Edukasi Konstipasi
o Edukasi pasien dengan konstipasi adalah perubahan gaya hidup,
pasien diminta untuk meningkatkan konsumsi makanan berserat
hingga 20-35 gram serat/hari dan minum air yang cukup (sekitar 1,5-
2,0 L/hari). Serat bisa didapatkan dari sayur-sayuran dan buah-
buahan.
o Aktivitas fisik yang regular, tiga kali seminggu, selama 60 menit,
dengan target 40-60% dari target heart rate (THR) ditemukan dapat
mengurangi gejala konstipasi.
o Pasien diedukasi agar memiliki bowel habit yang lebih baik dengan
tidak menahan buang air besar, menghindari mengejan,
membiasakan buang air besar setelah makan (melatih reflex post-
prandial bowel movement) atau saat waktu yang dianggap sesuai,
dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
Komplikasi Kanker Kolon
o Selain obstruksi, tumor atau suatu massa pada usus juga dapat
menyebabkan usus mengalami kebocoran (perforasi). Perforasi usus
dapat menimbulkan gejala yang berat seperti nyeri perut hebat,
perut terlihat membesar dan tegang, muntah, serta infeksi berat.
o Gejala yang timbul dari luka operasi yang terinfeksi tersebut adalah
demam, nyeri di sekitar luka, muncul nanah yang berbau, dan luka
yang lambat kering. Sementara gangguan gerakan usus biasanya
menyebabkan pasien merasa kembung, susah buang angin, dan
muntah.
Pada pasien yang baru terdiagnosis, jelaskan penyakit yang dialami dan
modalitas terapi yang disarankan, serta risiko dan manfaat masing-masing
terapi. Pada pasien yang telah selesai pembedahan, sarankan untuk tetap
melakukan kunjungan berkala untuk pemeriksaan fisik,
pemeriksaan carcinoembryonic antigen (CEA), imaging, atau kolonoskopi.
Follow-up bertujuan untuk memantau rekurensi, paling tidak selama 5
tahun pertama pascabedah. Pedoman durasi dan frekuensi follow-
up berbeda-beda antar organisasi dan sebaiknya disesuaikan dengan
kondisi pasien.[1,20]
Perubahan gaya hidup juga perlu dilakukan, terutama dalam aspek diet.
Penelitian menunjukkan bahwa angka mortalitas kanker kolon lebih rendah
pada pasien yang aktif mengonsumsi makanan berserat, terutama sereal.
Angka survival dilaporkan lebih tinggi pada pasien yang meningkatkan
konsumsi makanan berserat setelah diagnosis, terutama pasien yang
mengonsumsi whole grains.