan
anak.
b) Anak mampu bermain tangga, dan memperaktikan naik turun tangga 2-5
anak tangga untuk tujuannya melatih fisik motorik anak. dilakukan
ketika sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.
c) Anak mampu membereskan dan merapikan tempat makan sendiri tanpa
bantuan dari guru, yang dilakukan ketika setelah jam makan tiba.
d) Anak mampu menyelesaikan tugas menandai gambar “Makanan dan
Minuman Sehat” yang dilakukan ketika kegiatan inti.
e) Anak mampu aktif dalam menyimak dan bertanya serta ada timbal balik
ketika guru sedang melangsungkan bermain boneka jari didepan siswa.
f) Anak mampu menggambar sesuai dengan Sub Tema yaitu tentang
menggambar maknan dan minuman.

2. Materi dalam Kegiatan


a) Bernyanyi agar anak lebih riang dan gembira ketika masuk kelas
b) Doa sebelum belajar
c) Menyebutkan tempat ibadah
d) bernyanyi sesuai dengan tema (makanan 4 sehat 5 sempurna)
e) mulai kegiatan inti (menggambar, bermain boneka jari, dan menandai
gambar)
f) Lagu “Makanan sehat”
g) Doa sesudah belajar, salam.
3. Media dan Sumber Belajar Alat dan Bahan
a) Media Pembelajaran : Boneka Jari
b) Sumber Belajar : Buku cerita tema binatang
A. Kegiatan Pembuka
1) Berbaris, berdoa, salam.
2) Bercakap-cakap tentang tempat-tempat ibadah.
3) Gerak dan lagu (4 sehat 5 sempurna)
4) Bemain tangga majemuk 2-5 anak tangga
5) Doa kecerdasan

B. Kegiatan Inti
1) Bermain boneka jari
2) Guru mengajak anak mengamati alat dan bahan yang disediakan
3) Guru menanyakan jenis-jenis dari alat yang digunakan
4) Guru menanyakan dimanakah anak pernah melihat media yang
disediakan tersebut?
5) Memerankan tokoh binatang si kancil dan si monyet
6) Anak menceritakan kegiatan main yang dilakukan

C. Istirahat
1) Cuci tangan (SOP cuci tangan)
2) Makan Bersama

D. Penutup
1) Menanyakan perasaan anak hari ini
2) Berdiskusi kegiatan apa saja yang dilakukan hari ini
3) Bersyair pulang
4) Menginformasikan kegiatan besok
5) Penerapan SOP penutup

E. Rencana Penilaian
1. Indikator Capaian
Pengembangan KD Indikator
Anak mampu
menyebutkan tempat-
NAM tempat ibadah yang sesuai
dengan agama masing-
masing.
Anak dapat melakukan
praktik langsung dalam
FM menaikkan tangga
majemuk. (2-5 anak
tangga).
SOSEM Anak dapat menaruh dan
tertib ketika menaruh
tempat makan di tas
mereka.
Anak dapat
menyelesaikan tugas
KOGNITIF menandai gambar
“Makanan dan Minuman
Sehat”.
Anak dapat aktif dalam
timbal balik dengan guru
dan teman, serta aktif
BAHASA
dalam bertanya mengenai
media boneka jari yang
ditampilkan guru.
Anak dapat menggambar
makanan dan minuman
SENI
sehat sesuai dengan tema
yang sudah ada.
2. Teknik Penilaian
a) Catatan hasil karya
b) Catatan anekdot
c) skala capaian perkembangan (Rating scale/Cek list)

Kisi-Kisi Instrumen Perkembangan Bahasa Anak


Indikator
Aspek yang Diamati
Anak mampu berbicara dengan
baik yaitu mampu mengucapkan
Berbicara Dengan Baik
kata-kata yang tepat dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
Anak mampu menceritakan apapun
Bercerita kejadian yang sudah terjadi kepada
orang terdekat maupun orang yang
baru dikenalnya dengan ekspresif.
Anak mampu mengungkapkan
pendapatnya apabila tidak
Mengungkapkan Pendapat menyukai suatu hal ataupun ketika
menginginkan suatu barang yang
diharapkan.
Anak mampu menyusun kata demi
kata sehingga menjadi kalimat
yang benar. Contohnya seperti
anak sedang lapar “ Saya lapar
Menyusun Kalimat
sekali mama”, atau sedang
mengaja teman bermain “ Ayo
bermain bersama saya di
lapangan”.
Anak mampu mengenal tulisan
sederhana seperti mengenal
Mengenal Tulisan Sederhana
namanya sendiri atau mengenal
alfabet dan angka-angka.
Anak mampu menjelaskan
lingkungan disekitarnya. Seperti
menjelaskan betapa bagus sekali
rumahnya, menjelaskan apa saja
Menjelaskan Lingkungannya
yang ada di sekitar rumahnya atau
menjelaskan kepada teman-
temanya bagaimana lingkungan
didalam rumahnya.
Anak mampu menggunakan kata
sambung dalam menyampaikan
Menggunakan Kata Sambung kata atau kalimat. Seperti
menambahkan kata (dan, atau,
terus dalan lain sebagainya)
Anak mampu menggunakan kata
tanya dalam berkomunikasi denga
Menggunakan Kata Tanya orang lain. Seperti bertanya mau
kemana?, sama siapa?, makan
apa?.

Anda mungkin juga menyukai