Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN II

MALARIA

NAMA – NAMA KELOMPOK 5

1. Christine Simofyaref

2. Elisabet Yanti Mambrasar

3. Fransiska Yuliana Lalaar

4. Veronika Ayu Jopeng

5. Yusan Sasaka

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmatNya
kami dapat menyelesaikan makalah berjudul ( Malaria ) tepat waktu.

Makalah (Malaria) disusun guna memenuhi nilai tugas pada mata kuliah ilmu
konsep dasar keperawatan semester genap tahun akademik 2020/2021 di Program
Studi Ilmu Keperaawatan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih. Di
samping itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.

Selama proses penyusunan makalah ini kami mendapatkan bantuan dan


bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih
kepada:

1 Ibu Naomi F Jober., S.Kep., Ns., MPH selaku Dosen pengampuh mata kuliah
Ilmu Dasar Keperawatan;
2 Teman-teman angkatan yang sudah bersama-sama melewati masa
perkuliahan.

Dengan kerendahan hati, saya memohon maaf apabila ada kesalahan


penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

06 Mei 2021

Penulis

ii
Daftar isi

Halaman judul ...................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Tujuan .............................................................................................................. 2

1.3 Manfaat ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Definisi ............................................................................................................ 3

2.2 Anatomi & Fisiologi ........................................................................................ 3

2.3 Etiologi / Penyebab .......................................................................................... 3

2.4 Tanda dan Gejala ............................................................................................. 6

2.5 Patofiologi ....................................................................................................... 7

2.6 Patways ............................................................................................................ 8

2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................... 9

2.8 Komplikasi ...................................................................................................... 7

2.9 Penatalaksaan .................................................................................................. 7

3.0 Pengkajian Fokus ........................................................................................... 16

3.1 Rencana Keperawatan + Diagnosa keperawatan Nanda Nic-Noc ................. 17

BAB III TINJAUAN KHUSUS ........................................................................... 18

4.1 Pengkajian ...................................................................................................... 21

4.2 Analisa Data ................................................................................................... 25

4.3 Diagnosa,intervensi dan implementasi ........................................................... 26

iii
4.4 Evalusi ............................................................................................................ 26

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 27

5.1 Berdasarkan Pada Kasus ............................................................................... 27

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 29

6.1 Kesimpulan .................................................................................................... 29

6.2 Saran .............................................................................................................. 30

6.3 Daftar Isi ........................................................................................................ 30

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat


menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan
dapat menurunkan produktivitas kerja.
Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia.(1)
Malaria disebabkan karena adanya parasit Plasmodium malaria dalam tubuh
manusia, dan ditularkan kepada manusia lewat gigitan nyamuk Anopheles
sebagai vektor penularnya. Oleh karena itu untuk memutus rantai penularan
maka manusia harus menghindari kontak dengan nyamuk. Nyamuk Anopheles
sebagai vektor penular malaria akan aktif menularkan malaria apabila
didukung oleh lingkungan yang menunjang kehidupan vektor dan kemudahan
terjadi kontak dengan manusia.(2) Pada negara yang beriklim dingin, sudah
tidak ditemukan lagi daerah endemik malaria, namun malaria masih
merupakan persoalan kesehatan yang besar di daerah tropis dan subtropis
seperti di Brasil, Asia Tenggara dan seluruh Sub-Sahara Afrika.(3)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016, terdapat


212 juta kasus malaria dan 429.000 kematian terjadi di seluruh dunia. Angka
ini menunjukkan penurunan kasus malaria sebanyak 22% sejak tahun 2000 dan
14% sejak tahun 2010. Sebagian besar kasus pada tahun 2015 berada di
kawasan Afrika dengan presentase 90%, diikuti oleh kawasan Asia Tenggara
7% dan kawasan Timur Mediterania 2%. Data WHO tahun 2015, menunjukan
terdapat 217.025 penduduk Indonesia yang menderita malaria.(4)
Angka tersebut menunjukan bahwa malaria masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian karena dapat menyebabkan
kematian.

Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007


dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence
(API). API adalah angka kesakitan malaria (berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium) per 1.000 penduduk dalam satu tahun yang dinyatakan dalam
angka permil (%). Dalam upaya mengurangi kasus malaria, pemerintah telah
membuat rencana pengendalian penyakit malaria pada tahun 2008 yang
meliputi; (1) kegiatan sosialisasi; (2) peningkatan kualitas pengobatan anti
malaria; (3) peningkatan pemeriksaan laboratorium/mikroskop dengan cara
RDT (Rapid Diagnostic Test); dan (4) menggunakan penemuan pengobatan
dan pencegahan penularan malaria.
Pemerintah juga melakukan upaya peningkatan perlindungan dan pencegahan
penularan malaria untuk penduduk beresiko melalui kegiatan pembagian

1
kelambu berinsektisida (Long Lasting Insecticidal Net) gratis ke daerah
endemis malaria yang masih dibantu oleh Global Fund (GF).(5)S

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu


terhadap Tindakan Pencegahan Malaria pada Balita di Polik Anak Rumah
Sakit Umum

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur,


pendidikan, pekerjaan dan status tempat tinggal.
b. Mempelajari hubungan pendidikan dengan tindakan ibu dalam
pencegahan penyakit malaria
c. Mempelajari hubungan status pekerjaan dengan tindakan ibu dalam
pencegahan penyakit malaria
d. Mempelajari hubungan tingkat penghasilan dengan tindakan ibu dalam
pencegahan penyakit malaria

1.3 Manfaat
1. Memberikan tambahan kepada mahasiswa perawat
2. Mahasiswa dapat mempelajari mencegah malaria
3. Memberikan pengetahuan tambahan kepada masyarakat tentang
penyakit malaria.

2
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh
nyamuk. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Spesies plasmodium pada manusia adalah Plasmodium
falciparum (P.falciparum), Plasmodim vivax (P.vivax), Plasmodium ovale
(P.ovale), dan Plasmodium malariae (P.malariae). Jenis Plasmodium yang
banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan P.vivax, sedangkan
P.malariae ditemukan di beberapa propinsi antara lain : Lampung, Nusa
Tenggara Timur, dan Papua. Sedangkan P. ovale pernah juga di temukan di
Nusa Tenggara Timur dan Papua. (Harijanto dan Nugroho, 2009).

2.2 Anatomi & Fisiologi

Siklus Pada Manusia (Aseksual)

Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia,

sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam

peredaran darah manusia selama lebih kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit

akan masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian

berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati

(tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang

berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada P.vivax dan P. ovale,

sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada

yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit.

3
Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan

sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat, bila imunitastubuh menurun, akan

menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh). (Santjaka, 2013).

Gambar 2.1

Siklus di luar sel darah merah

(Sumber : Kurniawan, 2010)

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke

peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Didalam sel darah merah,

parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30

merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini di sebut

skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit

yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus

eritrositer. (Santjaka, 2013).

4
Gambar 2.2

Siklus dalam sel darah merah

(Sumber : Kurniawan, 2010)

Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang

menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual

(gametosit jantan dan betina ) lihat gambar 2.3.

2.3 Etiologi/Penyebab

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium. Pada manusia

terdapat 4 spesies, yaitu P. falciparum, P.vivax, P. malariae, dan P. Ovale. P.

falciparum menyebabkan infeksi yang paling berat dan angka kematian

tertinggi. (Harijanto dan Nugoroho, 2009).

5
2.4 Tanda dan Gejala

Gejala umum penyakit malaria yaitu demam. Di duga terjadinya demam

berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/skizon).

Gambaran karakteristik dari malaria adalah demam periodik, anemia dan

splenomegali. Berat ringannya manifestasi malaria tergantung jenis

plasmodium yang menyebabkan infeksi. Untuk P.falciparum demam tiap

24-48 jam, P.vivax demam tiap hari ke-3, P.malariae demam tiap hari ke-

4, dan P.ovale memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh

spontan tanpa pengobatan. Sebelum timbulnya demam, biasanya

penderita mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual

di hulu hati, atau muntah (semua gejala awal ini disebut gejala

prodromal). (Harijanto dan Nugroho, 2009).

6
2.5 Patofisiologi

Patofisiologi munculnya gejala pada malaria berkaitan dengan siklus eritrositik


parasit. Parasitemia meningkat setiap kali terjadi lisis eritrosit dan ruptur
skizon eritrosit yang melepaskan ribuan parasit dalam bentuk merozoit dan zat
sisa metabolik ke sirkulasi darah. Tubuh yang mengenali antigen tersebut
kemudian melepaskan makrofag, monosit, limfosit, dan berbagai sitokin,
seperti tumor necrosis factor alpha (TNF- α). Patofisiologi Malaria

Sitokin TNF-α dalam sirkulasi darah yang sampai ke hipotalamus akan


menstimulasi demam. Demam bertahan selama 6–10 jam, lalu suhu tubuh
kembali normal, dan meningkat kembali setiap 48–72 jam saat siklus eritrositik
lengkap. Selain TNF-α, ditemukan juga sitokin proinflamasi lainnya, seperti
interleukin 10 (IL-10) dan interferon γ (IFN- γ). Pada fase infeksi lanjutan,
tubuh memproduksi antibodi yang membantu proses pembersihan parasit
melalui jalur makrofag-sel T-sel B.

Parasitemia pada malaria falciparum lebih hebat dibandingkan parasitemia


spesies lain. Hal ini disebabkan karena Plasmodium falciparum dapat
menginvasi semua fase eritrosit, sedangkan Plasmodium vivax lebih dominan
menginfeksi retikulosit dan Plasmodium malariae menginvasi eritrosit matur.
Tingkat parasitemia biasanya sebanding dengan respons tubuh manusia dan
keparahan gejala klinis.

Anemia pada malaria terjadi akibat proses hemolisis dan fagositosis eritrosit,
baik yang terinfeksi maupun normal oleh sistem retikuloendotelial pada limpa.
Peningkatan aktivitas limpa menyebabkan splenomegali. Anemia berat juga
dipengaruhi oleh gangguan respons imun monosit dan limfosit akibat
hemozoin (pigmen toksik hasil metabolisme Plasmodium), sehingga terjadi
gangguan eritropoiesis dan destruksi eritrosit normal.

Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau primaquine pada orang
dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) herediter. Pigmen
yang keluar ke dalam sirkulasi saat hemolisis dapat terakumulasi di sel
retikuloendotelial limpa, sehingga folikelnya menjadi hiperplastik dan kadang-
kadang nekrotik. Pigmen juga dapat mengendap dalam sel Kupffer hati,
sumsum tulang, otak, dan berbagai organ lain.

Hemolisis dapat meningkatkan serum bilirubin sehingga menimbulkan


jaundice. Malaria falciparum dapat disertai hemolisis berat yang menyebabkan
hemoglobinuria (blackwater fever).

7
2.6 Patways

Malaria

Hospes Parasit Lingkungan (Fisik,


(manusia) (Plasmodium) Biologis, dan Kimia)

Nyamuk
Anopheles

Perliaku Ibu:
Kejadian
Pengetahuan Malaria Pada
Balita
Sikap

Tindakan

Faktor Intrinsik:

Usia, jenis kelamin, riwayat Pelayanan


penyakit sebelumnya, ras, sosial Kesehatan
budaya, cara hidup, status gizi
dan imunitas

Balita tidak sakit Balita sakit Malaria


Malaria

Sembuh Carier Mati

8
2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Happus darah tepi


 Tetes darah tepi dengan pewarnaan gimsa (spesies parasit)
 Tetes tebal (lebih senitive dekteksi parasit)
2. Res serosol
 IFA (Inderat Flovorescen Anti body)
 IFA (Interean Hemoglotinatianaon)
 Untuk diagnostoc akut (+) bila beberapa hari setelah infeksi parasit
3. Pemeriksaan GBC

2.8 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita malria, antara lain :
1. Animeaparah, komplikasi ini terjadi karena banyaknya sel darah merah
yang hancur atau rusak (hemolisis) akibat parasit malaria.
2. Malaria otak, komplikasi ini terjadi saat sel darah dipenuhi parasit,
sehingga menghambat pembuluh darah kecil pada kecil pada otak
3. Gagal fungsi otak organ tubuh, ada beberapa organ yang terganggu karena
parasit malaria, antar lain ginjal, hati, atau limpa.

2.9 Penetalaksanaan
1) Malaria tanpa komplikasi

Malaria tanpa komplikasi dapat diberikan obat anti malaria dengan rawat

jalan. Berdasarkan hsil penelitian, eksistensi malaria vivax terhadap klorokuin

ditemkan dangat tinggi dierbagai daerah di Indonesia sehingga Departemen

Kesehatan RI merekomendasikan pengobatan malaria vivaks sama dengan

malaria falsiparum, yaitu dengan kombinasi anti malaria yang mengandung

derivate artemisin (Artemisin based combination therapy-ACT). (Harijanto dan

Nugroho, 2009).

9
a. Untuk daerah yang sudah ada resistensi terhadap oabt malaria biasa

digunakan, saat ini WHO telah merekomendasikan penggunaan kombinasi

antimalaria terutama yang mengandung artemisin. (Harijanto dan Nugroho,

2009). Obat-obat anti malaria yang direkmendasikan oleh WHO dalam

Harijanto dan Nugroho (2009), antara lain:

1). Artemeter/lumefantrin (Co-artem) diberikan dengan dosis armeter 2

mg/kg BB 2 kali sehari selama 3 hari dan lumefantrin 12 mg/kg BB 2

kali sehari selama 3 hari. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet

kombinasi 20 mg artemeter + 120 mg lumefantrin.

2). Artesunat + amodikuin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg BB/hari selama

3 hari dan amodikuin dosis standar 25 mg basa/BB selama 3 hari.

Oabat ini tersedia dalam bentuk tablet terpisah artesunat 50 mg/tablet

amodikuin basa 153 mg/tablet.

3). Aresunat + meflokuin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg BB/hari selama

3 hari dan meflokuin basa 15-25 mg/kg BB dosis tunggal atau dibagi

dalam 2 dosis 2-3 kali.

4). Artesunat + sulfadoksin-pirimetamin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg

BB/hari selama 3 hari dan sulfadoksin-perimetamin 25 mg/kg BB

dosis tunggal.

5). Dehidriartemisin + piperakuin, dengan dosis dehidriartemisin 6,4

mg/kg BB dan piperakuin 51,2 mg/kg BB dosis tunggal selama 3 hari.

6). Artesunat + klorokuin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg BB/hari selama

3 hari dan klorokuin basa dosis standar 25 mg/kg BB selama 3 hari.

10
7). Artesunat + atovokuon-proguanil (Malaron) tablet film coated untuk

anak dosis dari artesunat 4 mg/kg BB/hari dan 62,5 mg atovokuon dan

25 mg proguanil.

8). Artesunat + kloeproguanil-dapson (Lapdop), dengan dosis artesunat 4

mg/kg BB/hari selama 3 hari denan klorproguanil-dapson.

9). Artemisin + piperakuin, dengan dosis artemisin 20 mg/kg BB 2 kali

sehari pada haripertama, selanjutnya 1 kali sehari pada hari kedua dan

ketiga, dan piperakuin 51,2 mg/kg BB dosis tunggal selama 3 hari.

10). Artesunat + pironaridin, dengan dosis srtesunat 4 mg/kg BB/hari

selama 3 hari dan pironaidin.

11). Naftokuin + dehidroartemisin, terdiri dari naftokuin dan

dihidroartemisin 6,4 mg/kg BB selama 3 hari.

b. Untuk daerah yang belum ada resistensi terhadap obat malaria yang biasa

digunakan atau obat-obat tersebut di atas belum tersedia, pengobatan

malaria, (Harijanto dan Nugroho, 2009) adalah:

1). Klorokuin dosis standar (25 mg basa/ kg BB) untuk 3 hari dan

sulfadoksin pirimetamin dosis tunggal (25 mg/1,25 mg/ kg BB).

2). Sulfadoksin/pirimetamin dosis tunggal dan kina (10 mg garam/kg

BB/dosis) 3 kali sehari selama 7 hari.

3). Amodikuin dosis standar (25 mg basa/kg BB untuk 3 hari) dalam

sulfadoksin dosis tunggal).

11
4). Kombinasi klorokuin dosis standar dan primakuin dosis harian tunggal

0,75 mg basa/kg BB tunggal untuk malaria falsiparum atau 0,25 mg

basa/kg BB/hari selama 14 hari.

5). Klorokuin dosis standar dan disisiklin (2 mg/kg BB dosis) 2 akali

sehari selama 7 hari.

6). Kina (10 mg garam/kg BB/dosis) 3 kali sehari selama 7 hari dan

doksisiklin (2 mg/kg BB/dosis) 2 kali sehari selama 7 hari.

7). Kina (10 mg garam/kg BB/dosis) 3 ali sehari selama 7 hari dan

klidamisin (10 mg/kg BB/dosis) 3 kali sehari selama 7 hari.

2) Malaria Berat

Menurut Harijanto dan Nugroho (2009) Anak dengan malaria berat harus

dirawat inap dan diberikan pengobatan dengan artesunat intravena atau kina

HCl intravena per infus. Terapi suportif harus diberikan sesuai dengan gejala

komplikasi:

a. Anemia Berat (Hb 5g/dl atau kurang)

Kebutuhan transfusi bukan hanya berdasarkan atas kadar hemoglobin

tetapi harus dilihat pula densitas parasitemia dan keadaan klinis. WHO

menganjurkan kadar hematokrit sebagai patokan anemia; kadar hematokrit

< 15% merupakan indikasi pemberian transfusi darah (10 ml/kg BB

pecked red cells atau 20 ml/kg bb whole blood). (Harijanto dan Nugroho,

2009).

12
b. Malaria Serebral

Diberikan infus kina dihidroklorida, dosis 10 mg/kg BB/kali

dilarutkan dalam 50-100 ml nfus garam Fisiologis atau cairan 2a atau

dekstrosa 5% dan diberikan selama 2-4 jam, 3 kali sehari selama pasien

belum sadar kina dilanjutkan per-oral hingga total IV + oral selama 7 hari.

Dapat ditambahkan SP. Penderita koma harus diberi perawatan yang

sangat cermat. Pasang kateter urin dengan teksnik steril, kecuali penderita

anuria. Lakukan pencatatan yang tepat mengenai pemasukan dan

pengeluaran cairan. Pantau dan catat tingkat kesadaran, suhu, frekuensi

pernapasan, tekanan darah dan tanda-tanda vital. Berikan suntikan

diazepam atau paraldehida. (Harijanto dan Nugroho, 2009).

c. Dehidrasi, gangguan asam basa, dan elektrolit

Lactic asidosis sering terjadi sebagai komplikasi malaria berat,

ditandai dengan peningkatan adar asam laktat datrah atau dalam cairan

serebrospinal. Larutan garam Fisiologis isotonis atau glukosa 5% segera

diberikan dengan hati-hati dan awasi tekanan darah. Di Rumah Sakit

dengan fasilitas pediatric gawat darurat, dapat dipasang central venous

pressure (CVP) untuk mengetahui kebutuhan cairan lebih cermat. Apabila

telah tercapai rehidrasi, tetapi jumlah urin tetap <1ml/kg BB/jam dapat

diberikan furosemid awal 2 mg/kg BB kemudian dilanjutkan dengan 2x

dosis dengan aksimal 8mg/kg BB. Untuk memperbaiki oksigenasi,

bersihkan jalan napas, beri oksigen 2-4 liter/menit dan jika diperlukan

13
dapat diberikan ventilator mekanik sebagai penunjang. (Harijanto dan

Nugroho, 2009).

d. Hipoglikemia

Dalam menghadapi malaria berat, terutama pada anak yang

mengalami penurunan kesadaran perlu diberikan glukosa rumatan untuk

mencegah hipoglikemia yang menyebabkan anak tidak dapat makan.

Diberikan larutan rumatan glukosa 5%. Jika terjadi hipoglikemia berikan

glukosa 20% dilanjutkan dengan cairan rumatan glukosa 10% sambil

dilakukan pemeriksaan kadar gula darah berkala. Pemantauan glukosa

darah harusterus menerus dilakukan bahka setelah tampak perbaikan,

sebab hipoglikemia dapat berulang. (Harijanto dan Nugroho, 2009).

e. Gagal Ginjal

Keadaan dehidrasi harus diatasi terlebih dahulu. Jika dipasang CVP,

pertahankan CVP pada tekanan 0-5 cm H2O. Dialisis peritoneal dilakukan

jika anak tetap mengalami oliguria sedangkan rehidrasitelah teratasi dan

kadar ureum serta kreatinin semakin meningkat. (Harijanto dan Nugroho,

2009).

f. Edema Paru Akut

Anak ditidurkan setengah duduk, diberikan oksigen konsentrasi tinggi,

dan diuretic intravena. Pemberian ventilator mekanik dapat

dipertimbangkan jika terjadio agal napas dan fasilitas memungkinkan. Jika

edema paru disebabkan oleh pemberian cairan inravena ya berlebihan

14
segera hentikan pemberian cairan intravena dan berikan furosemid 1

mg/kg BB/kali dan ulangi jika perlu. (Harijanto dan Nugroho, 2009).

g. Perdarahan

Pasien dapat diberikan darah segar, fresh frozen plasma (berisi faktor

pembekuan), dan suspense trombosit. Jika terdapat perpanjangan

protrombin dan tromboplastin parsial, dianjurkan pemberian vitamin K

10mg perlahan-lahan. (Harijanto dan Nugroho, 2009)

h. Hiperpireksia

Jika suhu > 39 0C segera beri kompres hangat dan antipiretik

parasetamol 15 mg/kg BB per oral atau melebihi sonde lambung.

(Harijanto dan Nugroho, 2009).

i. Malaria Biliosa

Obat anti malaria diberikan setengah dosis tetapi waktu pemberian 2

kali lebih panjang dari malaria pada umumnya, hanya hati-hati dengan SP.

(Harijanto dan Nugroho, 2009).

j. Hemoglobinuria Malaria

Jika terdapat parasitemia pengobatan anti malaria yang sesuai harus

diteruskan. Transfusikan darah segar untuk mempertahankan nilai

hematokrit diatas 20%. Pantau tekanan vena jugularis untuk menghindari

kelebihan cairan. (Harijanto dan Nugroho, 2009).

15
3.0 Pengkajian Fokus

Pengkajian keperawatan adalah proses sitematis dari pengumpulan,

verivikasi ,komunikasi dan data tentang pasien. Pengkajian ini didapat dari

2 tipe yaitu data subjectif dan persepsi tentang masalah kesehatan mereka

dan data objektif yaitu pengamatan atau pengukuran yang di buat oleh

pengumpulan data. Fokus pengjakian yang harus di kaji tergantung pada

ukuran, lokasi, dan etiologi kalkulus:

1. Aktifitas/istirahat

Gejala : keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya

2. Sirkulasi

Tanda : peningkatan TD,HR,ND, kulit hangat dan kemerahan

3. Pencernaan

Tanda : Mual, muntah

16
17
Hipertermia NOC NIC

Definisi : Peningkatan suhu Thermoregulation Fever treatment


tubuh diatas kisaran normal  Monitor suhu sesering
Kriteria hasil : mungkin
Batasan karakteristik  Suhu tubuh  Monitor IWL
dalam rentang  Minitor warna dan
 Konvulsi normal suhu kulit
 Kulit kemerahan  Nadi dan RR  Monitor tekanan darah,
 Peningkatan suhu dalam rentang nadi dan RR
tubuh diatas kisarann normal  Monitor penurunan
normal  Tidak ada tingkat kesadaran
 Kejang perubahan  Monitor WBC,Hb dan
warna kulit dan Hct
 Takikardi tidak ada  Monitor intake dan
 Takipnea pusing output
 Kulit terasa hangat  Berikan anti peritik
 Berikan pengobatan
Faktor-faktor yang untuk mengatasi
berhubungan : penyebab demam
 Anastesis  Selimuti pasien
 Penurunan respirasi  Lakukan tapid sponge
 Dehidrasi  Kolaborasi pemebrian
 Pemajanan cairan intravenan
lingkungan yang  Kompres pasien pada
panas lipat paha dan aksila
 Penyakit  Tikatkan sirkulasi
 Pemakaian yang udarah
sesuai dengan  Berikan pengobatan
suhublingkungan untuk mencegah
 Penimgkatan laju terjadinya menggigil
metabolisme Temperature regulation
 Medikasi  Monitor suhu minimal
 Trauma tiap 2 jam
 Altivitas berlebihan  Rencanakan
monitoring suhu secara
kontinyu
 Moonitor TD,nadi dan
RR
 Monitor warna dan
suhu kulit

3.1 Rencana Keperawatan + Diagnosa keperawatan nanda nic noc

18
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
 Tingkatan intake cairan dan
nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan ke pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
 Diskusi tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek
negatif dan
kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penangan emergency
yang di perlukan
 Berikan anti peretik
jika perlu vital sign
Monitoring
 Monitor TD,nadi,suhu
dan RR
 Catat adanya fluktasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring,duduk,atau berdiri
 Auskultasu TD pada
Kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor
TD,nadi,RR,sebelum,selama
dan setelah
aktivitas

19
Ketidakseimabnga NOC NIC
n nutrisi kurang  Nutrional Nutrion management
dari kebutuhan status :  kaji adanya alergi
tubuh  Nutrional makan
status : food and  kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : Asupan Fluid untuk mentukan
nutrisi memenuhi  Intake jumlah kalori dan
kebutuhan metabolik  Nutrional nutrisi yang dibutuhkan pasien.
status :  Ajurkan pasien untuk
Batasan nutrient intake meningkatkan intakke
karakteristik : Fe
 Kram Kriteria hasil :  Ajurkan pasien
abdomen  Adanya meningkatkan protein
 Nyeri peningkatan dan vitamin C
abdomen berat badan  Berikan substansi gula
 Menghindari sesuai denga  Berikan infomasi
makanan tujuan tentang nutrisi
 Berat badan  Berat badan
 Kaji kemampuan pasien untuk
20% atau ideal sesuai
mendapatkan
lebih dengan badan
nutrisi yang dibutuhkan
dibawah  Mampu
berat mengidentifikas
Nutrition Monitoring
badan ideal i kebutuhan
 BB pasien dalam batas normal
nutrisi
 Tidak ada  Monitor adanya penurunan
tanda-tanda berar badan
malnutrisi  Monitor tipe dan jumlah
 Menunjukan aktivitas yang biasa
peningkatan dilakukan
fungsi  Monitor mual dan muntah
pengecapan  Monior
penurunan dari pucat,kemerahan,kemrahan,da
menelan n kekringan jarigan
 Tidak terjadi konjungtiva
penurunan berat
badan
yang berarti

20
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

4.1 Pengkajian

a) Biodata

1. Identitas klien
Naman : Ny.E
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : sentani
Suku/budya : ambon
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Diagnosa medis : Hipertermia
Tanggal masuk : 5-3-2021
Tanggal pengkajian : 20-3-2021
No Rumah : 363878
Asuransi : BPJS
Agama : Kristen

2. Penanggung jawab : Ny.S


Umur :38 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : sentani
Suku/budaya :Sentani
Pekerjaan : PNS
Pendidikan :SMK

21
b) Riwayat kesehatan sekarang :
- Keluhan utama : keluarga mengatakan demam sejak 2 hari

c) Riwayat penyakit sekarang :


- Keluarga mengatakan klien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari

d) Riwayat penyakit dahulu


- Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu

e) Riwayat penyakit keluarga


- Tidak ada

f) Riwayat alergi obat/,makanan


- Keluarga mengatakan klien tidak ada alergi obat atau makanan

22
3. Pola nutrisi,eliminasi dan personal hygiene
Pola/kebutuhan Sebelum sakit Sesudah sakit
1. Nutrisi
 Frekuensi  3x sehari  3x sehari
 Jumlah (pagi,siang,malam)  1 porsi
 Jenis  1 porsi  Nasi,sayur,lauk
  Nasi,sayur,lauk dan buaah-buahan
2. Eliminasi
BAB
 Frekuensi  3x sehari  3x sehari
 Konsistunsi  Padat  Padat
 Warna  Kuning  Kuning

BAK
 Frekuensi  3x sehari  3x sehari
 Warna  Kuning  Fe tua/24 jam
4100 cc
3. Istirahat/tidur
 Tidur siang  Baik  Baik 6-7 jam
 Tidur malam  Baik  Baik 6-7 jam

4. Personal hygiene
 Mandi  3x sehari  2x sehari
 Gunting kuku  1 kali  1 kali

5. Eiminasi
 Atas (kiri dan  Baik  Baik
kanan)
 Bawah (kiri dan  Baik  Baik
kanan)

23
4. Pemeriksaan fisik
1. keadaan umum : Baik
2. Tnda-tanda vital :
 TD : 130/90 mmhg
 N : 94x/menit
 RR : 22x/menit
 SB : 38 c
 Spo2 : 96%

5. Pemeriksaan Head to toe


 Kepala
Isnpeksi : bentuk wajah bulat, wajah semetris. Rambut warna
hitam

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Mata
Inspeksi : sistematis kana-kiri sklera ridak ikterik, konjungtiva
anemis

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, adanya sekret, tidak ada
lesi/luka.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak ada sorumen, tidak ada
lesi/luka.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, pucat, warna gigi putih, tidak ada
karang gigi

24
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Leher
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Thorax dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada benjolan,tidak ada
lesi/luka

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : tidak terkaji

Auskultasi : suara napas vesikuler

 Abdomen
Inspeksi : warna kulit merata, tidak ada lesi/luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak terkaji
Auskultasi : -

 Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi : tidak ada lesi/luka,kekuatan otak 5/5
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas bawah
Inspeksi : tidak ada lesi/luka, kekuatan otot5/5
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Kulit
Inspeksi : warna kulit kecoklatan, penyebaran warna kulit merata

Palpasi : Akral teraba dingin

 Kuku
Inspeksi : kuku tampak kotor.

25
4.2 Analisa data
Data Etiologi Masalah

Ds : Endogen atau Pirogen Hipertermia


 Klien datang dengan
keluhan demam Di hantarkan ke hipotalamus
 Klien mengatakan bagian termoregulasi
badannya panas

Do : Gangguan termogulasi
 Wajah tampak pucat
 Mukosa bibir kering
 Akral dingin

Ttv :
 Td : 130/90 mmhg
 N : 92x/menit
 RR : 24x/menit
 S : 38 c
 Spo2 : 96%

4.2 Diagnosa,Intervensi dan rasional


 Diagnosa
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

26
 Intervensi
No hari/ Dx Intervensi Implementasi Evaluai
tanggal

20 1) Kaji Ttv 1. Mengkaji Ttv Jam :


maret (TD,N,RR,S) (TD,N,RR,S)
2021 R : untuk R: S : klien
mengetahui status  TD : 130/90 mengatakan
hemodinamik mmhg badanya sudah
2) Hilangkan kelebihan  N : 94x/menit tidak terlalu panas
pakaian dan selimut  RR : 22x/menit
R : untuk  S : 38’c O : klien masih
mengurangi  tampak pucat
kehangatan 2. menghilangkan
pendinginan kelebihan pakaian dan A : masalah
eyaporatit selimut belum teratasi
3) Anjurkan kepada R : klien memakai baju
klien untuk banyak yang tipis P: kerjakan
minum intervensi
R : mencegah 3. menganjurkan klien
terjadinya dehidrasi untuk banyak minum
4) Beri kompres hangat R : klien banyak minum
R : mempercepat
dalam produksi 4. memberika kompres
panas hangat
R : klien sudah di
Kolaborasi : kompres hangat
5) Pemberian obat
R : untuk 5. memberikan obat
merendahkan panas. R : paracetamol

BAB IV

27
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
pengkajian merupakan awal bagi perawat untuk melakukan asuhan
keperawatan, dimulai dari penngumpulan data, melakukan pengelompokkan
data subjektif dan objektif yang kemudia dikaitkan antara masalah satu dengan
masalah yang lain sehingga didapatkan masalah yang dihadapi klien.
Kelompok dalam melakukan pengkajian menggunakan format yang telah
ada pada format pengkajian asuhan keperawatan Martenitas. Selama
pengkajian kelompok menggunakan metode wawacara ke pasien, keluarga dan
juga pengkajian melalui Catatan Rekaman Medis Pasien. Proses pengkajian
pada klien Ny.E dilakukan pada tanggal 20 maret 2021 di ruangan IGD , klien
Ny.E berusia 36 tahun.
Hasil pengkajian ditemukan kelompok dalam melakukan pengkajian yang
dilakukan tanggal 20 maret 2021 sudah selesai dengan apa yang di teori,
sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

A. Diangnosis keperawatan
pada saat pengkajian di dapatkan prioritas masalah keperawatan yaitu :

1. Hipertermia

4.2 Intervensi
Kelompok membuat rencana asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang di temukan, tentunya rencana tersebut disesuaikan dengan
teori berdasarkan masalah yang di temmukan.
1. Hipertermia
 Mengkaji TTV
 Menghilakan kelebihan pakaian dan selimut
 Menganjurkan kepada klien untuk banyak minum
 Memberi kompres hangat
 Memberikan obat

4.3 Implementasi
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan tindakan keperawatan,akan dapat dilaksanakan dengan
baik, jika klien mempunyai keinginan berpartisipasi dalam melaksanakan
tindakan keperawatan (Nursalam,2011). Implementasi merupakan bagian dari
tindakan yang telah direncanakan. Dalam asuhan keperawatan klien dengan

28
hipertermia yang telah di rencanakan, tidakan keperawatan yang dilakukan
sudah memenuhi hasil yang baik dalam Asuhan Keperawatan yang mandiri,
sehingga masalah keperawatan klien teratasi dan klien sudah boleh pulang.

BAB V

29
6.1 Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Terdapat beberapa parasit yang
dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu plasmodium falciparum, vivax,
malaria dan ovale. Parasit ini menggunakan nyamuk sebagai hospes
definitifnya, yaitu nyamuk Anopheles. Gejala klinis penyakit ini terdiri dari 3
tahap, yaitu periode dingin, periode panas dan periode berkeringat.
Penularan penyakit ini bias secara alami, yaitu melalui gigitan langsung
nyamuk anopheles dan secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secra
mekanik. Diagnosanya dapat dilihat dari manifestasi klinis yaitu terjadinya
demam, imunnoserologi yaitu ditemukannya antigen HRP-2, pLDH dan
aldolase dan lewat pemeriksaan mikroskopik yaitu melihat morfologi sel darah
merah yang terinfeksi dan melihat asam nukleat pada parasit. Malaria ini dapat
menyebabkan rasa sakit, gangguan otak hingga menyebabkan kematian.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan lima metode, yaitu yang pertama
menggunakan mikroskopik cahaya dengan melihat morfologi eritrosit yang
terinfeksi, yang kedua menggunakan mikroskop flouresensi dengan melihat
asam nukleat yang terdapat diparasit, yang ketiga dengan menggunakan
metode rapid test yaitu identifikasi antigen yang terdapat pada serum sampel,
yang keempat menggunakan dip-stick yaitu identifikasi antigen parasit malaria
yang terdapat dalam serum sampel, yang kelima dengan menggunakan PCR
yaitu dengan menggandakan sekuens DNA/RNA yang spesifik dengan
menggunakan primer oligonukleotida yang spesifik pula lalu dibaca
menggunakan elektroforesis.

30
6.2 SARAN
Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat Melakukan penyuluhan secara
intensif guna memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara
mencegah dan menanggulangi malaria yaitu dengan memasang kasa nyamuk
pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu dan menggunakan obat anti
nyamuk waktu tidur. Melakukan kegiatan surveilens malaria secara
menyeluruh, baik pemantauan parasit dan spesies vektor serta kepadatan vektor
malaria.

Bagi masyarakat agar memperbaiki lingkungan dalam rumah seperti


pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah. Menghindari gigitan nyamuk
malaria dengan cara pemakaian kelambu dan menggunakan obat anti nyamuk
waktu tidur.

6.3 DAFTAR PUSTAKA

1. Amin Huda Nuratif, S. Kep.,NS


2. Hardi Kusuma, S. Kep.,NS (Buku NANDA NIC NOC ASUHAN
3. KEPERAWATAN BERDASARKAN
DIAGNOSAMEDISUsg=AovVaw1qyxXLAVKqTJ4UvVqmS-
Np&cShid=1620792445578
4. MALRIA 2011 CV Sagung Seto (penulis soedarjo)
5. https://www.alodokter.com/malaria/komplikasi

31

Anda mungkin juga menyukai