Oleh
712019103
Pembimbing:
LAPORAN KASUS
Judul:
Oleh:
712019103
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sakit Muhammadiyah
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini. Penulisan
laporan kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang pada Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. Dr. Hj. dr. Aryani Aziz, Sp. OG (K), MARS selaku pembimbing
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang, yang telah menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk mengarahkan penulis dalam menyusun laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan co-assistens dan semua pihak yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan............................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 3
2.1 Ketuban Pecah Sebelum Waktunya..................................... 3
2.1.1 Definisi.................................................................................. 3
2.1.2 Epidemiologi......................................................................... 3
2.1.3 Etiologi.................................................................................. 4
2.1.4 Klasifikasi............................................................................. 7
2.1.5 Patofisiologi.......................................................................... 7
2.1.6 Diagnosis.............................................................................. 8
2.1.7 Tatalaksana........................................................................... 11
2.1.8 Komplikasi............................................................................ 17
2.1.9 Prognosis............................................................................... 18
2.2 Sectio Caesarea..................................................................... 19
2.2.1 Definisi.................................................................................. 19
2.2.2 Prevalensi.............................................................................. 19
2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi.................................................. 20
2.2.4 Teknik SC............................................................................. 21
2.2.5 Komplikasi............................................................................ 23
2.3 Partus Lama.......................................................................... 23
2.3.1 Definisi.................................................................................. 23
2.3.2 Faktor Penyebab................................................................... 24
2.3.3 Klasifikasi............................................................................. 29
BAB III. LAPORAN KASUS..................................................................... 31
BAB IV. ANALISA KASUS....................................................................... 42
BAB V. PENUTUP..................................................................................... 46
5.1 Kesimpulan........................................................................... 46
5.2 Saran..................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 47
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu obstetrik dan ginekologi
terutama tentang kasus Ketuban pecah sebelum waktunya dan Sectio
caesarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
Masalah KPSW memerlukan perhatian yang lebih besar, karena
prevalensinya yang cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPSW
aterm terjadi pada sekitar 6,46 - 15,6% kehamilan aterm dan PPROM terjadi
pada terjadi pada sekitar 2 - 3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4%
dari kehamilan kembar. PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3
dari semua kelahiran prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak
tahun 1981. Dapat diprediksi bahwa ahli obstetri akan pernah menemukan
dan melakukan penanganan kasus KPSW dalam karir kliniknya. Kejadian
KPSW preterm berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas
maternal maupun perinatal. Sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami
KPSW preterm akan mengalami infeksi yang berpotensi berat, bahkan fetus/
3
4
neonatus akan berada pada risiko morbiditas dan mortalitas terkait KPSW
preterm yang lebih besar dibanding ibunya, hingga 47,9% bayi mengalami
kematian. Persalinan prematur dengan potensi masalah yang muncul, infeksi
perinatal, dan kompresi tali pusat in utero merupakan komplikasi yang
umum terjadi. KPSW preterm berhubungan dengan sekitar 18-20%
kematian perinatal di Amerika Serikat.3
Insidensi KPSW berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. Pada
kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19 % sedangkan pada
kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Kejadian KPSW
di Amerika Serikat terjadi pada 120.000 kehamilan per tahun dan berkaitan
dengan risiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan ibu, janin, dan
neonatal. Sebagian besar ketuban pecah sebelum waktunya pada kehamilan
preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu
minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan
mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban pecah sebelum
waktunya merupakan salah satu penyebab prematuritas dengan insidensi 30-
40%.7
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka
kematian ibu dan neonatus di Indonesia pada tahun 2015 masing-masing
ialah 305 per 100.000 kelahiran hidup dan 32 per 1.000 kelahiran hidup. 1
Salah satu penyebab mortalitas ibu dan neonatus adalah kejadian ketuban
pecah sebelum waktunya. Hingga saat ini belum ada data yang dapat
menunjukkan secara pasti angka kejadian KPSW secara nasional.
Insiden kejadian Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) di
beberapa Rumah Sakit di Indonesia cukup bervariasi yakni diantaranya: di
RS Sardjito sebesar 5,3%, RS Hasan Sadikin sebesar 5,05%, RS Cipto
Mangunkusumo sebesar 11,22%, RS Pringadi sebesar 2,27% dan RS
Kariadi yaitu sebesar 5,10%.10
2.1.4. Klasifikasi
1. KPSW Preterm
Ketuban pecah sebelum waktunya preterm adalah pecah ketuban
yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern atau
IGFBP-1 (+) pada usia < 37 minggu sebelum onset persalinan. KPSW
sangat preterm adalah pecah ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24
sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPSW preterm saat umur
kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang 37 minggu. Definisi
preterm bervariasi pada berbagai kepustakaan, namun yang paling
diterima dan tersering digunakan adalah persalinan kurang dari 37
minggu.1
2. KPSW pada kehamilan aterm
Ketuban pecah sebelum waktunya atau premature rupture of
membranes (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern (+), IGFBP-1
(+) pada usia kehamilan lebih dari sama dengan 37 minggu.1
2.1.5. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berlebihan. Selaput ketuban pecah karena
pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.4
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler
matriks. Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban
pecah.4
8
2.1.6. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah sebelum waktunya prematur yang dini dan
akurat akan memungkinkan intervensi kebidanan khusus usia kehamilan
yang dirancang untuk mengoptimalkan hasil perinatal dan meminimalkan
komplikasi.
Tentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di
vagina.3
1) Inspekulo :
Melihat air ketuban keluar dari OUE
2) Ambil cairan dari forniks posterior
a. Dengan kapas lidi atau pipet cairan ditempelkan pada kertas
lakmus akan terjadi perubahan warna dari warna kuning menjadi
biru.
9
2.1.7. Tatalaksana
1. Konservatif
Rawat di rumah sakit
Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),
berikan antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu: berikan
antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin, Ampisilin
12
Penatalaksanaan lanjutan:
1) Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali
didahului kondisi ibu yang menggigil.
2) Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum
persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam
batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin
elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk
melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi.
Takikardia dapat mengindikasikan infeksi uteri.
3) Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
13
Minggu ke 24- 31
Persalinan sebelum minggu ke 32 dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas neonatal.Pada kasus-kasus KPSW dengan umur kehamilan yang
kurang bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat
koservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksis
sehingga mencapai 34 minggu.Namun begitu, harus di informasikan kepada
keluarga pasien bahwa sering kali kehamilan tersebut akan diikuti dengan
15
Minggu > 32
Bila telah dikonfirmasi permatangan paru, risiko melakukan konservatif
melebihi risiko melakukan induksi/augmentasi. Dianjurkan melakukan
induksi pada wanita dengan PPROM melebihi 32 minggu disamping
pemberian antibiotik.
Minggu ke 34 - 36
Tidak dianjurkan untuk memperpanjang masa kehamilan. Induksi
persalinan bisa dilakukan setelah minggu ke 34. Walau pada minggu ke 34
tidak dianjurkan pemberian kortikosteroid namun pemberian antibiotik
untuk B streptococcus sebagai profilaksis sangat dianjurkan.
Obat-obatan1
Kortikosteroid
Regimen 12 mg Betamethason (celestone) tiap 24 jam selama dua hari
atau Dexamethasone (Decadron) 12mg/tiap 12 jam secara intramuskular
selama dua hari.Kortikosteroid direkomendasikan dibawah 32 minggu.
Pemberian pada 32-34 minggu masih menjadi kontorversi manakala untuk
kehamilan 34 minggu keatas tidak dianjurkan kecuali terbukti paru janin
masih belum matang dengan amniosintesis. Pemberian kortikosteroid pada
penderita KPSW dengan kehamilan kurang bulan diharapkan tercapainya
pematangan paru janin, mengurangkan komplikasi pada neonatal seperti
pendarahan intraventrikular dan RDS.
Antibiotik
Ampicillin 2 g secara intravena diberikan tiap 6 jam bersamaan dengan
erythromycin 250 mg tiap 6 jam selama dua hari. Diikuti dengan pemberian
17
antibiotik oral, amoxicillin 250mg tiap 8 jam dan erythromycin 333 mg tiap
8 jam selama lima hari. Pemberian antibiotik terbukti memperpanjangkan
masa laten dan mengurangi risiko infeksi seperti postpartum endometritis,
chorioamnionitis, neonatal sepsis, neonatal pneumonia, dan pendarahan
intraventricular. Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi
pada ibu. Walaupun antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus
namun pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada
pengobatanya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan.
Tokolitik
Terapi tokolitik bisa memperpanjang masa laten sementara tetapi tidak
memberikan efek yang lebih baik pada janin pada pemberiannya. Penelitian
tentang pemberian tokolitik dalam menangani kasus PPROM masih kurang
sehinggakan pemberiannya bukanlah indikasi.
2.1.8. Komplikasi
KPSW menyebabkan komplikasi pada 8% kehamilan dan biasanya
diikuti dengan persalinan segera. Komplikasi paling signifikan sebagai
akibat dari KPSW pada ibu adalah infeksi intrauterin, yang risikonya
meningkat sebanding dengaan durasi pecahnya ketuban.4
Infeksi intraamniotik terbukti secara klinis terjadi pada 15-35% kasus
KPSW dan infeksi postpartum terjadi pada sekitar 15-25% kasus. Insiden
infeksi lebih tinggi pada usia kehamilan awal. Abruptio placentae menjadi
komplikasi pada 2-5% kehamilan dengan KPSW.4
Komplikasi ibu
Komplikasi pada ibu yang terjadi biasanya berupa infeksi intrauterin.
Infeksi tersebut dapat berupa endomyometritis, maupun korioamnionitis
yang berujung pada sepsis. Pada sebuah penelitian, didapatkan 6,8% ibu
hamil dengan KPSW mengalami endomyometritis purpural, 1,2%
mengalami sepsis, namun tidak ada yang meninggal dunia.4
Diketahui bahwa yang mengalami sepsis pada penelitian ini
mendapatkan terapi antibiotik spektrum luas, dan sembuh tanpa sekuele.
Sehingga angka mortalitas belum diketahui secara pasti. 40,9% pasien
18
2.1.9. Prognosis
Ketuban pecah sebelum persalinan membutuhkan perhatian
segera. Diagnosis yang akurat dan pengetahuan tentang usia kehamilan
sangat penting untuk menentukan manajemen pasien. Usia kehamilan
menentukan manajemen. Sangat penting untuk memantau pasien untuk
tanda dan gejala infeksi. Pasien harus dievaluasi dalam pengaturan klinis
untuk menentukan apakah telah terjadi ketuban pecah. PPROM dikaitkan
dengan morbiditas dan mortalitas prenatal lebih dari 20%, dan hasil
terutama tergantung pada usia kehamilan saat melahirkan. Kunci untuk
mengurangi efek samping PPROM adalah membuat diagnosis yang cepat,
masuk dan memulai cakupan antibiotik.12
2.2.2. Prevalensi
Menurut data WHO, angka persalinan Sectio Caesarea di dunia terus
meningkat. Pada tahun 1970an sekitar 5-7% dari seluruh persalinan, dan
kemudian pada tahun 1987 meningkat menjadi 24,4%. Lalu pada tahun
1996, dengan berbagai upaya diusahakan agar persalinan Sectio Caesarea
dapat diturunkan sehingga menjadi 22,8% dan terus ditekan/dikendalikan
hingga stabil di kisaran 15-18%. WHO merekomendasikan angka Sectio
Caesarea di suatu negara hanya 5-15%. Berdasarkan hasil survei WHO
tahun 2004-2008 di tiga benua yaitu Amerika Latin, Afrika dan Asia
diketahui angka kejadian Sectio Caesarea terendah di Angola yaitu 2,3%
dan tertinggi di Cina sebesar 46,2%.13 Demikian juga angka persalinan
Sectio Caesarea di Asia meningkat tajam. Hasil penelitian di Thailand
memperlihatkan persalinan Sectio Caesarea pada tahun 1990 sekitar 15,2%
dan pada tahun 1996 menjadi 22,4%. Di Cina, angka persalinan Sectio
Caesarea pada tahun 2003 sebesar 19,2% dan pada tahun 2011 meningkat
tajam menjadi 36,3%.14
Di Indonesia angka persalinan Sectio Caesarea meningkat sangat tajam
terutama di kota-kota besar. Berdasarkan data Riskesdas 2010 menunjukkan
angka kejadian Sectio Caesarea sebesar 15,3%, terendah di Sulawesi
Tenggara 5,5% dan tertinggi di DKI Jakarta 27,2%. Angka persalinan
Sectio Caesarea di RS Sanglah Denpasar pada tahun 2001 sekitar 22,3 %,
dan pada tahun 2006 meningkat sampai 34,5% (Andyasari dkk, 2015).
Selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2017 di RSUD
Lembang didapatkan jumlah kelahiran dengan Sectio Caesarea sebanyak
183 kasus (41,9%).15
20
2. Metode Joel-Cohen
Sayatan kulit Joel-Cohen
Diseksi tumpul pada lapisan subkutan
Perpanjangan tumpul dari bukaan fasia
Entri tumpul ke dalam peritoneum
Tajam dangkal kemudian tumpul masuk ke dalam rahim
Pengangkatan plasenta secara spontan
22
3. Metode Misgav-Ladach
Sayatan kulit Joel-Cohen
Diseksi tumpul pada lapisan subkutan
Perpanjangan tumpul dari bukaan fasia
Entri tumpul ke dalam peritoneum
Tajam dangkal kemudian tumpul masuk ke dalam rahim
Pengangkatan plasenta secara manual
Penutupan rahim satu lapis
Peritoneum tidak tertutup
Penutupan fasia secara terus menerus
Penutupan jahitan kasur pada kulit
2.2.5. Komplikasi
Komplikasi Sectio Caesarea antara lain:19
23
tersebut telah dapat mengganggu aliran darah menuju janin, sehingga janin
dalam rahim dalam kondisi berbahaya. 21
2. Passage/kelainan panggul
Panggul merupakan salah satu bagian yang penting dan
mempengaruhi proses persalinan disebut faktor passage. Berbagai
kelainan panggul dapat mengakibatkan persalinan berlangsung lama
antara lain kelainan bentuk panggul dan kelainan ukuran panggul baik
ukuran panggul luar maupun ukuran panggul dalam.
Cepalo Pelvic Disproportion biasa terjadi akibat pelvis sempit
dengan ukuran kepala janin normal atau pelvis normal dengan janin
besar atau kombinasi antara janin besar dengan pelvis sempit. Bila
dalam persalinan terjadi CPD akan didapatkan persalinan yang macet
atau persalinan akan berlangsung lama.
Cepalo Pelvic Disproportion (CPD) tidak bisa didiagnosa sebelum
usia kehamilan tersebut dimana kepala bayi belum mencapai ukuran
normal. Beberapa predisposisi faktor resiko meliputi Diabetes militus
atau makrosomia.
3. Passanger
a. Kelainan letak janin
Letak dan presentasi janin dalam rahim merupakan salah satu
faktor penting yang berpengaruh terhadap proses persalinan, 95%
persalinan terjadi dengan letak belakang kepala.
Mekanisme suatu persalinan merupakan suatu proses dimana
kepala janin berusaha meloloskan diri dari ruang pelvic dengan
menyesuaikan ukuran kepala janin dengan ukuran pelvic melalui
proses sinklitismus, sinklitismus posterior, sinklitismu anterior,
fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi, rotasi eksternal
dan ekspulsi total, namun pada beberapa kasus proses ini tidak
berlangsung dengan sempurna, karena adanya kelainan letak dan
presentasi sehingga proses tersebut pada umumnya berlangsung
lama, akibat ukuran dan posisi janin selain presentasi belakang
kepala yang tidak sesuai dengan ukuran rongga panggul.
Kelainan letak dan presentasi/posisi tersebut antara lain:
i. Posisi oksipitalis posterior presisten
26
2.3.3. Klasifikasi
Distosia/partus lama dapat dibagi berdasarkan pola persalinannya
menjadi tiga kelompok, yaitu :22,23
1. Fase laten memanjang
Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten memanjang
apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada
multipara. Keadaan yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain
keadaan serviks yang memburuk (misalnya tebal, tidak mengalami
pendataran atau tidak membuka), dan persalinan palsu. Diagnosis
dapat pula ditentukan dengan menilai pembukaan serviks tidak
melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur.
2. Fase aktif memanjang
Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan
protraction (berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet/tidak
maju). Protraksi didefinisikan sebagain kecepatan pembukaan dan
penurunan yang lambat yaitu untuk nulipara adalah kecepatan
pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam atau penurunan kurang dari 1
cm/jam. Untuk multipara kecepatan pembukaan kurang dari 1,5
cm/jam atau penurunan kurang dari 2 cm/jam. Arrest didefinisikan
sebagai berhentinya secara total pembukaan atau penurunan ditandai
30
3.1 Identitas
1. Identitas pasien
Nama : Ny. O
No Register : 64-49-32
MRS : Tanggal 10 November 2021, pukul 16.20 WIB
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Taqwa Perum Safari Permai Blok I-12
2. Identitas suami
Nama : Tn. Z
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Jl. Taqwa Perum Safari Permai Blok I-12
3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Hamil cukup bulan dengan keluar air-air dari jalan lahir
31
32
3. Riwayat Menstruasi
Usia Menarche : 13 tahun
Sikluas Haid : Teratur
Lama Haid : ± 5-7 hari, dengan 3 kali ganti pembalut/hari
Keluhan saat Haid : Tidak ada
HPHT : 2 Februari 2021
TP : 9 November 2021
4. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : 1x
Lama Menikah : 9 tahun
Usia Menikah : 24 tahun
5. Riwayat Obstetri
N Tahun Jenis Berat Jenis Penyuli Penolong Keterangan
o persalinan Kelamin Badan Persalinan t &
Rumah
Sakit
1 2012 Perempua 2400 Pervaginam - Bidan Hidup
n gram
2 Hamil ini
6. Riwayat Operasi
Pasien tidak pernah melakukan operasi sebelumnya
7. Riwayat Kontrasepsi
33
8. Riwayat ANC
Pada kehamilan ini pasien memeriksa kandungannya dua kali di Bidan.
Satu kali pada trimester I, dan satu kali pada trimester II.
Pemeriksaan Spesifik
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-) edema
34
periorbital (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pemesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular.
murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : perut cembung, striae gravidarum (+) linea
nigra(+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : hepar lien tidak teraba pembesaran
Genitalia : -
Ekstremitas : Akral hangat (+/+) edema (-/-)
B. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi : Perut membesar, cembung, striae gravidarum (+),
linea nigra (+)
- Leopold I : Bulat, besar, lunak, tidak melenting. Interpretasi
bokong
- Leopold II : Bagian kanan teraba datar dan keras, interpretasi
punggung. Bagian kiri teraba bagian kecil-kecil
janin, interpretasi ekstremitas
- Leopold III : Bulat, melenting, keras. Interpretasi kepala
- Leopold IV : Konvergen, belum masuk PAP
- TFU : 29 cm
- TBJ : 2790 gram
35
Pemeriksaan Dalam:
Posisi portio : Posterior
Konsistensi : Lunak
Pembukaan : 1 cm
Ketuban :-
Pendataran : 25%
Presentasi : Kepala
Penunjuk : Sutura sagittalis
Penurunan : Belum masuk PAP
Molase :0
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 10 g/dl 12.0 – 16.0 Normal
,9
Hematokrit 34, % 37.0 – 47.0 Menurun
6
Jumlah Trombosit 32 10^3/ul 150 – 440 Normal
6
Jumlah Leukosit 8, 10^3/ul 4.2 – 11.0 Normal
8
Hitung Jenis
Eosinofil 0, % 1–3 Normal
9
Basofil 0, % 0–1 Normal
6
36
Rhesus P
os
iti
f
CT 7 Menit <15 Normal
BT 2 Menit <6 Normal
Kimia Klinik
Imunologi
Antigen
SARS-CoV
2
3.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Awal
Observasi keadaan umum, tanda vital ibu, denyut jantung janin, HIS
38
PAP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Berdasarkan uraian tersebut, adapun saran yang bisa diberikan yaitu: Sebagai
upaya pencegahan terjadinya keluhan yang berulang, sebaiknya ibu hamil yang
sudah pernah mengalami penyulit dalam kehamilan maupun persalinannya dapat
rutin melakukan Ante Natal Care (ANC) pada trimester 1, 2 dan 3 kehamilan di
spesialis obgyn untuk mencegah terjadinya komplikasi pada kehamilan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
20. Mylonas, I., and Friese, K. Indication For And Risk Of Elective Caesarean
Section. Deutsches Ärzteblatt International, 112: 489–495.
DOI:10.3238/arztebl.2015.0489. 2015.
21. Winkjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta. 2018
22. Manuaba, IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk
Pendidikan Bidan. EGC. 2014
23. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
EGC. 2012.