Anda di halaman 1dari 54

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt,yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya,maka saya dapat menyelesaikan Asuhan keperawatan pada Tn.s dengan

diagnosis “Arthritis Reumathoid”.

Saya selaku penulis menyadari bahwa dalam penyesunan asuhan keperawatan ini

bukanlah hal yang mudah. Banyak kesulitan yang saya hadapi dalam penyelesaiannya,tetapi

berkat bimbingan dosen dan teman-teman, saya dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini

dengan baik.

Saya meyadari bahwah asuhan keperewatan ini belum sempurna,untuk itu saya selaku

penulis mohon maaf apabilah terdapat penulisan berharap semoga asuhan keperawatan ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bulukumba, 25 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN
1. Konsep Lansia ....................................................................................3
2. Konsep Medis .....................................................................................6
A. Definisi Arthtritis......................................................................6
B. Etiologi......................................................................................6
C. Patofisiologi..............................................................................6
D. Manifestasi klinis......................................................................7
E. Komplikasi ...............................................................................7
F. Pemeriksaan diagnostik.............................................................7
G. Penatalaksanaan........................................................................8
3. Konsep asuhan keperawatan................................................................8
A. Pengkajian......................................................................................8
B. Diagnosis keperawatan..................................................................9
C. Rencana asuhan keperawatan.......................................................10

BAB III : TINJAUAN KASUS ...................................................................12

PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................47
B. Saran ..................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang disebabkan karena adanya
peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan sendi dan nyeri. Nyeri dapat
muncul apabila adanya suatu rangsangan yang mengenai reseptor nyeri. Penyebab arthritis
rheumatoid belum diketahui secara pasti, biasanya hanya kombinasi dari genetic, lingkungan,
hormonal, dan faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi
seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Yuliati, et.a., 2013).
Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil positif di
berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat
meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia,
akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat
(Zakir, 2014).
Jumlah penduduk yang bertambah dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan
berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologis, dan sosial ekonomi. Permasalahan
pada lansia sebagian besar adalah masalah kesehatan akibat proses penuaan, ditambah
permasalahan lain seperti masalah keuangan, kesepian, merasa tidak berguna, dan tidak
produktif. Banyaknya permasalahan yang dihadapi lansia, maka masalah kesehatanlah yang jadi
peran pertama dalam kehidupan lansia seperti munculnya penyakit-penyakit yang sering terjadi
pada lansia (BKKBN, 2012).
Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah
yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial
yang saling berinteraksi. Permasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan dengan
perubahan kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya
adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih buruk (Nugroho, 2010).
Penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) di dunia tumbuh dengan sangat cepat bahkan
tercepat di bidang kelompok usia lainnya. Penduduk lansia mengalami peningkatan yang
signifikan pada tahun 2015, jumlah penduduk lansia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat
menjadi 20,547,541 pada tahun 2016 (Bureau, 2016).

3
Penderita arthritis rheumatoid pada lansia diseluruh dunia telah mencapai angka 355 juta
jiwa, artinya 1 dari 6 lansia didunia ini menderita reumatik. Diperkirakan angka ini terus
meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit
arthritis rheumatoid,dimana 5-10% adalah merekayang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang
berusia 55 tahun (WHO, 2012).
Di Indonesia reumatik mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa
tingginya angka kejadian reumatik. Peningkatan jumlah populasi lansia yang mengalami
penyakit reumatik juga terjadi di Jawa Timur, berdasarkan data statistik Indonesia (2016), di
Jawa Timur jumlah lansia pada tahun 2015 adalah 173.606 orang, dengan status kesehatan baik
64.818 orang, cukup baik 72.705 orang dan status kesehatan kurang baik 36.083 orang.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan penulisan adalah untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif
bagi pasien Artritis Reumatoid.
b. Tujuan khusus
1. Melakukan Pengkajian Keperawatan pada pasien Artritis Reumatoid.
2. Melakukan Diagnosa Keperawatan pada pasien Artritis Reumatoid.
3. Melakukan Intervensi Keperawatan pada pasien Artritis Reumatoid.
4. Melakukan Implementasi Keperawatan pada pasien Artritis Reumatoid.
5. Melakukan Evaluasi Keperawatan pada pasien Artritis Reumatoid.
3. Manfaat Penulisan
Manfaat bagi pasien adalah pasien dapat menerima asuhan keperawatan secara
komprehensif selama proses pemberian asuhan keperawatan berlangsung.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Lansia
a. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO) Lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan dari luar (UU No.13 tahun 1998)
b. Batasan-batasan usia lanjut
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut
World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
pengelompokkan lansia menjadi :
1) Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
2) Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (usia 60-64 tahun)
3) Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65
tahun) (kholifah, 2016)
c. Ciri-ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :

5
a. Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya
lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi
negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi
buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah
yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan
bahkan memiliki harga diri yang rendah. (kholifah, 2016)
d. Perubahan dalam kehidupan lansia yang menimbulkan masalah kesehatan
1) Masalah Fisik
Fisik mulai melemah, sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas
yang cukup berat, indra penglihatan yang kabur, indra pendengaran yang mulai
berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun sehingga sering sakit
2) Masalah kognitif

6
Melemahnya daya ingat terhadap sesuatu dan sulit bersosialisasi dengan masyarakat
di sekitar.
3) Masalah emosional
Rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sering marah bila ada sesuatu yag
kurang sesuai dengan kehendak pribadi
4) Masalah Spiritual
Kesulitan untuk mengahafal kitab suci, merasa kurang tenang ketika mengetahui
anggota keluarga nya belum mengerjakan ibadah dan merasa gelisah ketika menemui
permasalahan hidup yang cukup serius.
e. Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahuikeberadaan
masalah kesehatan lansia adalah
1) Jenis kelamin1ansia lebih banyak pada wanita. terdapat perbedaan kebutuhan
danmasalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki&laki dan perempuan misalnya
lansia laki&laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka perempuan mungkin
menghadapi osteoporosis.
2) Status perkawinan status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda
akanmempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
3) Living arrangement
4) Misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak atau kekuarga
lainnya.
f. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, perawatan dan meningkatkan
mutu pelayanan bagi lansia. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :
1) Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-tingginya,
sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental
3) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu
penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian yang optimal.

7
4) d. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang
berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi kematian dengan
tenang dan bermartabat. Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat
pelayanan sosial lansia, pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat
pengembangan pelayanan sosial lansia dan pusat pemberdayaan lansia. (kholifah,
2016)

2. Konsep Medis
a. Definisi
Reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya.
Penyakit rematik sering sekali dihubungkan dengan terminologi arthritis yang berhubungan
dengan lebih dari 100 penyakit termasuk rheumatoid arthritis, osteoarthritis, gouty arthritis,
spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik skleroderma, dan lain-lain (American College
of Rheumatology, 2012).
Penyakit artritis rheumatoid merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan nyeri
pada daerah lutut, kaki, tangan dan pinggul sehingga dapat mengganggu aktifitasnya. Artritis
rheumatoid ini lebih banyak menyerang lansia karena perubahan fisiknya yang mengalami
proses penuaan. Lansia sering mengalami gangguan sistem muskuloskeletal yang
menyebabkan nyeri sendi. (Safitri and Utami, 2019).
Artritis gout adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh dunia.
Artritis gout atau dikenal juga sebagai artritis pirai, merupakan kelompok penyakit
heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat
supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler (Wahyu Widyanto, 2017).
b. Etiologi
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanismeimunitas (antigen-antibodi), faktor system, dan infeksi
virus (Elsi, 2018).
Etiologi dari artritis gout meliputi usia, jenis kelamin, riwayat medikasi, obesitas,
konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat serum asam urat lebih tinggi daripada

8
wanita, yang meningkatkan resiko mereka terserang artritis gout. Perkembangan artritis gout
sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun angka
kejadian artritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun.
Prevalensi artritis gout pad pria meningkat dengan bertambahnya usia dan mencapai puncak
antara usia 75 dan 84 tahun (Wahyu Widyanto, 2017).
c. Patofisiologi
Merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi autoimun terjadi
di jaringan synovial, dan kerusakan sendi terjadi mulai dari proliferasi makrofag dan
fibroblast synovial. Limfosit menginfiltrasi daerah system dan terjadi proliferasi sel-sel
endotel lalu terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami
oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya pannus akibat terjadi
pertumbuhan yang irregular pada jaringan synovial yang mengalami inflamasi.
Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang. Respon imun
melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan. Respon ini
mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik. Peran sel T pada RA diawali oleh
interaksi antara reseptor ssel T dengan share ystem dari major histocompability
complex class II (MHCII-SE) dan peptide pada antigen-presenting cell (APC) pada
system atau sistemik namun peran sel B dalam imunopatologis RA belum diketahui
secara pasti (Suarjana, 2009).
d. Manifestasi klinis
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat cepat dalam waktu
singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat
dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa
nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan
merasa lelah (Tehupeiory, 2006).
Serangan artritis gout akut terjadi ditandai dengan nyeri pada sendi yang berat dan
biasanya bersifat monoartikular. Pada 50% serangan pertama terjadi pada
metatarsophalangeal- 1 (MTP-1) yang biasa disebut dengan podagra. Semakin lama
serangan mungkin bersifat poliartikular dan menyerang ankles, knee, wrist, dan sendi-sendi
pada tangan (Sunkureddi et all,2006).

9
Serangan akut ini dilukiskan sebagai sembuh beberapa hari sampai beberapa minggu, bila
tidak terobati, rekuren yang multipel, interval antara serangan singkat dan dapat
mengenai beberapa sendi (Tehupeiory, 2006). Ketika serangan artritis gout terjadi eritema
yang luas di sekitar area sendi yang terkena dapat terjadi. Meskipun serangan bersifat sangat
nyeri biasanya dapat sembuh sendiri dan hanya beberapa hari. Setelah serangan terdapat
interval waktu yang sifatnya asimptomatik dan disebut juga stadium interkritikal
(Sunkureddi et al, 2006).
e. Komplikasi
Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari artritis gout meliputi severe degenerative
arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin, protease,
dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi
kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi tulang. Kristal
monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan IL-1, merangsang
sintesis nitric oxide dan matriks metaloproteinase yang nantinya menyebabkan dekstruksi
kartilago. Kristal monosodium urat mengaktivasi osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin
dan menurunkan fungsi anabolik yang nantinya berkontribusi terhadap kerusakan juxta
artikular tulang (Choi et al, 2005).
f. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada penderita artritis gout adalah untuk mengurangi rasa nyeri,
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah terjadinya kelumpuhan. Terapi yang diberikan
harus dipertimbangkan sesuai dengan berat ringannya artrtitis gout (Neogi, 2011).
Penatalaksanaan utama pada penderita artritis gout meliputi edukasi pasien tentang diet,
lifestyle, medikamentosa berdasarkan kondisi obyektif penderita, dan
perawatan komorbiditas (Khanna et al, 2012). Pengobatan artritis gout bergantung pada
tahap penyakitnya. Hiperurisemia asiptomatik biasanya tidak membutuhkan pengobatan.
Serangan akut artritis gout diobati dengan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid atau
kolkisin. Obat-obat ini diberikan dalam dosis tinggi atau dosis penuh untuk mengurangi
peradangan akut sendi (Carter, 2006).
Beberapa lifestyle yang dianjurkan antara lain menurunkan berat badan, mengkonsumsi
makanan sehat, olahraga, menghindari merokok, dan konsumsi air yang cukup. Modifikasi
diet pada penderita obesitas diusahakan untuk mencapai indeks masa tubuh yang ideal,

10
namun diet yang terlalu ketat dan diet tinggi protein atau rendah karbohidrat (diet atkins)
sebaiknya dihindari. Pada penderita artritis gout dengan riwayat batu saluran kemih
disarankan untuk mengkonsumsi 2 liter air tiap harinya dan menghindari kondisi kekurangan
cairan. Untuk latihan fisik penderita artritis gout sebaiknya berupa latihan fisik yang ringan,
karena dikhawatirkan akan menimbulkan trauma pada sendi (Jordan et al, 2007).
3. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena gerakan, nyeri takan, memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral, dan simetris
Tanda : Malaise.
Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kullit, kontraktur/ kelainan pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena raynaud jari tangan/ kaki
3. Intergritas EGO
Gejala : Faktor-faktor stress akkut/ kronis;mis;financial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.keputusan dan ketidak berdayaan ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas pribadi
4. Makanan/ cairan
Gejela : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat; mual anereksia
Tanda : Penurunan berat badan. Kekeringan pada makanan mukosa
5. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan pada orang lain
6. Neuronsensori
Gejala : kesemutan pada tangan dan kaki; hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : pembekan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyaman
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkkin tidak di sertai oleh pempekakkan jaringan lunak
pada sendi)

11
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkas kaki. Demam
ringan menetap. Kekeringan pada mata dan membrane mukosa
9. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi social dengan keluarga/ orang lain : perubahan peran, isolasi.
10. Penyuluhan/ pembelajaran

b. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut/ kronis b/d agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan,
proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Ganguan mobilitas fisik b/d kerusakan muskulaskeletal dan neuromuscular serta
kelakuan sendi atau kontraktur
3. Ganguan citra tubuh b/d penyakit dan biofisik
4. Defisit perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal
5. Resiko cedera b/d kerusakan mobilitas fisik
6. Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpadannya informasi

c. Rencana asuhan keperawatan


1. Dx I : Nyeri akut/kroni b/d proses inflamasi
Hasil yang diharapkan :
1) Menunjukan nyeri hilang/ terkontrol
2) Terlihat rileks, dapat tidur/ beristirahat dan berpatisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan
3) Mengikuti program farmologi yang  diresepkan
Intervensi :
1) Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi insentitas, catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
R/ membantu dalam menentukan kebutuhan menejemen nyeri dan efektifan
program
2) Dorong klien untuk sering mengubah posisi
R/ mencegah terjadinya kelelahan umum kekuatan sendi, menstabilkan sendi
mengurangi gerakan pada sendi

12
3) Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
R/ meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekuatan di pagi hari
4) Dorong penggunaan teknik menejemen stress, misalnya relasasi progresif.
R/ meningkatkan relaksasi, memberikan rasa control, menindaklanjutkan
kemampuanKolaborasi pemberian analgetik sesuai
R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesic ringa dalam mengurangi kekuatan
dan meningkatkan mobilitas
2. Ganguan mobilitas fisik b/d kerusakan mukkuluskeletal, kekakuan sendi
Tujuan dan kriteria hasil
1) Mempertahankan funngsi posisi dengan pembatasan kontraktur
2) Meningkatkatkan kekuatan dan fungsi/ kompensesi bagian tubuh
3) Mendemonstrasikan teknik yang memmungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi :
1) Evaluasi/ lanjutan pemantauan tingkat inflamasi
R/ tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resulusi dan proses
inflamasi
2) Pertahanan istirahat tirah/ duduk
R/ istirahat sistenik di anjurkan selama akserbesi akut dan seluruh fase
3) Bantu dengan rentang pasif/ aktif
R/ mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umur
4) Demonstrasikan/ bantu teknik pemindahan dan penggunaan banntuan mobilitas
R/ menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
5) Kolaborasi, konsul, dengan individual
R/  berguna dalam memformasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan
pada kebutuhan induvidal.

13
FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK

1. Riwayat klien/data biografis


Nama : Tn.s
Alamat : Desa taccorong, Dusun simaturu’e
Telp……………………….Suku : Bugis Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah Pendidikan : SD
Orang yang paling dekat dihubungi : Menantu
Alamat/telpon : Desa taccorong dusun simaturu’e / 082349742408

2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan : hidup

14
Kesehatan :Keluarga klien mengatakan istri beliau sering merasakan keram
pada daerah telapak kaki sampai ke lutut
umur,84th
pekerjaan, Ibu rumah tangga
alamat,des
sebab kematian,
tahun meninggal.
b. Anak :
hidup/mati,
nama,
alamat,
tahun meninggal,
penyebab kematian.
3. Riwayat Pekerjaan

Status pekerjaan saat ini : Tidak ad

15
Pekerjaan sebelumnya : Petani
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
Keluarga klien mengatakan beliau bergantung kepada anak-anaknya
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal : permanen
Jumlah kama 3 Jumlah orang yang tinggal di panti/rumah 2 orang
Kondisi rumah : Bersih dan rapi
5. Riwayat Rekreasi
Hobby/minat : keluarga klien mengatakan beliaukadang-kadang pergi menggali
kuburan jika ada yang memanggilnya atau jika ada warga yang
meninggal
Keanggotaan organisasi : klien mengatakan tidak perah mengikuti organsasi
Liburan/perjalanan : klien mengatakan hanya duduk didepan rumah bersama anak-
anaknya dan keluarga yang lain atau dengan tetangga
Kegiatan di panti -
6. Sumber/sistem pendukung yang digunakan
Dokter : klien mengatakan tidak pernah kedokter
Rumah sakit : klien mengatakan tidak pernah ke rs jika sedang sakit
Klinik : klien mengatakan tidak pernah ke klinik jika sedang sakit
Pelayanan kesehatan di rumah : keluarga klien mengatakan jika beliau sakit keluarga klien
hanya memanggil perawat kerumahnya
Perawatan sehari-hari : membersihkan diri
Lain-lain .............................................................................................................
7. Kebiasaan /Ritual
Agama : islam
Istirahat/tidur : klien mengatakan tidurnya baik
Kebiasaan ibadah : klien beribadah dimesjid yang ada didepan rumahnya
Kepercayaan : agama islam
Ritual makan : makan sendiri-sendiri

16
8. Status kesehatan saat ini
Status kesehatan selama 1 tahun dan 5 tahun terakhir :
Klien mengatakan lutut sampai telapak kaki klien sering keram serta membengkak pada
lutut,nyeri yang dirasakan yaitu nyeri perih, nyeri berkurang saat istrahat atau saat tidak
digerakkan dan nyeri bertambah jika melakukan aktivitas seperti duduk lama, skala nyeri
5(0-10), nyeri bertambah jika digerakkan dan pada saat pengkajian klien nampak merungis
karena kakinya sedang keram. Pasien juga mengatakan karena rasa nyeri ini aktivitasnya
kadang terganggu dan terhambat, sulit melakukan aktivitas karena rasa sakit pada
kakinya,kemudian klien mengatakan mengalami kesulitan berjalan jika kakinya terasa nyeri
lagi, sejak kakinya sering keram klien mengatakan mengalami perubahan bergerak seperti
pincang dan klien juga mengeluh sering merasa pusing dan leher kadang terasa tegang.
Saat pengkajian didapatkan TD : 160 mmHg, nadi : 82x/mnt
Keluhan kesehatan utama (PQRST)
P : rematik
Q : nyeri perih
R : lutut sampai telapak kaki
S:5
T : hilang timbul kadang nyeri saat digerakkan
Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan :
Klien mengatakan mengetahui penyakitnya namun tidak tau apa penyebabnya.
Obat-obatan
Nama obat : klien mengatakan hanya mnegkomsumsi obat-obat herbal seperti
daun salam dan air hangat.
Dosis obat : tidak ada
Waktu dan cara penggunaan :-
Dokter yang memberi : tidak pernah kedokter
Tanggal resep : tidak ada
Masalah karena obat-obatan : tidak ada masalah mengenai obat-obatan
Alergi (agen dan reaksi fisik)
Obat-obatan : tidak ada alergi obat-obatan
Makanan: tidak ada alergi makanan
Faktor-faktor lingkungan : tidak ada alergi

17
Nutrisi
Diet 24 jam terakhir (termasuk cairan) : klien mengatakan tidak melakukan diet
Diet khusus, pembatasan makanan atau pilihan : klien mengatakan tidak ada pembatasan
makanan khusus
Rilwayat peningkatan dan penurunan berat badan : Tidak ada penurunan BB

18
9. Penyakit masa kanak-kanak : klien mengatakan penyakit pada masa kanak-kanak nya
yaitu demam dan flu
Penyakit serius atau kronik : klien mengatakan penyakit serius atau kronik yang dialami
semasa kanak-kanak tidak ada, tapi sejak lansia penyakit kronik yang dialami yaitu rematik
karena sudah 5 tahun mengalami rematik.
Trauma : klien mengatakan tidak ada trauma
Perawatan di Rumah Sakit : tidak pernah dirawat di rs
Alasan :-
Tanggal : - Tempat : -
Operasi
Jenis Operasi : keluarga klien mengatakan beliau tidakpernah di operasi
Tanggal : -Tempat : -
Alasan : -
Riwayat obstetric : -
10. Riwayat keluarga
Genogram (gambarkan silsilah dari keluarga klien)

Survei hal berikut : kanker, diabetes, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, arthritis,
alkolisme, masalah kesehatan mental. ................................................................

19
11.Tinjauan sistem
Beri tanda cek ya atau tidak untuk setiap gejala
Umum Ya Tidak
Kelelahan √
Perubahan berat badan setahun yang lalu √
Perubahan nafsu makan √
Demam √
Keringat malam √
Kesulitan tidur √
Sering pilek, infeksi √
Penilaian diri terhadap status kesehatan : baik, mampu menilai status kesehatannya
Kemampuan untuk melakukan ADL : klien masih bisa melakukan ADL secara
mandiri.
Integumen Ya Tidak
Lesi/luka √
Pruritus √
Perubahan pigmentasi √
Perubahan tekstur √
Sering memar √
Perubahan rambut √
Perubahan kuku √
Pemajaman lama terhadap matahari √
Pola penyembuhan lesi, memar : pada saat pengkajian tidak terdapat lesi/memar pada
tubuh klien.
Hemopoetik Ya Tidak
Perdarahan/memar abnormal √
Pembengkakan kelenjar limfa √
Anemia √
Riwayat transfusi darah √

Kepala Ya Tidak
Sakit kepala √
Trauma berarti pada masa lalu √
Pusing √
Gatal kulit kepala √

Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan √
Kacamata/lensa kontak √

20
Nyeri √
Air mata berlebihan √
Pruritus √
Bengkak sekitar mata √
Diplopia √
Kabur √
Fotopobia √
Riwayat infeksi √
Tangga pemeriksaan terakhir : tidak pernah periksa mata
Tanggal pemeriksaan glukoma terakhir : tidak pernah memeriksa
Dampak penampilan sehari-hari :penampilan klien rapi dan bersih
Kemampuan untuk melakukan ADL : klien mampu melakukan ADL sehari-hari, namun
jikalututnya sakit klien memerlukan bantuan orang lain.

Leher Ya Tidak
Kekauan √
Nyeri/nyeri tekan √
Benjolan/massa √
Keterbatasan gerak √

Telinga Ya Tidak
Perubahan pendengaran √
Tinitus √
Vertigo √
Sensitivitas pendengaran √
Alat-alat protesa √
Riwayat infeksi √
Tanggal pemeriksaan terakhir : tidak pernah memeriksakan telinga
Kebiasaan perawatan telinga : klien mengatakan kadang-kadang membersihkan telinganya.
Hidung dan sinus Ya Tidak
Rhinore √
Epistaksis √
Obstruksi √
Mendengkur √
Nyeri pada sinus √
Alergi √
Riwayat infeksi √
Penilaian diri terhadap kemampuan olfaktori : tidak ada masalah pada penciuman.
Mulut dan tenggorokan Ya Tidak

21
Sakit tenggorokan √
Lesi/ulkus √
Serak √
Perubahan suara √
Kesulitan menelan √
Perdarahan gusi √
Karies √
Kesulitan menelan √
Alat-alat protesa √
Riwayat infeksi √
Tanggal pemeriksaan gigi terakhir : tidak pernah memeriksakan gigi
Pla menggosok gigi : teratur menggosok gigi
Masalah dan kebiasaan menggosok gigi palsu : klien tidak memakai gigi palsu

Pernafasan Ya Tidak
Batuk √
Sesak nafas √
Hemoptisis √
Sputum √
Bunyi nafas abnormal √
Asma/alergi pernafasan √
Tanggal dan pemeriksaan sinar X dada terakhir : klien tidak pernah melakukan
pemeriksaan sinar x dada
Perkemihan Ya Tidak
Disuria √
Frekuensi √
Menetes √
Ragu-ragu √
Dorongan √
Hematuria √
Poliuria √
Oliguria √
Nokturia √
Inkonintensia √
Nyeri saat berkemih √
Batu √
Infeksi √

Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada √
Palpitasi √
Sesak napas √

22
Dispnea pada aktivitas √
Ortopnea √
Murmur √
Edema √
Varises √
Parastesia √
Perubahan warna kaki : kaki klien nampak kaki.
Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia √
Tak dapat mencerna √
Nyeri ulu hati √
Mual/muntah √
Hematemesis √
Perubahan nafsu makan √
Intoleran makanan √
Ulkus √
Nyeri √
Ikterik √
Benjolan/massa √
Perubahan kebiasaan defekasi √
Diare √
Konstipasi √
Melena √
Hemoroid √
Perubahan rectum √
Pola defekasi biasanya : baik (tidak ada gangguan)
Genitoreproduksi pria Ya Tidak
Lesi √
Nyeri testikuler √
Massa testikuler √
Masalah prostat √
Penyakit kelamin √
Perubahan hasrat seksual √
Impotensi √
Masalah aktivitas seksual : Normal
Muskuloskeletal Ya Tidak
Nyeri persendian √
Kekauan √
Pembengkakan sendi √
Deformitas √
Spasme √
Kram kelemahan otot √
Masalah cara berjalan √

23
Nyeri punggung √
Protesa √
Pola kebiasaan latihan √
Kram √
Dampak pada penampilan sehari-hari : klien mengatakan semenjak kakinya sering kram
cara jalannya pincang.
Sistem saraf pusat Ya Tidak
Sakit kepala √
Kejang √
Paresis √
Paralisis √
Masalah kordinasi √
Tremor/spasme √
Parastesia √
Cedera kepala √
Masalah : tidak ada masalah pada kepala.
Sistem reproduksi Ya Tidak
Intoleran panas √
Intoleran dingin √
Goiter √
Pigmentasi kulit/tekstur √
Perubahan rambut √
Polifagia √
Polidipsi √
Poliuria √

Psikososial Ya Tidak
Cemas √
Depresi √
Insomnia √
Menangis √
Gugup √
Takut √
Masalah dalam pengambilan keputusan √
Kesulitan berkonsentrasi √
Pernyataan perasaan umum mengenai kepuasan/frustasi mekanisme koping yang biasa :
Klien mengatakan kepuasan mekanisme kopingnya baik.
Stres saat ini : klien mengatakan tidak mengalami stres karena semua anak-anak beliau
ataupun para menantunya selalu ada jika klien membutuhkan mereka.
Masalah tentang kematian : kegiatan keagamaan dan keyakinan klien tentang kematian dan
harapan klien terhadap spiritualnya.

24
PENGKAJIAN GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS) untuk mengkaji depresi pada

lansia sebagai berikut :

No Pernyataan Ya Tidak
Apakah bapak/ibu sekarang merasa puas dengan
1. kehidupannya ? √0
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau √
kesenangan akhir-akhir ini ? 0
3. Apakah bapak/ibu merasa hampa/kosong dalam hidup ini ? √0
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan ? √0
Apakah bapak/ibu merasa mempunyai harapan yang baik
5. dimasa √ √0
depan ?
Apakah bapak/ibu mempunyai pikiran jelek yang
6. mengganggu √0
terus menerus ?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik setiap saat ? √0
Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan
8. terjadi
pada anda ? √0
Apakah bapak/ibu merasa bahagia pada sebagian besar
9. waktu ? √0
Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu untuk berbuat
10. apa- √0
apa ?
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan gelisah ? √0
Apakah bapak/ibu senang tinggal dirumah daripada keluar
12. rumah √1
dan mengerjakan sesuatu ?
Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa depan
13. ? √0
14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering lupa ? √0
15. Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu sekarang √0
menyenangkan ?
16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus asa ? √0

25
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini ? √0
18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa lalu ? √1
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini menggembirakan ? √0
20. Apakah bapak/ibu untuk memulai kegiatan yang baru ? √0
21. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat ? √0
Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada
22. harapan ? √0
23. Apakah bapak/ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik √0
keadaannya daripada bapak/ibuk ?
24. Apakah bapak/ibu sering marah karena hal-hal yang sepele ? √0
25. Apakah bapak/ibu sering merasa ingin menangis ? √0
26. Apakah bapak/ibu sering sulit berkonsentrasi ? √0
27. Apakah bapak/ibu merasa senang waktu bangun tidur ? √1
28. Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul di pertemuan sosial ? √0
29. Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat suatu keputusan ? √1
Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap mudah dalam
30. memikirkan √1
sesuatu seperti dulu ?

26
- Skor 0-10 : menunjukkan tidak ada depresi
- Skor 11-20 : Depresi Ringan
- Skor 21-30 : Depresi Sedang/Berat
Setelah dilakukan perhitungan GDS didapatkan nilai 5 (menunjukkan tidak ada depresi).
Tabel.Spesifikasi rancangan kuesioner GDS

Butir soal Favorable Unfavorable

Parameter
Minat aktifitas 2, 12, 20, 28 27
Perasaan sedih 16, 25 9, 15, 19
Perasaan sepi dan bosan 3, 4
Perasaan tidak berdaya 10, 17, 24
Perasaan bersalah 6, 8, 11, 1, 23 18
Perhatian/konsentrasi 14, 26, 30 29
Semangat atau harapan thdp masa depan 13, 22 5, 7, 21

Skoring nilai 1 diberikan pada pernyataan favourable untuk jawaban “ya” dan nilai 0 untuk
jawaban “tidak” sedangkan untuk pernyataan unfavourable, jawaban “tidak” diberi nilai 1 dan
jawaban “ya” diberi nilai 0

27
BERG BALANCE SCALE
Berg balance scale (BBS) merupakan skala untuk mengukur keseimbangan static dan dinamik
secara objektif, yang terdiri dari 14 item tugas keseimbangan (balance task) yang umum dalam
kehidupan sehari-hari.

No Item keseimbangan Skor (0-4)


1. Duduk ke berdiri 4 = dapat berdiri tanpa menggunakan tangan dan menstabilkan
independen.
4 3 = mampu berdiri secara independen menggunakan tangan.
2 = mampu berdiri menggunakan tangan setelah mencoba.
1 = perlu bantuan minimal untuk berdiri atau menstabilkan
0 = perlu asisten sedang atau maksimal untuk berdiri.
2. Berdiri tanpa 4 = dapat berdiri dengan aman selama 2 menit.
Penunjang 3 = mampu berdiri 2 menit dengan pengawasan.
2 = dapat berdiri 30 detik yang tidak dibantu/ditunjang.
4 1 = membutuhkan beberapa waktu untuk mencoba berdiri 30
detik yang tidak dibantu.
0 = tidak dapat berdiri secara mandiri selama 30 detik
3. Duduk tanpa penunjang 4 = bisa duduk dengan aman dan aman selama 2 menit
3 = bisa duduk 2 menit dengan pengawasan
4 2 = mampu duduk selama 30 detik
1 = bisa duduk 10 detik
0 = tidak dapat duduk tanpa penunjang
4. Berdiri ke duduk 4 = duduk dengan aman dengan menggunakan minimal tangan
3 = mengontrol posisi turun dengan menggunakan tangan
2 = menggunakan punggung kaki terhadap kursi untuk
3 mengontrol posisi turun
1 = duduk secara independen tetapi memiliki keturunan yang
tidak terkendali
0 = kebutuhan membantu untuk duduk.
5. Transfer 4 = dapat mentransfer aman dengan penggunaan ringan tangan
3 = dapat mentransfer kebutuhan yang pasti aman dari tangan
2 = dapat mentransfer dengan pengawasan
3 1 = membutuhkan satu orang untuk membantu
0 = membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi

6. Berdiri dengan mata 4 = dapat berdiri 10 detik dengan aman


Tertutup 3 = dapat berdiri 10 detik dengan pengawasan
4 2 = mampu berdiri 3 detik
1 = tidak dapat menjaga mata tertutup 3 detik tapi tetap aman
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh

28
7. Berdiri dengan kaki 4 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independen
Rapat dan berdiri 1 menit aman
3 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independen
4 dan berdiri 1 menit dengan pengawasan

29
2 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara mandiri
tetapi tidak dapat tahan selama 30 detik
1 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi tapi mampu
berdiri 15 kaki bersama-sama detik
0 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat
tahan selama 15 detik

8. Menjangkau ke depan 4 = dapat mencapai ke depan dengan percaya diri 25 cm (10 inci)
dengan tangan 3 = dapat mencapai ke depan 12 cm (5 inci)
2 = dapat mencapai ke depan 5 cm (2 inci)
2 1 = mencapai ke depan tetapi membutuhkan pengawasan
0 = kehilangan keseimbangan ketika mencoba / memerlukan
dukungan eksternal
9. Mengambil barang dari 4 = dapat mengambil sandal aman dan mudah
Lantai 3 = dapat mengambil sandal tetapi membutuhkan pengawasan
2 = tidak dapat mengambil tetapi mencapai 2-5 cm (1-2 inci) dari
sandal dan menjaga keseimbangan secara bebas
1 = tidak dapat mengambil dan memerlukan pengawasan ketika
4 Mencoba
0 = tidak dapat mencoba / membantu kebutuhan untuk menjaga
dari kehilangan keseimbangan atau jatuh
10. Menoleh ke belakang 4 = tampak belakang dari kedua sisi dan berat bergeser baik
3 = tampak belakang satu sisi saja sisi lain menunjukkan
pergeseran berat badan kurang
4 2 = hanya menyamping tetapi tetap mempertahankan
Keseimbangan
1 = perlu pengawasan saat memutar
0 = butuh bantuan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan
atau jatuh
11. Berputar 360 derajat 4 = mampu berputar 360 derajat dengan aman dalam 4 detik atau
Kurang
3 3 = mampu berputar 360 derajat dengan aman satu sisi hanya 4
detik atau kurang
2 = mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi perlahan-
Lahan
1 = membutuhkan pengawasan yang ketat atau dengan lisan
0 = membutuhkan bantuan saat memutar
12. Menempatkan kaki 4 = mampu berdiri secara independen dengan aman dan
bergantian di bangku menyelesaikan 8 langkah dalam 20 detik
3 = mampu berdiri secara mandiri dan menyelesaikan 8 langkah
dalam> 20 detik
3 2 = dapat menyelesaikan 4 langkah tanpa bantuan dengan
Pengawasan
1 = dapat menyelesaikan> 2 langkah perlu assist minimal

30
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh / tidak mampu untuk
Mencoba

31
13. Berdiri dengan satu 4 = mampu menempatkan tandem kaki secara independen dan
kaki didepan tahan 30 detik
3 = mampu menempatkan kaki depan independen dan tahan 30
Detik
2 = dapat mengambil langkah kecil secara mandiri dan tahan 30
Detik
1 1 = kebutuhan membantu untuk melangkah tapi dapat
menyimpan 15 detik
0 = kehilangan keseimbangan saat melangkah atau berdiri

14. Berdiri dengan satu 4 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan> 10
Kaki Detik
3 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan 5-10
Detik
1 2 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan ≥ 3
Detik
1 = mencoba untuk angkat kaki tidak bisa tahan 3 detik tetapi
tetap berdiri secara independen.
0 = tidak dapat mencoba kebutuhan membantu untuk mencegah
jatuhnya.
Total : 44
Total score = 56
Interpretasi
0-20 = harus memakai kursi roda (wheelchair bound)
21-40 = berjalan dengan bantuan
41-56 = mandiri/independen

32
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL
( Indeks Kemandirian Katz )
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi

Mandiri :

Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti

punggung atau ekstremitas yang tidak mampu )

atau mandi sendiri sepenuhnya Tergantung :

Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, √


bantuan masuk dan keluar dari bak mandi,
serta tidak mandi
sendiri

2 Berpakaian

Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian,
mengancingi/mengik
melepaskan pakaian, at √
pakaian.
Tergantung
:
Tidak dapat memakai baju sendiri atau
hanya

sebagian

3 Ke Kamar Kecil

Mandiri : √
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian

membersihkan genetalia sendiri

33
Tergantung
:

Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil


dan menggunakan
pispot

4 Berpindah

Mandiri :

Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk


34
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung
:
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur
atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5 Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri √
Tergantung
:
Inkontinensia parsial atau total;
penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut
( pampers)

6 Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung
: √
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring
dan menyuapinya, tidak makan sama sekali,
dan
makan parenteral
( NGT )

Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut Nilai C :
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu
fungsi tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, dan satu fungsi tambahan.

35
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

18

36
MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)

Riwayat Penyakit: Stroke( ) DM( ) Hipertensi( ) Peny.Jantung( ) Peny.


Lain…................…………………..
Pemeriksa:…………………………….. Tgl ………………
Nilai Nilai
Item Tes maks.

ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 2
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah 5 5
sakit), (lantai/kamar)
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar), tiap 3 3
benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama
benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar.
Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan
catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang 5 5
benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja
terbalik kata “ WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang
benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 3
BAHASA
6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan ( 2 2
pensil, arloji)
7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata :” tanpa kalau dan 1 1
atau tetapi ”
8 Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini 3 3
dengan tangan kanan, lipatlah menjadi dua dan letakkan di
lantai”.
9 Pasien diminta membaca dan melakukan perintah “Angkatlah 1 1
tangan kiri anda”
10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1 1

19

37
0 11 Pasien diminta meniru gambar di bawah ini 1 ---

Skor Total 30

38
MORSE FALL SCALE (MFS)/ SKALA JATUH DARI MORSE
Nama Lansia :
Umur :
Tanggal :

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.

Tn.sperna
h jatuh
tapi
sudah
1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh Tidak √ 0 lama
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25 0

2. Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki Tidak 0 15


Tn.s
kadang
lebih dari satu penyakit? Ya √ 15 pusing

3. Alat Bantu jalan:


- Bed rest/ dibantu perawat 0
Tn.s tidak
membutu
hkan alat
- Kruk/ tongkat/ walker 15 0 bantu
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini lansia Tidak √ 0
Klien
tidak di
terpasang infus? Ya 20 0 infus

5. Gaya berjalan/ cara berpindah:


- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri)
Klien
nampak
pincang
jika
- Lemah (tidak bertenaga) 10 20 berjalan
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) √ 20

6. Status Mental
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0√

39
Tn.s
menyadar
i kondisi
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15 0 dirinya

Total Nilai

Keterangan:

Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan

Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan dasar

Risiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standard

Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi

40
Lampiran 2

FORMAT DATA FOKUS


Nama/umur Tn.s/74 tahun
Jenis kelamin : laki-laki

DATA FOKUS

1. Klien mengeluh lututnya sering sakit dan bengkak


2. Klien mengeluh kakinya sering keram
3. Klien mengeluh lehernya sering tegang
4. Klien mengeluh merasa sering pusing
5. Td: 160 mmHg
Nadi : 82x/mnt
6. P : nyeri bertambah jika digerakkan dan berkurang jika istrahat
Q: nyeri perih
R : lutut sampai telapak kaki
S : Skala 5
T : hilang timbul, kadangnyeri saat digerakkan
7. Klien mengatakan rasa nyeri dikakinya mengganggu aktivitas
8. Klien mengatakan mengalami kesulitan dalam berjalan
9. Klien nampak meringis
10. Klien mengalami perubahan dalam pergerakan

41
42
Lampiran 3

FORMAT KLASIFIKASI DATA

Nama / umur : Tn.s/74 tahun


Wisma :

DATA OBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Klien mengeluh lututnya sering 1. Td: 160 mmHg


sakit dan bengkak Nadi : 82x/mnt
2. Klien mengeluh kakinya sering 2. P : nyeri bertambah jika digerakkan dan
keram berkurang jika istrahat
3. Klien mengeluh lehernya sering Q: nyeri perih
tegang R : lutut sampai telapak kaki
4. Klien mengeluh merasa sering S : Skala 5
pusing T : hilang timbul, kadangnyeri saat
5. Klien mengatakan rasa nyeri digerakkan
dikakinya mengganggu aktivitas 3. Klien nampak meringis
6. Klien mengatakan mengalami 4. Klien mengalami perubahan dalam
kesulitan dalam berjalan pergerakan

43
Lampiran 4

FORMAT ANALISA DATA

Nama / umur :Tn.s/74 thn

JK : laki-laki

SYIMTOM ETIOLOGI PROBLEM

1. Nyeri kronis b/d kondisi Alcohol, makanan, penyakit Nyeri kronis


muskuloskeletal kronis dan obat-obatan

DS : sinovili(cairan sendi)
1. Klien mengeluh
lututnya sering hiperemia dan
sakit dan bengkak pembengkakan
2. Klien mengeluh
kakinya sering nekrosis dan kerusakan
keram dalam ruang sendi
DO :
3. P : nyeri bertambah nyeri
jika digerakkan dan
berkurang jika
istrahat
Q: nyeri perih
R : lutut sampai
telapak kaki
S : Skala 5
T : hilang timbul,
kadang nyeri saat
digerakkan
4. Klien nampak
meringis
5. Td: 160 mmHg

1
Nadi : 82x/mnt
2. gangguan mobilitas fisik Inflamasi Gangguan mobilitas fisik

b/d gangguan
muskuloskeletal Kaku sendi
DS :
1. Klien mengeluh Nyeri
kakinya sering
keram Gangguan mobilitas fisik
2. Klien mengatakan
rasa nyeri dikakinya
mengganggu
aktivitas
3. Klien mengatakan
mengalami kesulitan
dalam berjalan
DO :
1. Klien mengalami
perubahan dalam
pergerakan
2. Kekuatan otot
menurun

2
Lampiran 5

FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama / umur :Tn.s/74 thn

Jk :laki-laki

Diagnosa keperawatan Tgl ditemukan Tgl teratasi

Nyeri kronis b/d kondisi 23 desember 2019 28 desember 2019


muskuloskeletal kronis

Gangguan mobilitas fisik b/d 23 desember 2019 28 desember 2019


gangguan muskuloskeletal

3
Lampiran 6

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama/umur :Tn.s/74 tahun


Jenis kelamin : laki-laki

No Diagnosa Tujuan dan kritera intervensi Rasiona


. Keperawatan hasil l

1. Nyeri kronis b/d kondisi a.Tingkat nyeri a.Manajemen nyeri


Observasi
muskuloskeletal kronis, - Keluhan nyeri
- Identifikasi lokasi,
ditandai dengan : (5) menurun karakteristik,
durasi, frekuensi,
DS : - Meringis (5)
kualitas, intensitas
1. Klien menurun nyeri
- Identifikasi skala
mengeluh - Gelisah (5)
nyeri
lututnya sering menurun - Identifikasi respon
nyeri non verbal
sakit dan b.Kontrol nyeri
Terapeutik
bengkak - Keluhan nyeri - Kontrol
lingkungan yang
2. Klien mengeluh (1) menurun
memperberat rasa
kakinya sering keram - Melaporkan nyeri
- Fasilitasi istrahat
DO : nyeri
tidur
3. P : nyeri bertambah terkontrol (5) Edukasi
- Jelaskan
jika digerakkan dan meningkat
penyebab,
berkurang jika - Kemampuan periode, dan
pemicu nyeri
istrahat mengenali
- Jelaskan strategi
Q: nyeri perih penyebab meredakan nyeri
- Anjurkan
R : lutut sampai nyeri (5)
memonitor nyeri
telapak kaki meningkat secara mandiri
Kolaborasi
S : Skala 5 c.Kontrol gejala
- Kolaborasi
T : hilang timbul, - Kemampuan pemberian
analgesik, jika
kadang nyeri saat memonitor
perlu
digerakkan munculnya b.Edukasi proses
penyakit
4. Klien nampak gejala secara
Observasi
meringis mandiri (5) - Identifikasi
kesiapan dan

4
5. Td: 160 mmHg meningkat kemampuan
menerima
Nadi : 82x/mnt - Kemampuan
informasi
memonitor Terapeutik
- Sediakan materi
keparahan
dan media
gejala (5) pendidikan
kesehatan
meningkat
- Jadwalkan
Kemampuan pendidikan
kesehata sesuai
melakukan tindakan
kesepakatan
pencegahan (5) - Berikan
kesempatan untuk
meningkat
bertanya
Edukasi
- Jelaskan penyebab
dan faktor resiko
- Jelaksan
patofisiologi
munculnya suatu
penyakit
- Jelaskan tanda
dan gejala yang
ditimbulkan
c.Pemantauan nyeri
Observasi
- Identifikasi faktor
pencetus dan
pereda nyeri
- Monitor kualitas
nyeri
- Monitor lokasi
dan penyebaran
nyeri
Terapeutik
- Atur interval
waktu sesuai
dengan kondisi
pasien
- Dokomentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan
2. Gangguan mobilitas fisik b/d a. Mobilitas fisik a.Dukungan Ambulasi
Observasi

5
gangguan muskuloskeletal, - Nyeri (5) - Identifikasi
adanya nyeri atau
ditandai dengan : menurun
keluhan fisik
DS : - Kaku sendi (5) lainnya
- Identifikasi
1. Klien mengeluh menurun
toleransi fisik
kakinya sering keram - Kelemahan fisik melakukan
ambulasi
2. Klien mengatakan rasa (5) menurun
- Monitor kondisi
nyeri dikakinya b. Pergerakan sendi umum selama
melakukan
mengganggu aktivitas - Lutut kanan (5)
ambulasi
3. Klien mengatakan meningkat Terapeutik
- Fasilitasi ambulasi
mengalami kesulitan - Lutut kiri (5)
dengan alat bantu
dalam berjalan meningkat - Fasilitasi
melakukan
DO : c.Keseimbangan
mobilisasi fisik
1. Klien mengalami - Kemampuan - Libatkan keluarga
untuk membantu
perubahan dalam bangkit dari
pasien dalam
pergerakan posisi duduk (5) meningkatkan
ambulasi
2. Kekuatan otot meningkat
Edukasi
menurun - Keseimbangan - Jelaskan tujuan
prosedur ambulasi
saat berdiri (5)
- Anjurkan
meningkat melakukan
ambulasi dini
Keseimbangan saat
b.Dukungan kepatuhan
berjalan (5)
program pengobatan
Observasi
- Identifikasi
kepatuhan
menjalani
program
pengobatan
Terapeutik
- Buat komitmen
menjalani
program
pengobatan
dengan baik
- Diskusikan hal-
hal yang dapat
mendukung atau
menghambat
berjalannya
program
pengobatan

6
- Libatkan keluarga
dalam menjalani
program
pengobatan
Edukasi
- Informasikan
program
pengobatan yang
harus dijalani
- Informasikan
manfaat yg akan
di peroleh
- Anjurkan pasien
dan keluarga
melakukan
konsultasi ke
pelayanan
kesehatan.
c.Pencegahan jatuh
Observasi
- Identifikasi faktor
resiko jatuh
- Identifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan
resiko jatuh
- Hitung resiko
jatuh
menggunakan
skala
Terapeutik
- Gunakan alat
bantu berjalan
Edukasi
- Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak
licin
- Anjurkan
berkonsultasi
untuk menjaga
keseimbangan
tubuh

7
Lampiran 7
Format implementasi keperawatan
Inisial klien : Tn.A

DIAGNOSA
NO. WAKTU IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

Rabu , Gangguan mobilitas


24/02/ fisik
2021
Jumat, Gangguan mobilitas - -
26/2/2 fisik
021
Senin Gangguan mobilitas -
18/05/ fisik
2020

8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit artritis rheumatoid merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan nyeri
pada daerah lutut, kaki, tangan dan pinggul sehingga dapat mengganggu aktifitasnya.
Artritis rheumatoid ini lebih banyak menyerang lansia karena perubahan fisiknya yang
mengalami proses penuaan. Lansia sering mengalami gangguan sistem muskuloskeletal
yang menyebabkan nyeri sendi. (Safitri and Utami, 2019).
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanismeimunitas (antigen-antibodi), faktor system, dan infeksi
virus (Elsi, 2018).
B. Saran
Semoga kita dapat terus memahami hasil dari isi asuhan keperawatan yang dimana
membahasa tentang Arthritis reumathoid. Dan kami juga menyadari apa yang kami
paparkan dalam asuhan keperawatan ini tentu masih belum sesuai apa yang di
harapkan. Dengan ini saya berharap masukan yang lebih banyak lagi dari dosen
pembimbing dan serta para pembaca.
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Elsi, M. (2018) ‘Gambaran faktor dominan pencetus arthritis rheumatoid di wilayah kerja
puskesmas danguang danguang payakumbuh tahun 2018’, MENARA Ilmu, XII(8), pp.
98–106.
kholifah, siti (2016) Keperawatan gerontik. 1st edn. Jakarta: pusdik SDM kesehatan.
PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st edn. Edited by PPNI. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat.
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st edn. Edited by PPNI. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat.
PPNI (2019) Standar luaran keperawatan indonesia. 2nd edn. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat.
Safitri, W. and Utami, R. D. L. P. (2019) ‘Pengaruh Kompres Jahe Merah Terhadap
Penurunan Nyeri Osteoartritis Pada Lansia’, Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 2(1),
pp. 115–119. doi: 10.34035/jk.v10i1.338.
Wahyu Widyanto, F. (2017) ‘Artritis Gout Dan Perkembangannya’, Saintika Medika, 10(2),
p. 145. doi: 10.22219/sm.v10i2.4182.

Anda mungkin juga menyukai