Anda di halaman 1dari 17

Perencanaan Produksi Agregat untuk Optimalisasi Sumber Daya dan Efisiensi

Biaya Studi Kasus pada PT Daiwabo Garment Indonesia

Naila Hanum
Magister Akuntansi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia
e-mail: naila.hanum@mail.ugm.ac.id

Abstrak

Tujuan – Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab risiko pemborosan sumber
daya dan biaya produksi pada PT Daiwabo Garment Indonesia untuk selanjutnya melakukan
identifikasi strategi rencana produksi agregat yang dapat menghasilkan optimalisasi sumber
daya dan efisiensi biaya.

Metode Penelitian – Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada
perencanaan produksi PT Daiwabo Garment Indonesia. Parameter-parameter yang dibutuhkan
dalam penyusunan sistem perencanaan produksi agregat di antaranya yaitu jumlah permintaan
dari pelanggan, jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, serta kapasitas produksi reguler dan
lembur. Masing-masing parameter dapat mempengaruhi perencanaan jangka menengah dalam
mengestimasikan biaya produksi. Rencana agregat disusun dengan meramalkan jumlah
permintaan dengan model deret waktu yang digunakan sebagai dasar optimalisasi sumber daya.
Strategi perencanaan agregat terpilih ialah strategi yang memperkirakan biaya produksi
terendah dalam memenuhi permintaan pelanggan.

Temuan – Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perencanaan produksi perusahaan masih


menimbulkan risiko pemborosan biaya sedangkan perencanaan agregat dengan strategi chase
memperkirakan biaya produksi yang lebih rendah serta fisibel untuk diterapkan perusahaan.
Rencana agregat dengan strategi chase menghasilkan efisiensi biaya sebesar Rp12.338.718.876
dalam memenuhi permintaan tahun 2018. Penelitian ini juga memuat rencana produksi agregat
tahun 2019 yang memperkirakan biaya sebesar Rp205.657.400.950 untuk memenuhi ramalan
permintaan sejumlah 9.363.140 unit. Total biaya tersebut merupakan akumulasi dari biaya
yang timbul dari produksi reguler, produksi lembur, penyimpanan persediaan, serta upah
tenaga kerja, penyimpanan persediaan, termasuk biaya dalam memvariasikan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan. Fleksibilitas kebijakan perusahaan dalam menyesuaikan ukuran tenaga
kerja diperlukan untuk menerapkan strategi chase dalam perencanaan agregat.

Orisinalitas – Penelitian studi kasus pada PT Daiwabo Garment Indonesia menginisiasi


perencanaan produksi agregat yang dapat menjadi alat bagi manajemen untuk melakukan
penyesuaian sumber daya dan kapasitas produksi dalam menghadapi fluktuasi jumlah
permintaan pesanan. Hal ini menjadi semakin penting ketika perusahaan melakukan
produksinya berdasarkan sistem pesanan yang sekaligus berkewajiban mematuhi peraturan
sebagai penyelenggara kawasan berikat.

Kata kunci: Perencanaan Produksi, Perencanaan Agregat, Strategi Chase, Strategi Level,
Optimalisasi, Efisiensi Biaya.

1
1. PENDAHULUAN Perencanaan produksi agregat menjadi salah
Industri TPA yang terdiri dari perusahaan satu alat pengambilan keputusan yang
penghasil tekstil, produk tekstil (garmen) dan digunakan oleh manajemen dalam
alas kaki terus menjadi komponen utama menyesuaikan kapasitas produksi yang
industri manufaktur Indonesia sekaligus bertujuan memenuhi permintaan pelanggan.
menjadi sumber lapangan pekerjaan yang Perencanaan agregat menyesuaikan jumlah
signifikan. Horne dan Andrade (2017) pada produksi, tenaga kerja, tingkat persediaan,
buletin International Labour Organization pelaksanaan lembur, subkontrak, atau faktor
menunjukkan bahwa pada tahun 2016 lain yang dapat perusahaan variasikan untuk
industri TPA menyumbang sekitar 7 persen memenuhi permintaan dengan biaya
dari nilai tambah bruto dan menyumbang produksi yang lebih efisien. Perencanaan
sekitar 6,6 persen dari total ekspor. Namun, produksi yang baik akan meminimalisasi
pertumbuhan ekspor di industri TPA ketidakpastian dan pemborosan sumber daya
Indonesia saat ini berkembang pada tingkat sehingga perusahaan dapat menekan biaya
yang relatif lambat dibandingkan dengan produksi tanpa mengesampingkan kualitas
Vietnam, Kamboja, India dan Bangladesh. produk yang dihasilkan.
PT Daiwabo Garment Indonesia (DAI) Perencanaan produksi pada DAI
adalah salah satu perusahaan manufaktur selama ini dilakukan secara mingguan dan
yang beroperasi pada industri garmen. DAI hanya berdasarkan pesanan (purchase order)
merupakan perusahaan penanaman modal yang diterima dari Daiwabo Neu selaku
asing yang melakukan ekspor atas hasil-hasil induk perusahaan. Ketika jumlah permintaan
produksinya. DAI sebagai perusahaan pesanan menurun drastis, manajer harus
manufaktur yang melakukan produksi responsif untuk menyesuaikan jumlah
berdasarkan sistem make to order dan secara tingkat tenaga kerja dan kapasitas produksi
lebih spesifik dapat disebut sebagai penyedia yang dibutuhkan untuk mencegah
jasa maklon karena hanya memproses pemborosan sumber daya. DAI merupakan
pesanan dengan melakukan proses produksi perusahaan maklon yang melakukan
cut, make, and trim (CMT), dan sama sekali produksi berdasarkan purchase order dari
tidak melakukan kegiatan pemasaran. induk perusahaan. Sebagai penyelenggara
Pada perusahaan dengan sistem kawasan berikat, perusahaan juga terikat
pesanan (make to order), pembuatan produk pada peraturan dari pemerintah, salah
dilakukan berdasarkan permintaan definitif satunya mengenai perlakuan atas kelebihan
yang diterima oleh perusahaan. Namun, hasil produksi dan produk yang tidak
dalam menentukan sebagian aktivitas memenuhi kualitas dengan standar grade
produksi seperti penyediaan kapasitas, bahan tertentu. Produk-produk tersebut akan
baku, dan kebutuhan karyawan diperlukan dihancurkan begitu saja. Hal ini
adanya estimasi. Oleh karena itu, dapat menimbulkan tantangan dalam pemenuhan
dikatakan bahwa perusahaan tidak dapat permintaan dengan menyesuaikan sumber
terhindar dari kegiatan peramalan untuk daya dan kapasitas produksi yang digunakan
keperluan perencanaan aktivitas-aktivitas supaya tidak terdapat pemborosan yang
yang harus dilakukan sebelum permintaan mengakibatkan penurunan laba yang
definitif datang dari para pelanggan. Upaya disebabkan oleh inefisiensi biaya.
pengoptimalan kapasitas produksi dilakukan
2. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN
dengan melakukan perkiraan jumlah
PUSTAKA
permintaan dan menyesuaikannya dalam
Handoko (2000, 3) memberikan definisi
rangka memaksimalkan utilisasi sumber
sebagai berikut: “Manajemen Produksi dan
daya yang dimiliki perusahaan serta
Operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan
meminimalisasi total biaya produksi.
secara optimal penggunaan sumber daya atau

2
sering disebut faktor produksi seperti tenaga Tujuan perencanaan produksi agregat
kerja, mesin, peralataan, bahan baku dan adalah untuk mengembangkan suatu rencana
sebagainya dalam proses transformasi produksi secara menyeluruh yang fleksibel
menjadi berbagai produk atau jasa”. Dalam dan optimal. Fleksibel berarti dapat meme-
melaksanakan manajemen produksi dan nuhi permintaan pasar dan sesuai dengan
operasi, tahap awal yang dilakukan kapasitas yang ada. Optimal berarti mengg-
perusahaan adalah menyusun perencanaan. unakan jumlah sumber daya yang tepat
Perencanaan adalah usaha-usaha yang perlu dengan mengeluarkan biaya yang minimal.
dilaksanakan oleh manajemen dalam rangka Dalam bukunya Heizer dan Render (2014,
mencapai tujuan perusahaan dengan 516) mengidentifikasikan biaya-biaya yang
mempertimbangkan masalah-masalah pada terlibat dalam perencanaan produksi agregat
saat proses produksi maupun di masa yang antara lain:
akan datang. Perencanaan produksi dalam 1. Biaya Perekrutan Karyawan (Hiring Cost)
suatu perusahaan merupakan faktor penting Perekrutan karyawan menimbulkan
bagi kelangsungan perusahaan yang berguna biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi
untuk menghindari pemborosan biaya dan pelatihan. Biaya pelatihan merupakan
produksi yang dikeluarkan perusahaan dalam biaya yang besar apabila tenaga kerja
proses produksi. Dengan perencanaan dan yang direkrut merupakan tenaga kerja
pengendalian produksi yang baik perusahaan yang belum berpengalaman.
dapat mengupayakan ketepatan waktu 2. Biaya Pemberhentian Tenaga Kerja
produksi, memaksimalkan pendapatan, dan (Firing Cost)
menghemat biaya. Pemberhentian karyawan biasanya terjadi
Perencanaan produksi disusun ber- akibat semakin rendahnya permintaan
dasarkan kapasitas yang dimiliki perusahaan akan produk yang dihasilkan sehingga
seperti bahan baku, mesin, tenaga kerja, dan tingkat produksi menurun dengan drastis.
bahan pembantu. Sumber daya dan fasilitas Pemberhentian ini mengakibatkan peru-
produksi merupakan sesuatu yang sifatnya sahaan harus mengeluarkan uang
terbatas sehingga perlu digunakan secara pesangon bagi karyawan yang di-PHK,
efektif dan efisien. penurunan produktivitas dan moral kerja
Menurut Russel dan Taylor (2014, 458) karyawan yang masih bekerja. Semua
perencanaan agregat (aggregate planning) akibat ini dianggap sebagai biaya
merupakan suatu pendekatan untuk pemberhentian tenaga kerja yang akan
menentukan kuantitas, waktu, dan sumber ditanggung perusahaan.
daya produksi pada jangka menengah yaitu 3. Biaya Lembur dan Biaya Menganggur
untuk periode tiga hingga delapan belas (Overtime Cost dan Undertime Cost)
bulan mendatang. Perencanaan produksi Penggunaan waktu lembur bertujuan
agregat dibuat untuk menyesuaikan ke- meningkatkan keluaran produksi, tetapi
mampuan produksi dalam menghadapi konsekuensinya perusahaan harus menge-
permintaan pasar yang berfluktuasi dengan luarkan biaya tambahan lembur yang
mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja biasanya mencapai 150% hingga 200%
dan fasilitas produksi yang tersedia. Dengan dari biaya kerja regular. Di samping itu,
kata lain, jika kapasitas produksi tetap adanya lembur akan memperbesar tingkat
berdasarkan perencanaan jangka panjang kehadiran karyawan akibat dari kelelahan.
yang telah ditentukan sebelumnya, maka Kondisi sebaliknya adalah perusahaan
perencanaan produksi agregat dapat terkadang memiliki jumlah tenaga kerja
membantu perusahaan dalam penetapan yang lebih besar dari yang dibutuhkan
kebijakan manajemen yang berfokus pada dalam kegiatan produksi. Tenaga kerja
efisiensi biaya produksi dalam upaya yang berlebih ini kadang-kadang bisa
memenuhi permintaan pelanggan. dialokasikan untuk kegiatan lain yang
produktif meskipun tidak selamanya

3
efektif. Namun, jika perusahaan tidak selama periode perencanaan. Beberapa
dapat melakukan alokasi yang efektif, kombinasi diantara pilihan kapasitas dan
maka perusahaan dianggap menanggung pilihan permintaan juga dapat menghasilkan
biaya menganggur. keputusan produksi yang lebih baik.
4. Biaya Persediaan (Inventory Cost) Strategi chase merupakan strategi
Persediaan mempunyai fungsi meng- dimana perusahaan berusaha untuk mencapai
antisipasi timbulnya kenaikan permintaan tingkat output sesuai dengan prediksi
pada saat-saat tertentu. Konsekuensi dari permintaan pada suatu periode. Strategi ini
kebijakan tingkat persediaan tersebut dapat terpenuhi dengan berbagai cara,
adalah timbulnya biaya penyimpanan misalnya manajer operasi dapat negubah-
(holding cost) yang berupa biaya ubah tingkat tenaga kerja dengan merekrut
tertahannya modal, pajak, asuransi, atau memberhentikan karyawan, atau dapat
kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. mengubah-ubah jumlah produksi dengan
Kondisi sebaliknya ketika kebijakan waktu lembur, waktu kosong, karyawan
untuk tidak mengadakan persediaan paruh waktu, atau subkontrak. Sedangkan
seolah-olah menguntungkan, sebenarnya strategi level merupakan strategi dimana
justru dapat menimbul-kan kerugian. perusahaan dapat menetapkan tingkat
Kondisi ini pada perusahaan dengan produksi yang sama pada setiap periodenya.
sistem make to order akan mengakibat- Perusahaan akan mempertahankan tingkat
kan resiko keterlambatan penyerahan produksi mereka pada tingkat yang seragam
pesanan, sedangkan pada sistem make to dan dapat melakukan alternatif-alternatif
stock akan mengakibatkan resiko berikut; pertama, membiarkan persediaan
beralihnya pelanggan pada produk lain. produk mereka naik atau turun untuk
5. Biaya Subkontrak (Subcontract Cost) menopang perbedaan antara jumlah
Pada saat permintaan melebihi permintaan dan produksi; kedua,
kemampuan kapasitas regular, biasanya menemukan pekerjaan alternatif bagi
perusahaan mensubkontrakan kelebihan karyawan ketika jumlahnya berlebih.
permintaan produk tersebut kepada Perusahaan biasanya memiliki filosofi
perusahaan lain, konsekuensi dari bahwa pada saat jumlah tenaga kerja stabil,
kebijakan ini adalah timbulnya biaya maka akan tercipta produk dengan kualitas
subkontrak. Biaya untuk mensub- yang lebih baik, penurunan perputaran
kontrakan pesanan dapat lebih mahal karyawan, dan peningkatan komitmen
dibanding apabila perusahaan melakukan karyawan terhadap tujuan perusahaan.
produksinya sendiri. Selain itu, terdapat Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan
resiko terjadinya keterlambatan baik ketika permintaan cukup stabil.
penyerahan dari kontraktor dan Pemrogaman linier (linear pro-
ketidakkonsistenan kualitas produk. gramming) dapat digunakan sebagai alat
Strategi perencanaan agregat yang perencanaan produksi agregat yang
relevan dengan kondisi perusahaan akan digunakan untuk mengetahui produksi
sangat dipengaruhi dari bagaimana optimal setelah dilakukannya peramalan
perusahaan mengelola persediaan dan (Russel dan Taylor 2014, 470). Pemro-
sumber daya manusianya. Terdapat beberapa graman linier merupakan suatu teknik
pilihan strategi agregat menurut Heizer dan matematis yang didesain untuk membantu
Render (2014, 518) pilihan pertama disebut para manajer operasi dalam merencanakan
pilihan kapasitas karena pilihan ini tidak dan membuat keputusan yang diperlukan
berusaha mengubah permintaan, tetapi untuk untuk mengalokasikan sumber daya.
menyerap fluktuasi dalam permintaan. Pemrograman linier adalah metode
Pilihan selanjutnya adalah pilihan matematis dalam mengalokasikan sumber
permintaan dimana perusahaan berusaha daya yang terbatas untuk mencapai tujuan
mengurangi perubahan pola permintaan tunggal seperti memaksimalkan keuntungan

4
atau meminimalkan biaya. Dalam pemro- Autoregressive Integrated Moving
graman linier terdapat fungsi tujuan dan Average (ARIMA) merupakan salah satu
persamaan kendala. Fungsi tujuan adalah jenis model runtun waktu yang juga sering
fungsi yang menggambarkan sasaran di disebut sebagai metode Box-Jenkins.
dalam permasalahan pemrograman linier Metode ARIMA sangat baik ketepatannya
yang berkaitan dengan pengaturan secara untuk peramalan jangka pendek hingga
optimal sumber-sumber untuk memperoleh menengah. ARIMA lebih baik dalam
laba maksimal atau biaya minimal. Fungsi melakukan peramalan untuk enam hingga
kendala adalah bentuk penyajian secara dua belas periode dibandingkan dengan
matematis kendala kapasitas yang tersedia metode rata-rata bergerak, rata-rata
untuk kemudian dialokasikan secara optimal tertimbang, dan penghalusan eksponensial.
ke berbagai kegiatan maupun kebijakan Karena metode-metode yang telah
perusahaan. disebutkan di atas relevan apabila jangka
Peramalan atas permintaan produk waktu peramalan pada kisaran hanya satu
adalah dasar keputusan perencanaan yang sampai tiga periode.
paling penting dengan tujuan menghindari Menurut Hedranata (2003, 9)
persediaan dalam jumlah dan biaya yang ARIMA menggunakan nilai masa lalu dan
besar serta mencegah pemborosan sumber sekarang dari variabel dependen untuk
daya dalam rangka mengantisipasi ketidak- menghasilkan peramalan jangka pendek
pastian permintaan dari pelanggan. Peramal- yang cukup akurat. Model ini cocok jika
an diperlukan karena semua organisasi observasi dilakukan pada runtun waktu
beroperasi dalam suasana ketidakpastian yang secara statistik berhubungan satu
tetapi keputusan harus dibuat hari ini untuk sama lain (dependent). Tujuan model
menentukan masa depan organisasi. Menurut ARIMA ialah untuk menentukan
Heizer dan Render (2014, 140) peramalan hubungan statistik yang baik antar variabel
(forecasting) adalah seni atau ilmu untuk yang diramal dengan nilai historis variabel
memperkirakan kejadian di masa depan. tersebut sehingga peramalan dapat
Peramalan ini dapat dilakukan dengan dilakukan dengan model tersebut.
melibatkan data historis dan memproyeksi-
kannya ke masa yang akan datang dengan 3. METODE PENELITIAN
model matematis. Peramalan dengan pen- Desain penelitian ini ialah penelitian
dekatan kuantitatif menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Yin
yang berhubungan dengan ilmu statistik dan (2014, 16) menjelaskan bahwa salah satu
matematika dianggap dapat dipertanggung- pendekatan dalam penelitian kualitatif ialah
jawabkan secara ilmiah. studi kasus. Studi kasus ini dilakukan pada
Model runtun waktu membuat prediksi perusahaan PT Daiwabo Garment Indonesia.
dengan asumsi bahwa masa depan merupa- Penelitian dilakukan dengan memilih strategi
kan fungsi dari masa lalu. Dengan melihat perencanaan produksi agregat untuk utilisasi
apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu sumber daya, menghitung estimasi biaya
dan menggunakan data masa lalu tersebut produksi tahun 2018 berdasarkan
untuk melakukan peramalan. Model runtun perencanaan agregat, dan membanding-
waktu menganalisis pola dan pergerakan kannya dengan estimasi biaya perencanaan
data historis untuk membentuk karakteristik produksi perusahaan berdasarkan purchase
data yang berulang. Model runtun waktu order untuk mendapatkan informasi efisiensi
adalah metode statistik yang digunakan biaya yang dapat dihasilkan. Dasar
ketika data penjualan historis menggambar- penyusunan produksi agregat berasal dari
kan hubungan dan tren yang relatif jelas dan peramalan permintaan untuk tahun 2019
stabil. Analisis runtun waktu digunakan dengan jangka waktu perencanaan selama
untuk mengidentifikasi kompo-nen berupa dua belas bulan menggunakan strategi
pola musiman, tren, maupun siklus. agregat terpilih.

5
Penelitian ini menggunakan teknik Perencanaan produksi agregat yang
spiral analisis data sebagaimana yang berupaya untuk mencapai sebuah
dikemukakan oleh Creswell (2014) yang optimalisasi biasanya dihasilkan dari
menyatakan bahwa peneliti bersinggungan pendekatan pemrograman linier. Rencana
dengan beberapa prosedur analisis yang produksi agregat merupakan model
dilakukan secara interaktif dan berlangsung pemrograman linier yang memiliki fungsi
secara terus menerus hingga tuntas sehingga tujuan untuk memaksimalkan atau
dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab meminimalkan kuantitas. Fungsi tujuan
pertanyaan penelitian atas fenomena yang dalam penelitian ini ialah minimalisasi biaya.
diteliti. Parameter-parameter yang dibutuh- Fungsi tujuan dapat dicapai dengan
kan dalam penyusunan sistem perencanaan mempertimbangkan batasan-batasan yang
produksi agregat di antaranya ialah jumlah terdapat pada perusahaan sehingga fungsi
permintaan dari pelanggan, jumlah tenaga tujuan dan batasan (constraints) untuk
kerja, tingkat persediaan, serta kapasitas masing-masing strategi rencana produksi
produksi reguler dan lembur. Parameter ini agregat diidentifikasikan sebagai berikut.
dapat berpengaruh pada tercapainya tujuan
perusahaan untuk meminimalisasi biaya. Tabel 1. Fungsi dalam optimalisasi
Perencanaan produksi agregat disusun Strategi Level
Fungsi Tujuan:
dengan meramalkan permintaan dengan Minimize Z = Rp19.280 (P1 + P2 + ... + P12)
metode runtun waktu kemudian melakukan + Rp23.870 (O1 + O2 + ... + O12)
optimalisasi sumber daya menggunakan + Rp1.588.000 (W1 + W2 + ... + W12)
+ Rp1.560 (I1 + I2 + ... + I12)
strategi yang memperkirakan biaya produksi Merujuk pada:
minimal dalam memenuhi permintaan Batasan Permintaan It-1 +Pt – It = Dt
pelanggan. Batasan Produksi 28.708 x Mt = Pt
Batasan Karyawan 1.026 = Wt
Batasan Lembur Dt - Pt = Ot
4. HASIL PENELITIAN DAN Ot ≤ 1
PEMBAHASAN Keterangan:
Pt = unit yang dihasilkan produksi reguler periode t
Dalam memilih strategi rencana produksi Ot = unit yang dihasilkan produksi lembur periode t
agregat, perhitungan jumlah biaya perlu It = unit produk jadi pada persediaan akhir periode t
dilakukan atas produksi agregat dengan Wt = tenaga kerja periode t
Dt = unit permintaan periode t
strategi level dan juga strategi chase. Biaya Mt = hari kerja periode t
dari kedua strategi lalu dibandingkan untuk Strategi Chase
kemudian dipilih strategi optimal yang Fungsi Tujuan:
menghasilkan efisiensi biaya produksi Minimize Z = Rp19.280 (P1 + P2 + ... + P12)
+ Rp23.870 (O1 + O2 + ... + O12)
dalam memenuhi permintaan DAI pada + Rp1.560 (I1 + I2 + ... + I12)
setiap periodenya. + Rp1.588.000 (W1 + W2 + ... + W12)
Hubungan antara optimalisasi dan + Rp35.000 (H1 + H2 + ... + H12)
+ Rp0 (L1 + L2 + ... + L12)
efisiensi biaya adalah berbeda tetapi saling Merujuk pada:
berhubungan atau dapat saling Batasan Permintaan It-1 +Pt – It = Dt
mempengaruhi. Ketika perusahaan dapat Batasan Produksi 28 x Mt x Wt = Pt
Wt ≥ 1.100
menggunakam sumber dayanya dengan Batasan Lembur Dt - Pt = Ot
efektif, utilisasinya baik, maka dapat Ot ≤ 1
mencegah terjadinya pemborosan sumber Batasan Tenaga Kerja Wt-1 + Ht – Lt = Wt
Wt ≥ 1.100
daya. Sumber daya membutuhkan biaya untuk Keterangan:
digunakan sehingga mencegah pemborosan Pt = unit yang dihasilkan produksi reguler periode t
sumber daya berarti mencegah adanya Ot = unit yang dihasilkan produksi lembur periode t
It It = unit produk jadi pada persediaan akhir periode t
pemborosan biaya. Oleh karena itu, ketika Wt Wt = tenaga kerja periode t
sumber daya yang digunakan pada tingkat Ht Ht = tenaga kerja yang direkrut pada periode t
Lt
optimal, maka efisiensi biaya dapat dihasilkan. Lt = tenaga kerja yang dirumahkan pada periode t
Dt Dt = unit permintaan periode t
Mt Mt = hari kerja periode t

6
Pemrograman linier dalam rangka mendapat- produksi per bulan adalah dengan mengalih-
kan suatu nilai optimal dihasilkan melalui kan kapasitas produksi per jam, jumlah jam
bantuan perangkat lunak Solver yang produksi, dan hari kerja reguler. Apabila
merupakan salah satu fasilitas tambahan terjadi kelebihan stok produksi, maka akan
(add-in) yang disediakan oleh Microsoft muncul sejumlah barang jadi disimpan pada
Excel untuk menemukan solusi atas fungsi gudang. Penyimpanan ini akan menimbulkan
biaya simpan.
tujuan dan fungsi kendala yang telah
ditentukan sebelumnya. Tabel 2. Data Produksi Agregat
Faktor-faktor yang dipertimbangkan Tahun 2018 - Strategi Level
dalam menyusun perencanaan produksi Data Nilai
agregat berpengaruh signifikan terhadap Jumlah permintaan aktual
proses produksi dan jumlah biaya proses tahun 2018 8.267.851 unit
produksinya. Faktor-faktor tersebut dapat Jumlah hari kerja tahun 2018 288 hari
berbeda-beda pada setiap perusahaan Jam kerja normal 1 shift 7 jam
4 unit/ jam atau
tergantung pada situasi dan kondisi. Faktor Produktivitas karyawan
28 unit / hari
tersebut akan menjadi sebuah parameter Biaya produksi reguler Rp19.280/ unit
dalam menyusun perencanaan agregat. Biaya produksi lembur Rp23.870/ unit
Setelah melalui observasi dan analisis Biaya penyimpanan persediaan Rp1.560/ unit
ditemukan beberapa faktor-faktor yang Biaya upah tenaga kerja per
mempengaruhi dalam penyusunan karyawan Rp1.588.000
perencanaan produksi agregat pada DAI
antara lain yaitu jumlah permintaan dari Rencana Produksi Agregat disusun
pelanggan, waktu kerja yang tersedia, dengan asumsi persediaan awal tahun adalah
produktivitas karyawan, ukuran tenaga kerja, 0 dan jumlah karyawan produksi pada awal
dan tingkat persediaan produk jadi. DAI periode tidak berubah dari akhir periode
tidak menggunakan opsi subkontrak untuk tahun sebelumnya. Selain itu rata-rata unit
memenuhi permintaan produk karena ingin yang diproduksi per hari pada strategi level
menjaga kualitas produksi yang dihasilkan. ditentukan konstan dengan memproduksi
Manajer produksi menjelaskan bahwa rata-rata 28.708 unit per harinya, perusahaan
subkontrak pernah dilakukan, akan tetapi memerlukan 1.026 karyawan. Hasil tersebut
hasilnya buruk dan justru merugikan didapat dari produksi rata-rata per hari dibagi
perusahaan karena harus melakukan dengan produktivitas rata-rata karyawan
pengerjaan ulang. Oleh karena itu opsi sejumlah 28 unit per harinya. Perlu diketahui
subkontrak tidak pernah lagi digunakan bahwa produktivitas per bulan dapat berbeda
dalam produksi, DAI menggunakan opsi bergantung dengan jumlah hari kerja pada
lembur apabila jumlah permintaan tidak setiap bulannya. Produktivitas per hari yang
dapat dipenuhi pada produksi dengan jam konstan menimbulkan konsekuensi peng-
reguler. gunaan kapasitas produksi lembur untuk
memenuhi permintaan pada bulan Januari
Strategi Level hingga bulan Juni. Kapasitas produksi
Strategi level bertujuan mempertahankan lembur tidak diperlukan pada bulan Juli
kapasitas produksi dan menyediakan tempat sampai bulan Desember karena jumlah
penyimpanan yang lebih besar apabila terjadi permintaan relatif menurun sehingga
kelebihan produksi, dan memenuhi persediaan akhir produk jadi menumpuk
permintaan apabila jumlah produksi lebih akibat penggunaak kapasitas produksi
sedikit. Pada rencana ini jam produksi dijaga reguler yang konstan pada setiap bulannya.
konstan, kapasitas produksi berada pada
kapasitas maksimal, dan ukuran tenaga kerja
juga dijaga konstan. Menghitung kapasitas

7
mulasi dari biaya yang timbul dari produksi
Tabel 3. Rencana Produksi Agregat reguler, peroduksi lembur, upah tenaga kerja,
Tahun 2018 - Strategi Level dan penyimpanan persediaan. Strategi ini
Bulan
Permintaan Jumlah Hari Produktivitas Produksi Produksi Jumlah Tenaga Persediaan rentan menimbulkan pemborosan penggu-
(unit) Kerja (hari) per Hari (unit) Reguler (unit) Lembur (unit) Kerja (karyawan) Akhir (unit)
naan sumber daya manusia dan penumpukan
Januari 794.725 26 28.708 746.403 48.322 1.026 0
Februari 765.171 23 28.708 660.280 104.891 1.026 0 persediaan sehingga berpengaruh pada
Maret 758.240 25 28.708 717.695 40.545 1.026 0
April 796.884 24 28.708 688.988 107.896 1.026 0
tingginya biaya yang harus dikeluarkan
Mei 747.936 24 28.708 688.988 58.948 1.026 0 untuk upah tenaga kerja dan penyimpanan
Juni 581.071 15 28.708 430.617 150.454 1.026 0
Juli 711.730 26 28.708 746.403 0 1.026 34.673
persediaan. Strategi level mengizinkan
Agustus 705.106 25 28.708 717.695 0 1.026 12.589 persediaan mengakomodasi tingkat produksi
September 657.285 24 28.708 688.988 0 1.026 31.703
Oktober 579.423 27 28.708 775.111 0 1.026 195.688 yang konstan. Produk jadi yang berada pada
November
Desember
555.457
614.823
25
24
28.708
28.708
717.695
688.988
0
0
1.026
1.026
162.238
74.165
persediaan akhir biasanya produk yang dapat
Jumlah 8.267.851 288 8.267.851 511.056 511.056 bertahan lama dalam penyimpanan.
Hasil produksi DAI merupakan produk
Produksi agregat strategi Level untuk garmen yang memiliki sifat yang tidak
tahun 2018 menghasilkan 8.778.907 unit mudah rusak apabila disimpan dalam waktu
produk yang terdiri dari 8.267.851 unit hasil yang lama. Namun, DAI merupakan
produksi reguler dan 511.056 unit hasil perusahaan dengan sistem produksi make to
produksi lembur. Dengan produktivitas yang order yang mana kebijakan perusahaan tidak
konstan perusahaan menjaga supaya dimaksudkan untuk menyisakan persediaan
karyawan produksi berjumlah tetap sehingga selain produk jadi yang dihasilkan
pada saat jumlah permintaan menurun, hasil berdasarkan pesanan yang diterima. DAI
produksi cenderung menumpuk menjadi juga merupakan penyelenggara kawasan
persediaan akhir produk jadi. Oleh karena itu berikat yang tunduk terhadap peraturan,
strategi level berpotensi menghasilkan salah satunya yaitu mengenai kebijakan
pemborosan sumber daya berupa kelebihan persediaan. Persediaan pada DAI betul-betul
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan diawasi oleh pihak kepabeanan. Produk jadi
perusahaan dalam memenuhi permintaan. yang telah sesuai pesanan harus segera di
Sejalan dengan hal tersebut, maka terdapat ekspor, sedangkan produk yang tidak lolos
kecenderungan inefisiensi biaya upah tenaga inspeksi karena memiliki grade yang lebih
kerja dan biaya penyimpanan persediaan rendah akan segera dihancurkan dalam
produk jadi. rangka menghindari adanya pengeluaran
produk atau penjualan yang bukan berdasar
Tabel 4. Biaya Produksi Agregat atas izin kepabeanan. Oleh karena itu strategi
Tahun 2018 - Strategi Level ini sulit untuk diterapkan pada DAI dengan
Bulan
Biaya Produksi Biaya Produksi Biaya Upah Biaya Penyimpanan Total Biaya status sebagai penyelenggara kawasan
Reguler Lembur Tenaga Kerja Persediaan Produksi Agregat
berikat.
Januari Rp 14.390.653.991 Rp 1.153.441.001 Rp 1.629.288.000 Rp - Rp 17.173.382.992
Februari Rp 12.730.193.915 Rp 2.503.753.723 Rp 1.629.288.000 Rp - Rp 16.863.235.638
Maret
April
Rp 13.837.167.299
Rp 13.283.680.607
Rp 967.799.619
Rp 2.575.487.466
Rp 1.629.288.000
Rp 1.629.288.000
Rp
Rp
-
-
Rp 16.434.254.917
Rp 17.488.456.073
Strategi Chase
Mei Rp 13.283.680.607 Rp 1.407.098.706 Rp 1.629.288.000 Rp - Rp 16.320.067.313 Strategi chase merupakan suatu strategi
Juni Rp 8.302.300.379 Rp 3.591.331.261 Rp 1.629.288.000 Rp - Rp 13.522.919.640
Juli Rp 14.390.653.991 Rp - Rp 1.629.288.000 Rp 54.090.216 Rp 16.074.032.206
untuk mempertahankan tingkat persediaan
Agustus Rp 13.837.167.299 Rp - Rp 1.629.288.000 Rp 19.639.463 Rp 15.486.094.762 dengan jumlah seminimal mungkin dengan
September Rp 13.283.680.607 Rp - Rp 1.629.288.000 Rp 49.456.030 Rp 14.962.424.637
Oktober Rp 14.944.140.683 Rp - Rp 1.629.288.000 Rp 305.273.329 Rp 16.878.702.011 cara memvariasikan jumlah produksi yang
November
Desember
Rp 13.837.167.299
Rp 13.283.680.607
Rp
Rp
-
-
Rp 1.629.288.000
Rp 1.629.288.000
Rp
Rp
253.091.903
115.696.750
Rp 15.719.547.202
Rp 15.028.665.357
mengikuti jumlah permintaan di setiap
Jumlah Rp159.404.167.280 Rp 12.198.911.776 Rp 19.551.456.000 Rp 797.247.690 Rp 191.951.782.746 periode perencanaan. Strategi ini digunakan
untuk memperhitungkan semua opsi dalam
Perhitungan biaya produksi agregat perusahaan yang dapat digunakan seperti
tahun 2018 dengan menggunakan strategi memvariasikan kapasitas produksi reguler,
level menghasilkan total biaya sebesar kapasitas produksi lembur, dan jumlah
Rp191.951.782.746 yang merupakan aku- tenaga kerja.

8
Tabel 5. Data Produksi Agregat Tahun 2018 karyawan dalam rangka memenuhi
Strategi Chase permintaan di setiap periodenya. Namun,
Data Nilai perusahaan menetapkan jumlah maksimal
Jumlah permintaan aktual tenaga kerja yang dioperasikan perusahaan
tahun 2018 8.267.851 unit
adalah 1.100 karyawan. Oleh karena itu
Jumlah hari kerja tahun 2018 288 hari
Jam kerja normal 1 shift 7 jam apabila pada suatu periode kebutuhan
4 unit/ jam atau karyawan melebihi 1.100 orang, maka
Produktivitas karyawan
28 unit / hari perusahaan mengkompensasinya dengan
Biaya produksi reguler Rp19.280/ unit mengadakan jam kerja lembur untuk
Biaya produksi lembur Rp23.870/ unit memenuhi permintaan pada periode tersebut.
Biaya penyimpanan Pada bulan Februari, April, Mei, dan Juni di
persediaan Rp1.560/ unit
Rp1.588.000/
mana kebutuhan karyawan melebihi dari
Biaya upah tenaga kerja 1.100 karyawan, maka perusahaan merekrut
karyawan
Biaya rekrut karyawan Rp35.000/ karyawan sejumlah 1.100 orang dan
kontrak karyawan melaksanakan produksi lembur dalam
Biaya merumahkan karyawan rangka memenuhi permintaan pada setiap
kontrak Rp0/ karyawan
periodenya. Pada strategi chase biaya terkait
dengan penyimpanan persediaan relatif
Untuk melakukan produksi sesuai kecil, tetapi biaya untuk memvariasikan
permintaan pada masing-masing periode, tenaga kerja seperti biaya upah, biaya rekrut,
kebutuhan karyawan produksi dihitung dan biaya merumahkan karyawan akan
dengan membagi jumlah permintaan dengan besar.
produktivitas karyawan per bulan. Perlu
diketahui bahwa produktivitas per bulan Tabel 7. Biaya Produksi Agregat
dapat berbeda bergantung dengan jumlah Tahun 2018 - Strategi Chase
hari kerja pada setiap bulannya. Pada strategi Biaya Produksi Biaya Produksi Biaya Penyimpanan Biaya Upah Biaya Biaya Total Biaya
Bulan
chase kebutuhan karyawan dibiarkan untuk Reguler Lembur Persediaan Tenaga Kerja Rekrut Merumahkan Produksi Agregat

Januari Rp 15.327.137.280 Rp - Rp 391.560 Rp 1.734.096.000 Rp - Rp - Rp 17.061.624.840


berfluktuasi sesuai dengan permintaan unit Februari Rp 13.657.952.000 Rp 1.362.141.550 Rp 850.200 Rp 1.746.800.000 Rp 280.000 Rp - Rp 16.768.023.750
Maret Rp 14.619.156.400 Rp - Rp 873.600 Rp 1.721.392.000 Rp - Rp - Rp 16.341.422.000
produk yang harus dipenuhi pada setiap April Rp 14.251.776.000 Rp 1.366.127.840 Rp 168.480 Rp 1.746.800.000 Rp 560.000 Rp - Rp 17.365.432.320

periodenya. Mei
Juni
Rp
Rp
14.251.776.000
8.907.360.000
Rp 205.950.360
Rp 2.847.213.600
Rp
Rp
-
326.040
Rp
Rp
1.746.800.000
1.746.800.000
Rp
Rp
-
-
Rp
Rp
-
-
Rp
Rp
16.204.526.360
13.501.699.640
Juli Rp 13.723.022.000 Rp - Rp 396.240 Rp 1.553.064.000 Rp - Rp - Rp 15.276.482.240
Agustus Rp 13.599.070.880 Rp - Rp 770.640 Rp 1.600.704.000 Rp 1.050.000 Rp - Rp 15.201.595.520
Tabel 6. Rencana Produksi Agregat September
Oktober
Rp
Rp
12.674.556.320
11.167.920.720
Rp
Rp
-
-
Rp
Rp
940.680
669.240
Rp
Rp
1.554.652.000
1.217.996.000
Rp
Rp
-
-
Rp
Rp
-
-
Rp
Rp
14.230.149.000
12.386.585.960
Tahun 2018 - Strategi Chase November
Desember
Rp
Rp
10.707.552.880
11.848.273.360
Rp
Rp
-
-
Rp
Rp
535.080
88.920
Rp
Rp
1.260.872.000
1.453.020.000
Rp 945.000
Rp 4.235.000
Rp
Rp
-
-
Rp
Rp
11.969.904.960
13.305.617.280
Jumlah Tenaga Kerja (karyawan) Jumlah Produksi (unit)
Permintaan Hari Kerja Persediaan Akhir Jumlah Rp 154.735.553.840 Rp 5.781.433.350 Rp 6.010.680 Rp 19.082.996.000 Rp 7.070.000 Rp - Rp 179.613.063.870
Bulan Kebutuhan Produksi Produksi
(unit) (hari) Rekrut Dirumahkan (unit)
Karyawan Reguler Lembur
Januari 794.725 26 0 0 1092 794.976 0 251
Februari 765.171 23 8 0 1100 708.400 57.065 545 Perhitungan biaya di atas menunjuk-
Maret 758.240 25 0 16 1084 758.255 0 560
April 796.884 24 16 0 1100 739.200 57.232 108 kan bahwa produksi agregat tahun 2018
Mei 747.936 24 0 0 1100 739.200 8.628 0
Juni 581.071 15 0 0 1100 462.000 119.280 209 dengan menggunakan strategi chase
Juli 711.730 26 0 122 978 711.775 0 254
Agustus 705.106 25 30 0 1008 705.346 0 494 menghasilkan biaya produksi sebesar
September
Oktober
657.285
579.423
24
27
0
0
29
212
979
767
657.394
579.249
0
0
603
429
Rp179.613.063.870. Total biaya tersebut
November
Desember
555.457
614.823
25
24
27
121
0
0
794
915
555.371
614.537
0
0
343
57
merupakan akumulasi dari biaya yang timbul
Jumlah 8.267.851 288 202 379 12017 8.025.703 242.205 3.853 dari produksi reguler, peroduksi lembur,
upah tenaga kerja, penyimpanan persediaan,
Produksi agregat strategi chase untuk serta biaya rekrut dan merumahkan
tahun 2018 ialah untuk memenuhi karyawan. Biaya-biaya dalam produksi
permintaan sebesar 8.267.908 unit produk agregat dengan menggunakan strategi chase
yang terdiri atas 8.025.703 unit yang bertujuan menghasilkan rencana produksi
dihasilkan dari produksi reguler dan 242.205 dimana jumlah persediaan akhir diupayakan
unit yang dihasilkan dari produksi lembur. untuk serendah mungkin. Apabila me-
Kapasitas produksi reguler perusahaan mungkinkan bahkan dapat ditekan sampai
disesuaikan dengan kebutuhan jumlah jumlahnya nol (zero inventory). Oleh karena

9
itu, biaya penyimpanan persediaan yang menjaga tingkat persediannya supaya tetap
meliputi biaya asuransi, pajak, penyusutan, rendah. Selain itu, komposisi karyawan
kerusakan, dan kebutuhan peralatan dapat kontrak yang besar memungkinkan
diminimalisasi. Strategi chase juga perusahaan secara fleksibel untuk mem-
mencegah pemborosan biaya dengan variasikan jumlah karyawan produksi dalam
memperkerjakan karyawan sesuai jumlah menghadapi fluktuasi permintaan. Prosedur
yang dibutuhkan untuk memenuhi untuk merekrut dan merumahkan karyawan
permintaan pada setiap periodenya. pada DAI dipadukan dengan komposisi
karyawan kontrak yang tinggi memberikan
Strategi Rencana Agregat Terpilih konsekuensi pada kecilnya biaya rekrut dan
Strategi level dan strategi chase biaya merumahkan setiap karyawan.
menghasilkan perkiraan total biaya produksi
agregat yang berbeda. Strategi chase Efisiensi Biaya dari Perecanaan Produksi
memperkirakan biaya produksi selama satu Strategi perencanaan produksi agregat
tahun dengan jumlah yang lebih rendah terpilih yang mana ialah strategi chase akan
dibandingkan dari strategi level. Total biaya diterapkan pada permintaan aktual pada
rencana produksi agregat dengan strategi bulan Januari sampai dengan Desember
chase ialah sebesar Rp179.613.063.870 tahun 2018 untuk dibandingkan dengan
sedangkan total biaya rencana produksi perencanaan perusahaan berdasarkan
agregat dengan menggunakan strategi level purchase order. Perbandingan total biaya
yaitu sebesar Rp191.951.782.746. Strategi produksi dihitung dengan mem-
chase dapat menghasilkan efisiensi biaya pertimbangkan parameter-parameter biaya
sebesar Rp12.338.718.876 dalam memenuhi pada rencana agregat untuk menyetarakan
permintaan tahun 2018. parameter-parameter perhitungan biaya
produksi sehingga dapat diketahui seberapa
Tabel 8. Perbandingan Biaya antar Strategi besar penghematan biaya yang dapat
Perencanaan Agregat Tahun 2018 dihasilkan.
Rencana Produksi Agregat Rencana Produksi Agregat
Keterangan
berdasarkan Strategi Level berdasarkan Strategi Chase
Tabel 9. Perbandingan Biaya Produksi
Jumlah permintaan Januari s.d Desember 2018 8.267.851 unit 8.267.851 unit
Tahun 2018
Biaya produksi reguler Rp 159.404.167.280 Rp 154.735.553.840
Rencana Produksi Rencana Produksi
Biaya produksi lembur Rp 12.198.911.776 Rp 5.781.433.350 Keterangan berdasarkan Purchase Agregat berdasarkan
Biaya penyimpanan persediaan Rp 797.247.690 Rp 6.010.680 Order Strategi Chase
Biaya upah tenaga kerja Rp 19.551.456.000 Rp 19.082.996.000 Jumlah permintaan Januari s.d Desember 2018 8.267.851 unit 8.267.851 unit
Biaya rekrut karyawan kontrak Rp - Rp 7.070.000 Biaya produksi reguler Rp 152.070.502.740 Rp 154.735.553.840
Biaya merumahkan karyawan kontrak Rp - Rp - Biaya produksi lembur Rp 9.079.594.013 Rp 5.781.433.350
Total Biaya Produksi Agregat Rp 191.951.782.746 Rp 179.613.063.870 Biaya penyimpanan persediaan Rp 34.126.693 Rp 6.010.680
Biaya upah tenaga kerja Rp 20.526.488.000 Rp 19.082.996.000
Biaya rekrut karyawan kontrak Rp 3.150.000 Rp 7.070.000
Hasil perencanaan produksi agregat
Biaya merumahkan karyawan kontrak Rp - Rp -
memperkirakan biaya minimal sebesar Total Biaya Produksi Rp 181.713.861.446 Rp 179.613.063.870
Rp179.613.063.870 dalam memenuhi
permintaan selama tahun 2018 dengan Total biaya produksi berdasarkan
jumlah produksi ekspor 8.267.851 unit per perencanaan purchase order ialah sebesar
tahun. Strategi chase fisibel untuk diterapkan Rp181.713.861.446 yang mana jumlahnya
sebagai strategi perencanaan produksi lebih besar dibandingkan dengan total biaya
agregat pada DAI disertai dengan kesesuaian produksi berdasarkan perencanaan agregat
strategi terhadap kebijakan manajemen dengan jumlah sebesar Rp179.613.063.870.
terkait dengan tingkat persediaan dan Selisih tersebut menghasilkan efisiensi biaya
utilisasi tenaga kerja. DAI sebagai sebesar Rp2.100.797.576.
perusahaan make to order dan berstatus
sebagai penyelenggara kawasan berikat

10
Selisih biaya antara kedua rencana karyawan pada rencana produksi dapat
produksi terjadi pada biaya produksi jam dilaksanakan. Meskipun demikian,
lembur dan biaya upah tenaga kerja yang perpanjangan tenaga kerja masih dapat
mana besarnya cukup signifikan. Rencana dilakukan untuk waktu maksimal satu tahun.
berdasarkan purchase order mengadakan Melihat dari komposisi antara karyawan
lembur secara rutin di setiap bulan. tetap dan karyawan kontrak perusahaan,
Sedangkan menurut rencana agregat lembur nampaknya perusahaan akan mempertahan-
dapat dilakukan hanya ketika permintaan kan komposisi karyawan kontrak yang lebih
tidak mampu dipenuhi kapasitas reguler. Hal besar dan pengangkatan karyawan tetap
ini dapat mencegah pemborosan biaya yang bukan menjadi perhatian utama perusahaan.
ditujukan untuk upah lembur karyawan. Oleh Waktu kontrak kerja karyawan yang
karena itu memvariasiakan jumlah karyawan diterapkan DAI memiliki jangka waktu dua
dapat menjadi pilihan yang memberikan tahun. Perusahaan dapat mempersingkat
keleluasaan dalam penentuan kapasitas waktu tersebut menjadi enam bulan dan satu
produksi perusahaan. Selisih biaya yang tahun. Kebijakan ini dapat memiliki dampak
cukup signifikan juga terjadi pada biaya yang pada turn over karyawan yang tinggi, akan
dikeluarkan untuk upah tenaga kerja. Ukuran tetapi berdasarkan kondisi perusahaan,
tenaga kerja yang terbilang sangat besar pada ketersediaan tenaga kerja pada lingkungan
DAI dapat menjadi celah sumber sekitar DAI masih cukup tinggi. Oleh karena
pemborosan sumber daya. itu DAI dapat melakukan perencanaan
Produksi berdasarkan purchase order produksi agregat menggunakan strategi
yang dilaksanakan oleh perusahaan per tiga chase untuk mengupayakan penghematan
bulanan menghasilkan perencanaan biaya dan mencegah pemborosan sumber
kebutuhan karyawan yang kurang persisi daya.
yang mengakibatkan timbulnya kapasitas
menganggur karena terbatasnya jumlah Perencanaan Produksi Agregat 2019
karyawan yang dapat dirumahkan pada suatu Perencanaan produksi agregat untuk periode
periode. Hal itu terjadi karena kurangnya Januari sampai dengan Desember pada tahun
keleluasaan perusahaan untuk mempekerja- 2019 diawali dengan melakukan peramalan
kan karyawan dalam jumlah yang sesuai permintaan metode runtun waktu. Peramalan
dengan kebutuhan pada setiap periode penjualan dengan metode ARIMA dilakukan
pemenuhan permintaan. dengan menggunakan perangkat lunak
Dalam melaksanakan strategi chase minitab mengestimasikan parameter yang
kebijakan atas kontrak tenaga kerja DAI bertujuan menguji kelayakan suatu model
dapat dipersingkat lama waktunya dalam dalam memprediksi jumlah permintaan.
rangka memberikan fleksibilitas ukuran Langkah estimasi parameter dari
tenaga kerja sehingga pemborosan sumber model-model di atas adalah dengan
daya dapat dihindari. Waktu perjanjian kerja melakukan pengujian signifikasi. Parameter
bagi karyawan kontrak tidak memiliki waktu dikatakan signifikan dengan nilai
minimal, tetapi memiliki waktu maksimal probabilitas (P) lebih kecil dari α (P < α),
selama dua tahun. Hal tersebut sesuai dengan untuk nilai α adalah 0,05. Jika probabilitas
Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun (P) > α, nilai untuk parameter model ditolak
2003 tentang Ketenagakerjaan. Jadi sehingga model tidak bisa digunakan untuk
kebijakan untuk mempersingkat lama waktu peramalan. Data permintaan bulanan DAI
karyawan kontrak memungkinkan dilakukan berikut ini merupakan data jumlah pesanan
oleh DAI tanpa melanggar peraturan produk garmen dalam satuan potong pakaian
perundang-undangan ketenagakerjaan. Hal selama 60 periode yakni untuk bulan Januari
tersebut bertujuan memberi perusahaan 2014 hingga bulan Desember 2018 seperti
fleksibilitas untuk memvariasikan tenaga yang ditunjukkan pada Tabel 10.
kerja sehingga penyesuaian kebutuhan

11
Tabel 10. Data Permintaan Pesanan DAI terkecil, yang dalam hal ini dicerminkan
Tahun 2014-2018 dengan angka MSE (Mean Squere error).
Bulan t 2014 t 2015 Model yang dipilih ialah model ARIMA
Januari 1 306.475 13 324.650
Februari 2 398.417 14 416.714 (1,1,1)(2,1,1) yang mempunyai MSE
Maret 3 381.263 15 451.041 sebesar 4.872.252.108. Hal ini menunjukan
April 4 333.781 16 385.469
Mei 5 264.148 17 268.312 model tersebut dapat digunakan untuk
Juni 6 208.992 18 223.645 prediksi data permintaan di masa mendatang.
Juli 7 482.674 19 494.177
Agustus 8 433.528 20 366.696
Model yang digunakan untuk peramalan
September 9 345.222 21 313.934 permintaan pesanan pada DAI yaitu model
Oktober 10 473.107 22 442.106 ARIMA (1,1,1,)(2,1,1) dengan mengguna-
November 11 356.172 23 369.221
Desember 12 328.221 24 326.848 kan perangkat lunak Minitab hasil nilai
t 2016 t 2017 t 2018 peramalan permintaan untuk tahun 2018
25 318.284 37 561.273 49 794.725
26 410.556 38 598.460 50 765.171
sebanyak 9.363.140 potong produk garmen
27 442.197 39 798.173 51 758.240 dengan rata-rata permintaan per bulan
28 377.910 40 562.512 52 796.884 sebesar 780.262 potong produk garmen.
29 273.788 41 463.037 53 747.936
30 219.260 42 338.619 54 581.071 Secara lebih lengkap nilai peramalan pada
31 484.487 43 838.903 55 711.730 Tahun 2019 yang merupakan output dari
32 359.506 44 676.905 56 705.106
33 307.779 45 508.210 57 657.285 perangkat lunak Minitab dapat dilihat pada
34 446.572 46 601.124 58 579.423 Tabel 14.
35 378.764 47 686.001 59 555.457
36 323.612 48 533.300 60 614.823
Seperti yang dijelaskan sebelumnya
bahwa perencanaan pada perusahaan di-
Berdasarkan Tabel 11 didapatkan lakukan berdasarkan purchase order yang
model-model yang signifikan, tetapi model telah disepakati. Oleh karena itu, perusahaan
signifikan tersebut belum dapat digunakan tidak memiliki perencanaan produksi yang
karena akan dilakukan pengujian white independen dari datangnya jumlah pesanan.
noise. Pengujian diamati dengan parameter Perencanaan produksi yang demikian dapat
nilai P lebih kecil dari α (P < α), untuk nilai dilakukan dengan melakukan peramalan
α adalah 0,05. Jika P > α, nilai untuk (forecasting) atas permintaan terlebih dahulu
parameter model ditolak sehingga model sehingga memberikan estimasi yang lebih
tidak bisa digunakan untuk peramalan. Dari jelas mengenai apa yang akan perusahaan
uji signifikan menggunakan pengujian white lakukan di masa mendatang. Perusahaan
noise didapatkan bahwa semua model harus menemukan cara atau strategi dalam
ARIMA telah signifikan dimana nilai merencanakan produksinya agar fluktuasi
parameter p-value mendekati nol atau lebih permintaan dapat diantisipasi dengan cara
kecil dari α (0,05) dan dapat disimpulkan yang ekonomis sehingga tujuan perusahaan
bahwa model peramalan yang berada pada mencari keuntungan dapat tercapai.
Tabel 12 dapat diajukan untuk peramalan Penyebab perubahan permintaan yang
permintaan pesanan DAI untuk periode signifikan belum dapat diantisipasi oleh PT
berikutnya. Daiwabo Garment Indonesia sehingga
Pemilihan model ARIMA terbaik. terdapat resiko pemborosan sumber daya dan
Setelah melakukan estimasi parameter untuk biaya produksi. Keputusan kombinasi
masing-masing model, maka dapat diketahui sumber daya yang menghasilkan peng-
model-model yang signifikan. Langkah hematan biaya produksi ialah perencanaan
selanjutnya adalah melakukan pemilihan produksi agregat dengan strategi chase. Hasil
model terbaik dari semua kemungkinan peramalan dengan model ARIMA mem-
model yang signifikan dengan cara melihat perkirakan permintaan pada tahun 2019
ukuran-ukuran standar ketepatan peramalan untuk kemudian digunakan sebagai dasar
atau mean square error (MSE). perencanaan produksi agregat pada DAI.
Berdasarkan Tabel 13 model terpilih
adalah model dengan tingkat kesalahan

12
Tabel 11. Uji Signifikansi Model ARIMA
Tabel 12. Uji Signifikansi White Noise
Model Hasil Pengujian Keterangan
Model Hasil Pengujian Keterangan
Type Coef SE Coef T-Value P-Value Lag 12 24 36 48
Model AR 1 0,203 0,184 1,1 0,276 Tidak Model Chi-Square 29,04 37,52 52,59 *
(1,1,1)(0,1,1)12 MA 1 0,9079 0,0758 11,97 0,000 Signifikan Signifikan
(0,1,1) (0,1,1)12 DF 10 22 34 *
SMA 12 0,758 0,263 2,88 0,006 P-Value 0,001 0,021 0,022 *
Type Coef SE Coef T-Value P-Value Lag 12 24 36 48
AR 1 -0,166 0,239 -0,69 0,492 Model Chi-Square 26,35 45,82 57,86 *
Model Tidak Signifikan
SAR 12 -0,686 0,234 -2,93 0,005 (0,1,1) (1,1,1)12 DF 9 21 33 *
(1,1,1)(1,1,1)12 Signifikan
MA 1 0,736 0,143 5,14 0,000 P-Value 0,002 0,001 0,005 *
SMA 12 0,72 0,236 3,05 0,004 Lag 12 24 36 48
Type Coef SE Coef T-Value P-Value Model Chi-Square 34,11 64,81 69,34 *
Signifikan
AR 1 -0,486 0,18 -2,69 0,010 (0,1,1) (2,1,1)12 DF 8 20 32 *
Model SAR 12 -1,184 0,136 -8,69 0,000 P-Value 0,000 0,000 0,000 *
Signifikan Lag 12 24 36 48
(1,1,1)(2,1,1)12 SAR 24 -0,97 0,13 -7,48 0,000
MA 1 0,874 0,102 8,56 0,000 Model Chi-Square 50,35 89,72 98,65 *
Signifikan
SMA 12 0,692 0,233 2,98 0,005 (1,1,1) (2,1,1)12 DF 7 19 31 *
Type Coef SE Coef T-Value P-Value P-Value 0,000 0,000 0,000 *
AR 1 -0,99901 0,00431 -231,78 0,000
Model Tidak
MA 1 -0,719 0,158 -4,55 0,000 Tabel 13. Rekapitulasi Nilai Mean Square Error Model ARIMA
(1,1,2)(0,1,1)12 Signifikan
MA 2 0,239 0,144 1,66 0,104 Model MSE
SMA 12 0,673 0,197 3,42 0,001 Model (0,1,1) (0,1,1) 9.532.393.989
Type Coef SE Coef T-Value P-Value Model (0,1,1) (1,1,1) 8.140.443.776
AR 1 0,404 0,483 0,84 0,408 Model (0,1,1) (2,1,1) 5.893.876.780
Model SAR 12 -0,822 0,193 -4,27 0,000 Tidak Model (1,1,1) (2,1,1) 4.872.252.108
(1,1,2)(1,1,1)12 MA 1 1,503 0,402 3,74 0,001 Signifikan
MA 2 -0,686 0,333 -2,06 0,046
SMA 12 0,708 0,238 2,98 0,005 Tabel 14. Hasil Peramalan dengan Model ARIMA terpilih
Type Coef SE Coef T-Value P-Value 95% Limits
AR 1 -0,119 0,306 -0,39 0,700
SAR 12 -1,3187 0,0908 -14,52 0,000 Period Forecast Lower Upper
Model Tidak
SAR 24 -0,984 0,0904 -10,89 0,000 61 750786 606898 920575
(1,1,2)(2,1,1)12 Signifikan
MA 1 1,537 0,227 6,78 0,000 62 833510 703463 1024308
MA 2 -0,687 0,231 -2,98 0,005
63 824166 674987 1026396
SMA 12 0,519 0,367 1,42 0,164
Type Coef SE Coef T-Value P-Value 64 701643 650504 952783
Model
MA 1 0,7874 0,0892 8,83 0,000 65 626265 473985 778546
(0,1,1)(0,1,1)12 Signifikan
SMA 12 0,766 0,242 3,17 0,003 66 649300 496795 801804
Type Coef SE Coef T-Value P-Value
Model SAR 12 -0,64 0,239 -2,67 0,010 67 996008 812762 1102172
Signifikan
(0,1,1)(1,1,1)12 MA 1 0,7754 0,0967 8,02 0,000 68 892279 738813 1045744
SMA 12 0,695 0,239 2,91 0,006 69 685642 531706 839579
Type Coef SE Coef T-Value P-Value
70 854002 723098 1062726
SAR 12 -1,161 0,207 -5,6 0,000
Model 71 866861 741293 1076477
SAR 24 -0,976 0,18 -5,43 0,000 Signifikan
(0,1,1)(2,1,1)12
MA 1 0,856 0,11 7,76 0,000 72 682678 527437 837920
SMA 12 0,575 0,269 2,14 0,038

13
Tabel 15. Data Produksi Agregat Tahun 2019 Rencana produksi agregat strategi
Data Nilai chase untuk tahun 2019 ialah untuk
Jumlah hasil peramalan permintaan memenuhi permintaan sebesar 9.363.140
tahun 2019 9.363.140 unit unit produk yang terdiri atas 8.714.750 unit
Jumlah hari kerja pada tahun 2018 293 hari yang dihasilkan dari produksi reguler dan
Jumlah tenaga kerja bagian produksi
pada awal periode 2018 915 karyawan
648.364 unit yang dihasilkan dari produksi
lembur. Perusahaan menggunakan jam
Jam kerja normal 1 shift 7 jam
lembur yang lebih tinggi dibandingkan tahun
Produktivitas karyawan 4 unit/ jam
sebelumnya. Produksi lembur perlu
Biaya produksi per unit Rp19.280 dilakukan untuk memenuhi permintaan pada
Biaya persediaan per unit Rp1.560 bulan Februari, Maret, Juni, Juli, Agustus,
Biaya lembur Rp4.590/ unit Oktober, dan November di mana kebutuhan
Biaya perekrutan Rp35.000 karyawan melebihi dari 1.100 karyawan
Biaya merumahkan karyawan kontrak Rp0 sehingga perusahaan merekrut karyawan
sejumlah 1.100 orang dan melaksanakan
Asumsi produktivitas karyawan sama produksi lembur. Pada strategi chase biaya
seperti tahun 2018 dan kebutuhan maksimal terkait dengan penyimpanan persediaan akan
karyawan adalah 1100 orang. Jumlah tenaga kecil, tetapi biaya untuk memvariasikan
kerja pada akhir periode 2018 diasumsikan tenaga kerja seperti biaya upah, biaya rekrut,
sebesar 915 karyawan sesuai dengan hasil dan biaya merumahkan karyawan akan
rencana agregat tahun 2018. Jumlah besar.
persediaan pada akhir periode tahun 2018
diasumsikan sebesar 57 sesuai dengan hasil Tabel 17. Biaya Rencana Produksi Agregat
rencana agregat tahun 2018. Biaya produksi Strategi Chase Tahun 2019
reguler diasumsikan tetap karena komponen Bulan
Biaya Produksi
Reguler
Biaya Produksi Biaya Penyimpanan
Lembur Persediaan
Biaya Upah
Tenaga Kerja
Biaya Rekrut
Biaya
Merumahkan
Total Biaya
Produksi Agregat
biaya produksi pada parameter ini hanya Januari Rp 14.483.887.920 Rp - Rp 765.570 Rp 1.772.976.000 Rp 4.095.000 Rp - Rp 16.261.724.490
Februari Rp 13.657.952.000 Rp 3.022.308.965 Rp - Rp 1.889.800.000 Rp 2.380.000 Rp - Rp 18.572.440.965
biaya bahan baku dan biaya overhead. Biaya Maret Rp 14.845.600.000 Rp 1.313.254.670 Rp - Rp 1.889.800.000 Rp - Rp - Rp 18.048.654.670
produksi lembur diasumsikan naik seiring April
Mei
Rp 13.539.187.200
Rp 12.063.630.960
Rp
Rp
-
-
Rp
Rp
1.008.930
65.910
Rp 1.795.310.000
Rp 1.601.176.000
Rp
Rp
-
-
Rp
Rp
-
-
Rp 15.335.506.130
Rp 13.664.872.870
dengan naiknya upah tenaga kerja per jam Juni
Juli
Rp 11.282.656.000
Rp 16.033.248.000
Rp 1.553.158.945
Rp 3.986.071.960
Rp
Rp
-
-
Rp 1.889.800.000
Rp 1.889.800.000
Rp
Rp
5.880.000
-
Rp
Rp
-
-
Rp 14.731.494.945
Rp 21.909.119.960
sebagai dasar penentuan upah lembur. Biaya Agustus Rp 14.845.600.000 Rp 2.964.654.355 Rp - Rp 1.889.800.000 Rp - Rp - Rp 19.700.054.355
September Rp 13.228.239.360 Rp - Rp 794.300 Rp 1.754.078.000 Rp - Rp - Rp 14.983.111.660
penyimpanan persediaan per unit Oktober Rp 16.033.248.000 Rp 531.741.340 Rp - Rp 1.889.800.000 Rp 2.765.000 Rp - Rp 18.457.554.340
November Rp 14.845.600.000 Rp 2.348.394.945 Rp - Rp 1.889.800.000 Rp - Rp - Rp 19.083.794.945
diasumsikan juga naik karena salah satu Desember Rp 13.163.458.560 Rp - Rp 125.060 Rp 1.745.488.000 Rp - Rp - Rp 14.909.071.620
komponennya ialah biaya gaji pelaksana Jumlah Rp 168.022.308.000 Rp 15.719.585.180 Rp 2.759.770 Rp 21.897.628.000 Rp 15.120.000 Rp - Rp 205.657.400.950

pergudangan sehingga biaya penyimpanan


naik sebesar 8,2% selaras dengan kenaikan Perencanaan agregat merupakan suatu
UMK pada tahun 2019 dari Rp1.588.000 proses untuk menentukan rencana produksi
menjadi Rp1.718.000. secara keseluruhan yang disesuaikan dengan
tingkat permintaan produk. Hasil
Tabel 16. Rencana Produksi Agregat perencanaan produksi agregat mem-
Strategi Chase Tahun 2019 perkirakan biaya minimal sebesar
Permintaan Hari Kerja
Jumlah Tenaga Kerja (karyawan) Jumlah Produksi (unit)
Persediaan
Rp205.657.400.950 dalam memenuhi
Bulan Kebutuhan Produksi Produksi
(unit) (hari) Rekrut Dirumahkan
Karyawan Reguler Lembur
Akhir (unit) permintaan selama tahun 2019 dengan
Januari
Februari
750.786
833.510
26
23
117
68
0
0
1032
1100
751.239
708.400
0
124.657
453
0
jumlah produksi ekspor 9.363.140 unit. Total
Maret 824.166 25 0 0 1100 770.000 54.166 0 biaya tersebut merupakan akumulasi dari
April 701.643 24 0 55 1045 702.240 0 597
Mei 626.265 24 0 113 932 625.707 0 39 biaya yang timbul dari produksi reguler,
Juni 649.300 19 168 0 1100 585.200 64.061 0
Juli 996.008 27 0 0 1100 831.600 164.408 0
produksi lembur, upah tenaga kerja,
Agustus
September
892.279
685.642
25
24
0
0
0
79
1100
1021
770.000
686.112
122.279
0
0
470
penyimpanan persediaan, serta biaya rekrut
Oktober 854.002 27 79 0 1100 831.600 21.932 0 dan merumahkan karyawan.
November 866.861 25 0 0 1100 770.000 96.861 0
Desember 682.678 24 0 84 1016 682.752 0 74
Jumlah 9.363.140 293 432 331 12746 8.714.850 648.364 1.633

14
Jumlah permintaan pada tahun 2019 Karyawan yang dapat dirumahkan pada
merupakan hasil dari peramalan suatu periode jumlahnya terbatas karena
kuantitatif. Para manajer selalu berusaha harus dilakukan berdasarkan perjanjian
membuat prediksi apa yang akan terjadi di kontrak kerja yang masa waktunya telah
masa depan dalam lingkup ketidakpastian. berakhir.
Menganalisis runtun waktu berarti Parameter-parameter yang dibutuhkan
membagi data masa lalu menjadi dalam penyusunan sistem perencanaan
komponen-komponen untuk memproyeksi- produksi agregat di DAI diantaranya yaitu
kannya di masa depan. Komponen- jumlah permintaan dari pelanggan, tingkat
komponen tersebut di antaranya ialah tren, persediaan, dan kapasitas jam kerja reguler
musim, siklus, dan variasi acak. Model dan lembur. Parameter ini dapat berpengaruh
runtun waktu membuat prediksi dengan pada tercapainya tujuan perusahaan untuk
asumsi bahwa masa depan merupakan meminimalisasi biaya. Strategi rencana
fungsi masa lalu. Hasil peramalan tentu agregat yang paling fisibel diterapkan oleh
tidak selalu sempurna karena beberapa DAI ialah strategi chase karena
faktor yang terkadang tidak dapat diduga memperkirakan biaya produksi selama satu
atau dikendalikan perusahaan. Perusahaan tahun dengan jumlah yang lebih rendah
harus memberikan kelonggaran untuk dibandingkan pada strategi level.
menyikapi kenyataan tersebut dan segera Berdasarkan perencanaan produksi agregat
tanggap atas perubahan yang terjadi. tahun 2018 strategi chase dapat
menghasilkan efisiensi biaya dalam
5. SIMPULAN memenuhi permintaan tahun 2018.
PT Daiwabo Garment Indonesia membuat Selanjutnya berdasarkan hasil peramalan
perencanaan produksi berdasarkan jumlah kuantitatif untuk permintaan tahun 2019
permintaan pada purchase order, dimana rencana produksi agregat memperkirakan
permintaan setidaknya diterima tiga bulan biaya sebesar Rp205.657.400.950 untuk
sebelumnya. Kondisi tersebut dapat memenuhi permintaan selama tahun 2019
memunculkan resiko pemborosan sumber dengan jumlah produksi sebanyak 9.363.140
daya sekaligus pemborosan biaya ketika unit. Perkiraan biaya tersebut merupakan
perusahaan tidak dapat mengantisipasi biaya yang timbul atas opsi produksi agregat
kapasitas produksi pada tingkat agregat dan dengan strategi terpilih, yaitu strategi chase.
dengan horison waktu yang lebih panjang. PT Daiwabo Garment Indonesia
Total biaya rencana produksi berdasarkan sebaiknya menerapkan sistem perencanaan
purchase order lebih besar dibandingkan produksi agregat satu tahun dengan
dengan total biaya rencana produksi perencanaan yang memiliki horison yang
berdasarkan perencanaan agregat. Selisih lebih luas akan membantu perusahaan dalam
biaya terbesar ialah biaya yang dikeluarkan menentukan utilisasi kapasitas produksi dan
untuk produksi jam lembur dan upah tenaga sumber daya secara lebih baik. Dalam
kerja. Ukuran tenaga kerja yang terbilang melakukan produksi DAI diharapkan
sangat besar pada DAI dapat menjadi sumber memiliki rencana produksi yang tidak hanya
pemborosan sumber daya. berdasarkan surat perintah dari pihak
Rencana produksi berdasarkan marketing perusahaan induk tetapi juga
purchase order per tiga bulanan yang memiliki perkiraan bagaimana produksinya
dilaksanakan oleh perusahaan menghasilkan di masa mendatang sekaligus mengupayakan
pengambilan keputusan reaktif yang sifatnya negosiasi dan memperoleh bargaining power
cukup mendadak sehingga dapat me- dalam rangka mencapai tujuan perusahaan
nimbulkan kapasitas menganggur pada suatu dan menjamin kesejahteraan karyawan. Pada
periode, misalnya dalam hal keleluasaan dasarnya perencanaan produksi agregat
penentuan kebutuhan jumlah karyawan pada merupakan riset operasional yang meng-
periode pemenuhan permintaan tertentu. upayakan sumber daya produksi yang

15
optimal jika diterapkan oleh perusahaan. dapat dianalisis. Kedua, Peramalan
Sebuah perencanaan manajemen biasanya permintaan pada penelitian ini ialah
selalu didahului dengan peramalan atau peramalan kuantitatif berdasarkan data
forecasting kemudian membutuhkan historis. Ketiga, Peramalan tidak
tindakan proaktif dalam menyesuaikan mengidentifikasi dan mengkuantifikasikan
perencanaan yang telah dibuat dengan faktor-faktor lain yang mungkin dapat
kondisi aktual yang dihadapi perusahaan. mempengaruhi permintaan perusahaan di
Dari perencanaan agregat diharapkan masa depan. Berdasarkan kajian pustaka,
dapat memberikan evaluasi atas kebijakan perencanaan agregat merupakan
perusahaan terkait kapasitas produksi, perencanaan produksi secara menyeluruh,
persediaan, dan sumber daya manusianya. dengan tidak membedakan produk
Untuk melaksanakan strategi chase berdasarkan jenis atau familinya. Maka dari
kebijakan atas kontrak tenaga kerja DAI itu, asumsi perhitungan rata-rata diperlukan
dapat dipersingkat lama waktunya dalam untuk menyatakan kesetaraan kapasitas
rangka memberikan fleksibilitas ukuran produksi dan sumber daya yang dibutuhkan.
tenaga kerja sehingga pemborosan sumber Keterbatasan penggunaan asumsi rata-rata
daya dapat dikurangi. Waktu kontrak kerja dapat memberikan hasil yang berbeda dari
karyawan yang diterapkan DAI memiliki perhitungan dengan spesifikasi berdasarkan
jangka waktu dua tahun. Perusahaan dapat jenis pesanan produk.
mempersingkat waktu kontrak tersebut
menjadi enam bulan atau satu tahun. Hal REFERENSI
tersebut telah dipertimbangkan berdasarkan Aritonang, R. Lerbin. 2002. Peramalan
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Bisnis. Edisi pertama. Ghalia
Ketenagakerjaan. Indonesia: Jakarta.
Kebijakan mengenai waktu kontrak Badan Pusat Statistik. ARIMA
karyawan tersebut dapat membantu (Autoregressive Integrated Moving
perusahaan untuk mengurangi dan Average). Diakses pada 8
menambah karyawan secara lebih leluasa November 2018.
dalam menghadapi fluktuasi permintaan. http://daps.bps.go.id/file_artikel/77
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat /arima.pdf.
mengidentifikasi faktor-faktor selain data Baroto, T. 2002. Perencanaan dan
historis dalam meramalkan permintaan, Pengendalian Produksi. Ghalia
seperti faktor asosiatif yang dapat Indonesia: Jakarta.
mempengaruhi permintaan sesuai dengan Chen, Zhixiang., dan Bhaba R. Sarker. 2014.
kondisi dan kebijakan perusahaan dalam “Aggregate production planning
melakukan produksinya. Perkiraan jumlah with learning effect and uncertain
permintaan merupakan dasar perencanaan demand”, Journal of Modelling in
produksi agregat sehingga dapat Management, vol. 10: 296-324.
memberikan gambaran pengelolaan sumber Creswell, John.W. 2014. Penelitian
daya perusahaan di masa mendatang. Kualitatif & Desain Riset.
Penelitian ini memiliki beberapa Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
keterbatasan, pertama, terdapat keterbatasan Gansterer, Margaretha. 2015. “Aggregate
akses beberapa data keuangan yang planning and forecasting in make-
dinyatakan perusahaan sebagai internal to-order production systems”,
confidential sehingga sifatnya rahasia. Data International Journal Production
tersebut diantaranya yaitu data komponen Economics, vol. 170: 521-528.
biaya tetap dan biaya variabel, anggaran Handoko, T Hani. 2000. Dasar-Dasar
produksi perusahaan, dan data perencanaan Manajemen Produksi dan Operasi.
produksi yang tidak dapat secara rinci Edisi Pertama. Yogyakarta: BPPE.
ditampilkan sehingga efisiensi aktual tidak

16
Hendranata, Anton. “ARIMA (Auto- Kawasan Berikat sebagaimana telah
regressive Moving Average)”. Diubah dengan Peraturan Menteri
Manajemen Keuangan Sektor Keuangan Nomor
Publik FEUI, 2003. 255/PMK.04/2011.
Heizer, Jay, dan Barry Render. 2014. Sofyan, Diana Khairani. 2013. Perencanaan
Operations Management. Global dan Pengendalian Produksi, Edisi
Edition. Prentice Hall. Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Horne, Richard dan Andrade, Marina C. Sukendar, Irwan. dan Riki Kridstomi. 2008.
2017. Gambaran Beragam untuk “Metoda Agregat Heuristik sebagai
Sektor Garmen Indonesia. Buletin Perencanaan dan Pengendalian
Sektor Garmen dan Alas Kaki Jumlah Produksi untuk Minimasi
Indonesia: International Labour Biaya”. Prosiding Seminar
Organization. Nasional Teknoin: 107-112.
Julianto, Pramdia Arhando. 2017. “Produk Rosta, Jevi. dan Tannady Hendy. 2013.
Tekstil Indonesia Kalah Saing “Perencanaan Produksi Agregat
dengan Vietnem dan Bangladesh”. Heuristic Untuk Penentuan Sumber
Kompas, 12 April. Diakses pada Daya yang Optimal”. Journal of
tanggal 23 September 2018. Binus Universty: 87-93.
https://bisniskeuangan.kompas.com Russel, Roberta S. dan Taylor, Bernard W.
/read/185620626/produk-tekstil- 2014. Operations and Supply Chain
indonesia.-kalah-saing-dengan- Management. Edisi Delapan.
vietnam-dan-bangladesh.html. International Student Version.
Kogan, K., dan Portougal, V. 2006. “Multi- Singapore: John Wiley & Sons, Inc.
period aggregate production Solehudin, A. 2007. “Kajian Perencanaan
planning in a news-vendor Produksi Agregat Studi Kasus PT.
framework”, Journal of the Adi Putra Perkasa, Cicurug-
Operations Research Society, vol. Sukabumi”. Skripsi pada
57: 423-433. Departemen Manajemen, Fakultas
Krajewski, Lee J., dan Ritzman, Larry P. Ekonomi Manajemen, Institut
2002. Operation Management: Pertanian Bogor, Bogor.
Strategy and Analysis. Sixth Stewart, T. 2001. “Improving reliability of
Edition. Prentice Hall. judgmental forecasts”. Dikutip
Leung, C.H., Yue Wu, dan Lai., K.K. 2003. dalam Armstrong, J. Scott
“Multi-site Aggregate Production “Principles of forecasting”.
Planning With Multiple Objectives: Academic Publishers: 81-97.
A Goal Programming Approach”. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Production Planing & Control, vol. Tentang Ketenegakerjaan. Presiden
14, no. 4: 425-436. Republik Indonesia. 25 September.
Lisboa, J.V., Gomes, C.F., Yasin, M.M. Yin, Robert K, 2014. Studi Kasus & Metode,
2012. “Improving Organizational Rajawali Pers: Jakarta.
Efficiency: A Comparison of Two
Approaches to Aggregate
Production Planning”. International
Journal of Management, vol. 29:
792-806.
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 44/PMK.04/2012
tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 147/PMK.04/2011 tentang

17

Anda mungkin juga menyukai