Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pasien dalam perawatan intensif sering mengalami kemunduran fisiologis,
psikososial, perkembangan, dan spiritual. Pasien yang sakit kritis dapat mengalami
peningkatan rasa sakit, gangguan tidur, malnutrisi dan penurunan kesadaran; dan
imobilisasi mereka kurang mampu mengubah posisi dan oleh karena itu mereka
berisiko terkena ulkus dekubitus (PU) (Cox, 2011; Kozier et al., 2011).

NPUAP, EPUAP dan PPPIA (2014)mendefinisikan PU sebagai cedera jaringan yang


terlokalisasi pada kulit dan/atau di bawah jaringan (biasanya di atas tonjolan tulang),
sebagai akibat dari tekanan, gesekan, atau kombinasi keduanya. Kondisi tersebut
disebabkan oleh kekurangan oksigen, nutrisi, dan akumulasi sisa metabolisme sel,
yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel. Kayser, VanGilder dan Lachenbruch
(2019) dan Suheri (2009) menyatakan bahwa PU paling sering terjadi tiga sampai
lima hari setelah imobilisasi.

Insiden PU dalam pengaturan perawatan intensif bervariasi antara rumah sakit dan
negara. Cox dan Roche (2015) menyatakan bahwa pasien unit perawatan intensif
(ICU) memiliki risiko PU 12-42% lebih tinggi dibandingkan pasien rawat inap
lainnya. Data lain menunjukkan perbedaan besar mulai dari 8,1% hingga 44% (Becker
et al., 2017). Gurusinga (2015) menjelaskan bahwa prevalensi PU dalam perawatan
jangka panjang di Amerika Serikat pada tahun 2012 relatif tinggi yaitu 15-25%. Di
Indonesia, sebaliknya, prevalensi PU pada pasien perawatan intensif mencapai
33,33%, lebih tinggi dari semua negara lain di ASEAN (Utomo et al., 2012).

Kondisi ini menjadi masalah serius karena menyebabkan nyeri berkepanjangan


(akibat gangguan sistem hemodinamik), peningkatan komplikasi terkait sepsis dan
peningkatan mortalitas (2,8% pasien sepsis meninggal akibat PU). Hal ini juga
menyebabkan peningkatan program rehabilitasi, serta peningkatan durasi dan biaya
perawatan (Georgiou et al., 2015; Hyun et al., 2013; Liu et al., 2019; Sole et al.,
2013 ; Tambajong dkk., 2016; Urden dkk., 2010).Mizan, Rosa, dan Yuniarti (2015)
menyatakan bahwa perawat merasa sulit untuk menerapkan langkah-langkah untuk
mencegah nanah. Intervensi perawat, berdasarkan rekomendasi dari NPUAP et al.
(2014), termasuk penilaian tingkat risiko, penilaian kulit dan jaringan, perawatan kulit
dan terapi mekanik.

Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh. Ini memiliki banyak fungsi kompleks
dan merupakan penghalang utama yang melindungi tubuh dari infeksi.
Mempertahankan integritas kulit, dalam situasi perawatan kritis sering diabaikan.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfianti, Nurhaeni, dan Eryando
(2012), sebagian besar perawat perawatan kritis fokus pada pencegahan dari
mengancam kehidupan komplikasi. Banyaknya tindakan invasif dan terapi yang perlu
dilakukan juga menjadi alasan mengapa integritas kulit terabaikan.

Beberapa peneliti dianjurkan dipijat untuk mencegah PU s (Zhang & Yue, 2015). Pijat
ini telah terbukti meningkatkan sirkulasi ke jaringan dan menjaga kelembaban kulit.
Ini dapat mencegah anoksia jaringan kulit, yang merupakan penyebab utama PU.
Handayani, Irawati, dan Panjaitan (2011) merekomendasikan agar pijat effleurage
dilakukan selama 4-5 menit setiap hari pada pasien tirah baring .

Pijat membutuhkan minyak esensial yang cocok untuk itu harus dilakukan secara
efektif sehingga dapat dengan mudah bekerja pada otot-otot tubuh (Widiyanti, 2015).
Virgin coconut oil (VCO) berguna untuk melembutkan kulit dan mempercepat
penyembuhan. VCO memiliki kandungan air rendah (0,02-0,03%) dan rendahnya
tingkat asam lemak bebas (0,02%). Selain itu, VCO telah terbukti memiliki
antioksidan, antivirus dan antibakteri (Widiada et al., 2010).

Sebuah tinjauan literatur telah menunjukkan bahwa VCO memiliki manfaat untuk
perawatan kulit dan telah terbukti mencegah PU. Namun, belum ada penelitian yang
dilakukan tentang kemanjuran pijat effleurage menggunakan VCO pada pasien di
ruang perawatan intensif. Studi ini berkontribusi pada penelitian yang ada dengan
menilai tingkat risiko PU selama periode lima hari berturut-turut. Penelitian ini juga
membahas faktor risiko PU seperti jenis kelamin, usia, status kesadaran, tekanan
darah, kekuatan otot, Indeks Massa Tubuh, dukungan pernapasan, dan indikator
laboratorium darah.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi pengaruh pijat effleurage menggunakan minyak kelapa
(VCO) terhadap tingkat resiko luka tekan (PU) pada pasien di Unit perawatan
intensif
2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui rerata tingkat resiko PU baik sebelum dan sesudah intervensi

Anda mungkin juga menyukai