(diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar studi al-quran dan hadist)
Dosen Pengampu :
FAKULTAS SYARI'AH
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hadist ditinjau dari kuantitasnya”.
Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar Studi Al- Qur’an dan
Hadist.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Ahmad Noor Islahuddin,Lc., L.LM. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadist yang telah
membimbing kami sehingga, makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih, dan
semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi kita semua
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.2 Saran........................................................................................... 15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kata hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata
dari qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti al-khabar (yaitu sesuatu yang
dipecakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Hadits kemudian
didefinisikan sebagai ucapan, perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah SAW
.Hadits, di lihat dari sudut kuantitas, atau jumlah rawi, diklarifikasikan dengan hadits
mutawatir dan hadits ahad. Seluruh umat islam juga sepakat bahwa hadits merupakan
salah satu sumber ajaran Islam. Keharusan mengikuti hadits bagi umat Islam (baik
berupa perintah maupun larangannya) sama halnya denga kewajiban mengikuti al-
Qur’an. Hal ini karena hadits merupakan mubayyin (penjelas) terhadap al-Qur’an,
yang karenanya siapa pun tidak akan bisa memahaminya tanpa dengan memahami
dan menguasai hadits. Begitu pula halnya menggunakan hadits tanpa al-
Qur’an.Karena al-Qur’an merupakan dasar hukum pertama, yang didalamnya berisi
garis besar syariat. Dengan demikian, antara hadits dengan al- Qur’an memiliki kaitan
sangat erat, untuk memahami dan mengamalkannya tidak bisa dipisah-pisahkan atau
berjalan sendiri-sendiri
1
5. Mengetahui maksud dari hadist Ahad
6. Mengetahui syarat-syarat hadist Ahad
7. Mengetahui Macam-macam hadist Ahad
2
BAB 2
PEMBAHASAN
“Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar orang yang menurut adat
mustahil mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta”.
“Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar orang yang menurut adat
mustahil mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta. Sejak awal sanad
sampai akhir sanad, pada setiap tingkat (Thabaqat). [3]
“Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar orang yang terhindar dari
kesepakatan mereka untuk berdusta (sejak awal sanad) sampai akhir sanad
dengan didasarkan pada panca indra”. [
3
Hadits, diamalkan atau tidaknya, dan juga membicarakan sifat-sifat rijalnya
yakni para pihak yang banyak berkecimpung dalam periwayatan Hadits, dan
tata cara penyampaian. Padahal dalam kajian Hadits mutawatir tidak
dibicarakan masalah-masalah tersebut. Karena bila telah diketahui statusnya
sebagai Hadits mutawatir, maka wajib diyakini kebenarannya, diamalkan
kandungannya, dan tidak boleh ada keraguan, sekalipun di antara adalah orang
kafir.
4
Sebagian ulama menetapkan sekurang-kurangnya 20 orang. Sesuai
dengan firman Allah:
“Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka
dapat mengalahkan dua ratus orang musuh… (QS. Al-Anfal (8): 65)”
[10]
َّللا َو َم ِن اتَّ َب َعكَ مِنَ ْال ُمؤْ مِ نِين ُّ َيا أَيُّ َها النَّ ِب
ُ َّ َي َح ْسبُك
Saat ayat ini diturunkan jumlah umat Islam baru mencapai 40 orang.
Hal ini sesuai dengan Hadits riwayat Al-Thabrany dan Ibn Abbas, ia
berkata: “Telah masuk Islam bersama Rasulullah sebanyak 33 laki-laki
dan 6 orang perempuan. Kemudian Umar masuk Islam, maka jadilah
40 orang Islam. [12]
َار ُمو َسى قَ ْو َمهُ َس ْبعِينَ َرج ًُل لِمِ يقَاتِنَا ْ َو
َ اخت
“Dan Nabi Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk
(memohon taubat dari Kami) pada waktu yang telah kami tentukan…
(QS. Al-Araf (7):155) [13]
5
jumlah Hadits Mutawatir tersebut bukan terbatas pada jumlah, tetapi
diukur pada tercapainya Ilmu Dharuri. Sekalipun jumlah perawinya
tidak banyak (tapi melebihi batas minimal yakni 5 orang), asalkan
telah memberikan keyakinan bahwa berita yang mereka sampaikan itu
bukan kebohongan, sudah dapat dimasukkan sebagai hadits mutawatir.
[14]
6
pemikiran pada filosof, tidak dapat digolongkan sebagai Hadits
mutawatir.
a. Mutawatir Lafzhi
“Hadits mutawatir lafzhi ialah hadits yang kemutawatiran
perawinya masih dalam satu lafal.”
Contoh:
Keterangan:
)من تقول علي مالم اقل فليتبوأ مقعده من النا (ابن ماجه
Artinya :” Dan barang siapa berkata atas (nama)-ku sesuatu yang aku
tidak pernah katakan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya
dari neraka.” (Hakim)
7
Adanya perbedaan pada permulaan hadits mungkin terjadi karena Nabi
SAW mengucapkannya beberapa kali, namun pada dasarnya maknanya
sama saja.
b. Mutawatir Ma’nawiy
Contoh:
قال أبو موسى ما رﻔﻊ رسول هللا ﺼلى هللا عليه و سلﻡ يﺩيه حتى رؤﻱ بياﺽ ابﻁيه ﻔى شيﺊ
من ﺩعاﺌه اﻻ ﻔى اﻹستسقاﺀ
c. Mutawatir Amali,
8
menjadi ijma’ di kalangan ulama dikategorikan sebagai hadits
mutawatir amali.[19]
Hadits mutawatir itu memberi faedah ilmu dharuriy atau yakin, artinya
yakni suatu keharusan untuk meyakini kebenaran suatu berita dari Nabi SAW
yang diriwayatkan secara mutawatir tanpa ada keraguan sedikitpun.
Para perawi Hadits mutawatir tidak perlu lagi diselidiki tentang keadilan dan
kedhabitannya (kuatnya hafalan/ingatan), karena kuantitas para perawi Hadits
sudah menjamin tidak mungkin terjadi kesepakatan bohong.
Secara bahasa kata “ahad” merupakan bentuk plural dari kata “ahad”
yang bermakna satu. Hadits ahad, secara bahasa adalah Hadits yang
diriwayatkan oleh satu orang.[20] Adapun pengertian Hadits ahad secara
istilah adalah Hadits yang tidak memenuhi syarat syarat Hadits mutawatir.
Menurut Al Qathan Hadits ahad adalah Hadits yang tidak memenuhi syarat
mutawatir.[21] Dengan demikian berarti bahwa Hadits ahad adalah Hadits
yang sanadnya shahih dan bersambung hingga sampai kepada sumbernya
(Nabi) tetapi kandungannya memberikan pengertian zhanni dan tidak sampai
kepada qath’I atau yakin.[22]
9
2.2.2 Macam-macam Hadits Ahad
A. Hadits Masyhur
10
“Orang muslim adalah orang yang menyelamatkan orang-orang islam
lainnya dari lisan dan datangnya” (Shohih Bukhori, no.10, 11, 6484
dan Shohih Muslim, no.40, 41, 42)
ان
ِ طَ العَ َجلَةُ مِنَ ال َّش ْي
11
B. Hadits Aziz
َاس أَجْ َمعِين ْ َﻻ يُؤْ مِ نُ أَ َحدُكُ ْم َحتَّى أَكُونَ أَ َحبَّ ِإلَ ْي ِه
ِ َّمِن َوا ِل ِد ِه َو َولَ ِد ِه َوالن
Hadits aziz ini bisa dinilai shahih, hasan maupun dhaif, sesuai dengan
keadaan sanad dan matannya, setelah dilakukan penelitian
terhadapnya. Diantara contohnya adalah Hadits yang diriwayatkan
dari Anas ibn Malik dari Rasulullah SAW, tentang etika sosial sebagai
parameter kualitas keimanan seseorang, sebagai berikut :
C. Hadits Gharib
12
tingkatan sanad dengan satu orang perawi. Di antara contohnya adalah
Hadits yang diriwayatkan dari Umar ibn Khattab dari Rasullullah
SAW tentang pentingnya niat sebagai berikut :
Jika ditinjau dari segi ke-ghariban sanadnya, ada sejumlah ulama yang
membaginya menjadi dua kelompok, yaitu :
13
Artinya : “kekerabatan dengan jalan memerdekakan, sama dengan
kekerabatan dengan jalan keturunan, tidak boleh dijual dan tidak boleh
dihibahkan”.
Hadits ini diterima dari Nabi oleh Ibnu Umar dan dari Ibnu Umar
hanya Abdukllah bin Dinar saja yang meriwayatkan. Abdullah bin
Dinar adalah seorang Tabi’I , seorang hafidh yang kokoh ingatanya.
Contoh lain hadits gharib nisbi berkenaan dengan kota atau tempat
tinggal tertentu :
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad Abu Al Walid
Al-Tayalisi, Hammam, Qatadah, Abu Nadrah, Dan said. Semua rawi
ini berasal dari Basrah dan tidak ada yang meriwayatkanya dari kota
lain.[30]
14
2. Ke-Gharibanya karena diriwayatkan oleh rawi tertentu dari rawi
tertentu seperti pernyataan mereka . “Diriwayatkan secara menyendiri
oleh fulan dar fulan”, meskipun diriwayatkan dari arah lain selain dia”.
Sebagaimana halnya Hadits masyhur, Hadits aziz ada yang shahih, hasan,
dhaif bahkan mawdhu’ tergantung pada keberadaan sanad dan matan Hadits
yang bersangkutan. Karena hal itu, tidak semua Hadits aziz itu shahih dan
tidak pula setiap Hadits shahih adalah azis.
15
Hadits gharibpun juga sama ada yang shahih, hasan, dha’if adapula yang
mawdhu’ tergantung kualitas sanad dan matannya. Jika suatu Hadits gharib
memenuhi semua syarat Hadits shahih, yaitu sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh periwayat yang tsiqah dan terlepas dari syadz dan illat.
Maka Hadits tersebut shahih. Akan tetapi jika syarat syaratnya terpenuhi
namun salah seorang periwayatannya ada yang kurang dhabit maka Hadits itu
dikatakan hasan. Demikian pula, jika suatu Hadits gharib bertentangan dengan
Hadits dengan kualitas sama dan tidak mungkin dilakukan kompromi satu
dengan yang lain, maka Hadits gharib itu dinamakan Hadits mudhtharib. Jika
Hadits gharib diriwayatkan oleh periwayat yang tsiqah tetapi bertentangan
dengan riwayat dari periwayat yang lebih stiqah, maka Hadits itu dinamakan
sebagih Hadits syadz (janggal). Apabila periwayat pada Hadits gharib itu
dha’if dan bertentangan dengan Hadits dari periwayat yang tsiqah, maka
Hadits itu dinamakan hadits munkar.
16
BAB 3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pembagian hadits bila ditinjau dari kuantitas perawinya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad. Untuk hadits mutawatir juga dibagi
lagi menjadi 3 bagian yaitu: mutawatir ma’nawi dan mutawatir ‘amali. Sedangkan
hadits ahad dibagi menjadi dua macam, yaitu masyhur dan ghairu masyhur,
sedangkan ghairu masyhur dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu, aziz dan ghairu
aziz.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih bannyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan dan juga referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini. Kami berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya
DAFTAR PUSTAKA
https://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/hadits-mutawatir/ https://www.kompasiana.com
https://tebuireng.ac.id/kajian-hadis/mengenal-macam-macam-hadis/
https://muhfathurrohman.wordpress.com/2013/08/23/hadits-ahad/
https://almanhaj.or.id/2854-contoh-contoh-hadits-ahad.html
https://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/klasifikasi-hadits-dari-segi-banyaknya- rawi/
17
18