Anda di halaman 1dari 5

Nama : Warda Chermayati Magistri

NIM : 20119140
Kelas : 2C TLM

SOAL DAN JAWABAN UTS PBAK


1. Bagaimana tanggapan mahasiswa berkenaan dengan banyaknya kasus korupsi yang
terjadi diberbagai Lembaga Negara baik di Eksekutif, Legislatif maupun Yudikatif.
(Jawaban minimal 3 Paragraf)
JAWABAN :
Korupsi menjadi persoalan serius negara ini. Setiap era kepemimpinan nasional,
tak pernah lepas dari isu korupsi yang melibatkan penyelenggara negara. Bahkan korupsi
terjadi di lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif,
Tanggapan saya sebagai mahasiswa mengenai kasus korupsi di Lembaga negara
ini sangat disayangkan karena Lembaga negara yang seharusnya menjadi ujung tombak
rakyat dalam mendobrak perekonomian negara agar dapat menjadi negara yang maju ini
malah merugikan negara dan warga negaranya. Pasalnya, korupsi oleh eksekutif dan
legislatif sudah banyak terjadi sesuai catatan perkara dari KPK meskipun saya sudah
tidak aneh dengan kasus seperti ini, karena memang korupsi sudah seperti menjadi
budaya di negara kita.
Yang harus di garis bawahi yaitu tentang managemen & organisasi yaitu
ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud
perundangundangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu
lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi. Agar
lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif negara kita bisa lebih baik lagi dan
terbebas dari korupsi
2. Bagaimana tanggapan mahasiswa berkenaan dengan banyaknya kasus korupsi yang
terjadi diberbagai Lembaga negara, seperti Lembaga Pendidikan, Kesehatan, Masyarakar
dsb (Jawaban minimal 3 paragraf)
JAWABAN :
Menurut saya korupsi di Lembaga Pendidikan bisa saja terjadi atau malah sering
terjadi, bentuk korupsi di Lembaga Pendidikan ini bentuknya sangat variative bahkan
sering tidak disadari. Misalnya, pemberian hadiah orangtua kepada guru untuk
"mempermudah" nilai anaknya, pembocoran soal atau kunci jawaban ujian, lobi-lobi
dengan uang suap untuk mendapatkan jatah bantuan atau anggaran dana dari pemerintah,
uang suap untuk mendapatkan jabatan tertentu dan uang suap untuk memperlancar
akreditasi sekolah. Korupsi di lembaga pendidikan semu, dan sejatinya mengandung
potensi bahaya lebih tinggi, korupsi ini bisa merugikan secara ekonomi dan non-ekonomi
seperti merusak mental siswa dan merusak masa depan siswa. Korupsi pada lembaga
pendidikan bisa lebih berdampak jangka panjang, mengancam persamaan akses, kuantitas
dan kualitas pendidikan, dirasakan oleh orang-orang miskin karna tertutupnya akses
memperoleh pendidikan yang bermutu sehingga anak-anak orang miskin sulit keluar dari
kemiskinan. Solusinya, adanya pengawasan ketat dilembaga pendidikan dalam bidang
apapun, ada pencerahan terhadap pendidik karena pendidik itu sendirilah sejatinya yang
menjadi kunci untuk menghilangkan korupsi di bidang pendidikan.
Permasalahan lainnya yang terjadi akibat korupsi dalam kesehatan terjadi lantaran
alokasi dana yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak tepat sasaran. Menjadikan,
banyaknya penyakit yang sulit tertangani, penyakit menjadi salah satu masalah sosial
yang kerapkali ditemukan dalam ciri negara berkembang, termasuk Indonesia. Jika
korupsi dalam bidang kesehatan di biarakan tentusaja hal ini mengakibatnya sulitnya
permasalahan terhadap penyekit teratasi, dalam konteksnya untuk sekarang ini ialah
permasalahan Virus Covid 19 yang sangat sulit ditengai pemerintah, karena beberapa
alokasi dana untuk tenaga kesehatan kurang di maksimalkan. Dan adanya fasiltas yang
dibedakan, permasalahan lainnya akibat dari adanya korupsi dalam bidang kesehatan
adalah terkait fasilitas pemerintahan yang tidak menyamaratakan, semua itu terjadi
karena sesuai keinginan kemampuan seseorang dalam membayar. Misalnya saja
penanganan terhadap si miskin pasti akan berbeda dengan orang yang lebih kaya.
Yang perlu digaris bawahi, terjadinya korupsi pada lembaga negara seperti
Kesehatan dan pendidikan atau lembaga negara yang lainnya karena faktor ekonomi yang
rendah atau kurang dan biaya hidup yang tidak merata, serta kemiskinan yang terus
menerus bertambah. Jadi pemerintah seharusnya lebih baik memperhatikan juga tentang
korupsi pada lembaga ini, karena korupsi pada lembaga-lembaga tersebut tidaklah sama
seperti korupsi yang biasa dilakukan seperti penyelewengan atau penggelapan dana.
Karena di lembaga ini korupsi terjadi terkadang tidak disadari atau semu.
3. Bagaimanakan peran apparat penegak hukum dan peraturan hukum dalam upaya
melakukan pemberantasan terhadap budaya korupsi di Indonesia? ( jawab minimal 3
paragraf)
JAWABAN :
Menurut saya mengenai peran apparat penegak hukum dan peraturan hukum
dalam upaya pemberantasan terhadap korupsi di Indonesia masih sangat buruk, mengapa
saya mengatakan demikian? Terlihat dari banyaknnya kasus korupsi di Indonesia yang
terus bertambah
Hal ini tidak terlepas dari longgarnya atau kurang tegasnnya parat apparat
penegak hukum dalam memberantas kasus korupsi ini kita bisa ambil contoh mengenai
akan di resmikannya revisi Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan (UU Pemasyarakatan) dimana dalam salah satu poinnya yakni terkait
“pemberian pembebasan bersyarat terhadap narapidana kasus kejahatan luar biasa,
termasuk kasus korupsi” .
Menurut pandangan saya undang -undang ini malah membuat para koruptor
menjadi lebih leluasa, terlepas dari ham (hak asasi manusia) apa yang telah di lakukan
para koruptor sangat merugikan. Korupsi tak hanya merugikan keuangan negara, tapi
ujungnya adalah mengamputasi kemampuan negara untuk menyejahterakan rakyat. Dan
menurut pandangan saya para pelaku kasus korupsi seharusnya di berikan hukuman yang
lebih berat bukan malah meringankan para koruptor
4. Langkah kongkrit seperti apakah yang mahasiswa tawarkan untuk menyelesaikan
berbagai kasus korupsi baik yang ada di Lembaga Negara ataupun Lembaga Non Negara
di Indonesia? (Jawaban minimal 5 Paragraf)
JAWABAN :
Sebelum kita masuk ke Langkah penanganan untuk meyelsaikan kasus korupsi
kita harus memahami dulu aspek aspek yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
Tindakan korupsi ini
Penyebab korupsi dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi
sedang faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab
dari luar
Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran
nah langkah konkrit yang saya tawarkan sebagai mahasiswa, yaitu pertama kita harus
memperbaiki diri kita sendiri seperti memperbaiki keimanan kita dengan lebih
mendekatkan diri pada sang pencipta seperti memperdalam ilmu agama kita, selnjutnya
kita harus memperbaiki moral kita. Nah disini pentinya pernana atau dosen/guru,orang
tua untuk mendidik anak agar mempunyai moral yang baik sehingga mempunyai sikap
kejujuran yang tinggi
Faktor eksternal bisa ditinjau dari aspek ekonomi seperti pendapatan atau gaji
yang tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan
politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek managemen & organisasi yaitu
ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud
perundangundangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu
lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.
Yang selanjutnya yang harus di perbaiki di Indonesia ini adalah lemahnnya para
penegak hukum dalam menegakan keadila, ada pribhasa mengatakan “Hukum di
Indonesia tajam ke bawah tumpul ke atas” presepsi ini bukan tanpa alas an karena
memang benar, kita bisa ambil contoh para koruptor yang mempunyai sell tahanan
mewah berbeda dengan sell tahanan pada umumnya selain itu para koruptor juga masih
bebas keluar masuk tahanan. Nah ini yang harus kita perbaiki, saran saya sebagai
mahasiswa hukum di Indonesia harus tegas tanpa pandang bulu siapa pelakunya, kita bisa
mengambil contoh negara lain dalam penaganan kasus korupsi ini agar kasus korupsi di
Indonesia jumlahnya apat berkurang
Kita dapat mencontoh negara lain dalam penangan kasus korupsi ini.misalnya,
Negara TIONGKOK para Pelaku korupsi. Mereka yang terbukti merugikan negara lebih
dari 100.000 yuan atau setara Rp215 j uta akan dihukum mati. Contohnya Kasus pada
tahun 2018, Zhou Zhenhong, 56, mantan Chief United Front Work Department (UFWD),
dijatuhi hukuman mati setelah terbukti mengambil lebih dari 24,6 juta yuan atau Rp43
miliar. Selain itu, mantan Menteri Perkeretaapian Tiongkok Liu Zhijun terbukti korupsi
dan dihukum mati. Vonis itu marak diberlakukan semenjak Xi Jinping menjabat sebagai
presiden 'Negeri Tirai Bambu' tersebut ini bisa dijadikan opsi untuk Indonesia dalam
menangai kasus korupsi di indonesia

Anda mungkin juga menyukai