Anda di halaman 1dari 9

The 10th University Research Colloqium 2019

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Penerapan Pemberian Olahan Jantung Pisang untuk


Kelancaran Produksi ASI di PMB Siti Isti’anatul
Amd,Keb
1
Indah Permatasari, 2Umi Laelatul Qomar
12
Prodi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Gombong
email: indahpermatasari6883@gmail.com

Abstrak
Keywords: Presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di
Produksi ASI, Kabupaten Kebumen menurut data terakhir pada tahun 2016 41,8%.
Jantung pisang Produksi ASI dipengaruhi oleh dua hormon yaitu prolaktin dan
oksitosin. Masalah yang ditimbulkan dari ibu menyusui adalah tidak
maksimalnya produksi ASI. Jumlah ASI sedikit bisa diatasi ibu
dengan mengkonsumsi jantung pisang. Jantung pisang merupakan
jenis tanaman yang mengandung laktagogum memiliki potensi dalam
meningkatkan dan memperlancar produksi ASI.
Tujuan penelitian ini adalah Pemberian olahan jantung pisang untuk
kelancaran produksi ASI pada ibu nifas
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui
pendekatan studi kasus teknik pengumpulan data berupa observasi
dan wawancara, kepustakaan dan dokumentasi. Partisipan pada
asuhan ini adalah ibu nifas hari ke-5
Penerapan dilakukan selama 7 hari dari hari ke 5 sampai hari ke 11,
dengan variasi makanan berupa nugget jantung pisang, lodeh
jantung pisang dan tumis jantung pisang. Sebelum mengkonsumsi
olahan jantung pisang didapatkan bahwa kelancaran produksi ASI
kelima partisipan belum lancar. Namun setelah 7 hari mengkonsumsi
olahan jantung pisang didapatkan hasil ada peningkatan kelancaran
produksi ASI pada ibu nifas yang dilihat dari frekuensi BAK bayi,
Karakteristik BAK bayi, Frekuensi BAB bayi, Karakteristik BAB
bayi, lama bayi tidur setelah menyusu, frekuensi menyusu dalam
sehari dan kenaikan BB bayi 160-190 gram.

1. PENDAHULUAN Dengan memberikan ASI kurang dari


Produksi ASI dipengaruhi oleh setengah jam pasca persalinan kadar
dua hormon yaitu prolaktin dan hormon prolaktin tidak sempat turun
oksitosin, pada satu jam persalinan dalam peredaran darah ibu sehingga
hormon prolaktin akan menurun yang kolostrum untuk hari pertama akan
disebabkan oleh lepasnya plasenta dan lebih cepat keluar. Namun bila bayi
untuk mempertahankan prolak tin tidak menghisap putting susu pada
dibutuhkan oksitosin yang dapat setengah jam setelah persalinan hormon
dirangsang dengan isapan bayi sehingga prolaktin akan menurun dan sulit
dapat merangsang pengeluaran ASI. merangsang prolaktin sehingga

398
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

produksi ASI kurang lancar dan ASI Jantung pisang mengandung


baru akan keluar pada hari ketiga atau laktagogum yang memiliki potensi
lebih, dan hal ini akan memaksa bidan menstimulasi hormon oksitosin dan
untuk memberikan makanan pengganti prolaktin seperti alkaloid, polifenol,
ASI karena bayi yang tidak mendapat steroid, flavonoid dan substansi lainnya
ASI cukup, dan akan menyebabkan paling efektif dalam meningkatkan dan
bayi rewel (Purwati, 2004 dalam Utami, memperlancar produksi ASI. Reflek
2012). prolaktin secara hormonal untuk
Presentase pemberian ASI eksklusif memproduksi ASI, sewaktu bayi
pada bayi 0-6 bulan di Kabupaten menghisap puting payudara ibu, akan
Kebumen selama lima tahun terakhir terjadi rangsangan neurohormonal pada
cenderung mengalami peningkatan. putting susu dan areola ibu.
Pada tahun 2012 presentasi ASI Rangsangan ini diteruskan ke hipofisis
Eksklusif 54,58%, tahun 2013 61,17%, melalui nervosvagus, kemudian ke
tahun 2014 59,3%, tahun 2015 68,3% lobusanterio. Dari lobus ini akan
dan tahun 2016 41,8%. Cakupan ASI mengeluarkan hormon prolaktin dan
eksklusif terendah yaitu puskesmas masuk ke peredaran darah dan sampai
Klirong 1 sebesar 2,6%, puskesmas pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI.
Bulus Pesantren sebesar 12,6%, Kelenjar ini akan terangsang untuk
puskesmas Puring 20,9%, (Dinas menghasilkan ASI (Wahyuni, 2012
Kesehatan Kabupaten Kebumen, 2016). dalam Harismayanti dkk, 2018).
Target pencapaian ASI eksklusif masih
sulit dicapai secara optimal disebabkan 2. METODE
beberapa hal diantaranya adalah
gangguan atau ketidaklancaran Penelitian ini menggunakan
pengeluaran ASI (Sulistyoningsih, penelitian deskriptif kualitatif
2011; Naylor et al, 2009). dikarenakan membahas permasalahan
Berdasarkan profil kesehatan tentang menguraikan, menggambarkan
Kabupaten Kebumen di kecamatan dan mendeskripsikan suatu kejadian
karangsambung tidak mendapatkan asi yakni tentang ibu nifas yang produksi
eksklusif sebesar 32 % hal tersebut ASInya belum lancar.
diakibatkan karena masih banyaknya Penerapan ini dilakukan pada
ibu yang memberikan susu formula ibu nifas dengan berjumlah 5 responden,
dengan alasan asi ibu belum lancar dan ibu nifas dengan produksi ASI belum
takut anaknya kekurangan gizi. lancar.
Masalah yang ditimbulkan dari Penerapan ini akan dilakukan di
ibu menyusui adalah tidak maksimalnya Praktek Mandiri Bidan Siti Isti’anatul
produksi ASI, sehingga kebutuhan Amd. Keb. Dilaksanakan pada tanggal
nutrisi bayi ikut tidak maksimal. 18 Februari sampai dengan 30 Maret
Beberapa saran yang perlu diperhatikan 2019. Alat yang digunakan untuk
para ibu yang sedang memberikan ASI mengumpulkan data atau penerapan
pada bayi, yaitu mengkonsumsi sayur- yang digunakan penulis yaitu: alat tulis
sayuran dan buah-buahan yang dapat dan lembar observasi.
meningkatkan volume ASI. Jumlah ASI Responden diberitahu tentang
sedikit bisa diatasi ibu dengan penerapan yang akan dilakukan dengan
mengkonsumsi daun pepaya, kacang Melaksanakan informed consent kepada
panjang dan jantung pisang (Tjahjani, partisipan, Setelah partisipan menyetujui
2014 dalam Harismayanti dkk, 2018). akan diberikan nugget jantung pisang
untuk memperlancar ASI. Partisipan

399
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

diminta tandatangan untuk bukti


persetujuan, Selanjutnya dilakukan
pengisian lembar observasi produksi
ASI.
Pemberi asuhan memberikan
olahan jantung pisang selama 7 hari
dengan dosis jantung pisang 200 gram
diolah bersama ikan gabus 120 gram dan
tepung kedelai 80 gram, Olahan jantung
pisang diberikan sebanyak 2 kali dalam 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sehari yaitu pagi dan sore hari kemudian
hasil dicatat pada lembar observasi.

3.1 Karakteristik partisipan (umur, paritas, tingkat pendidikan, dan pekerjaan)


ibu nifas yang diberikan olahan jantung pisang.

Karakteristik Golongan Jumlah %


Pendidikan SMU 60%
SMP 20%
SD 20%
Umur Usia >20 tahun 10%
Usia 20 – 35 tahun 60%
Usia > 35 tahun 10%
Masalah Putting Masalah 0%
Tidak Masalah 100%
Paritas Primipara 40%
Multipara 60%
Pekerjaan IRT 100%
Bekerja 0%
Sumber : Data primer (2019)
Berdasarkan data tabel 8 putting bahwa partisipan tidak ada
dapat dijelaskan dilihat dari segi yang mengalami putting tidak
pendidikan mayoritas partisipan menonjol atau 0%.. Dari paritas
berpendidikan SMA (60%), ibu didapatkan data ibu mayoritas adalah
dengan pendidikan lebih tinggi multipara yaitu 60% .Dilihat dari
mampu menerima pendidikan pekerjaan nya mayoritas adalah ibu
kesehatan yang disampaikan oleh IRT sebanyak 100%.
pemberi asuhan. Dilihat dari segi
umur mayoritas partisipan memiliki 3.2. Produksi ASI sebelum
umur 20-35 tahun sebanyak 60%. penerapan olahan jantung pisang
Kemudian dilihat dari masalah

No Nama Hari-5 sebelum penerapan Kesimpulan


Partisipan Karakteristik Hasil
1 Ny.K Frekuensi BAK >6 kali sehari X Belum
Karakteristik BAK kuning jernih X lancar
Frekuensi BAB >2-5 kali sehari
Karakteristik BAB kuning jernih

400
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Lama tidur setelah menyusu 2-3jam x


Frekuensi menyusu dalam sehari 8-12 kali
BB sekarang 3100 gram
2 Ny.S Frekuensi BAK >6 kali sehari Belum
Karakteristik BAK kuning jernih lancar
Frekuensi BAB >2-5 kali sehari x
Karakteristik BAB kuning jernih X
Lama tidur setelah menyusu 2-3jam X
Frekuensi menyusu dalam sehari 8-12 kali X
BB sekarang 3250 gram
3 Ny.R Frekuensi BAK >6 kali sehari Belum
Karakteristik BAK kuning jernih lancar
Frekuensi BAB 2-5x/hari
Karakteristik BAB kuning emas
Lama tidur setelah menyusu tidak 2-3jam x
Frekuensi menyusu tidak 8-12x perhari X
BB sekarang 3000 gram
4 Ny.D Frekuensi BAK >6 kali sehari Belum
Karakteristik BAK kuning jernih lancar
Frekuensi BAB >2-5 kali sehari x
Karakteristik BAB kuning jernih X
Lama tidur setelah menyusu 2-3jam X
Frekuensi menyusu dalam sehari 8-12 kali
BB sekarang 3150 gram
5 Ny.N Frekuensi BAK >6 kali sehari Belum
Karakteristik BAK kuning jernih x lancar
Frekuensi BAB >2-5 kali sehari x
Karakteristik BAB kuning jernih x
Lama tidur setelah menyusu 2-3jam
Frekuensi menyusu dalam sehari 8-12 kali
BB sekarang 3300 gram
Sumber : Data Primer (2019)
Produksi ASI sebelum pada hari ke-5 nifas fisiologis selama
penerapan olahan jantung pisang 7 kali.
seluruh partisipan adalah belum
lancar, sehingga pemberi asuhan 3.3. Produksi ASI sesudah
memberikan olahan jantung pisang penerapan olahan jantung
pisang

Partisi- Hari ke
Kriteria Observasi
pan 5 6 7 8 9 10 11
Ny. K BAK ≥ 6 kali x √ √ √ √ √ √
Karakteristik BAK √ √ √ √ √ √ √
(Kuning jernih)
BAB 2-5 kali √ X √ √ √ √ √
Warna BAB (Kuning √ √ √ √ √ √ √
keemasan)
Bayi tidur 2-3 jam x √ √ √ √ √ √
Frekuensi menyusu √ √ √ √ √ √ √
8-12x/hari

401
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Berat badan bayi H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7


3100 3120 3140 3170 3200 3230 3260
gram gram gram gram gram gram gram
Ny. S BAK ≥ 6 kali √ √ √ √ √ √ √

Karakteristik BAK √ √ √ √ √ √ √
(Kuning jernih)
BAB 2-5 kali X √ √ √ √ √ √
Warna BAB (Kuning X √ √ √ √ √ √
keemasan)
Frekuensi menyusu √ √ √ √ √ √ √
8-
12x/hari
Bayi tidur 2-3 jam √ √ √ √ √ √ √
Berat badan bayi 3250 3270 3300 3330 3360 3390 3420
grm gram gram gram gram grm gram
Ny. R BAK ≥ 6 kali √ √ √ √ √ √ √
Karakteristik BAK √ √ x √ √ x √
(Kuning jernih)
BAB 2-5 kali √ √ √ √ √ √ √
Warna BAB (Kuning √ √ √ √ √ √ √
keemasan)
Bayi tidur 2-3 jam x √ √ x x √ √
Frekuensi menyusu x √ √ x x √ √
8-12x/hari
3030 3060 3090 3110 3130 3160 3190
Berat badan bayi
gram gram gram gram gram gram gram
Ny.D BAK ≥ 6 kali √ √ √ √ √ √ √
Karakteristik BAK √ √ √ √ √ √ √
(Kuning jernih)
BAB 2-5 kali X √ √ √ √ √ √
Kriteria H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
Warna BAB (Kuning x √ √ √ √ √ √
keemasan)
Bayi tidur 2-3 jam √ √ √ √ √ √ √
Frekuensi menyusu √ √ √ √ √ √ √
8-12x/hari
3150 3180 3210 3240 3270 3300 3330
Berat badan bayi
gram gram gram gram gram gram gram
Ny.N BAK ≥ 6 kali √ √ √ √ √ √ √
Karakteristik BAK √ √ √ √ √ √ √
(Kuning jernih)
BAB 2-5 kali X √ √ √ √ √ √
Warna BAB (Kuning x x √ √ √ √ √
keemasan)
Bayi tidur 2-3 jam √ √ √ √ √ √ √
Frekuensi menyusu √ √ √ √ √ √ √
8-12x/hari
3300 3320 3340 3370 3400 3430 3460
Berat badan bayi
gram gram gram gram gram gram gram
Sumber : Data Primer (2019)

402
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Seluruh partisipan mendapatkan Hasil penerapan ini menunjukan


pemberian olahan jantung pisang 7 kali 60% responden dengan paritas
dengan nilai apabila lebih dari 4 dari 7 multipara yang artinya memiliki
kriteria maka dianggap produksi asi lancar pengalaman pemberian ASI. Hal ini
dan rata-rata skor tertinggi pada hari ke-7 sesuai dengan pendapat Pranajaya dkk
adalah 7. Rata-rata kenaikan berat badan 5 (2013) mengacu pada Soejtiningsih
partisipan perhari adalah 30 gram namun (1997) yaitu Ibu yang telah melahirkan
pada partisipan Ny.R kenaikan berat badan lebih dari sekali tentu sudah memiliki
pada hari ke-4 dan ke-5 hanya mengalami pengalaman dalam hal menyusui
kenaikan berat badan 20 gram perhari sehingga manajemen laktasi akan
dikarenakan lama bayi tidur lebih dari 2-3 dijalankan dengan baik sedangkan
jam serta frekuensi menyusu bayi kurang seseorang yang baru melahirkan
dari 8 kali perhari. pertama kali biasanya mempunyai
Ibu mengatakan penyebab pengetahuan dan pengalaman yang
frekuensi bayi menyusu kurang dari 8 kali kurang dalam hal menyusui.
perhari karena adanya gangguan yang Selain itu kesiapan psikologi
cukup signifikan pada jadwal menyusui antara primipara dan multipara sangat
bayi yang rutin. Pada hari ke-4 dan ke-5 berbeda. Seorang primipara lebih
penerapan, bayi mengalami tidur lebih dari mudah merasa cemas dan labil, kondisi
2-3 jam dan ibu tidak membangunkannya psikologi ini akan mempengaruhi
sehingga bayi menyusu kurang dari 8 kali pengeluaran hormone yang berperan
perhari. dalam produksi ASI.
3.4. Karakterisitik pada Ibu Nifas c. Pendidikan
a. Umur Tingkat pendidikan partisipan
Hasil penelitian ini menunjukan terendah adalah SD. Pendidikan ada
60 % responden dengan usia kategori kaitan dengan pengetahuan ibu
yaitu sekitar 20 tahun sampai 35 tahun. menyusui dalam memberikan ASI
Menurut Santika (2015) mengacu pada eksklusif, hal ini dihubungkan dengan
Ilfa (2010) dikatakan masa awal dewasa tingkat pengetahuan ibu bahwa
adalah usia 18-40 tahun, disebut juga seseorang yang berpendidikan lebih
masa reproduksi, dewasa madya tinggi akan mempunyai pengetahuan
berumur 40-60 tahun dan dewasa lanjut yang lebih luas dibandingkan dengan
adalah >60 tahun. tingkat pendidikan yang rendah.
Pada penelitian ini ada satu Berdasarkan pengkajian yang dilakukan
partisipan yang berumur 17 tahun tidak pemberi asuhan yaitu terdapat 60%
memiliki riwayat menyusui, hanya saja partisipan merupakan lulusan Sekolah
sekarang ASI ibu belum begitu lancar Menengah Atas.
dan belum keluar kolostrum jika Menurut Andayani dkk (2018)
dipencet, hal ini sesuai dengan pendapat mengacu pada Hawari (2016) bahwa
Pranajaya dkk (2013) mengacu pada tingkat pendidikan seseorang atau
Depkes RI (2006) bahwa Ibu yang individu akan berpengaruh terhadap
berusia < 20 tahun masih belum matang proses dan kemampuan berfikir
dalam fisik dan psikologinya sehingga sehingga mampu menangkap informasi
kemungkinan akan adanya gangguan baru.
dalam kelancaran produksi ASI besar, d. Pekerjaan
sedangkan ibu yang berumur > 35 Berdasarkan data pengkajian
tahun dianggap berbahaya karena baik pada partisipan, dilihat dari pekerjaan
reproduksinya maupun alat tibuh sebanyak 100 % responden bekerja
lainnya sudah mengalami penurunan sebagai IRT, sehingga dapat
sehingga resiko terhadap kehamilan, berhubungan penuh dengan
persalinan maupun menyusui lebih bayinya,dengan menjadi IRT akan lebih
tinggi. banyak waktu memberikan ASI nya dan
b. Paritas sangat mempengaruhi kelancaran ASI

403
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

menjadikan ibu tidak cemas dan banyak frekuensi 2 kali sehari pada pagi dan
meluangkan waktu dengan bayinya dari sore.
pada ibu yang bekerja di luar rumah Disajikan sebanyak 400 gram
dan menyebabkan frekuensi penyusuan yaitu 200 gram jantung pisang, 80 gram
akan berkurang dan produksi ASI akan tepung kedelai dan s120 gram ikan
menurun. patin, sesuai tingkat kepuasan panelis
Hal ini sesuai dengan pendapat pada penelitian Simbolon dkk (2016)
Rompas dkk (2018) mengacu pada dengan perbandingan 50:20:30.
Dahlan dkk (2013) apabila status ibu Variasi makanan adalah susunan menu
adalah bekerja maka besar yang dihidangkan secara menarik
kemungkinan ibu untuk kurang mampu dengan memperlihatkan rasa, warna,
memberikan ASI produksi ASI akan bentuk, kekerasan serta susunan
menurun sedangkan jika ibu adalah ibu makanan yang dibuat (Saputri, 2015
rumah tangga maka akan lebih mampu mengacu pada Widodo, 2010)
memberikan ASI secara eksklusif dan Untuk menghindari rasa bosan
lebih menyayangi anaknya. pada responden maka pemberi asuhan
e. Putting Menonjol selain memberikan nugget jantung
Keberhasilan dalam menyusui pisang juga memberikan selingan lodeh
bisa berfaktor dari bentuk putting susu. jantung pisang atau tumis jantung
Bentuk putting yang menonjol akan pisang secara bergantian.
memudahkan bayi saat menyusu, Penerapan dilakukan secara
sehingga bayi tidak mengalami terbimbing oleh pemberi asuhan ,
kesulitan saat menghisap (Saraung dkk, pemberi asuhan selain mendampingi
2017 mengacu pada Tauriska dan penerapan pada hari pertama penerapan
Umamah, 2014). di masing masing partisipan , peneliti
Dari kelima responden tidak ada juga mengingatkan partisipan untuk
yang mengalami gangguan putting mengkonsumsi olahan jantung pisang
seperti putting tidak menonjol atau 0 % melalui via WhatssApp , pengiriman via
sehingga semua responden mengalami WhatssApp dilakukan agar peneliti tetap
kemudahan saat menyusui hanya saja dapat memantau perkembangan dari
ASInya belum lancar. masing masing partisipan dan untuk
3.5. Penerapan Pemberian Olahan mengetahui kepatuhan partisipan
jantung pisang dan Kelancaran ASI mengkonsumsi olahan jantung pisang.
Pada ibu Nifas Pemberi asuhan juga mengisi lembar
a. Pemberian olahan jantung pisang observasi kelancaran produksi asi yang
Jantung pisang memiliki sudah disediakan dan observasi
kandungan gizi karbohidrat (7,1 g), dilakukan selama tujuh hari berturut-
protein (1,2 g), lemak (0,3 g), mineral turut.
terutama fosfor (50 mg), kalsium (30 Setelah diberikan olahan jantung
mg), zat besi, vitamin C, vitamin B1 pisang selama 7 hari dan dilakukan
dan tinggi serat. Jantung pisang dapat evaluasi setiap hari pada masing-
menjadi substitusi daging namun kadar masing responden. partisipan
proteinnya masih tergolong rendah oleh mengalami perubahan pada ASI nya
karena itu dibutuhkan asupan nabati yaitu partisipan pertama mengatakan
maupun hewani sehingga ditambahkan setelah diberikan olahan jantung pisang
tepung kedelai dan ikan patin. ASI nya sudah lancar baik payudara
(Simbolon, 2016). kanan maupun kiri ,partisipan kedua
Penerapan olahan jantung pisang mengatakan setelah diberikan olhan
telah diberikan selama 7 kali frekuensi jantung pisang payudara kanan dan kiri
2x sehari sesuai dengan Riani (2017) sudah keluar ASI banyak, partisipan
yaitu Pemberian jantung pisang ketiga mengatakan setelah diberikan
diberikan selama 1 minggu dengan olahan jantung pisang ASI sudah keluar
merembes dan banyak, partisipan

404
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

keempat mengatakan setelah diberikan terdapat adanya kelancaran produksi


olahan jantung pisang ASI sudah ASI yang dinilai dari hasil observasi
keluar dan lancar, partisipan kelima indicator bayi dengan ketentuan apabila
mengatakan setelah diberikan olahan terdapat lebih dari 4 dari 7 kriteria. Hal
jantung pisang payudara kanan dan kiri ini sesuai dengan pendapat Tri Budiarti
terasa sangat penuh dan ASI menetes. (2010) bahwa kelancaran produksi ASI
b. Kelancaran dilihat dari indikator bayi adalah BAK
Ibu menyusui harus minimal 6 kali dalam 24 jam, warna
memperhatikan beberapa hal untuk kuning jernih, bayi tidur tenang dalam
meningkatkan kualitas dan jumlah 2-3 jam, BAB 2-5 kali perhari warna
volume ASI yang dimilikinya. Ada kuning keemasan, frekuensi menyusui
beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam sehari 8-12 kali, dan adanya
para ibu yang sedang memberikan ASI kenaikan berat badan bayi.
pada bayi, yaitu: mengkonsumsi sayur- Dari semua partisipan terdapat
sayuran dan buah-buahan yang dapat kenaikan rata-rata berat badan sejumlah
meningkatkan volume ASI. 30 gram/hari kecuali pada Ny. R pada
Jumlah ASI sedikit bisa diatasi hari ke 5 dan hari ke 6 hanya bertambah
ibu dengan mengkonsumsi sayur katuk, 20 gram perhari dikarenakan bayi tidak
labu siam, kacang panjang dan jantung tidur selama 2-3 jam dan menyusu
pisang. Kandungan kimia yang kurang dari 8-12 kali/hari. Hal ini
terkandung dalam jantung pisang sesuai dengan pendapat Muliyawati
seperti kal ori, protein, lemak, (2012) bahwa apabila bayi tidur dan
karbohidrat, vitamin A, vitain B1, tidak mau menyusu sebaiknya bayi
vitamin C dan mineral penting seperti dibangunkan dan dirangsang untuk
fosfor, kalsium dan Fe (zat besi) akan menyusu setiap 2-3jam sekali setiap
sangat membantu dalam proses harinya.
pembuatan ASI (Kappara, 2011).
Jantung pisang juga mengandung4. KESIMPULAN
laktagogum yang memiliki potensi 4.1. Pemberian olahan jantung pisang setiap
dalam menstimulasi hormon oksitoksin hari setiap pagi dan sore diberikan selama
dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, 7 kali dimulai pada nifas 5 hari hingga
steroid, flavonoid dan substansi lainnya nifas 11 hari dengan variasi olahan seperti
paling efektif dalam meningkatkan dan nugget jantung pisang, lodeh jantung
memperlancar produksi ASI. Reflek pisang, dan tumis jantung pisang.
prolaktin secara hormonal untuk 4.2. Partisipan dalam studi kasus ini berusia
memproduksi ASI, waktu bayi 15-30 tahun (60%), paritas kategori
menghisap puting payudara ibu, terjadi multipara (60%), pendidikan Sekolah
rangsangan neorohormonal pada puting Menengah Atas (60%), dan tidak bekerja
susu dan areola ibu. Rangsangan ini atau IRT (100%).
diteruskan ke hipofisis melalui nervos 4.3. Sebelum diberikan olahan jantung pisang
vagus, kemudian ke lobus anterior. rata-rata produksi ASI ibu belum lancar
Dari lobus ini akan mengeluarkan dengan skor 4 dari 7 karakteristik.
hormon prolaktin, masuk ke peredaran 4.4. Sesudah diberikan olahan jantung pisang
darah dan sampai pada kelenjar- rata-rata produksi ASI ibu lancar dengan
kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini skor tertinggi 7 dengan system penilaian
akan terangsang untuk menghasilkan >4 dari 7 indikator.
ASI (Fahmi, 2011 dalam Riani, 2017).
Sebelum dilakukan penerapan5. REFERENSI
olahan jantung pisang produksi ASI
kelima partisipan belum lancar namun Dinkes. Jateng. 2016. Cakupan ASI Eksklusif
setelah diberikan penerapan olahan [Diakses pada tanggal 3 Februari 2019,
jantung pisang selama 7 kali dengan hari Minggu, pukul 07.30 WIB] http :
jumlah 400 gram jantung pisang perhari www.dinkesjatengprov.go.id/

405
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas


Harismayanti dkk. Pengaruh Konsumsi Ranotana Weru. E-Jurnal Keperawatan
Jantung Pisang Terhadap Peningkatan (E-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus
Produksi Asi Pada Ibu Masa Nifas. 2017.
Jurnal Prosiding Seminar Nasional 2018,
ISBN 978-602-6988-58-4. Simbolon, Monica Valentina Therescova dkk.
2016. Kajian Pembuatan Nugget Dari
Pranajaya dkk. 2013. Determinan Produksi Jantung Pisang Dan Tepung Kedelai
ASI Pada Ibu Menyusui. Jurnal Dengan Penambahan Ikan Gabus. Jurnal
Keperawatan, Volume IX, No.2, Oktober JOM Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016.
2013 ISSN 1907-0357.
Sugiono. 2010.Metodologi Penelitian
Pratiwi, Lisma dkk. 2016. Studi Pemanfaatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Jantung Pisang Dan Ikan Gabus Bandung : Penerbit Alfabeta.
Dalam Pembuatan Nugget. Jurnal
JOM Faperta Vol. 3 No. 1 Februari 2016. Saputri dkk. 2015. Efektivitas Variasi
Makanan Terhadap Peningkatan Nafsu
Riani, 2017. Pengaruh Konsumsi Rebusan Makan Anak Usia Pra Sekolah Di
Jantung Pisang Terhadap Ekskresi Asi Kelurahan Kuningan Semarang Utara.
Pada Ibu Menyusui Di Desa Ranah Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan
Wilayah Kerja Puskesmas Kampar (JIKK).
Tahun 2016. Jurnal Vol 1, No 1,
April 2017 ISSN 2580-2194. Sulistyoningsih dkk. 2011. Gizi Untuk
Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu:
Rompas dkk. 2018. Hubungan Status Yogyakarta
Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Utami, Aris Puji. 2012. Hubungan Inisiasi
Kawangkoan.e-Journal Keperawatan Menyusu Dini Dengan Kecepatan
(ekp) Volume 6 Nomor 1, Mei 2018. Keluarnya Asi Pada Ibu Post Partum
Di Bps Firda Tuban. Jurnal STIKES
Saraung Dkk. 2017. Analisis Faktor-Faktor NU Tuban.
Yang Berhubungan Dengan Produksi ASI

406

Anda mungkin juga menyukai