1. Bagaimana tanggapan mahasiswa berkenaan dengan banyaknya kasus korupsi yang terjadi diberbagai Lembaga Negara baik di Eksekutif, Legislatif maupun Yudikatif. (Jawaban minimal 3 Paragraf) JAWABAN : Korupsi menjadi persoalan serius negara ini. Setiap era kepemimpinan nasional, tak pernah lepas dari isu korupsi yang melibatkan penyelenggara negara. Bahkan korupsi terjadi di lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, Tanggapan saya sebagai mahasiswa mengenai kasus korupsi di Lembaga negara ini sangat disayangkan karena Lembaga negara yang seharusnya menjadi ujung tombak rakyat dalam mendobrak perekonomian negara agar dapat menjadi negara yang maju ini malah merugikan negara dan warga negaranya. Pasalnya, korupsi oleh eksekutif dan legislatif sudah banyak terjadi sesuai catatan perkara dari KPK meskipun saya sudah tidak aneh dengan kasus seperti ini, karena memang korupsi sudah seperti menjadi budaya di negara kita. Yang harus di garis bawahi yaitu tentang managemen & organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundangundangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi. Agar lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif negara kita bisa lebih baik lagi dan terbebas dari korupsi 2. Bagaimana tanggapan mahasiswa berkenaan dengan banyaknya kasus korupsi yang terjadi diberbagai Lembaga negara, seperti Lembaga Pendidikan, Kesehatan, Masyarakar dsb (Jawaban minimal 3 paragraf) JAWABAN : Menurut saya korupsi di Lembaga Pendidikan bisa saja terjadi atau malah sering terjadi, bentuk korupsi di Lembaga Pendidikan ini bentuknya sangat variative bahkan sering tidak disadari. Misalnya, pemberian hadiah orangtua kepada guru untuk "mempermudah" nilai anaknya, pembocoran soal atau kunci jawaban ujian, lobi-lobi dengan uang suap untuk mendapatkan jatah bantuan atau anggaran dana dari pemerintah, uang suap untuk mendapatkan jabatan tertentu dan uang suap untuk memperlancar akreditasi sekolah. Korupsi di lembaga pendidikan semu, dan sejatinya mengandung potensi bahaya lebih tinggi, korupsi ini bisa merugikan secara ekonomi dan non-ekonomi seperti merusak mental siswa dan merusak masa depan siswa. Korupsi pada lembaga pendidikan bisa lebih berdampak jangka panjang, mengancam persamaan akses, kuantitas dan kualitas pendidikan, dirasakan oleh orang-orang miskin karna tertutupnya akses memperoleh pendidikan yang bermutu sehingga anak-anak orang miskin sulit keluar dari kemiskinan. Solusinya, adanya pengawasan ketat dilembaga pendidikan dalam bidang apapun, ada pencerahan terhadap pendidik karena pendidik itu sendirilah sejatinya yang menjadi kunci untuk menghilangkan korupsi di bidang pendidikan. Permasalahan lainnya yang terjadi akibat korupsi dalam kesehatan terjadi lantaran alokasi dana yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak tepat sasaran. Menjadikan, banyaknya penyakit yang sulit tertangani, penyakit menjadi salah satu masalah sosial yang kerapkali ditemukan dalam ciri negara berkembang, termasuk Indonesia. Jika korupsi dalam bidang kesehatan di biarakan tentusaja hal ini mengakibatnya sulitnya permasalahan terhadap penyekit teratasi, dalam konteksnya untuk sekarang ini ialah permasalahan Virus Covid 19 yang sangat sulit ditengai pemerintah, karena beberapa alokasi dana untuk tenaga kesehatan kurang di maksimalkan. Dan adanya fasiltas yang dibedakan, permasalahan lainnya akibat dari adanya korupsi dalam bidang kesehatan adalah terkait fasilitas pemerintahan yang tidak menyamaratakan, semua itu terjadi karena sesuai keinginan kemampuan seseorang dalam membayar. Misalnya saja penanganan terhadap si miskin pasti akan berbeda dengan orang yang lebih kaya. Yang perlu digaris bawahi, terjadinya korupsi pada lembaga negara seperti Kesehatan dan pendidikan atau lembaga negara yang lainnya karena faktor ekonomi yang rendah atau kurang dan biaya hidup yang tidak merata, serta kemiskinan yang terus menerus bertambah. Jadi pemerintah seharusnya lebih baik memperhatikan juga tentang korupsi pada lembaga ini, karena korupsi pada lembaga-lembaga tersebut tidaklah sama seperti korupsi yang biasa dilakukan seperti penyelewengan atau penggelapan dana. Karena di lembaga ini korupsi terjadi terkadang tidak disadari atau semu. 3. Bagaimanakan peran apparat penegak hukum dan peraturan hukum dalam upaya melakukan pemberantasan terhadap budaya korupsi di Indonesia? ( jawab minimal 3 paragraf) JAWABAN : Menurut saya mengenai peran apparat penegak hukum dan peraturan hukum dalam upaya pemberantasan terhadap korupsi di Indonesia masih sangat buruk, mengapa saya mengatakan demikian? Terlihat dari banyaknnya kasus korupsi di Indonesia yang terus bertambah Hal ini tidak terlepas dari longgarnya atau kurang tegasnnya parat apparat penegak hukum dalam memberantas kasus korupsi ini kita bisa ambil contoh mengenai akan di resmikannya revisi Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (UU Pemasyarakatan) dimana dalam salah satu poinnya yakni terkait “pemberian pembebasan bersyarat terhadap narapidana kasus kejahatan luar biasa, termasuk kasus korupsi” . Menurut pandangan saya undang -undang ini malah membuat para koruptor menjadi lebih leluasa, terlepas dari ham (hak asasi manusia) apa yang telah di lakukan para koruptor sangat merugikan. Korupsi tak hanya merugikan keuangan negara, tapi ujungnya adalah mengamputasi kemampuan negara untuk menyejahterakan rakyat. Dan menurut pandangan saya para pelaku kasus korupsi seharusnya di berikan hukuman yang lebih berat bukan malah meringankan para koruptor 4. Langkah kongkrit seperti apakah yang mahasiswa tawarkan untuk menyelesaikan berbagai kasus korupsi baik yang ada di Lembaga Negara ataupun Lembaga Non Negara di Indonesia? (Jawaban minimal 5 Paragraf) JAWABAN : Sebelum kita masuk ke Langkah penanganan untuk meyelsaikan kasus korupsi kita harus memahami dulu aspek aspek yang dapat menyebabkan seseorang melakukan Tindakan korupsi ini Penyebab korupsi dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran nah langkah konkrit yang saya tawarkan sebagai mahasiswa, yaitu pertama kita harus memperbaiki diri kita sendiri seperti memperbaiki keimanan kita dengan lebih mendekatkan diri pada sang pencipta seperti memperdalam ilmu agama kita, selnjutnya kita harus memperbaiki moral kita. Nah disini pentinya pernana atau dosen/guru,orang tua untuk mendidik anak agar mempunyai moral yang baik sehingga mempunyai sikap kejujuran yang tinggi Faktor eksternal bisa ditinjau dari aspek ekonomi seperti pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek managemen & organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundangundangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi. Yang selanjutnya yang harus di perbaiki di Indonesia ini adalah lemahnnya para penegak hukum dalam menegakan keadila, ada pribhasa mengatakan “Hukum di Indonesia tajam ke bawah tumpul ke atas” presepsi ini bukan tanpa alas an karena memang benar, kita bisa ambil contoh para koruptor yang mempunyai sell tahanan mewah berbeda dengan sell tahanan pada umumnya selain itu para koruptor juga masih bebas keluar masuk tahanan. Nah ini yang harus kita perbaiki, saran saya sebagai mahasiswa hukum di Indonesia harus tegas tanpa pandang bulu siapa pelakunya, kita bisa mengambil contoh negara lain dalam penaganan kasus korupsi ini agar kasus korupsi di Indonesia jumlahnya apat berkurang Kita dapat mencontoh negara lain dalam penangan kasus korupsi ini.misalnya, Negara TIONGKOK para Pelaku korupsi. Mereka yang terbukti merugikan negara lebih dari 100.000 yuan atau setara Rp215 j uta akan dihukum mati. Contohnya Kasus pada tahun 2018, Zhou Zhenhong, 56, mantan Chief United Front Work Department (UFWD), dijatuhi hukuman mati setelah terbukti mengambil lebih dari 24,6 juta yuan atau Rp43 miliar. Selain itu, mantan Menteri Perkeretaapian Tiongkok Liu Zhijun terbukti korupsi dan dihukum mati. Vonis itu marak diberlakukan semenjak Xi Jinping menjabat sebagai presiden 'Negeri Tirai Bambu' tersebut ini bisa dijadikan opsi untuk Indonesia dalam menangai kasus korupsi di indonesia