I. PENDAHULUAN
Tiap negara dapat dipastikan melindungi wilayahnya dari keluarnya produk yang
mereka lindungi dan dari masuknya produk yang tidak memenuhi ketentuan atau
produk berbahaya. Keinginan eksportir untuk mengekspor dan keinginan importir untuk
memasukkan barang dari luar negeri saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing pihak. Oleh karena itu, agar ekspor dapat berjalan sesuai keinginan,
masing-masing pihak harus mengetahui peraturan-peraturan ekspor/impor yang berlaku
di negara asal (country of origin) dan di negara tujuan (country of destination).
Karena kegiatan ekspor mengalami proses ’keluar dari’ dan ’masuk ke’ teritorial atau
wilayah negara yang berbeda, maka akan sangat baik bila eksportir selain mempunyai
keinginan untuk mengeluarkan barang dari negaranya dengan lancar, juga harus
berkeinginan untuk membantu (importir) agar produk yang dikirimnya dapat masuk ke
negara tujuan dengan baik dan lancar juga.
Petugas Bea dan Cukai di Pelabuhan Tujuan yang memiliki pengertian yang keliru
atau pengertian yang berbeda dengan pengertian yang dimiliki oleh Eksportir, kemudian
dapat menyatakan bahwa buah mangga yang diimpor tersebut dilarang masuk ke
negeranya karena menurut pengamatannya, buah mangga tersebut masuk dalam
nomor HS tertentu yang dilarang diimpor.
Oleh karena itu, pastikan kepada Importir apakah nomor HS perlu dicantumkan
dalam dokumen atau tidak. Bila diperlukan, minta kepada Importir nomor HS yang
harus dicantumkan. Bila tidak perlu mencantumkan nomor HS, maka Importir akan
mengurusnya sendiri di Kantor Bea dan Cukai setempat.
Eksportir harus memeriksa ulang nomor HS yang diberikan Importir dalam buku HS
(tersedia di beberapa toko buku). Biasanya buku HS tersebut dimiliki oleh Perusahaan
Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) atau dapat dilihat di website Dirjen Bea Dan
Cukai R.I di www.beacukai.com. Pemeriksaan ulang nomor HS tersebut sangat penting,
sebab ada kemungkinan nomor HS yang disampaikan Importir tidak sesuai.
Importir dapat mengeluarkan produk yang diimpornya dari kawasan bea dan cukai
(customs terrytory) di Pelabuhan Tujuan, hanya bila importir mengajukan secara
lengkap semua dokumen yang diperlukan oleh Kantor Bea & Cukai (Customs Office)
setempat. Oleh karena itu, pastikan bahwa perincian semua dokumen yang harus
dilengkapi oleh eksportir, tercantum di dalam kontrak, di dalam L/C maupun di dalam
surat pesanan (Letter of Order)
Dengan mengetahui secara pasti dokumen yang diperlukan oleh importir, maka
eksportir akan terhindar dari klaim dan atau ’tidak dibayar’. Di samping itu, eksportir
dapat memperkirakan dan memperhitungkan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk
melengkapi dokumen yang diperlukan tersebut.
Dalam rangka melindungi masuknya hama & penyakit menular berbahaya dari
negara lain yang dapat mengancam kehidupan fauna/flora, terutama kesehatan
pengguna produk impor, Pihak terkait dengan karantina hewan/tumbuhan dan
kesehatan manusia bekerja saling mendukung dengan Petugas Bea dan Cukai.
Bea dan Cukai bekerja berdasarkan dokumen impor dan peraturan yang ditetapkan
otoritas teknis terkait seperti Departemen Pertanian dan Departemen Kesehatan atau
Lembaga sejenis yang berwenang seperti Food & Drugs Administration (FDA) di
Amerika.
Dalam hal khusus misalnya guna mencegah penyebaran penyakit kuku dan mulut
pada hewan, ’Sertifikat Karantina’ sekali pun tidak berlaku, karena Pemerintah
Indonesia melarang impor hewan hidup atau bagian-bagiannya yang berasal dari
Negara yang dinyatakan belum bebas penyakit mulut dan kuku, ke Wilayah Indonesia.
Di lain pihak, bila Importir akan mengimpor bahan pangan yang berasal dari hewan
atau tumbuhan, diperlukan Phytosanitary Certificate (Sertifikat Kesehatan Tumbuhan)
dan Health Certificate (Serifikat Kesehatan).
Health Certificate diterbitkan oleh Pihak Berwenang yang ditunjuk di Negara Asal
Barang (Dinas Kesehatan, Laboratorium Kesehatan atau International Surveyor) berisi
antara lain pernyataan bahwa ’Produk yang diekspor telah diperiksa dan
dinyatakan dalam kondisi baik serta layak dikonsumsi oleh manusia (fit for
human consumption)’.
Selain itu, untuk mengimpor bahan pangan mentah seperti beras, jagung, kedelai
dan produk sejenisnya harus disertai dengan Sertifikat Fumigasi (Fumigation
Certificate) yang diterbitkan oleh Pihak Berwenang Terkait (Badan/Dinas Karantina atau
International Surveyor). Sertifikat Fumigasi berisi antara lain pernyataan bahwa
’Sebelum dikapalkan produk yang diekspor telah difumigasi dengan bahan
(disebutkan) dan cara (disebutkan) sesuai ketentuan yang berlaku’
Dokumen standar yang dibutuhkan oleh Importir dan harus disediakan oleh
Eksportir agar lancar, aman dan sukses dalam memulai dan menekuni kegiatan ekspor,
antara lain adalah:
Format B/L hampir sama untuk seluruh Maskapai Pelayaran. Contoh B/L dapat
dilihat pada lampiran. Data yang terpenting dalam B/L adalah:
Harga barang tidak dicantumkan dalam B/L. Karena itu Eksportir tidak perlu
menyerahkan Commercial Invoice pada waktu memberikan Instruksi Pengapalan
kepada Maskapai Pelayaran. Data penting lain yang dicantumkan oleh Maskapai
pelayaran sebagai data tambahan antara lain:
2. Dokumen tambahan yang diperlukan importir untuk produk pertanian antara lain
adalah:
3. Dokumen untuk keperluan khusus yang diperlukan importir misalnya antara lain:
Informasi lebih lanjut mengenai dokumen tersebut dan beberapa dokumen lain yang
kemungikinan diperlukan oleh eksportir, dapat dilihat pada tabel terlampir.
III. PROSES TERJADINYA KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL
PROSESKONTRAK
PROSES KONTRAKDAGANG
DAGANG
Eksportir
Eksportir Importir
Importir
Promotion Inquiry
Offer Sheet Order Sheet
Sales Confirmation
Sales Contract
Pada waktu memberikan daftar harga (Price List) atau penawaran (Offer) barang
ekspor, harus jelas tercantum syarat-syarat atau kondisi antara lain:
a. Nama Produk (Name of Product) dan Uraian Barang (Goods Description)
b. Jenis Mata Uang yang digunakan, misalnya: US$, Sin$, Korean Won atau
Malaysian Ringgit.
c. Syarat Penyerahan Barang, misalnya: FOB (Free on Board); CNF (Cost and
Freight/CFR) atau CIF (Cost, Insurance and Freight).
d. Harga per Unit, misalnya per MT; per Carton; per Bag of 2.0 Kg
(Harga dapat dibuat lengkap menjadi, misalnya: US$ 300.0 per MT CNF
Singapore)
e. Syarat Pembayaran, misalnya: By Irrevocable at Sight Letter of Credit (L/C); Cash
Against Documents/CAD; Advance Payment (Pembayaran di muka)
f. Kemasan & Isi (Jumlah atau Berat per Kemasan atau per Kontainer).
g. Minimum Order (Jumlah Pesanan Minimum).
h. Shipment/Delivery Time (Waktu Pengapalan), misal: ‘Dalam waktu 30 hari setelah
L/C diterima’; atau ‘Setelah kontrak ditandatangani’; atau ‘Setelah uang muka
diterima’.
i. Moda Pengapalan, misal: ‘in container’ atau ‘breakbulk’ (curah).
j. Segala informasi penting lain yang perlu diketahui oleh Importir.
Mengingat fluktuasi nilai tukar (kurs) mata uang asing terhadap Rupiah, dan
memperhatikan tanggung jawab Eksportir terhadap penyiapan dokumen, pemuatan
barang dan lain-lain yang keseluruhannya memerlukan biaya, maka untuk menetapkan
harga jual yang menguntungkan, Eksportir harus membuat Pra-Kalkulasi (Perhitungan
Awal). Dengan mengasumsikan nilai tukar tertentu pada saat Pra-Kalkulasi, maka
Eksporitr dapat memperhitungkan ’keuntungan atau kerugian’ bila nilai tukar berubah ke
nilai tertentu.
Pra-Kalkulasi sebaiknya dibuat dengan menggunakan spread sheet dilengkapi
rumus-rumus sehingga bila terjadi perubahan nilai tukar atau bertambahnya biaya,
dampaknya terhadap keuntungan dapat segera diketahui. Dengan demikian Eksportir
dapat segera menentukan harga jual yang wajar.
1. Jenis Pembayaran
Letter of Credit merupakan cara pembayaran paling aman bagi Eksportir dan
Importer. Bila memenuhi syarat yang ditentukan dalam L/C, Eksportir yang telah
mengirim atau mengapalkan produk yang tercantum dalam L/C, akan lebih pasti
menerima pembayaran.
Sebaliknya, Importer pun ‘aman’ karena Bank Pembayar (negotiating bank) akan
melakukan pembayaran kepada Eksportir, setelah petugas bank meneliti seluruh
dokumen yang diserahkan oleh Eksportir kepada bank pembayar. Karena bank
pembayar telah meneliti semua dokumen (Bank pembayar tidak memeriksa fisik barang
yang dikapalkan), termasuk dokumen pengapalan (shipping document), Importer
merasa lebih yakin bahwa barang yang dipesannya memang telah dikapalkan.
Dibalik rasa aman yang dimiliki tersebut, Letter of Credit memiliki beberapa
kelemahan, sehingga Importir menghindari dan menolak penggunaan L/C sebagai cara
pembayaran dalam transaksi internasional ini.
UCP bila dianggap perlu akan disempurnakan oleh ICC. Copy UCP
ini dapat diminta pada petugas Bank, atau Eksportir dapat membuka
website International Chamber of Commerce http://www.iccwbo.org/
untuk mendapat petunjuk bagaimana memperoleh copy UCP.
OPENIN
IMPORTIR G BANK
Aplikasi L/C
Uraian L/C
ADVISING
BANK EKSPORTIR
L/C Advice &
Copy L/C
4. Pengiriman Barang
i. Pengiriman Lewat Laut.
Pengiriman Lewat laut biasanya dilakukan dengan pertimbangan ongkos angkut
(freight rate) yang lebih murah. Karena memerlukan waktu tempuh yang lebih
lama (dari Jakarta ke Eropa sekitar 30 hari termasuk transhipment), maka
kondisi produk yang tidak cepat rusak juga menjadi pertimbangan penting.
Pertimbangan lain misalnya bila produk yang akan dikapalkan cepat rusak atau
membutuhkan kondisi suhu tertentu untuk menjaga rantai dingin, Maskapai
Pelayaran menyediakan Kontainer Berpendingin (Reefer Container). Suhu dalam
Reefer Container dapat diatur dan dijaga tetap sampai minus 300 C sepanjang
perjalanan.
Pengiriman lewat laut dapat dilakukan dengan menggunakan kontainer atau
tanpa kontainer (curah/break bulk). Uraian ringkas mengenai cara pengiriman
dengan kontainer dan breakbulk adalah sebagai berikut:
Kapasitas Kontainer
Kapasitas kontainer berbeda tergantung jenis dan ukurannya. Ukuran umum
yang tersedia (tergantung fasilitas pelabuhan) adalah 20 feet (20’) dan 40 feet
(40’).
Dry container 20 feet dapat memuat beras sebanyak 25 MT atau gula pasir
sebanyak 26 MT yang masing-masing dikemas dalam karung plastik @ 50 Kg.
Eksportir pengirim barang mengalami proses transhipment ini tidak perlu kuatir
kontainernya akan dibuka di pelabuhan transit (Singapur). Di Pelabuhan transit,
kontainer beserta isinya tetap utuh (termasuk segel/seal-nya) karena kontainer
hanya diturunkan untuk menunggu kapal yang akan membawa barang ke
Negara tujuan.
Nama kapal yang tercantum dalam B/L biasanya hanya nama kapal feeder First
(1st) Carrier yang mengangkut barang dari Indonesia ke Singapur, sedangkan
nama 2nd Carrier yang mengangkut baranr dari Singapur ke pelabuhan tujuan
tidak dicantumkan.
FREIGHT FORWARDER
PPJK & SURVEYOR
EKSPORTIR
EKSPORTIR
MASKAPAI BARANG
PELAYARA
NEGOTIATIN N
G BANK
VIA COURIER SERVICE