Anda di halaman 1dari 8

Pengembangan Soal Fisika Kontekstual untuk Mengukur Kemampuan

Berpikir Analitis Kelas IPS

Pengembangan Buku Fisika Kontekstual Berbantu Media Sosial Instagram


untuk Meningkatkan kemandirian belajar
BAB 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Pandemi covid-19 telah mempengaruhi banyak sektor kehidupan. Dua dari
sekian banyak sektor kehidupan yang terdampak pandemi covid-19 ialah sektor
kesehatan dan pendidikan. Melalui surat edaran no. 36962/MPK.A/HK/2020,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengintruksikan kepada
seluruh lembaga pendidikan untuk melaksanakan protokol kesehatan serta
menyelenggarakan pembelajaran secara daring bagi lembaga pendidikan yang
terletak di daerah terdampak covid-19 (Kemendikbud, 2020). Surat edaran
tersebut diterbitkan pada tanggal 17 maret 2020. Sejak surat edaran tersebut
diterbitkan, hampir seluruh sekolah di Indonesia terpaksa melaksanakan
pembelajaran secara daring termasuk sekolah yang berada di daerah Surabaya.
Kebijakan tersebut diberlakukan untuk membatasi interaksi sosial sebagai salah
satu media persebaran coronavirus dan tetap melaksanakan pembelajaran
meskipun secara daring.
Pembatasan interaksi sosial atau disebut juga dengan “social distancing”
telah menciptakan dimensi baru dalam berbagai aspek kehidupan termasuk
pendidikan (Wahyuningsih, 2020). Pembelajaran yang biasanya dilaksanakan
secara tatap muka di dalam kelas, kini dilaksanakan secara daring dari rumah
masing-masing. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran digital atau online
yang dilaksanakan dalam jaringan (Aderholt, 2020). Perubahan yang terjadi
menghambat interaksi dan komunikasi yang telah menjadi ciri khas dalam
pelaksanaan pembelajaran tatap muka (Herdiana, 2020). Hambatan tersebut
mengakibatkan control guru terhadap kegiatan belajar peserta didik menjadi
berkurang. Dalam situasi tersebut kemandirian belajar peserta didik menjadi
faktor penentu keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran daring.
Kurangnya kontrol guru terhadap kegiatan belajar peserta didik menuntut
adanya inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran daring guna meningkatkan
kemandirian belajar peserta didik. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan ialah
dengan memanfaatkan media sosial sebagai sumber belajar. Sumber belajar
menjadi salah satu sarana yang sangat menentukan keberhasilan suatu proses
pembelajaran selain pendidik dan peserta didik itu sendiri (Nurhayati, 2016;
Hamalik, 2013). Pembelajaran fisika/sains sangat membutuhkan sumber belajar
yang membantu peserta didik belajar secara mandiri, berpikir kritis dan
memahami materi pembelajaran (Akinbobola & Afolabi, 2009). Penggunaan
media sosial sebagai sumber belajar diharapkan akan memperkaya budaya belajar
mandiri peserta didik.
Sosial media yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar ialah Instagram.
Pada masa pandemi covid-19, banyak orang yang beralih menuju sosial media
untuk berinteraksi dengan satu sama lain. Pengguna aplikasi sosial media
Instagram meningkat pesat dimasa pandemi. Dengan memanfaatkan Instagram
sebagai sumber belajar, peserta didik diharapkan dapat terdorong untuk belajar
secara mandiri. Penggunaan instagram sebagai sarana belajar bukanlah hal baru.
Banyak organisasi politik, sosial, kemanusian dan komersial yang menggunakan
Instagram untuk melakukan edukasi kepada masyarakat, namun penggunaan
Instagram sebagai sumber belajar fisika oleh sekolah masih jarang ditemui.
Penggunaan Instagram dalam pembelajaran diharapkan dapat mendukung proses
penanaman budaya belajar mandiri di era new normal. Salah satu latar belakang
terbentuknya suatu budaya ialah adanya kebutuhan serta peningkatan sarana dan
prasarana (Suryatna, 2006). Instagram dapat memenuhi kebutuhan dalam
melaksanakan berinteraksi sosial dan dapat dijadikan sarana baru dalam belajar di
era new normal. Penggunaan Instagram sebagai sumber belajar akan memudahkan
peserta didik dalam mengakses dan mengingat kembali materi yang mereka
pelajari.
(Kebutuhan pelajar untuk bersosial media)
Berdasarkan pada latar belakang di atas peneliti tertarik untuk
mengembangkan buku fisika kontekstual berbantu media sosial sebagai sarana
belajar mandiri peserta didik pada era new normal.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana pengembangan/(Validitas) buku fisika kontekstual berbantu
media sosial sebagai sarana belajar mandiri peserta didik pada era new
normal?
b. Bagaimana respos peserta didik setelah menggunakan buku fisika
kontekstual berbantu media sosial sebagai sarana untuk belajar?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengembangkan buku fisika kontekstual berbantu media sosial sebagai
sarana belajar mandiri peserta didik pada era new normal.
b. Mengetahui respos peserta didik setelah menggunakan buku fisika
kontekstual berbantu media sosial sebagai sarana untuk belajar.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi peserta didik, penggunaan buku fisika kontekstual berbantu media
sosial dapat dijadikan sebagai sarana baru untuk belajar secara mandiri.
b. Bagi guru atau pendidik hasil penelitian dapat digunakan sebagai pemantik
untuk mengadakan inovasi baru dalam pelaksanaan pembelajaran di era
new normal.
c. Dapat mendorong pendidik dan peserta didik untuk selalu
mengoptimalkan sarana yang ada dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Buku Fisika


Buku merupakan sumber belajar yang sangat penting peranannya bagi
peserta didik. Sumber belajar menjadi salah satu sarana yang sangat menentukan
keberhasilan suatu proses pembelajaran selain pendidik dan peserta didik itu
sendiri (Nurhayati, 2016; Hamalik, 2013). Pembelajaran fisika/sains sangat
membutuhkan sumber belajar yang membantu peserta didik belajar secara
mandiri, berpikir kritis dan memahami materi pembelajaran (Akinbobola &
Afolabi, 2009).

2.2. Sarana dalam belajar


Sarana yang memadai akan mendorong hasil belajar peserta didik sebagai
contoh pada pembelajaran daring. Peserta didik dengan ketersediaan teknologi
akan lebih mudah untuk belajar menggunakan teknologi, mengikuti pembelajaran
dan memahami materi. Berbeda dengan peserta didik yang tidak memiliki
teknologi yang memadai.
2.3. Belajar Mandiri
Kemandirian belajar ialah sikap dengan karakteristik berinisiatif belajar,
mendiagnosa kebutuhan belajar, menetapkan tujuan belajar, memonitor, mengatur
dan mengontrol belajar, melihat kesulitan sebagai sebuah tantangan, mencari dan
memanfaatkan sumber belajar yang ada, memilih dan menerapkan strategi belajar,
mengevaluasi proses belajar, hasil belajar, serta konsep diri dalam belajar
(Sugandi, 2013). Regulative Learning.
2.4. Budaya Bersosial Media
Budaya adalah istilah umum yang mencakup perilaku dan norma sosial
yang ditemukan dalam masyarakat manusia, serta pengetahuan, kepercayaan, seni,
hukum, adat istiadat, kemampuan, dan kebiasaan individu dalam kelompok
tersebut.(Taylor, 1871). Konsep budaya material meliputi ekspresi fisik budaya,
seperti teknologi, arsitektur dan seni, sedangkan aspek non-materi budaya seperti
prinsip organisasi sosial (termasuk praktik organisasi politik dan institusi sosial),
mitologi, filsafat, sastra (keduanya tertulis dan lisan), dan sains merupakan
warisan budaya takbenda dari suatu masyarakat. (John J Macionis, 2011).

Budaya bersosial meningkat pesat dimasa pandemi. Pengguna Instagram


di Indonesia untuk saat ini mencapai 70 juta pengguna.
2.5 Hubungan antar variabel (Krangka/paragraph berpikir)

Syarat syarat minimal untuk pengembangan buku ajar


 Batasi dengan Indikator
Kerangka Berpikir
Penelitian Pengembangan
Metode pengembangan ADDIE
Daftar Pustaka

Aderholt, R. (2020). Coronavirus outbreak shining an even brighter light on


internet disparities in rural America. The Hill.
https://thehill.com/blogs/congress-blog/technology/488848-coronavirus-
outbreak-shining-an-even-brighter-light-on
Akinbobola, A. O., & Afolabi, F. (2009). Constructivist practices through guided
discovery approach: The effect on students’ cognitive achievements in
Nigerian senior secondary school physics. Bulgarian Journal of Science and
Education Policy, 3(2), 233–252. http://bjsep.org/getfile.php?id=61
Cambridge. (2021). Cambride Dictionary.
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/development
Dyah Ayu Mentari, Wiedy Murtini, A. S. (2013). Model Desain Sistem
Pembelajaran Analysis , Design , Development ,. Jurnal Pendidikan
Administrasi Perkantoran Universitas Sebelas Maret.
Hamalik, O. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara.
Herdiana, D. (2020). Social Distancing: Indonesian Policy Reponse To the
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Jurnal Ilmu Administrasi: Media
Pengembangan Ilmu Dan Praktek Administrasi, 17(1), 93–110.
https://doi.org/10.31113/jia.v17i1.555
John J Macionis, L. M. G. (2011). Sociology. Pearson Prentice Hall.
Kemenkes. (2020). Kemenkes Sarankan 3 Jenis Masker untuk Dipakai.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20092200001/kemenkes-sarankan-3-
jenis-masker-untuk-dipakai.html
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2020). Surat
Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
35952/MPK.A/HK/2020. Mendikbud RI, 1–2. https://www.kemdikbud.go.id
Nurhayati, T. (2016). Pembelajaran Psikologi Pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah.
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, 3(1), 74–92.
https://doi.org/10.24235/al.ibtida.snj.v3i1.580
Suryatna, A. (2006). BUDAYA BELAJAR DAN ETHOS BELAJAR PEGAWAI
PEMERINTAH. Jurnal Imu Administrasi, 3(2), 160–170.
https://doi.org/https://doi.org/10.31113/jia.v3i2.433
Taylor, E. (1871). Primitive Culture (1st ed.). J.P. Putnam’s Son.
Wahyuningsih, C. D. (2020). Kenormalan Baru dan Perubahan Sosial Dalam
Perspektif Sosiologi. MAjalah Ilmiah FISIP UNTAG Semarang, 1(21), 104–
122.

Anda mungkin juga menyukai