MANAJEMEN BENCANA
NAMA KELOMPOK
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
manajemen bencana tentang perencanaan penanggulangan bencana ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan di dalamnya dan juga kami berterima kasih pada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai perencanaan penanggulangan bencana.
Kami juga menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan
demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
3.2 Saran................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1) Menjelaskan jenis-jenis perencanaan dalam penanggulangan bencana.
2) Menjelaskan tentang perencanan kontijensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1
kesadaran kritis masyarakat dan pemerintah atas masalah bencana
alam, menciptakan proses perbaikan total atas pengelolaan bencana,
penegasan untuk lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada kearifan
lokal yang berbentuk peraturan nagari dan peraturan daerah atas
menejemen bencana. Yang tak kalah pentingnya dalam manajemen
bencana ini adalah sosialisasi kehatian-hatian terutama pada daerah
rawan bencana.
2.1.1.2 Rencana Mitigasi (Mitigation Plan)
Mitigasi Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun
2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
a. Tujuan mitigasi bencana
1) Mengurangi dampak yang ditimbulkan, khususnya bagi penduduk
2) Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan
3) Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta
mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup
dan bekerja dengan aman
f. Analisis Risiko
Inti dari tahapan ini adalah menganalisis tingkat peluang atau
kemungkinan terjadinya risiko dan analisis besaran dampak yang akan
ditimbulkan jika bahaya tertentu terjadi.
g. Evaluasi Risiko
Pada tahapan ini dilakukan ranking untuk seluruh risiko yang
ada. Ranking dilakukan berdasarkan pertimbangan tingkat peluang atau
kemungkinan terjadinya risiko dan analisis besaran dampak yang akan
ditimbulkan. Setelah itu barulah dilakukan penilaian terhadap kemampuan
dan rencana mitigasi yang telah ada untuk bahaya dan ancaman tertentu.
Akhir dari tahapan ini adalah kesimpulan bahwa apakah risiko yang ada
perlu untuk mendapatkan penanganan ataukah tidak. Untuk risiko-risko
yang perlu mendapatkan penanganan tim penilai akan memberikan
rekomendari kepada LRRF mengenai risiko mana yang akan mendapatkan
prioritas penanganan.
h. Penanganan Risiko
Pada tahapan ini penyusunan rencana kontijensi dilakukan yang
diawali dengan perumusan strategi pengurangan risiko bencana dengan
mempertimbangkan gap antara besarnya risiko dan besarnya sumber daya
yang dimiliki untuk merespon risiko tersebut. Mempertimbangkan
besarnya risiko dan besarnya sumber daya yang dimiliki dilakukan dalam
konteks sekarang dan jangka panjang, sehingga akan terlahir kesimpulan
tentang risiko mana yang harus ditangani sekarang dan yang risiko mana
yang harus ditangani dalam jangka panjang.
Dari tahapan ini akan muncul pula kesimpulan seberapa besar gap
antara besarnya risiko dan besarnya sumber daya yang dimiliki. Setelah
itu, akan disepakatitreatment yang akan digunakan dan skenario
penanganan yang akan dikembangkan. Mekanisme treatment dan skenario
penanganan tersebutlah yang pada akhirnya dituangkan di dalam rencana
kontinjensi. Prioritas mana yang akan ditangani harus melalui proses
konsensus dan begitu juga treatment dan skenario penanganan yang
dipilih harus melalui proses konsesus berbagai stakeholder
melalui London Regional Resilience Forum.
i. Pemantauan dan Peninjauan Ulang
Pemantauan dan review terhadapa risiko dan penanganannya
minimal dilakukan setiap tiga tahun sekali dan boleh dilakukan lebih dari
itu bila ada kebutuhan.
2.1.1.4 Rencana Operasi (Operation Plan)
Dari berbagai uraian yang ada diketahui bahwa tujuan utama yang ada
pada perencanaan kontijensi merupakan suatu hal yang bertujuan untuk
meminimalisikan resiko yang ada dalam suatu alur cerita dan proyek
kebutuhan yang ada yang sifatnya darurat.
2.1.2.3 Waktu Penyusunan Rencana Kontinjensi
Jangka masa rencana kontinjensi disepakati adalah selama tiga (3)
tahun. Dimulai sejak disahkannya Rencana Kontinjensi menjadi dokumen
daerah.
2.1.2.4 Prinsip dan Proses Penyusunan Rencana Kontinjensi
a. Prinsip Penyusunan Rencana Kontijensi
Working group untuk rencana Kontinjensi di BNPB melengkapi prinsip-
prinsip rencana kontinjensi menjadi sebagai berikut:
1) Berdasarkan proses penyusunan bersama dan dilakukan secara
terbuka
2) Berlaku hanya untuk satu jenis bahaya (Hazard specific) atau ikutan
(collateral)
3) Memiliki skenario risiko dan tujuan yang disetujui bersama
4) Memiliki masa berlaku yang ditandai dengan adanya pemicu
kapan diaktivasi (bila ada indikasi bencana dan atau pernyataan
resmi/earlywarning), kapan diubah menjadi rencana operasi tanggap
darurat, kapan dilakukan deaktivasi, kapan dimutakhirkan atau dikaji
ulang
5) Menetapkan peran dan tugas setiap sektor (memiliki pembagian tugas,
wewenang dan tanggung-jawab yang jelas)
6) Mencantumkan komponen sumberdaya yang realistis
7) Menyepakati konsensus yang telah dibuat bersama
8) Dibuat untuk menghadapi keadaan darurat dan dampak bencana .
9) Harus ditindak lanjuti dengan serangkaian aksi (pelatihan/gladi,
pengadaan, pengaturan)
10) Pengadopsian secara formal, monitoring dan evaluasi
b. Proses Perencanaan Kontinjesi
Penyusunan rencana kontijensi pada dasarnya merupakan salah satu
tahapan yang tak terpisahkan dari tahapan lainnya dari proses manajemen
risiko (risk management process) yang ada di London. Oleh karena itu, untuk
menjelaskan proses penyusunan rencana kontinjensi di London, haruslah
menjelaskan proses manajemen risiko yang ada di London.
Penjelasan mengenai proses manjemen risiko di Inggris (termasuk
London) terdapat di dalam sebuah dokumen panduan berjudul “Emergency
Preparedness” yang diterbitkan oleh Cabinet Office (2012). Di dalam
panduan tersebut dijelaskan terdapat enam tahapan dari proses manjemen
risiko, yaitu:
1) Kontekstualisasi
Pada tahapan ini aktivitas yang dilakukan adalah mendefinisikan
cakupan dari kegiatan manajemen risiko sesuai arahan undang-undang
yang mengaturnya (Civil Contingencies Act 2004) dan berbagai dokumen
panduan yang berhubungan. Setelah itu barulah dilakukan penentuan
stakeholder yang akan terlibat dan penentuan tugas masing-masing
stakeholder tersebut. Bagian terpenting dari dari tahapan ini adalah
pendeskripsian karakteristik wilayah yang memiliki risiko (yang akan di
nilai dan dimanajemen risikonya). Deskripsi itu mencakup deskripsi
mengenai tingkat kerentanan dan ketahanan (resiliency) dari segi sosial,
lingkungan, masyarakat, dan lokasi memiliki potensi bahaya (hazardous
sites).
2) Identifikasi Bahaya dan Alokasi untuk Penilaian
Aktivitas pertama dari tahapan ini adalah mengidentifikasi ancaman-
ancaman dan bahaya yang mungkin muncul di London dalam rentang lima
tahun ke depan. Setelah seluruhnya teridentifikasi, London Regional
Resilience Forum akan menentukan lembaga mana yang
bertanggungjawab untuk melakukan risk assessment secara detail dan
rinci. Setelah penilaian rinci tersebut selesai dilakukan oleh masing-
masing lembaga, barulah setelahnya didiskusikan di forum antar-lembaga
di dalam London Regional Resilience Forum dan ditindaklanjuti dengan
menyusun risk register.
3) Analisis Risiko
Inti dari tahapan ini adalah menganalisis tingkat peluang atau
kemungkinan terjadinya risiko dan analisis besaran dampak yang akan
ditimbulkan jika bahaya tertentu terjadi.
4) Evaluasi Risiko
Pada tahapan ini dilakukan ranking untuk seluruh risiko yang ada.
Ranking dilakukan berdasarkan pertimbangan tingkat peluang atau
kemungkinan terjadinya risiko dan analisis besaran dampak yang akan
ditimbulkan. Setelah itu barulah dilakukan penilaian terhadap kemampuan
dan rencana mitigasi yang telah ada untuk bahaya dan ancaman tertentu.
Akhir dari tahapan ini adalah kesimpulan bahwa apakah risiko yang ada
perlu untuk mendapatkan penanganan ataukah tidak. Untuk risiko-risko
yang perlu mendapatkan penanganan tim penilai akan memberikan
rekomendari kepada LRRF mengenai risiko mana yang akan mendapatkan
prioritas penanganan.
5) Penanganan Risiko
Pada tahapan ini penyusunan rencana kontijensi dilakukan yang
diawali dengan perumusan strategi pengurangan risiko bencana dengan
mempertimbangkan gap antara besarnya risiko dan besarnya sumber daya
yang dimiliki untuk merespon risiko tersebut. Mempertimbangkan
besarnya risiko dan besarnya sumber daya yang dimiliki dilakukan dalam
konteks sekarang dan jangka panjang, sehingga akan terlahir kesimpulan
tentang risiko mana yang harus ditangani sekarang dan yang risiko mana
yang harus ditangani dalam jangka panjang.
Dari tahapan ini akan muncul pula kesimpulan seberapa besar gap antara
besarnya risiko dan besarnya sumber daya yang dimiliki. Setelah itu, akan
disepakati treatment yang akan digunakan dan skenario penanganan yang
akan dikembangkan. Mekanisme treatment dan skenario penanganan
tersebutlah yang pada akhirnya dituangkan di dalam rencana kontinjensi.
Prioritas mana yang akan ditangani harus melalui proses konsensus dan
begitu juga treatment dan skenario penanganan yang dipilih harus melalui
proses konsesus berbagai stakeholder melalui London Regional Resilience
Forum.
6) Pemantauan dan Peninjauan Ulang
Pemantauan dan review terhadapa risiko dan penanganannya minimal
dilakukan setiap tiga tahun sekali dan boleh dilakukan lebih dari itu bila
ada kebutuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu
untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan
observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU
24/2007). Tujuan manajemen bencana secara umum untuk mencegah dan
membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan lingkungan
hidup, menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan
penghidupan korban, mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/
pengungsian ke daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru
yang layak huni dan aman, mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti
komunikasi/transportasi, air minum, listrik, dan telepon, termasuk
mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial daerah yang terkena bencana,
mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut, dan meletakkan dasar-dasar
yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam
konteks pembangunan. Jenis-jenis perencanaan dalam penanggulangan bencana
meliputi, penanganan atau manajemen Bencana (Disaster Management), mitigasi
Bencana, perencanaan kontijensi, rencana operasi (Operation Plan), dan rencana
pemulihan (Recovery Plan). Rencana Kontinjensi adalah suatu proses identifikasi
dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang
belum tentu tersebut. Kedudukan rencana kontinjensi sangat penting dalam
penanganan bencana. Rencana kontijensi suatu rencana yang telah dirancang pada
keadaan yang dapat dibilang tidak tetap dengan jalan atau alur yang telah
disepakati, teknik, manajemen dan berbagai pelaksanaan yang telah ditetapkan
secara bersama dengan berbagai penaggulangan. Jangka masa rencana kontinjensi
disepakati adalah selama tiga tahun dimulai sejak disahkannya Rencana
Kontinjensi menjadi dokumen daerah berdasarkan prinsip-prinsip yang ada.
3.2 Saran
Dalam upaya perencanaan dan pencegahan bencana perlu ditanamnkan sejak
dini ke sektor terkecil misalnya masyarakat. Sehingga adanya kerjasama yang
baik dapat meminimalisir korban ataupun kerugian saat terjadinya bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Childs, Donna R. & Dietrich, Stegan. 2012. “Contingency Planning and Disaster
Recovery : A Small Business Guide”. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.
(online), (http://www.free-books.us.to, diakses pada 7 Agustus 2019).
London Resilience Team (LRT). 2011. London Community Risk Register (LCRR).
Oxford Learner’s Pocket Dictionary.Oxford University Press.