Anda di halaman 1dari 11

Nama : Tumiatul

Nim : A1M219071
Kelas : A
Mata Kuliah : Wawasan Kemaritiman / MID TEST

1. Ceritakan apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dan kita sebagai warga negara agar
negara ini ini berdaulat dibidang maritim.
2. Dari berbagai penelitian, nilai ekonomis kekayaan sumber daya alam laut indonesia
melebihi potensi kekayaan di daratan. Bahkan ada yang menyebutkan kekayaan laut
nusantara tidak akan pernah habis. Pertanyaannya yang perlu anda beri jawaban adalah
kenapa kekayaan laut tidak mampu di daya gunakan sebagai modal pembangunan untuk
mencapai kesejahteraan bangsa, dan kemajuan ekonomi masyarakat?
3. Bagaimana pandangan saudara tentang kerusakan lingkungan pesisir dan terumbu karang
di wilayah indonesia?
4. Sebagai calon ilmuan, bagaimana jalan terbaik yang harus dilakukan oleh pengambil
kebijakan di negeri ini untuk mengatasi keterbatasan SDM di berbagai bidang terutama
SDM di bidang maritim?
5. Uraikan menurut kajian ilmiah saudara apakah masyarakat indonesia, yakni masyarakat
adil dan makmur untuk mencapai kejayaan republik ini terutama saat indonesia emas 2045
Dapat mencapai titik dimana arah pembangunan diarahkan agar tetrs demi tetes
kesejahteraan mengisi kantong2 ekonomi masyarakat indonesia dapat terealisasi.

Jawab :
1. -Pemerintah dan masyarakat harus berkomitmen untuk membangun kembali budaya
maritim. Karena Indonesia mempunyai sejarah kejayaan maritim.
- Komitmen untuk menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun
kedaulatan pangan laut. Melalui pengembangan industri perikanan dengan nelayan sebagai
pilar utama.
-Pemerintah harus mendorong pengembangan infrastuktur dgn membangun konektifitas
laut dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik dan industri perkapalan serta
pariwisata maritim.
- Diplomasi maritim dengan mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama.
- Kekuatan laut. Dengan wilayah laut yang cukup luas, Indonesia membutuhkan kekuatan
yang cukup memadai pada TNI AL.
- Memberi prioritas pada pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, dengan
membangun Tol Laut, deep seaport, logistik, dan industri perkapalan, dan pariwisata
maritim.
-Melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan,
dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan pulau-pulau kecil serta
sistem ekologinya secara berkelanjutan;
-Menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumber daya pesisir
dan pulau-pulau kecil;
-Memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah
serta mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan
dan keberkelanjutan ;
-Meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil.

2. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Idealnya, Indonesia


sepantasnya membuktikan bahwa ia merupakan negara terbaik dalam pemanfaatan dan
pengelolaan potensi kepulauan dan kelautannya. Dukungan dari pemerintah yang relatif
lemah, perencanaan program dan budget yang kurang tepat terhadap sektor ini
menyebabkan melemahnya berbagai aspek lain yang saling terkait dan menimbulkan begitu
banyak masalah dalam pengelolaan kelautan dan perikanan.

Pembangunan sumber daya kelautan masih menghadapi banyak permasalahan dan


tantangan dalam pengembangannya. Masih banyaknya kegiatan yang merugikan negara
seperti praktek pencurian ikan illegal fishing terutama di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
oleh kapal-kapal asing dengan berbagai bentuk merugikan  negara secara materi maupun
moril.

Bentuk gangguan keamanan sumberdaya laut yang berdampak buruk bagi terbentuknya
pengelolaan pesisir dan laut secara lestari tidak hanya  dilakukan oleh nelayan asing saja.
Akan tetapi juga oleh nelayan Indonesia sendiri yang mengakibatkan negara kita yang
mengalami kerugian secara materi cukup besar. Di sisi lain peraturan dan kebijakan
pengaturan usaha perikanan masih belum kondusif dalam menghasilkan kontrol yang
efektif, sehingga celah-celah selalu dimanfaatkan oleh orang-orang yang hanya
mementingkan keuntungan semata.

Di samping itu, permasalahan lainnya adalah terjadinya kerusakan lingkungan pada


ekosistem pesisir dan laut berupa kerusakan fisik dan pencemaran di beberapa kawasan
pesisir dan laut. Terjadinya deforestrasi hutan mangrove, degradasi terumbu karang, dan
padang lamun di kawasan pesisir dan laut mengakibatkan erosi pantai dan berkurangnya
keanekaragaman hayati laut. Sementara itu, perencanaan tata ruang dan pengembangan
wilayah pesisir dan laut juga belum dikembangkan secara tepat.

Sebagai negara yang memiliki sumber daya keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia
seharusnya lebih mampu mendayagunakan sumber daya hayati laut tersebut sebagai asset
nasional yang strategis bagi kemajuan dan kesejahteraan. Namun, sampai saat ini
pendayagunaan aset tersebut oleh dan untuk bangsa kita sendiri masih jauh dari optimal.

Kalaupun selama ini kita memanfaatkan sumber daya hayati laut, cara cara yang ditempuh
sebagian besar bersifat destruktif, kurang mengindahkan aspek kelestariannya, dan kurang
menerapkan IPTEK yang tepat maupun manajemen profesional.

Sumber daya pesisir dan lautan yang demikian melimpah, tidak seharusnya membuat
Indonesia menjadi negara terkebelakang dibandingkan dengan negara lain. Sebagai negara
bahari dan kepulauan, dua per tiga wilayah Indonesia merupakan wilayah laut yang
memiliki potensi ekonomi kelautan yang sangat besar dan beragam. Untuk itu, berbagai
potensi dalam segala dimensi termasuk sebagai sumber devisa negara, perlu dikelola
dengan baik dan terencana.

Namun, potensi tinggal potensi. Tanpa pembenahan dan peningkatan teknologi pengelolaan
dan pola pemanfaatan yang baik, semua itu tidak akan membuat banyak arti bagi
kemakmuran rakyat. Tentunya komitmen dan peranan penting pemerintah dalam hal ini
khususnya presiden terpilih mendatang (2009-2014) sangat dibutuhkan untuk
pengembangan, pembangunan, dan pemecahan masalah kelautan.

Tuntutan pembangunan berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan agar dijadikan sebagai
motor penggerak dalam pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan kelautan ke
depan harus diarahkan pada pengelolaan berbasis ekosistem. Pembangunan juga ditujukan
untuk peningkatan dan penguatan peranan sumber daya manusia di bidang kelautan dan
perikanan serta membangkitkan wawasan, budaya bahari dan kekuatan pertahanan
kedaulatan sebagaimana sejarah membuktikannya bahwa penguasaan laut sangat
menentukan kekuatan pertahanan dan keamanan suatu negara (Who command the sea,
command the world).

Upaya revitalisasi ekonomi kelautan  perlu difokuskan pada pembangunan ilmu


pengetahuan dan teknologi, penganggaran, peningkatan patroli keamanan untuk
menghindari pencurian ikan atau illegal fishing terutama dalam pengelolaan potensi laut
juga pada pengamanan wilayah perairan. Apabila pemerintah mampu mendayagunakan
potensi ekonomi kelautan, maka sektor ini tidak hanya mampu mengeluarkan bangsa dari
persoalan utang luar negeri, kemiskinan dan pengangguran, juga dapat menghantarkan
Indonesia menjadi bangsa yang maju, adil, makmur, dan bermartabat.

3. Beberapa kegiatan manusia yang dapat menyebabkan pencemaran pesisir dan pantai
adalah sebagai berikut:
Penambangan karang dengan atau tanpa bahan peledak,
Penangkapan ikan menggunakan racun sianida dan bahan peledak.
Pembuangan sampah rumah tangga
Pembukaan lahan untuk pertanian, pengembangan kota dan industri, penebangan kayu dan
penambangan di daerah aliran sungai (DAS) mengakibatkan terjadinya pencemaran dan
perobahan lingkungan wilayah pesisir.
Pembukaan hutan mangrove untuk kepentingan pemukiman, pembangunan infrastuktur dan
perikanan tambak dapat mengakibatkan erosi pantai.
Sumber pencemaran pesisir dan pantai dapat dikelompokkan menjadi 6 bagian yaitu:
Industri,
Limbah cair pemukiman (sewage),

 Dampak Pencemaran Pesisir


Dampak negatif dari pencemaran tidak hanya membahayakan kehidupan biota dan
lingkungan laut, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan manusia atau bahkan
menyebabkan kematian, mengurangi atau merusak nilai estetika lingkungan pesisir dan
lautan dan menimbulkan kerugian secara sosial ekonomi.
Kerusakan garis pantai Indonesia diakibatkan oleh perubahan lingkungan dan abrasi pantai.
Akibat dari rusaknya garis pantai ini dapat memberikan pengaruh pada berbagai sektor
seperti pariwisata, transportasi laut, keberadaan lahan produktif, keanekaragaman hayati,
hingga pergeseran batas negara..
Sebuah kenyataan yang pahit melihat rekor garis pantai kita yang terpanjang kedua di dunia
harus bersanding dengan rekor kerusakan yang mencapai 20 persen. Tanpa perlu mencari
kambing hitam, sepertinya kita bersama harus mulai menanamkan kesadaran akan arti
pentingnya garis pantai yang kita punyai sehingga kita tergerak untuk menjaganya.

Usaha Penangulangan Pencemaran Pesisir


Penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut perlu dilakukan secara hati-hati agar
tujuan dari upaya dapat dicapai. Mengingat bahwa subjek dan objek penanggulangan ini
terkait erat dengan keberadaan masyarakat pesisir, dimana mereka juga mempunyai
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap ketersediaan sumberdaya di sekitar, seperti
ikan, udang, kepiting, kayu mangrove, dan sebagainya, maka penanggulangan kerusakan
lingkungan pesisir dan laut yang berbasis masyarakat menjadi pilihan yang bijaksana untuk
diimplementasikan.
Tujuan khusus penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut berbasis masyarakat
dalam hal ini dilakukan untuk
-Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menanggulangi kerusakan
lingkungan;
-Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam pengembangan
rencana penanggulangan kerusakan lingkungan secara terpadu yang sudah disetujui
bersama;
-Membantu masyarakat setempat memilih dan mengembangkan aktivitas ekonomi yang
lebih ramah lingkungan; dan
-Memberikan pelatihan mengenai sistem pelaksanaan dan pengawasan upaya
penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut berbasis masyarakat.

4. Berdasarkan estimasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014) dibutuhkan rata-
rata 200 ribu orang per tahun sarjana yang ahli dalam bidang perikanan dan kelautan guna
eksplorasi dan pengolahan hasil laut Indonesia. Sedangkan kemampuan perguruan tinggi
perikanan dan kelautan hanya menghasilkan sekitar 10 ribu sarjana setiap tahun. Dengan
demikian terjadi ketimpangan yang besar antara kebutuhan SDM kemaritiman dengan ke-
mampuan penyediaan tenaga terdidik secara nasional. Kebutuhan SDM kemaritiman
sesungguhnya memiliki cakupan yang cukup luas, yakni tenaga ahli pelayaran (transportasi
laut), kepelabuhanan, perkapalan, permesinan, teknologi penangkapan ikan, teknologi
budidaya laut dan teknologi pengolahan produk kelautan. Menurut Kementerian Perhu-
bungan (2015), kebutuhan SDM pelayaran yang bisa dipenuhi Indonesia baru sekitar 1.500
orang per tahun, pada hal Indonesia kekurangan 18 ribu pelaut tingkat perwira dan 25 ribu
orang tingkat ranting untuk industri transportasi laut untuk tahun 2016. Sekarang ini
Indonesia memiliki 340 ribu orang pelaut, sebanyak 262 ribu orang bekerja di dalam
negeri, dan 78 ribu orang bekerja di luar negeri. Tenaga pelaut yang bekerja di luar negeri
sudah memiliki sertifikat keahlian yang diakui secara internasional baik tingkat ranting
maupun tingkat perwira.
Dengan melihat angka kebutuhan SDM kemaritiman, maka dapat digambarkan bahwa
lapangan kerja untuk tenaga terdidik di bidang perikanan dan kelautan masih terbuka lebar
untuk tingkat nasional dan internasional. Kondisi ini berlawawan dengan tenaga terdidik
dalam bidang lainnya, dimana terjadi peningkatan pengangguran tenaga sarjana sebesar
434.185 orang tahun 2013 menjadi 495.143 tahun 2014 (BPS, 2015).
Menurut prediksi dari Persatuan Insinyur Indonesia (2014), dalam kurun waktu 2016 -
2020, Indonesia masih kekurangan tenaga insinyur maritim atau teknik kelautan (maritime
engineer) sebanyak 11.000 orang dalam rangka memenuhi kebutuhan implementasi
program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Oleh sebab itu, bila tenaga terdidik bidang kelautan dan perikanan yang memiliki
kompetensi di bidangnya tidak terpenuhi hingga tahun 2020, maka akan terjadi krisis SDM
kemaritiman yang mengancam perwujudan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Peningkatan SDM Kemaritiman
Dalam upaya mengatasi kekurangan tenaga terdidik SDM kemaritiman, maka langkah yang
harus dilakukan pemerintah dalam skala nasional adalah : Pembukaan Fakultas Perikanan
dan Kelautan di Perguruan Tinggi Negeri di setiap propinsi yang memiliki potensi sum-
berdaya kelautan yang besar, 2) Pembukaan pendidikan vokasi maritim pada Politeknik
Negeri, yang secara geografis dekat dengan sumberdaya laut, dan 3) Pengembangan Balai
Pendidikan dan Pelatihan Perikanan dan Kelautan atau Pusat Pelatihan Maritim (PPM).
Dengan menyadari bahwa Indonesia memiliki potensi perikanan dan kelautan yang sangat
besar, dan adanya kemauan politik (political will) dari pemerintah sekarang untuk me-
ngembalikan kejayaan maritim, seharusnya setiap PTN yang secara geografis berada di
wilayah propinsi yang memiliki sumberdaya kelautan yang besar segera memberikan
respon dan bergegas untuk pembukaan fakultas perikanan dan kelautan, untuk mengha-
silkan SDM yang handal di bidang kelautan dan perikanan. Peluang pembukaan fakultas
tersebut sangat terbuka lebar bagi PTN dan didukung Kemenristekdikti dengan pendanaan
dari APBN. Persiapan tenaga pendidik (dosen), sarana dan prasarana akademik dapat di-
lakukan secara bertahap selaras dengan aturan dari Kemenristekdikti. Berbeda dengan
Perguruan Tinggi Swasta (PTS), maka pembukaan fakultas itu dengan kebutuhan dana
yang relatif besar, tentu tidak mudah dilakukan, belum lagi biaya operasional yang sangat
dipengaruhi jumlah mahasiswa baru.
Namun perlu mendapat perhatian, bahwa menghasilkan sarjana perikanan dan kelautan
dengan selembar ijazah tanpa ada kompetensinya adalah sia-sia, karena di jaman sekarang
ini dengan persaingan lapangan kerja yang semakin ketat dan terbukanya penerimaan
tenaga terdidik transnasional, maka PTN harus mampu menghasilkan sarjana kelautan dan
perikanan yang benar-benar memiliki keahlian khusus sesuai kebutuhan industri perikanan
dan industri maritim. Dengan perkataan lain, dalam menghadapi era globalisasi sekarang
ini sudah saatnya lulusan perguruan tinggi memiliki sertifikat keahlian khusus yang diakui
secara nasional dan internasional.
Adanya kebijakan Kemenristekdikti untuk menerapkan kurikulum berbasis KKNI
(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) di perguruan tinggi merupakan langkah awal
yang tepat untuk menghasilkan sarjana yang memiliki kompetensi. Namun di sisi lain,
bahwa tidak selarasnya materi kurikulum sesuai dengan kebutuhan pasar, juga menjadi
penghambat bagi tenaga terdidik untuk memasuki dunia kerja. Oleh sebab itu, dalam
menghasilkan SDM kemaritiman yang handal, maka sangat dibutuhkan kerjasama
perguruan tinggi dengan industri perikanan dan industri maritim dalam rangka penyusunan
kurikulum berbasis kompetensi mengacu KKNI.
Langkah berikutnya adalah membuka politeknik maritim negeri (Polimarin) atau membuka
program studi maritim pada politeknik negeri yang sudah ada di PTN. Program pendidikan
vokasi maritim yang diselenggarakan Polimarin (Diploma), diyakini akan menghasilkan
SDM kemaritiman yang siap pakai, dengan cara bekerjasama dengan industri maritim, lem-
baga pelatihan dalam negeri dan luar negeri dan memiliki sertifikat yang diakui secara
internasional. Penulis yakin hal ini dapat terwujud di waktu yang akan datang karena
selaras dengan program dari Kementerian Koordinator Maritim.
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM
kemaritiman adalah pengembangan Pusat Pelatihan Maritim (PPM) di berbagai wilayah
tanah air. Sampai saat ini baru ada 5 Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan dan
Kelautan. Oleh sebab itu pendirian atau pengembangan PPM menjadi salah satu solusi
dalam upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM kemaritiman di masa mendatang
dengan syarat PPM tersebut diharuskan mampu menghasilkan SDM yang memiliki
sertifikat yang diakui secara nasional dan internasional yakni sertifikasi berbasis Standards
of Training, Certification and Watchkeeping (STCW) dalam berbagai bidang keahlian.
Dengan adanya PPM ini diharapkan pelaut Indonesia yang belum memiliki sertifikat
keahlian dapat memperolehnya, dan kita tidak ketergantungan dengan lembaga pelatihan
profesional luar negeri untuk menghasilkan SDM kemaritiman yang kita butuhkan diwaktu
yang akan datang. Semoga terwujud

5. Menperin Beberkan Target dan Peluang Menuju Masa Keemasan RI Tahun 2045

Indonesia akan memasuki masa keemasan pada tahun 2045 dengan menjadi negara yang
maju dan sejahtera. Salah satu aspirasi besarnya adalah Indonesia berada dalam jajaran lima
negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia.
“Target dalam Making Indonesia 4.0 di tahun 2030 menjadi pengantar puncak kejayaan
pada 100 tahun Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada peringatan
ulang tahun ke-30 Asosiasi Emiten Indonesia di Jakarta, Kamis (13/12).
Adapun empat pilar yang perlu dijalankan pemerintah guna mempercepat pencapaian
sasaran tersebut, yaitu pengembangan sumber daya manusia dengan penguasaan
pengetahuan dan teknologi, kemudian pengembangan ekonomi berkelanjutan,
pembangunan yang merata dan berkeadilan, serta memacu daya tahan ekonomi dan

kemandirian nasional.

“Kalau kita lihat, saat ini income per kapita kita USD3.877 dan ditargetkan pada tahun
2036 mencapai USD13.162, hingga bisa naik di 2045 sebesar USD23.199,” ungkap
Menperin. Untuk itu, peran kinerja industri manufaktur sangat dibutuhkan karena
membawa efek berantai bagi perekonomian nasional.
“Komponen yang diperlukan pada tahun 2045 itu pertumbuhan industri manufaktur kita
sebesar 6,3 persen dengan kontribusi ke PDB mencapai 26 persen,” imbuhnya. . Jika target
itu tercapai, petumbuhan ekonomi nasional mampu menembus angka 5,7 persen.
“Jadi, Indonesia bisa masuk lima besar ekonomi dunia, setelah Amerika Serikat, Jepang,
China dan India,” ujarnya. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong seluruh pemangku
kepentingan seperti pelaku usaha dan masyarakat untuk semakin optimistis, terutama dalam
menghadapi era industri 4.0.
“Apalagi, saat ini Indonesia masih menjadi negara tujuan utama investasi karena kondisi
ekonomi dan politiknya yang cukup stabil dan kondusif,” tuturnya. Airlangga
menyebutkan, ada beberapa investor manufaktur global yang akan masuk ke Indonesia,
antara lain industri smartphone yang membidik lokasi di Batam serta industri tesktil,
pakaian, dan alas kaki yang ingin menjadikan Jawa Tengah menjadi basis produksinya
untuk pasar ekspor.
“Pegatron memang sedang mengkaji, dan kami sedang memonitor terus. Rencananya akan
kerja sama dengan Sat Nusapersada, dan ini menjadi salah satu investasi yang akan masuk
di Batam, pada tahap pertama sekitar USD1 miliar,” ungkapnya. Industri otomotif asal
Korea Selatan juga berminat investasi di Indonesia, bahkan industri baja di Kawasan
Industri Morowali bakal lebih ekspansif produksinya.
“Kami optimitis kinerja industri manufaktur akan tumbuh positif pada kuartal pertama
tahun depan,” tegasnya. Apalagi, lanjut Menperin, dalam waktu dekat pemerintah
mengeluarkan kebijakan tentang pemberian insentif fiskal berupa super deductible tax.
Di samping itu, adanya perang dagang China dan Amerika Serikat, dinilai membawa
peluang bagi Indonesia. “Berbagai buyer mengatakan kepada saya, bahwa pada lima tahun
ke depan, order mereka akan dialihkan dari China. Mereka berharap ada negara baru di
Asia yang bisa menangkap pertumbuhan demand di dunia global. Untuk itu, Indonesia
mendorong free trade agreement segera ditandatangani, sehingga bea masuk produk kita
menjadi nol persen seperti ke Eropa dan Australia,” paparnya.
Dalam menghadapi era industri 4.0, salah satu yang menjadi kekuatan Indonesia dibanding
negara lain adalah ketersediaan jumlah sumber daya manusia (SDM). “Gemilangnya
kinerja industri nasional akan didukung dengan adanya bonus demografi hingga tahun
2030,” tandasnya.
Untuk itu, pada tahun 2019, pemerintah semakin memfokuskan pada pelaksanaan berbagai
kegiatan peningkatan kompetensi SDM secara masif. Dalam hal ini, Kemenperin akan terus
meluncurkan program pendidikan dan pelatihan vokasi di SMK dan Politeknik yang
berkonsep link and match dengan industri.

https://news.detik.com/berita/d-3096510/5-langkah-indonesia-menuju-poros-maritim-dunia
https://www.kominfo.go.id/content/detail/8231/menuju-poros-maritim-dunia/0/kerja_nyata
https://news.detik.com/opini/d-1160356/ekonomi-kelautan-visi-yang-terlupakan
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:ytSFxYt0N6cJ:vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/pencemaran-pesisir-dan-
laut.html+&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id
https://analisadaily.com/berita/arsip/2016/7/29/252966/meningkatkan-sdm-kemaritiman/
https://pressrelease.kontan.co.id/release/menperin-beberkan-target-dan-peluang-menuju-
masa-keemasan-ri-tahun-2045?page=all

Anda mungkin juga menyukai