15
dengan :
Q : debit rencanan (m3/dt)
C : koefisien (0,60 – 0,66)
g : percepatan gravitasi (9,8 m/dt2)
B1 : lebar peluap bagian bawah (m)
B2 : lebar muka air diatas peluap (m)
h3 : tinggi air diatas peluap (m)
m2 : kemiringan tepi peluap
bila m2 = 0,5
C = 0,6
Q = (0,71 . h3 + 1,77 . B1)h33/4
B2
h31
h3 1
h3
m2
B1
Hal : IV- 1
b1
h3
H
H1
h2
Letak sub dam yaitu jarak antara main dam dan sub dam ditentukan dengan rumus empiris yang
didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun.
L = (1,5~2,0)(H1 + h3)
dengan :
L : jarak antara main dam dengan sub dam
H1 : tinggi dari muka lantai permukaan batuan dasar sampai mercu main dam
h3 : tinggi muka air diatas peluap
Koefisien (1,5~2,0) harus diambil besar bila tinggi dam lebih rencah
Tinggi sub dam, yaitu tinggi lantai bagian bawah sampai mercu sub dam dapat ditentukan
berdasarkan rumus empiris sebagai berikut :
1 1
H2 = ~ H
3 4
dengan :
H2 : tinggi mercu sum dam dari dasar lantai
H : tinggi main dam
Hal : IV- 2
h3 l
h2 H1
h1 H
H2 H1 h1
b1 X Lw
Rumus berikut berlaku untuk menentukan letak dan tinggi sub dam bila main dam agak tinggi
L = lw + X + b2
dengan :
lw : panjang terjunan (m)3
X : panjang loncat air (m)
b2 : lebar mercu sub dam (m)
1/ 2
2( H 1 1 h2
lw = Vo 2
g
dengan :
q0
Vo : (m / dt )
h3
q0 : debit per-m lebar peluap (m3/dt)
h3 : tinggi air diatas mercu main dam (m)
H1 : tinggi dari permukaan lantai (atau permukaan batuan dasar) sampai mercu main dam (m)
g : percepatan gravitasi (9,8 m/dt2)
X = . hj
dengan :
: koefisien (4,5~5,0)
Hal : IV- 3
hj : tinggi dari permukaan lantai (ataupun permukaan batuan dasar) sampai muka air diatas
mercy sum dam
hj =
h1
2
1 8.F 1
1
2
dengan :
h1 : tinggi air (jet) pada titik jatuhnya terjunan (m)
q1
h1 =
v1
dengan :
q1 : debit per-m lebar pada titik jatuhnya terjunan (m3/dt)
V1 : kecepatan terjunan pada titik jatuhnya terjunan (m/dt)
V1 : 2 g ( H 1 h3
Untuk menghitung besarnya “m” kemiringan di bagian hulu dam dimana H<15 m dapat dipakai rumus
berikut :
Hal : IV- 4
Rumus diatas sering dipakai untuk menentukan kemiringan bagian hulu “m” bila kemiringan bagian hilir “n”
lebar mercu “b1” dan tinggi air peluap “h3” diketahui. Dalam menentukan besarnya “o” kadang-kadang nilai
o = 1,2 agak terlalu besar.
Q = K.A.i
dengan :
Q : debit rembesan (cm3/detik)
K : koefisien permeabilitas tanah (cm/detik)
A : luas penampang tanah (cm2)
i : kemiringan hidraulik (H/L)
H : selisih ketinggian muka air (meter)
L : panjang lintasan aliran air tanah (meter)
l 2d
Cc =
H
dengan :
l : panjang lintasan arah horizontal (m)
Hal : IV- 5
d : panjang lintasan arah vertical (m)
H : selisih ketinggian muka air (m)
Cc : koefisien rembesan yang disesuaikan dengan Table 4.8
l
2d
Cw = 3
H
3. Tekanan Sedimen
Pev = si.he
Peh = Ce. si.he
dengan :
Hal : IV- 6
Pe : komponen vertical tekanan sedimen (t/m3)
Peh : komponen horizontal tekanan sedimen (t/m3)
si : berat volume dalam air (t/m3)
o : berat volume air
s : berat volume sedimen
Ce : koefisien tekanan tanah aktif
he : tinggi sedimen
Tinggi sedimen “he” disini adalah dengan anggapan setelah selesai pembuatan dam terjadi
endapan di hulu main dam.
Biasanya diambil :
Ce : 0,3
v : 0,3~0,4
si : 1,5~1,8 (tm3)
o : 1,0 (t/m3)
Untuk nilai si, Bureau of reclamation menyarankan dipakai 1,67 – 1,83 dimana sedimen terdiri
dari pasir, kerikil dan batu.
4. Gaya Angkat
x
Ux = h2 h1 l o
dengan :
Ux : gaya angkat pada titik x (t/m3)
h2 : tinggi air di hilir (m)
: koefisien uplift
H : h1 –h2
h1 : tinggi air di hulu
x : panjang garis rembesan (m)
l : l = b2 untuk ini (m)
b2 : tebal dam pada dasar (m)
: berat volume air
Koefisien uplift “” antara 0,3 – 1,0
Dalam praktek diambil 0,33
Hal : IV- 7
Pv1 Pv2
W2 Pv2
Pv1
PH1 Pv1
W3
PH1
W1
U1
U2
Berat
W1 ½ Wc.m.H2 (+) 2/3 .m . H (+)
sendiri (W)
W2 Wc.b1.H (+) m . H + ½ .b1 (+)
W3 ½ .Wc.n.H2 (+) m . H+b1+1/3 .n.H (+)
P
Tekanan air Pv1 ½ . Wo.m.H2 (+) 1/3 .m . H (+)
Statik (P) Pv2 Wo.m.h3.H (+) ½m.H (+)
Pv3 Wo.b1.h2 (+) m . H+1/2.b1 (+)
PH1 ½ .Wo.H2 (+) 1/3 .H (+)
PH2 Wo.h3.H (+) ½.H (+)
Tekanan Pc
Sedimen PcV ½ .Wn.m.hc2 (+) 1/3 .m . hc (+)
(Pc) PcH ½ .Ce.Wn.hc2 (+) 1/3 .hc (+)
Gaya U
Angkat (U) U1 ½.Wo..bc.(H+h3- (-) 1/3 . b2 (-)
U2 h2) (-) ½ .b3 (-)
V H M
Hal : IV- 8
Hitungan stabilitas (Sepertiga bagian tengah)
M
X =
V
V 6.e
12 = 1
b2 b2
dengan :
X : jarak dari 0, tepi (hulu) samapi titik tangkap Resultante gaya
M : moment total terhadap titik 0
V : gaya vertical total
H : gaya horizontal
b2 : lebar dasar dam
12 : tegangan vertical pada ujung-ujung fondasi dasar dam
e : jarak dari as sampai titik tangkap Resultante gaya
b2
C = X
2
Pada umumnya besaran X disyaratkan :
b2 2.b2
x
3 3
2 e 1
½ b2
b1
b1
h3
H h1
H1
h2
Hal : IV- 9
Hitungan Tegangan / Daya Dukung
V 6.e
12 = 1
b2 b2
dengan :
12 : tegangan vertical masing-masing pada ujung hilir dan hulu (t/m2)
V : gaya vertical total (t)
b2 : lebar dasar dam (m)
b2
e : eksentrisitas = x ( m)
2
x : jarak ujung hulu sampai titik tangkap resultante gaya (m)
f .V 0 .l
Sf =
H
dengan :
Sf : faktor aman
V : gaya vertical total (t)
H : gaya horizontal total (t)
f : koefisien geser antara dasar dam dengan pondasi (Table 4.6.)
0 : tegangan geser badan dam pada pondasinya (t/m2)
l : panjang bidang geser
Tekanan terhadap tegangan geser pada pondasi terapung (terdiri dari pasir dan kerikil) dapat
diabaikan.
Hal : IV- 10
Tabel 4.2. Tinggi jagaan pada peluap
Debit desain 50 50-100 100-200 200-500 500-2000
(m3/detik)
Tinggi jagaan 0,6 0,8 1,0 1,2 1,5
(meter)
Hal : IV- 11
Tabel 4.6. Beberapa harga koefisien geser tanah dasar
Jenis tanah dasar (pondasi) Koefisien geser f
Keras dengan sedikit retakan 0,7
Batuan (base rock) Keras dengan banyak retakan 0,7
Lunak atau “mudstone” 0,7
Lapisan kerikil (grave layer) Padat dan kompak 0,6
Kurang padat/tidak kompak 0,6
Lapisan berpasir (sandy layer) Padat dan kompak 0,6
Kurang pada/kompak 0,5
Lapisan lempung (clay layer) Sangat keras 0,5
Keras 0,45
Hal : IV- 12
4. 5. Perhitungan Stabilitas Dam.
A. Cek Dam ke-1.
1,50
4,50
b1 1,5
= 0,333
H 4,5
= 0,2
c 2,3
= 2,3
0 1,0
Hal : IV- 13
Nilai m, kemiringan dam bagian hulu dihitung berdasarkan persamaan :
1 m 2 2n n4 2 m 1 3 4n 3n 2 n 2 0
1 1,332 m 2 20,2 0,33 0,24.1,33 2,3 2.1,33.0,33m 1 3.1,33 1,33.0,334.0,2 0,33
2,3 3.0,2.0,33 0,33 2 0,2 2 0
2,77m 2 3,46.m 6,28 0
Pv1 Pv2
W2 Pv2
Pv1
PH1 Pv1
W3
PH1
W1
U1
U2
Tekanan Sedimen :
Pev = si . he
= 1,6 . 4,5
= 7,2
Peh = ce . si . he
= 0,3 .1,6 . 4,5
= 2,16
Hal : IV- 14
Tekanan Air Up-lift
1,5
1 = 0 0,33.3,01 .1 0,94 T
25,5
8,4
2 = 0 0,33.3,01 .1 0,67 T
25,5
Fg =
M 190,6 3,6 1,5...Ok
M 53
Tanpa sedimen
Berat air vertikal = 0,5.4,5.4,5.1,0 = 10,1 T
Hal : IV- 15
Lengan = 5,4 m
Mw = 54,5 T
M+ = 174 T.m
M- = 39,8 T.m
Fg =
M 174 4,3 1,5...Ok
M 39,8
H = 15,95 T
V = 52,5
f = 0,6
F =
v. f
H
52,5.0,6
=
15,95
= 1,97 1,5 …. Ok
x =
M =
190,6
3,6m
V 52,5
e = 6,9.0,5 – 3,6
1
= 0,15 m < - B = 1,15 m
6
b b.2
x
3 3
6,9 2.6,9
x
3 3
2,3 < x < 4,6 ………Ok
12 =
V 1 6.e
b b
Hal : IV- 16
52,5 6.0,15
12 = 1
6,9 6,9
= 8,6 T/m2
52,5 6.0,15
12 = 1
6,9 6,9
= 6,6 T/m2
2 e 1
½ b2
b1
h3 l
h2 H1
h1 H
H2 H1 h1
b1 X Lw
H = 4,50 m
H2 = (1/3 ~ ¼) H
H2 = 0,33 x 4,5 = 1,50 m
L = Lw + X + b2
Hal : IV- 17
1278
V0 = 4,7
6.45
1 1
1 2 1 2
2 H 1 2 h3 2 4,5 2 .6,0
Lw = V0 = 4,7
= 5,8
g 9,81
2
hi = tinggi air pada titik jatuhnya terjun (m)
V1 = 2.g .H 1 H 3
= 2.9,84,5 6,0
= 14,34 m/dt
Q1 1278
q1 = 28,4m3 / dt / m
B 45
q1 28,4
h1 = 1,98
V1 14,34
V1 14,34
F1 = 3,41 1
gh 9,8.1,98
2
=
1,98
2
1 8.3,412 1
= 8,6
X = 4,5 . 8,6 = 38,7
L = Lw + X + b2
Hal : IV- 18
= 15,8 + 38,7 + 1,0
= 55,5 60 m
1,5
1 = 0 0,33.3,01 .1 0,98 T
68,4
8,4
2 = 0 0,33.3,01 .1 0,88 T
68,4
Hal : IV- 19
n = 0,035
Q = 1278
B = 45
l = 0,00039
0,6
0,035.1278
H = = 10,5
45 0,00039
T = 2,4 . Yc + 0,4 H
= 2,4 . 4,35 + 0,4 . 10,5
= 14,64 m
D = 14,64 – 10,5 = 4,14 m > 2 m ... Ok diambil D = 4,5 m.
Tebal apron (t) = 0,1.(0,6.4,5 + 3.6 -1)
= 1,97 m --- dipakai t = 2,0 m.
Hal : IV- 20