Anda di halaman 1dari 8

Pembagian Kerja Secara Gender Dalam Pemberdayaan Pangan Lokal (Mesalia Kriska)

Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana


Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354
email: agric_fpb@yahoo.co.id, website: ejournal.uksw.edu/agric

PEMBAGIAN KERJA SECARA GENDER


DALAM PEMBERDAYAAN PANGAN LOKAL
(STUDI KASUS DI DESA MOROREJO KECAMATAN TEMPEL
KABUPATEN SLEMAN)

GENDER DIVISION OF HOUSEHOLD LABOR


IN LOCAL FOOD EMPOWERMENT
(CASE STUDY IN MOROREJO VILLAGE TEMPEL SUB-DISTRICT
SLEMAN REGENCY)

Mesalia Kriska
Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
mesalia_kriska@yahoo.co.id

Diterima 18 Mei 2016, disetujui 11 Juli 2016

ABSTRACT

This research aims to know about gender division of household labor in the empowerment of
local food in Tempel Sub-District, Sleman Regency. Research method that is used was qualitative
methods with case study approach. This research held in Mororejo Village, Tempel Sub-District.
This location selected purposively because that village is the only one village which has the
group of local food empowerment. Data gathered by participatory observation, interview, and
documentation. The results showed that women dominated in every empower activity, that is
training of local food processing, arisan, local food contests, and making the product at home.
Man in household only involved in a hard work that need more power, like harvesting the
cassava as a main ingredient and support activity for his wife, that is accompany his wife to go
shopping at traditional market. In this case, there was gender relations in the empowerment
activity of local food.

Keywords: gender division, local food empowerment

17
AGRIC Vol. 28, No. 1 & No.2, Juli & Desember 2016: 17 - 24

PENDAHULUAN kapkan GAD merupakan satu-satunya pende-


katan terhadap wanita dalam pembangunan
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang
yang melihat semua aspek kehidupan wanita dan
Pangan menyebutkan bahwa pangan lokal
semua kerja yang dilakukan wanita, baik kerja
adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat
produktif, reproduktif, privat, maupun publik, dan
setempat sesuai dengan potensi dan kearifan
menolak upaya apapun untuk menilai rendah
lokal di suatu daerah. Peraturan tersebut muncul
pekerjaan mempertahankan keluarga dan rumah
akibat fenomena penggantian makanan pokok
tangga. GAD di Indonesia merupakan perwujud-
ke beras pada Revolusi Hijau menjadikan potensi
an dari gender mainstreaming yang harapan-
pangan lokal sedikit demi sedikit mulai pudar,
nya agar kebijakan pemerintah saat ini mem-
dan pada akhirnya seiring berjalannya waktu,
perhitungkan terjadinya kesetaraan gender.
terjadi kerawanan pangan di beberapa rumah
tangga.Kondisi tersebut menuntut pemerintah Istilah “gender” dikemukakan oleh para ahli sosial
kembali menggalakkan konsumsi pangan lokal dengan maksud menjelaskan perbedaan antara
kepada masyarakat demi menjamin tercapainya pria dan wanita terkait dengan peran, fungsi, dan
ketahanan pangan di tingkat keluarga. Peng- tanggung jawab yang merupakan hasil dari sifat
galakan tersebut dilakukan pemerintah dengan bawaan yang diciptakan oleh Tuhan dan
menjalankan berbagai program, seperti kegiatan konstruksi sosial yang terus berubah seiring
pemberdayaan berupa pelatihan ragam olahan dengan perkembangan jaman. Awal mula
pangan lokal, lomba olahan pangan lokal, dan kemunculannya adalah karena proses penginte-
sebagainya. grasian wanita dalam kegiatan pembangunan
yang melabelkan wanita dalam stereotipe
Kegiatan pemberdayaan pangan lokal dilakukan
tertentu sehingga akan mengancam terjadinya
dalam sebuah kelompok, yang umumnya ber-
subordinasi, kekerasan pada wanita, marjinalisasi
anggotakan ibu-ibu, dan dilakukan dalam partai
pekerjaan, dan yang paling sering terjadi pada
kecil untuk variasi konsumsi individu, hingga
wanita di rumah tangga, yaitu double burden
dilakukan dalam partai besar sebagai tambahan
atau beban kerja ganda. Beban kerja ganda pada
pendapatan keluarga. Nugroho (2008) mengartikan
wanita telah nyata terjadi di masyarakat, dan
pemberdayaan perempuan dilakukan salah satu-
dimulai sejak seorang wanita memutuskan untuk
nya untuk meningkatkan kemampuan untuk
berumahtangga, karena mereka melakukan
melibatkan diri dalam program pembangunan
banyak peran sekaligus (multiple role), seperti
sebagai partisipan aktif (subjek), dengan terlibat
melayani pria (marital role), mengurus anak
dalam setiap program, baik dalam melakukan
(parental role), manajer rumah tangga (household
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan
role), bekerja di luar rumah, dan sebagai anggota
evaluasi, serta meningkatkan kemampuan dalam
masyarakat (social role) (Schiller, 1978). Beban
mengelola usaha untuk menunjang peningkatan
kerja yang berlipat tersebut harus menjadi
kebutuhan rumah tangga.
perhatian bagi pemerintah yang akan menjadikan
Dengan demikian, dalam kegiatan pemberdayaan mereka subjek pembangunan, karena terkait
pangan lokal tersebut wanita diberdayakan untuk dengan keterlibatan mereka dalam rangkaian
dilibatkan dalam kegiatan pembangunan dengan kegiatan pembangunan.
proses pemberdayaan terlebih dahulu, yang
Langkah awal kegiatan pemberdayaan di
merupakan implementasi dari Gender and
Indonesia dimulai dengan melakukan peng-
Development (GAD). Mosse (2007) mengung-
integrasian perempuan dalam setiap sektor di

18
Pembagian Kerja Secara Gender Dalam Pemberdayaan Pangan Lokal (Mesalia Kriska)

publik, dan pada akhirnya, menjadikan perempuan METODE PENELITIAN


sebagai subjek pembangunan dengan menjadikan
Metode dasar yang digunakan oleh peneliti
mereka pelaku akan sebuah program. Kesetaraan
adalah metode penelitian kualitatif. Ada berbagai
beban kerja juga merupakan tujuan akhir dari
macam strategi yang dapat digunakan dalam
program-program yang diberlakukan oleh peme-
penelitian kualitatif, dan dalam penelitian ini
rintah, sehingga prinsip pembagian kerja berbasis
menggunakan strategi studi kasus. Creswell
gender dalam program pemerintah yang meng-
(2014) mengemukakan studi kasus merupakan
kaitkan kegiatan perempuan dalam rumah
pendekatan kualitatif dengan cara mengumpulkan
tangga pun dapat terlaksana dengan baik.
data dari berbagai sumber informasi dengan
Kegiatan pemberdayaan pangan lokal di Kabupaten mengeksplorasi kehidupan nyata, sistem terbatas
Sleman merupakan implementasi dari kebijakan oleh sebuah kasus, dalam hal ini yaitu kegiatan
pemerintah dalam rangka mencapai ketahanan pemberdayaan pangan lokal di Kecamatan
pangan dan pengentasan rawan pangan dan gizi Tempel Kabupaten Sleman.
di tingkat daerah.Salah satunya yaitu di Kecamatan
Penelitian dilaksanakan di Desa Mororejo yang
Tempel, yang menunjukkan warna kuning
merupakan satu-satunya desa di Kecamatan
(waspada) pada peta rawan pangan dan gizi
Tempel yang aktif melaksanakan kegiatan
DIY tahun 2013.Di sisi lain, masyarakat di
pemberdayaan pangan lokal dalam sebuah
Kecamatan Tempel mendukung secara penuh
kelompok yang anggotanya terdiri dari ibu rumah
kegiatan pemberdayaan pangan lokal tersebut
tangga.Informan kunci dalam penelitian ini yaitu
dengan membentuk sebuah kelompok, dan terus
peserta kegiatan pemberdayaan pangan lokal di
mengadakan pelatihan serta penelusuran potensi
Desa Mororejo Kecamatan Tempel Kabupaten
lokal yang bisa diolah dan dijadikan sumber
Sleman, yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan
pangan selain beras, seperti ketela pohon, ketela
4 orang anggota aktif.
rambat, jagung, dan tanaman daun-daunan yang
ada di lingkungan sekitar (daun kemangi, kenikir, Profil Peserta Kegiatan Pemberdayaan
seledri, dan tapak liman). Kegiatan tersebut Pangan Lokal Desa Mororejo
diharapkan dapat memberikan keuntungan ganda
bagi masyarakat sekitar, selain memberikan sajian Kelompok pemberdayaan pangan lokal di Desa
beragam bagi keluarganya, juga mampu mem- Mororejo berdiri pada tahun 2014, seiring dengan
berikan pendapatan bagi rumah tangga dengan penetapan Desa Mororejo dalam Program Desa
memproduksi olahan pangan lokal tersebut dalam Mandiri Pangan (Demapan). Program tersebut
jumlah yang besar dan memasarkannya. dilakukan karena desa ini menunjukkan warna
kuning pada peta rawan pangan dan gizi di tahun
Oleh karena itu, jika pemerintah ingin mencapai 2013, yang berarti bahwa desa ini masuk dalam
program yang berbasis gender, pemerintah harus kategori rawan pangan sehingga pemerintah
memperhatikan aktivitas pesertanya secara melakukan upaya untuk peningkatan ketahanan
keseluruhan dan juga mempertimbangkan pangan melalui program Demapan. Desa yang
keterlibatan laki-laki dan perempuan secara memperoleh program ini dapat menjadi desa
seimbang dalam program tersebut. Dengan yang masyarakatnya mempunyai kemampuan
demikian penelitian ini dilakukan untuk untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi
mengetahui pembagian kerja secara gender sehingga dapat menjalani hidup sehat dan
dalam kegiatan pemberdayaan pangan lokal di produktif dari hari ke hari, melalui pengembangan
Desa Mororejo. sistem ketahanan pangan yang meliputi: subsistem

19
AGRIC Vol. 28, No. 1 & No.2, Juli & Desember 2016: 17 - 24

ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem HASIL DAN PEMBAHASAN


konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya
Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan
setempat secara berkelanjutan. Namun demikian
salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah
seiring berjalannya waktu, kelompok yang awal
Indonesia dalam rangka menindaklanjuti kebijakan
mula didirikan hanya sebagai bentuk pelaksanaan
terkait kesetaraan gender yang sedang menjadi
program Demapan yang mendukung keberadaan
perhatian khusus oleh Negara-negara di dunia.
pangan lokal, kini sudah mulai berkembang dan
Pemerintah Indonesia melalui Instruksi Presiden
dikenal sebagai ‘kelompok pangan lokal’ di
Nomor 9 tahun 2000 mengartikan PUG merupakan
lingkup Kecamatan Tempel.
strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan
Kelompok Pemberdayaan Pangan Lokal di Desa gender menjadi satu dimensi integral dari peren-
Mororejo diikuti oleh 26 anggota yang merupakan canaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan,
perwakilan dari 13 dusun, yaitu Dusun Jetis, dan evaluasi atas kebijakan dan program pem-
Rebobong Lor, Rebobong Kidul, Plumbon Cilik, bangunan nasional.
Plumbon Kidul, Plumbon Tengah, Plumbon Lor,
Atas dasar pengertian tersebut berarti bahwa
Karanggawang Kulon, Karanggawang Wetan,
segala kegiatan pembangunan yang dilakukan
Kragan, Duren Sawit, Kaliasin, dan Dusun
haruslah mendasarkan atas keadilan gender, baik
Domban. Dari masing-masing dusun tersebut
dalam taraf lingkungan keluarga, masyarakat,
terdapat 2 orang perwakilan yang aktif mengikuti
birokrasi, bahkan rencana kebijakan dan melibat-
kegiatan kelompok, yang nantinya diharapkan
kan baik laki-laki maupun perempuan agar dapat
dapat menjadi kader dan dapat mengajarkan pada
memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai
masyarakat di sekitar dusun tempat tinggalnya.
manusia, termasuk dalam kaitannya dengan
Mayoritas peserta kegiatan tersebut adalah ibu
keterlibatan perempuan di kegiatan publik.
rumah tangga dengan rentang umur produktif
Implementasi kesetaraan gender dalam sebuah
antara 30-40 tahun, dengan suami yang
kebijakan dapat diketahui melalui analisa gender,
bermatapencaharian sebagai petani.
yang dilakukan dengan mengidentifikasi dan
Kegiatan Pemberdayaan Pangan Lokal di memahami akses dan kontrol terhadap sumberdaya
kelompok tersebut masih dalam tahap rintisan, dan manfaat, partisipasi dalam kegiatan pem-
dengan terus mengadakan pertemuan sebulan bangunan, serta manfaat yang diperoleh dari
sekali untuk melakukan penggalian potensi lokal kegiatan pembangunan, termasuk dalam kegiatan
dan pelatihan pembuatan produk olahan pangan pemberdayaan pangan lokal di Desa Mororejo.
lokal. Di setiap pertemuannya, anggota kelompok
Pembagian Kerja secara Gender dalam
harus menyisihkan uang Rp 5.000,00 untuk
Program Pemberdayaan Pangan Lokal
arisan dan Rp 2.000,00 untuk iuran kegiatan
kelompok. Selain pertemuan dan pelatihan yang Program pemberdayaan pangan lokal di
didampingi oleh PPL Kecamatan Tempel, Kecamatan Tempel sudah berjalan 2 (dua)
kelompok ini juga aktif dalam mengikuti berbagai tahun, dan masih dalam tahap menelusuri potensi
perlombaan olahan pangan lokal yang diadakan olahan pangan lokal sekitar dengan rutin
oleh Pemerintah di lingkup Desa, Kecamatan, mengadakan pelatihan pengolahan satu bulan
Kabupaten, bahkan Propinsi, seperti BKPP sekali. Pertemuan rutin tersebut sekaligus
(Badan Ketahan Pangan dan Penyuluhan) dan dimanfaatkan oleh peserta untuk menggali
Dinas Pertanian. informasi sebanyak-banyaknya mengenai pasar

20
Pembagian Kerja Secara Gender Dalam Pemberdayaan Pangan Lokal (Mesalia Kriska)

yang potensial, keberadaan modal, dan penge- itu juga kelompok mengadakan arisan untuk lebih
tahuan baru bagi perkembangan usaha mereka. mengakrabkan anggota yang terdiri dari 13
Kegiatan pemberdayaan pangan lokal memang padukuhan di Desa Mororejo.
dirancang untuk memberdayakan ibu rumah
Selain pertemuan rutin dan arisan, kegiatan
tangga di Desa Mororejo yang memiliki keinginan
lainnya yaitu lomba kreasi olahan pangan lokal
untuk memiliki usaha rumahan dengan basis
baik yang diadakan di padukuhan, desa,
potensi lokal yang dimiliki di sekitar tempat
kecamatan, maupun kabupaten. Lomba kreasi
tinggalnya. Namun, jika menilik INPRES No 9
olahan ini memang rutin dilakukan, dan peserta
Tahun 2009 tentang Pengarusutamaan Gender,
kegiatan pemberdayaan pangan lokal di Desa
yaitu melibatkan perempuan dalam kegiatan
Mororejo pasti mengikutinya. Perlombaan
pembangunan berbasis gender, laki-laki dan
tersebut juga digunakan sebagai salah satu ajang
perempuan seharusnya sama-sama memiliki
bagi pemerintah dalam mendukung kegiatan
kesadaran yang tinggi untuk terlibat dalam setiap
pengembangan pangan lokal di daerah Sleman.
rangkaian kegiatan program tersebut. Kenya-
Kegiatan lomba tersebut tidak dapat diprediksi
taannya, kegiatan pemberdayaan pangan lokal
pelaksanaannya, namun pasti dilakukan baik
di Desa Mororejo dilakukan sepenuhnya oleh
seminggu sekali maupun sebulan sekali. Dalam
perempuan. Kegiatan pemberdayaan pangan
mempersiapkan perlombaan tersebut, ibu rumah
lokal di desa tersebut terdiridari beberapa aktivitas,
tangga peserta kegiatan pemberdayaan pangan
yaitu pelatihan dan arisan yang diadakan rutin
lokal di Desa Mororejo berusaha sendiri secara
secara bersamaan sebulan sekali pada tanggal
individu sejak menentukan menu hingga menyajikan.
12, lomba-lomba olahan pangan lokal yang
Suaminya hanya mengantar belanja dan jika ada
dilakukan baik di tingkat padukuhan, desa,
waktu dan perempuan kerepotan untuk membawa
kecamatan, dan kabupaten, serta praktik olahan
sajian olahan pangan lokal, mereka juga
di rumah.
mengantarkan ke lokasi lomba. Selain itu,
Kegiatan utama dalam pemberdayaan pangan mereka juga akan melakukan kegiatan bila
lokal ini terletak pada pertemuan rutin yang memerlukan ketela dalam pengolahannya,
dilakukan setiap bulan. Pada pertemuan tersebut, karena mereka akan melakukan kegiatan
ibu rumah tangga pesertanya diberikan pelatihan tersebut untuk pasangannya. Kedua kegiatan
mengenai olahan pangan lokal sesuai dengan tersebut dilakukan di sela-sela aktivitas laki-laki
kesepakatan menu yang sudah direncanakan dalam mencari nafkah, atau jika kegiatan
pada pertemuan sebelumnya. Pada kesempatan perlombaan dilakukan pada akhir pekan.
pertemuan tersebut, pemerintah melalui kepala
Selain kegiatan pertemuan rutin, arisan, dan
bagian pembangunan desa menyampaikan
perlombaan, peserta kegiatan pemberdayaan
informasi yang menunjang kegiatan tersebut,
pangan lokal juga mempraktekkan hasil pelatihan
seperti informasi lomba-lomba, keberadaan
olahan dalam kegiatan pertemuan di rumah
modal, pasar, dan sebagainya. Selain pihak desa,
masing-masing, dan terkadang memproduksi
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang selalu
dalam jumlah banyak untuk dipasarkan. Dalam
memberikan materi pada kegiatan ini juga
kegiatan praktek tersebut, partisipasi laki-laki di
senantiasa memberikan semangat dan motivasi
dalamanya masih sama dengan kegiatan lainnya,
anggota kelompok untuk terus berinovasi,
sebatas kegiatan yang membutuhkan tenaga
melakukan kreasi olahan pangan lokal yang
lebih banyak seperti mencabut ketela dan
menarik dan bernilai jual tinggi. Dalam pertemuan
mengantar belanja atau ke pasar jika bawaan

21
AGRIC Vol. 28, No. 1 & No.2, Juli & Desember 2016: 17 - 24

terlalu banyak dan perempuan kerepotan untuk dengan total 16 pekerjaan, namun laki-laki juga
membawanya. turut berpartisipasi dalam total 8 pekerjaan.
Aktivitas yang dilakukan laki-laki terbatas hanya
Berdasarkan uraian tersebut, maka pembagian
pada pekerjaan yang menggunakan tenaga
kerja secara gender dalam rangka terlibat dalam
berlebih, seperti mencabut ketela sebagai salah
rangkaian kegiatan pemberdayaan pangan lokal
satu bahan baku yang digunakan untuk membuat
di Desa Mororejo ditunjukkan oleh hasil pada
pangan lokal, dan pekerjaan terkait dengan
Tabel 1. Tabel tersebut menunjukkan bahwa
kegiatan di luar rumah, seperti mengantar istrinya
perempuan mendominasi setiap tahapan aktivitas
belanja bahan lain yang dibutuhkan untuk proses
terkait program pemberdayaan pangan lokal
produksi di pasar dan mengantarkan hasil

Tabel 1 Pembagian Kerja secara Gender dalam Program Pemberdayaan Pangan Lokal
Partisipasi
Aktivitas
Laki-Laki Perempuan
1. Pelatihan olahan pangan lokal
a. Koordinasi
- Menentukan tempat - v
- Menentukan tanggal - v
- Menentukan materi pelatihan - v
b. Persiapan bahan baku
- Mencabut ketela v -
- Belanja bahan lain v v (+)
c. Pelaksanaan
- Mempersiapkan bahan - v
- Praktek memasak - v
2. Arisan - v
3. Lomba-lomba
a. Persiapan bahan baku
- Mencabut ketela v -
- Belanja bahan lain v v (+)
b. Pelaksanaan
- Mempersiapkan bahan - v
- Memasak - v
- Menyajikan - v
4. Pembuatan produk di rumah
a. Persiapan bahan baku
- Mencabut ketela v -
- Belanja bahan lain v v (+)
b. Pelaksanaan
- Mempersiapkan bahan - v
- Memasak - v
- Pengemasan - v
- Pemasaran v v (+)
Total Partisipasi 7 16
Keterangan: (+)Dominan dalam mengerjakan
Sumber : Data Primer, 2016

22
Pembagian Kerja Secara Gender Dalam Pemberdayaan Pangan Lokal (Mesalia Kriska)

produksi ke pasar atau toko-toko langganannya Hal tersebut dibuktikan dengan keterlibatan
untuk dipasarkan. perempuan dalam kegiatan publik terkait dengan
kegiatan pemberdayaan pangan lokal di desanya.
Keterlibatan laki-laki pada pekerjaan yang
Hasil dari pembagian kerja tersebut juga
menggunakan tenaga saja menunjukkan masih
membuktikan bahwa meskipun masih melekat
ada perbedaan yang sangat tegas antara peker-
erat budaya patriarki di dalamnya, masyarakat
jaan laki-laki dan perempuan dalam program
di Desa Mororejo mulai meninggalkan
tersebut. Dalam hal belanja bahan pelengkap
Traditional GRA, dan sedang dalam peralihan
lainnya, laki-laki biasanya mengantar pasangan-
untuk memulai ideologi Egalitarian GRA.
nya ke pasar, namun ada beberapa anggota yang
melakukannya sendiri karena laki-laki dalam Traditional Gender Role Attitude (Traditional
keluarganya harus ke sawah, atau melakukan GRA) merupakan stereotip tradisional mengenai
pekerjaan lainnya. Hal yang sama juga terjadi pembagian kerja dalam rumah tangga, yang
dalam partisipasinya untuk kegiatan pemasaran, mengungkapkan bahwa hal-hal yang dilakukan
jika dirasa sulit untuk membawa produk sendiri. laki-laki, tidak dilakukan oleh perempuan dan
begitu pula sebaliknya (Orlofsky, 1982).
Berdasarkan uraian hasil dari Tabel 1, perbedaan
Egalitarian Gender Role Attitude (Egalitarian
peran antara laki-laki dan perempuan dalam
GRA) merupakan lawan dari Traditional GRA,
program pemberdayaan pangan lokal yang paling
yang menganut fleksibilitas dalam pembagian
mencolok terletak pada keterlibatan laki-laki
kerja (Felton et al. 1980). GRO yang dianut oleh
yang masih sangat minim. Mereka hanya
laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga
melakukan kegiatan berat yang menurut mereka
Egalitarian GRA adalah androgini (Orlofsky,
memerlukan tenaga berlebih, dan perempuan
1982), yaitu semua bisa dilakukan baik oleh laki-
dianggap tidak mampu melakukannya sendiri,
laki dan perempuan, dan sharing pekerjaan
atau pekerjaan yang secara emosional menun-
diantara keduanya dalam rumah tangga pun
jukkan perhatian dengan pasangan, seperti
terjadi secara lebih fleksibel. Peralihan ideologi
mengantar dan menemani. Mereka juga tidak
tradisional GRA menuju egalitarian GRA
berpartisipasi pada kegiatan pengolahan dan
nampak pada komunikasi yang terjalin antara
proses produksi karena bagi mereka pekerjaan
laki-laki dan perempuan di Desa Mororejo,
memasak yang berkaitan dengan kompor serta
sharing pekerjaan, dan kesepakatan-kesepakatan
kreasi dapur merupakan pekerjaan perempuan,
terkait pembagian kerja diantara pasangan laki-
dan banyak diantara mereka yang tidak ingin
laki dan perempuan dalam rumah tangga, yakni
melakukan hal tersebut karena kebiasaan
suami dan istri.
memasak di rumahnya dilakukan oleh perempuan.
Dengan demikian, kegiatan pemberdayaan
Berdasarkan dominasi pekerjaan antara laki-laki
pangan lokal di Desa Mororejo memang
dan perempuan dalam rumah tangga yang tersaji
diperuntukkan bagi kaum ibu rumah tangga di
dalam Tabel 1 tersebut, terjadi pembagian peran
desa tersebut, sehingga laki-laki merasa tidak
gender dalam rumah tangga yang masih
perlu mencampurinya pada kegiatan kelompok.
tradisional. Hasil penelitian Nurlian dan Daulay
Namun, kepahaman laki-laki sebagai suami
(2008) tidak sepenuhnya benar pada masyarakat
dalam mendukung istrinya untuk mensukseskan
di Desa Mororejo, karena pembagian tersebut
kegiatan tersebut ada pada dukungan dengan
tidak terlalu tegas dengan meminggirkan nasib
mengantar belanja, terkadang mengantar ke
kaum perempuan dengan dominasi dapurnya.
pertemuan, memotivasi untuk menjual hasil

23
AGRIC Vol. 28, No. 1 & No.2, Juli & Desember 2016: 17 - 24

olahannya, dan bahkan sampai mencarikan pasar Cohen, J.M dan Uphoff, T. 1997. Rural
untuk menitipkan hasil olahan tersebut, karena Development Participation: Concept
laki-laki lebih banyak memiliki jaringan and Measures for Project Design,
komunikasi yang luas dengan keterlibatannya Implementation and Evaluation. Cornell
dalam dunia publik. Kepahaman tersebut University. New York.
menunjukkan keberadaan gender relations atau
Creswell, J.W. 2014. Research Design
hubungan gender antara laki-laki dan perempuan
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
di Desa Mororejo telah terjalin dengan baik.
Mixed. Pustaka Pelajar. Jakarta.

KESIMPULAN Felton, B.J., Lehmann, S., Brown, P., and Penny


Liberatos. 1980. The coping function of
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pember- sex-role attitude during marital disruption.
dayaan pangan lokal di Desa Mororejo sangat Journal of Health and Social Behavior (21):
tinggi, utamanya yaitu ibu-ibu rumah tangga yang 240-248.
merupakan sasaran utama kegiatan tersebut.
March, C., Symth, I., Maitrayee M. 2010. A Guide
Perempuan terlibat dalam setiap kegiatan, baik
to Gender-Analysis Framework. Oxfam
pada kegiatan pelatihan olahan pangan lokal,
Publication. London
arisan, lomba-lomba, dan pembuatan produk di
rumah. Sedangkan laki-laki hanya terlibat dalam Mosse, J.V, 2007. Gender dan Pembangunan.
kegiatan mengantar pasangannya belanja bahan Pustaka Pelajar. Jakarta.
lain, mencabut ketela, dan mengantar untuk Nugroho, R., 2008. Gender dan Strategi
kegiatan pemasaran. Hal tersebut disebabkan Pengarusutamaannya di Indonesia.
karena peta awal pembentukan kelompok Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
pemberdayaan ini dalam untuk memberdayakan
perempuan, sehingga laki-laki merasa tidak perlu Nurlian dan Daulay, H. 2008. Kesetaraan
ikut campur terlalu dalam dan memberikan gender dalam pembagian kerja pada
partisipasinya dalam bentuk dukungan untuk keluarga petani ladang: Studi kasus
pasangannya. analisa isu gender pada keluarga
petani ladang di Kecamatan Kuala
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten ngan Raya NAD. Jurnal
Harmoni Sosial Vol. 2.
_____. 2009. Instruksi Presiden Republik Orlofsky, J.L. 1982. Psychological androgyny,
Indonesia Nomor 9 tahun 2009 tentang sex typing, and sex-role ideology as
Pengarusutamaan Gender (PUG). predictors of male-female interpersonal
_____. 2012. Undang-Undang Republik attraction. Jurnal Sex Role vol. 8 No. 10.
Indonesia Nomor 18 tahun 2012 tentang Schiller, B.M. 1978. Work, and Status in Rural
Pangan. Java. Ohio University.

***

24

Anda mungkin juga menyukai