Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MATA KULIAH PROFESI KEPENDIDIKAN


“PROFESIONALISME DAN KOMPETISI PROFESIONAL GURU”
Dosen Pengampu : Bapak Juri, M.Pd

DI SUSUN OLEH :
EDO ABDULLAH
(191502665)
KELAS : A15

PERKUMPULAN BADAN PENDIDIKAN KARYA BANGSA SINTANG


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PERSADA
KHATULISTIWA SINTANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan karunia-Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “PROFESIONALISME DAN KOMPETISI PROFESIONAL GURU” ini
dengan baik dan lancar.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
individu (mandiri) pada mata kuliah Profesi Kependidikan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan menambah pengetahuan tentang
“PROFESIONALISME DAN KOMPETISI PROFESIONAL GURU” bagi para
pembaca maupun penulis.
Saya selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah yang bersangkutan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan serta wawasan bagi saya. Selain itu juga dengan
adanya tugas ini telah menambah kreativitas saya.
Dengan keterbatasan yang ada, saya menyadari makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangan sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Sintang, Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................... 03
A. Profesionalisme Guru........................................................................................ 03
B. Kompetensi Profesional Seorang Guru...................................................... 08
C. Indikasi-Indikasi Seorang Guru Profesional ............................................ 12
BAB 3 PENUTUP................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 14
B. Saran......................................................................................................................... 14
Model Pembelajaran......................................................................................................... 15
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 21

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan adalah kunci dari keberhasilan dari
sebuah Negara, Negara akan maju dan berhasil jika ditunjang dengan
pendidikan yang bermutu akan tetapi begitu juga sebaliknya jika
pendidikanya saja tidak bermutu maka sudah barang tentu Negara
tersebut tidaklah dikatakan sebagai Negara maju, dengan pendidikan
maka akan terlahir pemimpin yang berkarakter. Pendidikan erta
kaitanya dengan keberadaan guru didalamnya. Seorang guru dituntut
keprofesioanalanya agar dapat mengahsilkan peserta didik yang
bermutu.
Guru yang profesioanal tidak hanya mengajar akan tetapi juga
membimbing, mengarahkan, menata dan mengelola kelas agar peserta
didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat
kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Seorang
guru harus memiliki kompetensi dalam mengajar agar tujuan yang
diharapkan dapat tercapai secara maksimal.
Oleh karenanya, pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik
minimal S1/D4 dibuktikan dengan ijazah dan persyaratan relevansi
mengacu pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran
yang dibina. Misalnya, guru SD dipersyaratkan lulusan S1/D4
Jurusan/Prodram PGSD/Psikologi/Pendidikan dan lainnya,
sedangkan guru Matematika SMP, MTs, SMA, dan SMK dipersyaratkan
lulusan S1/D4 jurusan /program studi Matematika atau Pendidikan
Matematika. Pemenuhan persyaratan penguasaan kompetensi
kepribadian, kompetensi pedagogis, kompetensi profesional dan
ompetensi sosial dibuktikan dengan sertifikasi pendidik.

Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti


melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan
bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Seorang

1
profesional mempunyai kebermaknaan ahli dengan pengetahuan yang
dimiliki dalam melayani pekerjaannnya. Memberikan layanan
pekerjaan secara terstruktur dan ini dapat dilihat dari tugas personal
yang mencerminkan suatu pribadi yaitu terdiri dari konsep diri, ide
yang muncul dari diri sendiri dan realita atau kenyataan dari diri
sendiri. Profesionalisme adalah suatu terminologi yang menjelaskan
bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seorang yang
mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Seseorang
akan menjadi profesional bila ia memiliki pengetahuan dan
keterampilan bekerja dalam bidangnya. Dan seorang profesional guru
harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi
keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah
konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan
sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan
interaktif, disiplin, jujur dan konsisten.

2
BAB II PEMBAHASAN
A. Profesionalisme Guru
a. Pengertian Profesionalisme
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, profesionalisme
mempunyai makna; mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional.

Pengertian Profesional Menurut Para Ahli


1.) Kusnanto
Profesional merupakan sesorang yang memiliki kompetensi dalam
suatu pekerjaan tertentu.

2.) Daryl Koehn


Profesional yaitu sesorang yang dapat memberikan peleyanan
kepada para klien.

3). Oerip S. Poerwopoespito


Profesional ialah salah satu sikap yang mengacu pada peningkan
kualitas profesi.

4). Lisa Anggraeny


Profesional yakni sebuah tuntutan bagi seseorang yang sedang
mengemban amanahnya agar mendapatkan proses dan hasil yang
optimal.

5). Hary Suwanda


Profesional adalah seseorang yang ahli pada bidangnya dan
mengandalkan keahliannya tersebut sebagai matapencahariannya.

Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional.


Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan
hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian

3
dalam bidangnya atau profesinya. Konsep profesionalisme, seperti
yang dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak digunakan
peneliti untuk melihat bagaimana para profesional memandang
profesinya, yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka.
Konsep profesionalisme seperti yang dijelaskan Sumardi, bahwa ia
memiliki lima prinsip atau muatan pokok, yaitu:
pertama, afiliasi komunitas (community affilition) yaitu
menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya
organisasi formal atau kelompok-kelompok kolega informal
sumber ide pertama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para
profesional membangun kesadaran profesi.
Kedua, kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand)
merupakan suatu pandangan bahwa seseorang yang profesional
harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari
pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota
profesi).setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang
dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian
secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang
memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan
bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat
berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang
bersangkutan dalam situasi khusus.
Ketiga, keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self
regulation) dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam
menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan
“orang luar” yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu
dan pekerjaan mereka. Keempat, dedikasi pada profesi
(dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
Keteguhan tetap untuk melaksanakan pekerjaan meskipun
imbalan ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini merupakan
eskpresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan.

4
Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi
komitmen pribadi , sehingga kompensasi utama yang diharapkan
dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani dan setelah itu baru
materi. Kelima, kewajiban sosial (social obligation) merupakan
pandangan tentang pentingnya profesi serta manfaat yang
diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena
adanya pekerjaan tersebut. Kelima pengertian di atas merupakan
kreteria yang digunakan untuk mengukur derajat sikap
profesional seseorang. Berdasarkan defenisi tersebut maka
profesionalisme adalah konsepsi yang mengacu pada sikap
seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang berhasil memenuhi
unsurunsur tersebut secara sempurna.

b. Pengertian guru
Guru adalah seseorang yang berjasa dalam dunia pendidikan,
karena guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan.
Menurut Nawawi (2015: 280) Guru adalah orang dewasa, yang
karena peranannya berkewajiban memberikan pendidikan kepada
anak didik. Orang tersebut mungkin berpredikat sebagai ayah atau
ibu, guru, ustadz, dosen, ulama dan sebagainya. Guru merupakan
unsur penting dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Djamarah (2015: 280) Guru adalah seseorang yang


memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik atau tenaga
profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya untuk
merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang
dihadapi.
Dalam Kamus Besar Indonesia, definisi guru adalah “orang yang
pekerjaan, mata pencarian atau profesinya mengajar.” Guru
merupakan sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik dan
membimbing. Jika ketiga sifat tersebut tidak melekat pada seorang
guru, maka ia tidak dapat dipandang sebagai guru. Menurut Henry

5
Adam, seperti yang dikutip A. Malik Fadjar, “guru itu berdampak
abadi, ia tidak pernah tahu, dimana pengaruhnya itu berhenti”.
Menurut Moh. Uzer Usman guru adalah jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Untuk menjadi
gurudiperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi sebagai guru yang
profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan
dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan ilmu lainnya
yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan
tertentu atau pendidikan prajabatan. Guru sebagai salah satu
komponen di sekolah menempati profesi yang memainkan
peranan penting dalam proses belajar mengajar. Kunci
keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan di
sekolah ada di tangan guru. Ia mempunyai peranan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan siswanya, pengetahuan,
keterampilan, kecerdasan, dan sikap serta pandangan hidup siswa.
Oleh karenanya, masalah sosok guru yang dibutuhkan adalah guru
dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan pada setiap
jenjang sekolah. Keberadaan guru sebagai salah satu komponen
dalam sistem pendidikan sangat mempengaruhi hasil proses
belajar mengajar di sekolah. Keberadaannya memiliki relasi yang
sangat dekat dengan peserta didiknya. Relasi antara gru dan
peserta didik, adalah relasi kewibawaan. Relasi kewibawaan
bukan menimbulkan rasa takut pada peserta didik, akan tetapi
relasi yang membutuhkan kesadaran pribadi untuk belajar.
Kewibawaan tumbuh karena kemampuan guru menampakkan
kebulatan pribadinya, sikap yang mantap karena kemampuan
profesionalnya yang dimilikinya, sehingga relasi kewibawaan itu
menjadi katalisator peserta didik mencapai kepribadiannya
sebagai manusia secara utuh atau bulat. Guru adalah bagian dari
masyaraka yang mempunyai tugas besar. Masyarakat itu
berkembang, berubah mengalami kemajuan dan pembaharuan.

6
Masyarakat dinamis menghendaki perubahan dan pembaharuan
untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, untuk mencapai
harkat kemanusiaan yang lebih tinggi dari keadaan dan statusnya
sekarang. Status yang demikian itu, telah dibuktikan oleh sejarah,
hanya dapat dicapai melalui pendidikan. Dalam pendidikan peran
guru tidak dapat dilepaskan, karena guru berperan sebagai agen
pembaharuan, mengarahkan peserta didik dan juga masyarakat itu
sendiri. Untuk mencapai pembaharuan yang diinginkan itu
mustahil dilakukan tanpa perubahan. Untuk melakukan perubahan
perlu ada pendidikan, dan proses pendidikan tidak berjalan
dengan sendirinya akan tetapi perlu diarahkan. Di sinilah peranan
dan fungsi guru sebagai sebagai agen pembaharuan. c. Pengertian
profesionalisme guru Berdasarkan masing-masing pengertian di
atas, maka dapat ditarik pengertian bahwa profesionalisme guru
adalah suatu pekerjaan yang di dalamnya terdapat tugas-tugas dan
syarat-syarat yang harus dijalankan oleh seorang guru dengan
penuh dedikatif, sesuai dengan bidang keahliannya dan selalu
melakukan improvisasi diri. Profesionalisme guru dapat dilihat
juga dari kesesuaian atau relevansi keluaran pendidikan dengan
profesi yang disandangnya. Dalam bahasa yang lain dapat
dikatakan bahwa, profesionalisme guru sama halnya dengan
“skilled performer” (pelaku yang terampil), seorang guru
profesional dapat tampil dengan penuh perkasa, inovatif, original,
dan invensif. Menurut Stevenlor dan Stigler, sebagaimana yang
dikutip Dedi Supriadi, bahwa guru adalah seorang yang senantiasa
mencintai profesinya, dan pengembangan profesionalnya sebagai
guru adalah melalui interaksi dengan sesama guru.
Profesionalisme guru bisa ditilik dari sejauh mana ia menguasai
prinsip-prinsip pedagogis secara umum maupun didaktik-metodik
secara khusus yang berlaku setiap pelajaran. Serta segi lain yang
perlu dicatat adalah sikap profesionalisme guru merupakan wujud
dari pengabdian, dan menjunjung tinggi kode etik profesi

7
kependidikan/keguruan. Di antara faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara lain: 1)
Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh,
hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam
kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga
waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak
ada; 2) Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi
swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa
mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga
menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika
profesi keguruan; 3) Kurangnya motivasi guru dalam
meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk
meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan
tinggi.

B. Kompetensi Seorang Guru


Kompetensi secara umum berarti kewenangan untuk menentukan
dan memutuskan sesuatu. Dalam Pasal 1 ayat 10 UU No 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, 20 disebutkan bahwa kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati dan dikuasai guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Pelaksanaan kurikulum
didasarkan pada potensi, per- kembangan dan kondisi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Kompetensi
adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
seseorang baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Dari pengertian ini
terdapat dua makna. Pertama sebagai indicator kemampuan yang
menunjukkan kepada perbuatan yang diamati,kedua sebagai konsep
yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan perbuatan-
perbuatan serta tahaptahap pelaksanaanya secara utuh. Menurut
Rustiyah kompetensi adalah suatu tugas memadai atau pemilikan
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dituntu oleh jabatan

8
tertentu.Sedangkan menurut Ida dan Piet Sahertian kompetensi
adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui
pendidikan dan pelatihan yang bersifat kognitif, afektif, dan
performens.
Jadi kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan
yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya
secara tepat dan efektif. Kompetensi tersebut meliputi :
1. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, dan
berwibawa , menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Secara perinci supkompetensi tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Supkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki
indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum,
bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, dan
memiliki konsistensi dalam bertindaksesuai dengan norma.
b. Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator
esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memili etos kerja sebagai guru.
c. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator
esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat
sertamenunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki
indikator esensial: memiliki prilaku yang berpengaruh positif
terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
e. Subkompetensi kepribadian yang akhlak mulia dan dapat
menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiiki perilaku yang diteladani.

9
2. Kompetensi pedagogis
Kompetensi pedagogis adalah kompetensi atau kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik, kompetensi pedagogis
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.Kompetensi tersebut diantaranya:
a. Memahami landasan pendidikan
b. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses
pembelajaran
c. Memahami, meengembangkan potensi peserta didik
d. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang
misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan, dan konseling

e. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah


untuk meningkatkan kinerja sebagai pendidik

3. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan peguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajarandi sekolah dan
subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap struktur dan metodelogi keilmuannya. Setiap
subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai
berikut:
a. Subkompetensi menguasai keilmuan yang terkait dengan
bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar

10
yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep
dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi
ajat; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan
memiliki indikator esensial: memliki langkah-langkah penelitian
dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang
studi.
c. Kompetensi sosial
Kompetensi sosialmerupakan kemampuan seorang guru untuk
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi
dengan indikator esensialsebagai berikut:
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, subkompetensi ini memiliki indikator
esensial:berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Perlu dijelaskan
bahwa sebenarnya keempat kompetensi (kepribadian, pedagogis,
profesional, dan sosial) tersebut dalam praktiknya merupakan
satu kesatuan yang utuh. Pemilahan tersebut semata-mata untuk
kemudahan memahaminya. Hal ini mengacu pada pandangan yang
menyebutkan bahwa sebagai guru yang berkompeten memiliki;
(a) pemahaman terhadap karakteristik peserta didik,
(b) penguasaan bidang studi, baik dari sisi keilmuan maupun
kependiidkan,
(c) kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik,
dan

11
(d) kemauan dan kemampuan mengembangkan profesionalitas
dan kepribadian secara berkelanjutan.

C. Indikasi-Indikasi Seorang Guru Profesional


Indikasi merupakan tanda-tanda kemampuan yang dimiliki seseorang,
indikasi seorang guru dikatakan profesional dan memiliki kompetensi
antara lain:
1. Mampu menjabarkan berbagai bentuk pembelajaran ke dalam
berbagai bentuk cara penyampaian
2. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi,
seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Melalui tujuan tersebut
maka kegiatan belajar peserta didik akan lebih aktif dan
komprehensif.
3. Menguasai berbagai cara belajar yang efektif sesuai dengan tipe
dan gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik secara individual.
4. Memiliki sifat positif terhadap tugas profesinya, mata pelajaran
yang dibinanya sehingga selalu berupaya untuk meningkatkan
kemampuan dan melaksanakn tugasnya sebagai guru.
5. Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaransederhana
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang
dibinanya serta penggunaannya dalam proses pembelajaran.
6. Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode
pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat sehingga diperoleh
hasil belajar yang optimal.
7. Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik, dengan
mempertimbangkan tujuan dan materi pelajaran, kondisi
pesertadidik, suasana belajar, jumlah peserta didik, waktu yang
tersedia, dan faktor yang berkenaan dengan diri guru itu sendiri.
8. Memahami sifat dan karateristik peserta didik, terutama
kemampuan belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, motivasi
untuk belajar, dan hasil belajar yang telah dicapai.

12
9. Terampil dalam menggunakan sumber-sumber belajar yang ada
sebagai bahan ataupun media belajar bagi peserta didik dalam
proses pembelajaran.
10. Terampil dalam mengelola kelas atau memimpin peserta didik
dalam belajar sehingga suasana belajar menjadi menarik dan
menyenangkan.

13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari apa yang telah kami tulis di atas, dapat disimpulkan bahwa
profesionalisme guru adalah suatu pekerjaan yang di dalamnya
terdapat tugas-tugas dan syarat-syarat yang harus dijalankan oleh
seorang guru dengan penuh dedikatif, sesuai dengan bidang
keahliannya dan selalu melakukan improvisasi diri. Dan seorang guru
tidak dapat dikatakan sebagai guru yang profesional jika tidak
memenuhi empat kopetensi berikut juga indikasi-indikasinya yang
telah kami cantumkan di atas.
Adapun ke empat kompetensi tersebut adalah:
1. Kompetensi kepribadian
2. Kompetensi pedagogis
3. Kompetensi profesional
4. Kompetensi sosial

B. Saran
Dengan mempelajari materi pokok yang dikaji dalam makalah ini, saya
selaku penyusun berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan belajar dan penambah pengetahuan serta wawasan bagi seluruh
mahasiswa. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan dapat mendapatkan
pemahaman yang bukan sekadar materi dan teori belaka, tetapi juga
dapat mengimplementasikan setiap sub-sub materi yang menjadi topik
utama dalam makalah ini.

14
MODEL PEMBELAJARAN
A. Model Pembelajaran
Cooperative Learning tipe Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan
sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan, iformasi bahan ajar, buat
kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari
beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap
anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap
kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian
bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi,
kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal
oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
B. Ciri Model Pembelajaran
Disebutkan Kisworo dalam Permatasari (2010 :8-9), ciri-ciri model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah :
1. Belajar bersama dengan teman
2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman
3. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok
4. Belajar dari teman yang berbeda kelompok
5. Belajar dalam kelompok kecil
6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
7. Keputusan tergantung pada siswa sendiri
8. Siswa aktif

C. Tujuan
Bertanggiung jawab secara individu untuk membantu memahamkan
tentang sesuatu materi pokok kepada teman sekelasnya.
Pembelajaran yang menggunakan metode ini menganut pada teori
kognitif Jean Piaget dan teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme
didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru,

15
apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan
himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Pembinaan
pengetahuan seperti ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

D. Langkah-langkah:
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai
berikut:
1.      Pembelajaran jigsaw diawali dengan pengenalan topik. Guru
menuliskan topik tersebut di papan tulis dan menanyakan kepada peserta
didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta
didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
2.      Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan
setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang
berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam
kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran
yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Dalam teknik Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari
salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan
materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli,
siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika
kembali ke kelompok asal. Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan
materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan
pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40
siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8
kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli
akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah
diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi
kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

16
3.    Setelah selesai melakukan diskusi, guru meminta siswa untuk kembali
ke kelompok asal dan meminta setiap siswa untuk mempresentasikan
topik hasil diskusi dari kelompok  ahli secara bergantian kepada anggota
kelompok asal. Siswa lain diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan sebagai klarifikasi. Guru mengelilingi satu kelompok ke
kelompok lain untuk mengamati proses. Guru menyuruh siswa untuk
membuat rangkuman dari hasil diskusi kelompoknya dan menyuruh
perwakilan kelompok untuk menyampaikan kesimpulan diskusi agar
guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan.
4.   Pada akhir pelajaran, Guru mengadakan kuis secara individual. hasil
nilai yang diperoleh tiap anggota kelompok dikumpulkan, kemudian
dirata-rata dalam kelompok untuk menentukan predikat kelompok.
dalam menjawab kuis, sesama anggota tidak boleh saling membantu.
Perubahan skor awal (base score) individu dengan skor hasil kuis disebut
skor perkembangan
5.  Memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan skor
penghargaan yang diperoleh anggota, dirata-rata dan hasilnya untuk
menentukan predikat tim.
6.     Evaluasi oleh guru, Setelah dilakukan penghitungan skor dan
penghargaan kelompok dilakukan evaluasi untuk menentukan langkah
selanjutnya yang harus diterapkan agar diperoleh hasil tes yang lebih
baik lagi.

17
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
REVISI 2020 – TAHUN PELAJARAN 2020-2021
Satuan Pendidikan : SMPN 01 Boyan Tanjung
Kelas/Semester : IX (Sembilan)/2
Tema 1 : Profesionalisme dan Kompotensi Guru
Sub Tema 1 : Profesionalisme dan Kompetensi Profesional Guru
serta Indikasi-Indikasi Seorang Guru Profesional
Pembelajaran :1
Alokasi Waktu : 85 Menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan diskusi materi tentang Profesionalisme dan Kompetensi
Profesional Guru , siswa dapat memahami materi yang di ajarkan
dengan baik dan benar
2. Dengan melakukan diskusi di harapakan siswa Bertanggung jawab
secara individu untuk membantu memahamkan tentang sesuatu
materi pokok kepada teman sekelasnya.

B. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


Waktu
Pendahulua  Guru memberikan salam dan mengajak 10 menit
n semua siswa berdoa menurut agama dan
keyakinan masing-masing. Religius.
 Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan
pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
 Menginformasikan tema yang akan
dibelajarkan yaitu tentang “Profesionalisme
dan Kompetensi Profesional Guru serta
Indikasi-Indikasi Seorang Guru Profesional”
 Integritas.

18
 Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang
meliputi kegiatan pembagian kelompok asal
dan kelompok ahli, diskusi, menjelaskan,
bertanya dan menyimpulkan
Inti  Sebelum memulai pelajaran, guru 60 menit
membangkitkan semangat belajar siswa
dengan kata-kata motivasi yang sudah di
siapkan sebelumnya.
 Guru menyampaikan SK, KD, dan Tujuan
Pembelajaran
 Siswa membaca informasi yang ditampilkan
oleh guru/di buku siswa. Literasi.
 Siswa di bagi kelompok yang terdiri dari
kelompok asal dan kelompok ahli, kelompok
asal adalah kelompok yang di bagi pertama
kali, sedangkan kelompok ahli adlah
perwakian kelompok yang di tunjuk oleh
guru untuk mewakili kelompok asal
mempelajari materi yang sudah di siapkan
guru
 Siswa kelompok ahli berdiskusi mengenasi
materi yang sudah di bagikan
 Siswa kembali ke kelompok asal untuk
menjelaskan apa yang sudah di peroleh atas
materi yang di bagikan dan di diskusikan di
kelompok ahli
 Siswa kelompok asal bertanya ke perwakilan
dari kelompok ahli yang di tunjuk
 Perwakilan siswa di masing-masing
kelompok asal untuk mempresentasikan hasil
diskusi dan belajarnya
 Guru memanggil perindividu siswa untuk

19
menjawab 1 pertanyaan dari guru, anggota
kelompok tidak boleh membantu
 Guru memberikan riword/aplos kepada
kelompok yang banyak menjawab benar
 Guru melakukan evaluasi dari pembelajaran
yang sudah di laksanakan
Penutup 1. Guru memberikan penguatan dan 15 menit
kesimpulan.
2. Siswa diberikan kesempatan
berbicara/bertanya dan menambahkan
informasi dari siswa lainnya.
3. Salam dan doa penutup dipimpin oleh salah
satu siswa/ketua kelas.

C. PENILAIAN (ASESMEN)
Penilaian terhadap materi ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru
yaitu dari pengamtan sikap, tes, pengetahuan, dan presentasi unjuk kerja
atau hasil karya atau projek dengan rubric penilaian.

Mengetahui Sintang, 07 Oktober 2021


Kepala Sekolah, Guru Kelas 9

ILHAMSYAH, S.Pd Edo Abdullah


NIP. NIM. 191502665

DAFTAR PUSTAKA
Baharun, Hasan, Pengembangan Kurikulum: TEORI DAN PRAKTIK,
2017

20
—, ‘Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan
Kepala Madrasah’, At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 6 (2017), 1–25

— ‘Total Moral Quality: A New Approach for Character Education in


Pesantren’, Ulumuna, 21 (2017), 57–80

Baharun, Hasan, and Robiatul Awwaliyah, ‘Pendidikan Multikultural


Dalam Menanggulangi Narasi Islamisme Di Indonesia’, Jurnal
Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies), 5
(2017), 224–43

Thalib, Syamsul Bahri. 2013. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis


Empiris Aplikatif. Jakarta, Kencana.

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

21

Anda mungkin juga menyukai