Anda di halaman 1dari 9

Nama : Evita Dwi Anggraeni

NIM : 200810201058

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan

MANAJEMEN PIUTANG DAN PERSEDIAAN

A. Manajemen Piutang
a. Pengertian Piutang
Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang
akan datangkarena terjadinya transaksi dimasa lalu. Investasi ke modal kerja piutang
ditimbulkan dari adanya penjualan kredit, dan besarnya tingkat investasi piutang
tergantung pada kebijakan kredit dan sistem pengumpulan piutang dalam hubungannya
dengan stimulasi peningkatan penjualan. Peningkatan penjualan dapat meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Tetapi disisi lain, peningkatan piutang juga membutuhkan
tambahan pembiayaan, biaya untuk analisis kredit dan penagihan piutang serta
kemungkinan piutang yang macet tak dapat ditagih. Sebagai contoh, jika perusahaan
menetapkan harga yang sama untuk penjualan kredit dan tunai, kemudian penawaran
kredit ini berdampak pada pengurangan harga. Pengurangan ini terjadi disebabkan oleh
dua cara, yaitu pengurangan langsung jika perusahaan memberikan potongan penjualan
ketika piutang dibayar dalam periode potongan, dan pengurangan tidak langsung akibat
investasi dana yang tertanam dalam piutang sampai batas jatuh temponya.
Masalah piutang dianggap begitu penting dalam kaitannya dengan perusahaan,
karena perusahaan harus menentukan berapa jumlah piutang yang optimal. Piutang
perusaahaan pada umumnya merupakan jumlah yang terbesar dalam aktiva lancar dan
merupakan bagian yang cukup besar dari aset perusahaan. Karena jumlahnya yang
cukup besar ini, perusahaan terhadap kebijaksanaan yang mempengaruhi jumlah
piutang pada akhirnya mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
b. Analisis Kebijakan Kredit
Kredit dapat diperluas untuk individu atau untuk perusahaan lain. Kredit yang
diberikankepada individual sasarannya adalah para konsumen, sedangkan untuk
perusahaan terbatas pada utangdagang, dan masa jatuh temponya sesuai dengan
perjanjian umumnya sesuai dengan rata-rata lamanya barang dibeli secara kredit
sampai barang terjual biasanya oleh grosir atau agen penjualan.Utang dagang
ditentukan secara objektif sensitif terhadap tingkat bunga yang dibebankan,sedangkan
kredit yang diberikan kepada para konsumen telah dipengaruhi oleh tingkat
pendapatandan tingkat pengangguran.
c. Standar Kredit
Standar kredit adalah penentun kriteria terjaminnya kredit yang diberikan kepada
para pelanggan dan seberapa luas kredit layak diberikan. Seorang pelanggan harus me
menuhi atau melebihi standar kredit minimum yang ditetapkan. Idealnya standar kredit
perusahaan hanya menolakterhadap para pelanggan yang diprediksi tidak mampu
membayar dan diperkirakan akan menjadikredit macet. Akan tetapi, tidak ada metode
baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang mampumemprediksi kesanggupan
pembayaran di masa yang akan datang.
Meskipun berupaya menerapkan standar kredit ideal, kemungkinan akan
menghasilkankebijakan kredit yang lunak atau kebijakan ketat, dan terbayarnya
piutang, tetapi di sisi lain juga akankehilangan kesempatan penjualan yang potensial
atas penolakan kredit para pelanggan yangkemungkinan sebenarnya mampu
membayar.. Oleh karena itu, dibutuhkan pengelolaan piutang yangmampu menentukan
kebijakan kredit dengan melihat untung dan ruginya terhadap kebijakan penjualan
secara kredit tersebut.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penilaian risiko kredit diterapkan dengan 5
(lima) C :
1. Character
Karakter pelanggan tentu menjadi pengamatan dari perusahaan, apakah pelanggan
ini bersifat jujur atau tidak dalam melakukan kebiasaan membayar kewajibannya.
Hal inidianggap penting, karena kredit harus diimbangi dengan kesanggupan
membayar dari pelanggan.
2. Capacity
Kemampuan pelanggan harus diukur ole perusahaan, bagaimana kemampuan
membayarkewajibannya diwaktu yang lalu, dan bagaimana kondisi pelanggan
tentang tempat usaha pelanggan tersebut.
3. Capital
Perusahaan mengukur posisi dinansial dengan melihat laporan keuangannya,
terutama permodalan perusahaan.
4. Colleteral
Untuk keamanan kredit yang diberikan perusahaan kepada pelanggan, biasanya
pelanggan bisa juga menyampaikan suatu jaminan kepada perusahaan, misalnya
aktiva tetap.
5. Conditional
Kondisi perekonomian di suatu negara atau daerah dalam waktu-waktu tertentu
dapatmerupakan pertimbangan bagi perusahaan untuk memberikan kredit
kepada pelanggannya.
d. Keuntungan dan Kerugian Yang Ditimbulkan Oleh Kebijakan Kredit
1. Potongan tunai, persentase pengutang penjualan sebagai insentif pembayaran
lebih awal.
2. Biaya pengumpulan piutang, merupakan biaya administrasi untuk
melaksanakan operasi piutang.
3. Cadangan kerugian piutang, jumlah piutang yang tak tertagih yang dibebankan
pada penjualan.
4. Biaya pendanaan, yaitu biaya kesempatan yang ditimbulkan oleh investasi
piutang.
e. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Piutang
1. Jumlah besar atau kecilnya penjualan kredit
Semakin besar jumlah penjualan kredit, maka semakin besar pula piutang atau
dana yangtertanam dalam piutang. Sebaliknya jika jumlah penjualan kredit
kecil, maka semakin kecil pula piutang atau semakin kecil dana yang tertanam
dalam piutang.
2. Surat pembayaran penjualan kredit
Surat pembayaran kredit ini adalah untuk memberikan kepastian kepada
pelanggan, kapan pelanggan harus melunasi pembayaran hutangnya, dan
seberapa besar hak pelanggan kalau dapat memnuhi pembayaran lebih awal dari
waktu yang ditentukan.
3. Ketentuan batas jumlah kredit
Masing-masing perusahaan tentu tidak sama dalam pembatasan jumlah kredit
yang diberikan,ada yang cukup lama dan ada pula yang cukup singkat. Makin
lama waktu yang diberikan dalamkredit semakin lama juga dana yang tertanam
dalam piutang, sebaliknya makin singkat waktu yangdiberikan dalam kredit
semakin singkat dana yang tertanam dalam piutang.
4. Kebijakan pengumpulan piutang
Perusahaan dalam pengumpulan piutang dapat bersifat aktif dan dapat pula
bersifat pasif.Aktif artinya perusahaan selalu mengingatkan pelanggan apabila
jatuh tempo hampir berakhir atausudah sampai jatuh temponya, kemudian
perusahaan akan datang ke pelanggan untuk menagih pembayarannya,
sedangkan yang bersifat pasif perusahaan hanya menunggu kalau pelanggan
datanguntuk membayar kreditnya pada saat jatuh tempo.
5. Kebiasaan membayar para pelanggan
Kebiasaan pelanggan dalam melakukan pembelian dapat dilakukan dengan
membayar tunai,dan ada pula yang pembayarannya dengan cara memanfaatkan
syarat pembayaran kredit sepertidisebutkan diatas. Tentu saja para pelanggan
akan melihat syarat pembayaran kredit yang diberikanoleh perusahaan, apakah
pelanggan merasa lebih ringan dengan syarat pembayaran itu.
f. Tingkat Perputaran Piutang
Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan “berputar”. Makin
lama syarat pembayaran, maka makin lama modal terikat pada piutang sehingga tingkat
perputaran piutang (receivables turnover) makin rendah. Rumus tingkat perputaran
piutang :
Receivable Turnover = Penjualan Kredit/Rata-rata piutang
Hasil Rata-rata pengumpulan piutang atau periode terikatnya modal dalam piutang
: 360/Recevable Turnover =….. hari
360 × Rata-rata piutang/penjualan kredit hari rata-rata pengumpulan piutang
(Average Collection period)
g. Pengendalian Piutang
Pada dasarnya ada 3 bidang pengendalian yang umum dilakukan, ketiga bidang
tersebut adalah :
1. Pemberian kredit
Kebijakan kredit dan syarat penjualan kredit harus tidak boleh menghambat
kepada pelangganyang keadaan keuangannya baik dan tidak boleh
menimbulkan kerugian yang besar karenaadanya piutang yang tak dapat
ditagih.
2. Penagihan yang aktif
Hal ini harus dilakukan untuk memperoleh pembayaran atas piutang yang ada
sesuai dnegansyarat penjualan waktu yang wajar.
3. Penyelenggaraan administrasi piutang yang baik
Administrasi piutang harus baik karena agar dapat menjamin bahwa
pengendalian piutangnyatelah efektif.
B. Manajemen Persediaan
a. Pengertian Persediaan
Persediaan atau inventory merupakan salah satu aktiva lancar yang jumlahnya
cukup besardan selalu berputar secara terus menerus serta mengalami perubahan pada
suatu perusahaan,sehingga memerlukan perhatian yang serius dalam mengembangkan
teknik-teknik pengendalianuntuk memelihara saldo persediaan yang cukup dengan
biaya yang sekecil-kecilnya.
Seperti halnya piutang, investasi dalam persediaan merepresentasikan porsi
investasi dari totalinvestasi aktiva perusahaan. Idealnya, dengan kas seharusnya
perusahaan dapat menerapkan tingkat persediaan nol. Namun dalam praktiknya,
kondisi ini sulit bisa dicapai. Persediaan harus ada gunamelayani produksi perusahaan,
jumlah persediaan yang signifikan dapat mendorong proses produksidalam bentuk
produk setengah jadi. Bahkan, produk setengah jadi yang diproses menjadi produk
jadimerupakan bahan pertimbangan yang berarti dalam mengelola persediaan.
Perusahaan sering melakukan penyimpanan persediaan di gudang dengan harapan
dapatmenekan biaya tetap yang ditimbulkan dari biaya pesan dan/atau tambahan biaya
persediaan yangdisebabkan kurangnya antisipasi jumlah persediaan yang dibutuhkan
bagian produksi. Tambahan biaya persediaan muncul dengan alasan. Pengakuan biaya
ditimbulkan oleh penyimpanan persediaandi gudang. Sebagai contoh, biaya naiknya
harga pembelian persediaan, biaya transposrtasi, biaya produksi, dan biaya penentuan
pesanan pembelian (manajemen waktu, biaya telepon, dan biaya kertas kerja).
b. Tujuan Manajemen Persediaan
1. Menekan investasi modal dalam persediaan pada suatu tingkat yang minimal.
2. Mengurangi pemborosan biaya yang timbul dari penyelenggaraan persediaan
yang berlebihan,kerusakan, penyimpanan, kekunoan, dan pajak serta asuransi
persediaan.
3. Mengurangi risiko kecurangan/kehilangan dan risiko karena kerugian akibat
penurunan harga.
4. Mengurangi investasi dalam fasilitas dan peralatan pergudangan.
5. Mengurangi biaya mengadakan opname phisik persediaan.
6. Mengurangi risiko penundaan produksi dengan cara selalu menyediakan bahan-
bahan yangdiperlukan
c. Faktor-faktor Pendukung Suksesnya Manajemen Persediaan
1. Adanya penetapan tanggung jawab dan kewenangan fungsional secara tegas
sehubungan
dengan persediaan. Misalnya, adanya penetapan fungsi perencanaan, penerima
an, penyimpanan, penggunaan serta pencatatan.
2. Adanya kebijakan-kebijakan yang telah dirumuskan dengan baik. Misalnya,
jumlah persediaanyang harus ada, harga barang yang harus dibeli, spesifikasi,
dan unsur suatu barang yang dapatdigunakan dan sebagainya.
3. Adanya personal yang cakap dalam tugasnya guna melaksanakan kebijakan
persediaan yangtelah ditetapkan.
4. Adanya sistem informasi persediaan yang selalu dapat menyajikan posisi
persediaan setiap saat.
d. Model Pengendalian Persediaan
Biaya persediaan dapat diminimumkan dengan memiliki jumlah pesanan yang
optimal (=Q),yang kadang-kadang disebut jumlah pesanan ekonomis.
(Economic Order Quantity = EOQ).Untuk menetapkan EOQ yang optimal dilakukan
dengan cara meminimumkan fungsi Total Cost, yang di ekspresikan sebagai berikut :
1. Kuantitas barang yang dipesan dimisalkan = Q unit. Dengan demikian kuantitas
barang yangdimiliki berkisar antara nol sampai Q unit. Sehingga rata-ratanya =
Q/2.2.
2. Biaya simpan per unit per periode = C, maka total biaya simpan per periode =
C(Q/2).3.
3. Kebutuhan barang per periode = S.4.
4. Biaya setiap kali pesan = K5.
5. Total biaya pemesanan per periode = (S/Q)K.

Dengan demikian Total Cost (TC) = C(Q/2) + K (S/Q), Q akan optimal, apabila
TC minimal artinya harus didevinisikan terhadap Q = 0 sebagai berikut :

(TC) = C(Q/2) + K(S/Q)

TC/Q = C/2 + K(S/Q)

TC/Q = 0 C/2 K(S/Q) = 0

C/2 = K/(S/Q)

CQ2 = 2KS

Q = √2. 𝐾. 𝑆/𝐶

Keterangan symbol :

Q = jumlah pembelian yang ekonomis

K = biaya pemesanan setiap kali pesan

S = jumlah kebutuhan bahan/barang selama periode tertentu

C = biaya simpan per unit


e. Economic Order Quantity (EOQ)
Merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis, untuk
dilaksanakan dalamsetiap kali pembelian bahan mentah. Tiga jenis biaya yang
berkaitan dengan persediaan yang harusdipertimbangkan dalam menentukan
persediaan yang optimal. Ketiga jenis biaya tersebut adalah Biaya Pesan (Ordering
Costs), Biaya Simpan (Carrying Costs) dan Biaya Kehabisan Bahan (StockoutCosts).
Biaya Pesan adalah semua biaya yang timbul sebagai akibat pemesanan. Biaya itu
meliputi biaya sejak dilakukan pemesanan hingga pemesanan itu sampai di gudang,
seperti biaya persiapan, penerimaan, pengecekan, penimbangan, dan biaya lainnya
hingga persediaan siap untuk diproses.Biaya simpan terdiri dari storage costs yang
termasuk sewa gudang, biaya keusangan yaitu penurunannilai karena perubahan bentuk
fisik persediaan itu sendiri, asuransi, baik asuransi kebakaran maupunasuransi
kehilangan, pajak, biaya dana yang diinvestasikan pada persediaan.
Biaya Kehabisan Bahan, timbul pada saat perusahaan tidak dapat memenuhi
permintaankarena persediaan tidak cukup. Biaya kehabisan bahan ini meliputi biaya
pesan secara cepat ataukhusus dan biaya produksi karena adanya operasi ekstra.Suatu
metode untuk menentukan persediaan bahan dasar yang tepat sehingga
tidakmengganggu proses produksi dan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi,
digunakan rumussebagai berikut:Rumus EOQ adalah:

√2. 𝑅. 𝑆 / P.I

Keterangan :

R = Jumlah (dalam unit) yang diperlukan selama satu periode tertentu

S = Biaya pesanan setiap kali pesan

P = Harga pembelian per unit yang dibayar

I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan, dalam persentase dari nilai rata-rata dalam
rupiah dari persediaan

f. Re Order Point
Re Order Point (ROP) merupakan saat atau titik di mana harus dilakukan pemesanan
kembali atas bahan baku yang diperlukan. Sehingga kedatangannya tepat pada
waktu persediaan bahan jumlahnyasama dengan safety stock Untuk menentukan ROP
ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Land time adalah waktu tunggu sejak barang tersebut dipesan sampai dengan
barang diterima.
2. Safety stock adalah suatu jumla persediaan minimal yang selalu harus ada di
perusahaan untukmenghindari risiko kehabisan bahan.
Rumus Re Order Point sebagai berikut :
ROP = safety stock + kebutuhan selama lead time
DAFTAR PUSTAKA

Deswari Ratri. (2020). MANAJEMEN PIUTANG DAN PERSEDIAAN.


https://www.academia.edu/39805916/MANAJEMEN_PIUTANG_DAN_PERSEDIAAN

Anda mungkin juga menyukai