Anda di halaman 1dari 9

TRANSAKSI JUAL BELI SECARA ONLINE

DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

DIBUAT OLEH:

NAMA : EKA SYAFITRI

KELAS : IX

SEKOLAH : MTS AL-WATHONIYAH 1A

TUGAS : AL-QUR’AN HADITS


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di zaman modern ini, orang gemar sekali melakukan
transaksi jual beli. Jual beli merupakan suatu transaksi saling tukar
menukar barang antara satu dengan yang lainnya untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Jual beli yang sah terjadi jika ada
kesepakatan antara penjual dan pembeli. Dalam islam, jual beli
melakukan suatu perbuatan yang dihalalkan bahkan sangat
dianjurkan. Di zaman yang serba canggih ini, perkembangan
teknologi semakin maju dan pesat. Orang- orang jadi semakin
mudah untuk saling berinteraksi dan bertransaksi melalui internet
atau online, bahkan dalam jarak yang cukup jauh sekalipun.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah yang
dimaksud dengan transaksi jual beli online?, Bagaimana cara
melakukan transaksi jual beli online?, dan bagaimana hukum
transaksi jual beli online dalam pandangan hukum islam?, Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui definisi transaksi
jual beli online, untuk mengetahui bagaimana cara melakukan
transaksi jual beli online, dan untuk mengetahui hukum transaksi
jual beli online dalam pandangan islam.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif, yaitu dengan menggunakan bidang Library
Search (Kajian Pustaka) dengan mengambil referensi dari beberapa
buku yang didapat dari perpustakaan dan sumber dari website atau
internet dan tidak lupa pula penulis mengembangkan pendapat apa
yang telah didapat dari buku-buku yang telah dibaca maupun dari
sumber website atau internet.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa transaksi
jual beli online sah-sah saja dilakukan dalam hukum islam. Asalkan
tidak ada unsur kebohongan atau penipuan ataupun barang yang
diinginkan tersebut tidak utuh atau cacat (tidak seperti yang
diharapkan) yang terjadi selama proses transaksinya. Kalupun terjadi,
maka pihak yang bertanggung jawab wajib mengembalikan seluruh
uang milik pembeli dan jual beli dianggap tidak sah karena tidak
memenuhi rukun jual beli.
Pada zaman modern ini manusia gemar sekali melakukan
transaksi jual beli dalam segi apapun. Sebagaimana yang telah
diketahui bahwasannya jual beli merupakan salah satu perbuatan atau
kegiatan yang boleh dilakukan dan dihalalkan dalam islam.
2

II BAB

PEMBAHASAN

“...Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
( Al-Baqarah : 275 ) .
Pada zaman modern ini, perkembangan teknologi semakin canggih. Hal itu
memudahkan semua orang untuk bisa saling berinteraksi dan berkomunikasi satu
sama lain dalam jarak jauh salah satunya melalui internet atau yang biasa kita
sebut online. Pengertian dari online sendiri adalah suatu keadaan dimana kita
terhubung atau terkoneksi dengan jaringan internet sehingga kita bisa mengakses
apapun dari internet. Pada masa kini, kita tidak hanya bisa browsing saja melalui
internet tetapi juga bisa melakukan kegiatan transaksi jual beli melalui internet
atau yang biasa disebut jual beli online. Dari pemaparan penulis diatas, maka dari
itu penulis ingin membahas tentang hukum suatu kegiatan transaksi jual beli yang
dilakukan secara online menurut pandangan agama islam sehingga penulis
tertarik untuk mengangkat karya tulis ilmiahnya dengan judul : “Transaksi Jual
Beli Secara Online Dalam Pandangan Hukum Islam”.

B. Batasan Masalah
Karena keterbatasan peneliti dalam hal waktu, serta untuk menjaga agar
penelitian lebih terarah, maka diperlukan adanya pembatasan masalah
berdasarkan pertimbangan tersebut, serta mengacu pada uraian latar belakang
masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah di atas pada transaksi jual
beli (tukar-menukar) barang yang dilakukan secara online dalam pandangan
hukum islam.

C. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan transaksi jual beli secara online?
2. Bagaimana cara melakukan transaksi jual beli secara online?
3. Bagaimanatransaksi jual beli secara online dalam pandangan hukum
islam?
3

1. Definisi Jual Beli


Di zaman modern seperti sekarang ini, banyak sekali orang yang
melakukan bisnis. Salah satunya adalah melalui suatu kegiatan transaksi
jual beli. Transaksi jual beli sendiri berarti suatu kegiatan dimana dua
orang saling terlibat dalam proses pertukaran barang karena adanya saling
ketergantungan terhadap barang tersebut atau adanya kebutuhan terhadap
barang tersebut dan dilakukan dengan syarat yang telah disepakati.1
Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar.
Sedangkan, menurut ilmu fiqh ialah suatu transaksi tukar menukar harta
yang dilakukan secara sukarela atau proses mengalihkan hak kepemilikan
kepada orang lain dengan adanya kompensansi tertentu dan dilakukan
dalam koridor syari‟at. Adapun landasan syara‟ atau landasan hukumnya
berasal dari 3 sumber yakni Al-Qur‟an, As-Sunnah dan Ijma‟ ulama.

2. Macam-macam Jual Beli


Ada beberapa macam dalam jual beli, yaitu:
a. Bai’ Salam, menurut bahasa salam adalah menyegerakan atau
mendahulukan modal. Secara istilah adalah jual beli sesuatu yang
disebutkan sifatnya pada suatu perjanjian dengan membayar di
muka. Atau pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Jual beli salam ini
didasarkan dalam Al-qur‟an dan Hadits: “Hai orang-orang yang
beriman apabila bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...”.(Q.S Al-
Baqarah: [2] 282).
Juga didasarkan atas hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas bahwa Rasulullah SAW datang ke Madinah yang
penduduknya melakukan salaf (salam) salam dalam buah-buahan
untuk jangka waktu satu, dua, tiga tahun. Beliau bersabda:
“Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas
pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (Ditakhrijkan oleh
imam yang enam).
4

Adapun rukun Bai’ salam adalah meliputi muslam atau


pembeli, muslam ilaih atau penjual, modal atau uang, muslam fih
atau barang dan shigat atau ucapan.
Dalam perbankan, jual beli salam biasanya dipergunakan pada
pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek,
yaitu 2-6 bulan. Karena yang dibeli oleh bank adalah barang seperti
padi, jagung dan cabai, dan bank tidak berniat untuk menjadikan
barang-barang tersebut sebagai simpanan, maka dilakukanlah Bai’
salam kepada pembeli kedua, seperti Bulog, pedagang pasar induk
atau grosir. Inilah yang dalam perbankan islam dikenal dengan
Bai’ salam (Jual beli salam).
b. Bai’ Istisna’, yaitu kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat
barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari
pembeli. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem
pembayaran, apakah di muka, melalui cicilan atau ditangguhkan
sampai suatu waktu pada masa yang akan datang. Menurut Jumhur
Fuqaha’, bai’ istisna’ merupakan suatu jenis khusus dari akad bai‟
salam. Dengan demikian, ketentuan bai‟ istisna mengikuti
ketentuan dan aturan akad bai’ salam.
c. Bai’ murabahah, yaitu jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ murabahah,
penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Misalnya, pedagang eceran membeli pakaian dari grosir dengan
harga Rp.10.000,00, kemudian ia menambah keuntungan sebesar
Rp.5.000,00 dan ia menjual kepada si pembeli dengan harga
Rp.15.000,00. Pada umumnya, si pedagang eceran tidak akan
memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli dan
mereka sudah menyepakati tentang jumlah pakaian, besar
keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya
angsuran kalau memang akan dibayar secara angsuran.
Menurut ijma‟ para ulama, rukun jual beli ada empat, yaitu:
1. Bai‟ (Penjual)
2. Musytari (Pembeli)
3. Maq‟ud „alaih (Barang yang dijual)
4. Shigat (Ijab dan qabul)

Adapun syarat sah jual beli diantaranya adalah:


1. Syarat sah aqid (Penjual dan pembeli):
a. Berakal (Aqil). Orang yang terganggu jiwanya atau gila, maka
tidak sah jual belinya.
b. Dengan kehendak sendiri (tidak dengan dipaksa).
c. Tidak mubazir. Sebab harta orang yang mubadzir itu di tangan
walinya.
d. Baligh (telah cukup umur / dewasa). Anak kecil yang belum baligh,
maka tidak sah jual belinya. Kalau seandainya seorang yang belum
baligh, namun dia sudah mengerti tentang jual beli sebagian ulama
berpendapat bahwasannya diperbolehkan jual beli barang-barang
yang kecil saja.

2. Uang dan benda yang dibeli.


Syaratnya yaitu:
a. Suci. Barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang
untuk dibelikan, seperti kulit binatang atau bangkai yang belum
disamak.
b. Ada manfaatnya. Tidak boleh memperjual belikan barang-barang
yang tidak bermanfaat dan dilarang juga mengambil kembalian dari
barang tersebut karenadalam al-qur‟an telah dijelaskan
bahwasannya hal tersebut termasuk dalam arti menyia-nyiakan
harta yang terlarang.

c. Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah memperjual belikan suatu


barang yang tidak dapat diserahkan kepada si pembeli, misalnya
ikan yang masih di laut atau harta rampasan perang yang masih ada
di tangan si perampas, barang jaminan yang sedang dijaminkan
karena semuanya mengandung unsur kecurangan atau tipu daya
6

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah melakukan penelitian transaksi jual beli secara online dalam
pandangan hukum islam,penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian yang
terangkum secara terperinci sebagai berikut:
1. Transaksi jual beli online adalah transaksi jual beli yang
dilakukan melalui internet dimana modal didahulukan
terlebih dahulu melalui bank lalu barang akan datang
dikemudian hari sesuai dengan kesepakatan yang telah
ditentukan.
2. Cara melakukan transaksi jual beli online diantaranya sebagai
berikut: Kunjungi link online shop terlebih dahulu lalu
pilihlah barang-barang yang kita inginkan. Setelah memilih
barang, biasanya akan tertera total harga yang harus
dibayarkan oleh pembeli. Pembeli akan mengirimkan
uangnya melalui rekening bank. Kemudian barang akan
dating beberapa hari kemudian.
3. Transaksi jual beli online itu sah-sah saja dilakukan selama
itu tidak melanggar rukun jual beli dan tidak adanya
kebohongan atau penipuan dalam prosesnya. Kalaupun ada
maka uang pembeli harus dikembalikan.

B. Saran
Dari apa yang telah diuraikan oleh penulis dalam penelitian ini,
penulis berharap kepada para pembaca untuk mencari informasi yang lebih
luas dan lengkap mengenai transaksi jual beli online, karena dalam
penelitian ini penulis tidak membahas semua hal tentang transaksi jual beli
online, melainkan hanya membahas hal-hal yang mengenai hukum transaksi
jual beli online secara umumnya saja dan hanya dari beberapa referensi dan
tidak begitu terperinci. Sedangkan banyak informasi lain yang membahas
tentang hukum transaksi jual beli online itu sendiri, sehingga dengan
mencari informasi yang lebih luas dan lengkap kita dapat mengetahui serta
memahami banyak tentang hukum tarnsaksi jual beli online . Penulis juga
menyarankan agar kita selalu menjalankan segala pekerjaan kita dengan
tepat waktu dan untuk tidak menunda-nunda pekerjaan kita.
7

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai