Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PKPA RUMAH SAKIT

Kelompok 2 :
1. Citra Wahyu M.S (9)
2. Ekasekti Pujilestari (19)

1. Subjektif :
• Keluhan Utama MRS:
Orang tua mengatakan bahwa anak lemas, demam (+), batuk (+), pilek (+), sesak nafas
(+).
• Riwayat Penyakit Dahulu: -
• Kejang demam sederhana (KDS) saat usia 1,5 tahun
• Asma (-)
• Riwayat Penggunaan Obat: -
• Riwayat Penyakit Keluarga:
• Simbah asma (+)
• Alergi Obat: -

2. Objektif
Rontgen :Tanggal 27/2 2017 pemeriksaan rontgen ronkhi dengan hasil positif pada
paru-paru.

Paramete Normal Tanggal


r
27/2 28/2
Hb 11-17 10,6 10,6

Eosinofil 0-3 3,3  


Basofil 2-6 0  

Limfosit 20-40 41,5  


GDS 80-120 79 79

Pemeriksaan Laboratorium
Profil pengobatan

A. Definisi Bronchopneumonia
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru – paru yang mengenai satu atau
beberapa paru yang ditandai dengan adanya bercak – bercak infiltrate yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bronkopneumonia disebut juga pneumonia
loburalis dan dinyatakan dengan adanya daerah infeksi yang bebercak dengan adanya
daerah infeksi sekitar 3 – 4 cm yag mengelilingi dan melibatkan bronkus (Fadhila,
2013).
B. Patofisiologi Bronchopneumonia
Kuman masuk melalui jaringan paru-paru dan terlibat di sahrul luaran
pernafasan atas titik kelainan yang disebabkan berupa bercak bercak yang tersebar
pada kedua paru-paru blanko fenomena terjadi akibat dampak dari instalasi mikroba
yang ada di udara koma aspirasi organisme atau penyebaran hemat agen dari fokus
infeksi yang jauh titik bakteri masuk ke parung mengakibatkan peradangan dan
menyembuhkan cairan edema yang mengandung banyak protein dalam alveolus dan
jaringan internasional alkali akhirnya menjadi penuh dengan cairan yang mengandung
eritrosit dan febrian serta relatif sedikit deposit sehingga kapiler alveolus menjadi
melebar titik paruh menjadi hampa udara koma elastis dan kemerahan titik pada
tahapan berikutnya koma suplai darah berkurang kumaha lovely padat dengan leukosit
dan sedikit eritrosit titik kuman pernah ngomong kukus ditekan oleh leukosit dan
makro pak masuk ke dalam alveolus dan menelan leukosit bersama kuman penemu
kukus di dalamnya titik selanjutnya paru-paru akan terlihat berwarna abu-abu
kekuningan titik dengan perlahan sel darah merah yang mati dikeluarkan oleh febrian
dibuang dari alveolus titik akibatnya paru-paru menjadi kembali normal tanpa
kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas.

konsolidasi yang tidak berjalan dengan baik akan mengalami gangguan proses difusi
osmosis oksigen pada alveolus Perubahan tersebut akan mengakibatkan penurunan
jumlah Oksigen yang dibawa aliran darah dan menyebabkan gejala klinis seperti pucat
sampai sianosis ditemukannya mukus pada alveolus juga dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan pada paru dan tampung paru meningkat penderita melawan
tekanan tersebut menggunakan otot bantu pernafasan yang berdampak peningkatan
retraksi dada terjadinya Radang pada bronkus dan paru-paru merupakan produksi
mukus berlebih dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga terjadinya
flek batuk berlebih (Riyadi dan sukarmin 2013)

C. Etiologi Bronchopneumonia
Penyebab terbanyak Bronkopneumonia pada anak adalah bakteri pnemokokus
dan virus sedangkan pada bayi dan anak kecil sering ditemukan Staphylococcus aureus
sebagai penyebab terberat paling serius dan sangat progresif dengan angka kematian yang
tinggi (Riyadi& sukarmin 2013)
Proses terjadinya Bronkopneumonia didahului oleh terjadinya peradangan pada
jaringan paru atau alveoli yang biasanya diawali oleh infeksi saluran pernapasan bagian
atas selama beberapa hari (Rinda 2017) Bronkopneumonia disebabkan oleh beberapa
faktor di antaranya adalah
1. bakteri streptokokus Staphylococcus H influenzae tap ialah mycoplasma fenomia.
2. Virus (virus adena, virus parainfluenza, virus influenza).
3. Jamur (histoplasma, capsulatum, kokdidioes)
Protozoa (pnemukstis karinti) (wulandari & ekawati, 2016).
Bronkopneumonia dikelompokkan berdasarkan pedoman dan tatalaksana sebagai berikut
1. Bronkopneumonia sangat berat apabila ditemukan sianosis dan anak sama sekali tidak
mampu minum maka anak perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan antibiotik
2. bronko pneumonia berat apabila terdapat retraksi dinding dada tanpa sianosis dan
masih mampu minum maka anak perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan antibiotic
3. Bronkopneumonia Apabila tidak terdapat retraksi dinding dada tetapi ditemukan
pernafasan cepat yaitu lebih dari 60 kali per menit maka anak usia kurang dari 2 bulan
lebih dari 50 kali per menit pada anak usia 2 bulan kurang dari 1 tahun lebih dari 40
kali per menit pada anak usia 1 sampai 5 tahun
4. bukan Bronkopneumonia hanya terdapat batuk tanpa ada gejala dan tanda-tanda seperti
diatas tidak memerlukan perawatan dan tidak perlu pemberian antibiotik (Samuel
2014)

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang sering terlihat pada anak menderita penyakit
Bronkopneumonia adalah sebagai berikut
1. demam yang tinggi 39 derajat Celcius sampai 40 derajat Celcius terkadang disertai
kejang
2. anak tampak gelisah dan terdapat nyeri dada ditandai dengan kesulitan bernapas
dan batu
3. takipnea dan pernapasan dangkal disertai pernapasan cuping hidung
4. Terkadang disertai muntah dan diare
5. terdapat suara nafas tambahan seperti ronsi atau wedding
6. keletihan akibat proses peradangan dan hipoksia
7. ventilasi berkurang akibat penimbunan mukus Wulandari dan Erawati 2016.

E. Pemeriksaan Diagnostik
pemeriksaan diagnostik penyakit bronkopneumonia adalah sebagai berikut
1. foto thorax ditemukan penyebaran konsolidasi pada satu satu atau beberapa lobus
2. laboratorium kadar leukositosis mencapai 15000 sampai 40000 mm3 dengan
pergeseran ke kiri
3. GDA kemungkinan tidak normal tergantung luas paruh yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
4. analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tidak ada
retensi CO2
5. LED meningkat wbc white blood cell biasanya kurang dari 20000 sel mm 3
6. elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah
7. bilirubin kemungkinan meningkat.
Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka menunjukkan intranuklear tipikal dan
keterlibatan sistoplasmik (wulandari & erawati, 2016).

F. Penatalaksanaan Pengobatan Bronkopneumonia pada Anak


1. Terapi Supportif
 Terapi suportif berupa pemberian makanan atau cairan kebutuhan serta
koreksi asam basa dn elektrolit sesuai kebutuhannya.
 Terapi oksigen diberikan secara rutin
 Alat bantu napas mungking diperlukan dalam 24 – 48 jam pertama
2. Terapi Etiologi
1. Terapi antibiotik
2. Terapi untuk meringankan gejala yang muncul

G. Terapi pengobatan Pengobatan :


1) Nebu velutein

2) Ataroc
Merupakan nama dagang dari Procaterol HCL, yaitu senyawa agonis beta-2
adrenoreseptor yang bekerja sebagai bronkodilator yaitu dengan cara memperlebar
luas permukaan dan bronkiolus di paru – paru dn membuat kapasitas serapan
oksigen paru – paru meningkat. Kandungan ataroc tablet
3) Diazepam
Indikasi :sedative / muscle relaxant. Dosis pada anak usia 6 bulan – 6 tahun = 0.5
mg/kgBB.
4) Cetirizine
Indikasi mengatasi alergi. Dosis anak usia 2 – 6 tahun : 2.5 mg/per oral, 2kali sehari.
Atau sehari maksimal 5 mg.
5) Trilac
Memiliki nama generic Triamcinolon Acetonide merupakan golongan obat
kortikosteroid yang dapat mengurangi reaksi inflamasi (gatal, kemerahan dll).
Kandungan per tablet 4 mg. diminum sesudah makan. Dosis untuk anak 0,11 -1,6
mg/kgBB
6) Trifed
7) Infus sanmol
8) Futrolit infus
9) Cefotaxime injeksi
Antibiotika golongan sefalosporin generas ketiga yaitu cefadroxil cefotaxime,
cefixime dan ceftriaxone berdasarkan pedoman WHO, penggunaan antibiotic untuk
penderita adalah golongan penisilin dan sefalosporin, kedua golongan ini
merupakan blood spectrumyang memiliki aktivitas baik terhadap bakteri gram
positif dan gram negative serta aktif melawan S. Pneumoniae ( Erfand,Dkk,2018).
Sehingga dapat disimpulkan pilihan terapi cefotaxim pada kasus bronkopneumonia
pada anak adalah pemilihan yang tepat.

Dosis Cefotaxime :

 Dewasa: 0,5–1 gram, dosis tunggal yang diberikan secara IM, atau IV dengan
suntikan perlahan selama 3–5 menit, atau melalui infus selama 20–60 menit.
 Dewasa: 1–2 gram tiap 8–12 jam, tergantung dari tingkat keparahan infeksi.
Suntikan dapat diberikan IM, atau IV dengan suntikan perlahan selama 3–5, atau
melalui infus selama 20–60 menit. Dosis maksimal adalah 12 gram per hari.
 Anak-anak usia 0–1 minggu: 50 mg/kgBB, tiap 12 jam, dengan suntikan IV.
 Anak-anak usia ˃1–4 minggu: 50 mg/kgBB, tiap 8 jam, dengan suntikan IV.
 Anak-anak usia 1 bulan hingga 12 tahun dengan berat badan <50 kg: 50–
180 mg/kgBB, dibagi dalam 4–6 kali pemberian, dengan suntikan IV/IM.

Interaksi Cefotaxime :

Menimbulkan interaksi obat berupa peningkatan efek toksik pada ginjal jika
digunakan bersamaan dengan golongan aminoglikosida dan probenecid.

10) Dexamethasone inj


Indikasi : Inflamasi. Dosis 0.08- 0.3 mg/kgBB/hari
11) Infus RL
Ringer Lactat merupakan cairan elektrolit yang dibutuhkan pada proses pengobatan
bronkopneumonia pada anak. Pemberian cairan ringer lactat berfungsi sebagai
cairan elektrolit yang menjaga keseimbangan cairan tubuh pada anak.
3. Assesmen

1). Diazepam tidak ada indikasi tetapi ada terapi di hari pertama MRS, dikarenakan
pada waktu usia 1.5 tahun pasien memiliki riwayat kejang. Namun, kondisi pasien saat
ini tidak kejang. Suhu badan tidak terlalu tinggi 37,3 derajat celcius. Rute pemberian
obat diazepam juga tidak disebutkan.
2). Oksigen canal merupakan terapi supportif pada kasus bronchopneumonia pada anak,
dan pemberiannya dalam rentang waktu 2x24 jam sejak pada awal mula tercetus sesak,
sangat berarti untuk pasien.
3). Obat racikan dengan :
R/ Ataroc 12 mcg
Trilac 1.5 mg
Cetirizin 1/3 tab
Trifed 1/5 tab
S 3 dd 1

 Perhitungan DM ataroc (procaterol HCl)


Anak < 6 tahun = 1.25mcg/kgBB/per sekali minum. Sehari maksimal 2 kali.
DM =1.25 mcg x 12,6 kg = 15,75 mcg/sekali minum
DM 1 hari = 2 x 15.75 mcg = 31,5 mcg / 1 hari

DP anak :
1 x pakai = 12 mcg < 15,75 mcg
1h pakai = 12 mcg x 3 = 36 mcg >31.5 mcg ( OVER DOSE)

 Perhitungan DM Trilac
Anak ; 0.08 – 0.3 mg/kgBB/hari. Bisa dibagi dalam waktu 3 – 4 kali dalam
sehari.
DM = (0.08-0.3 mg)x 12,6 kg = 1 mg – 3.8 mg /hari

Dosis Pakai anak :


1 x pakai = 1.5 mg
1 hari = 3 x1.5 mg = 4.5 mg > 3.8 mg (OVER DOSES)

 Perhitungan DM Cetirizin
Anak : 2.5 mg/sekali minum . diminum sehari 2 kali. Atau sehari maksimak 5
mg

Dosis Pakai :
1xP = 1/3 tab x 10 mg x 1 = 3.3 mg
1 hari = 3 x 3.3 mg = 10 mg >5 mg (OVER DOSIS)
4). Trifed Tidak disarankan untuk diberikan pada anak < 12 tahun karena efek
pseudoephedrine.
5). Resep racikan ditujukan untuk mengatasi gejala yang muncul (batuk, pilek dan sesak
nafas) diberikan pada hari kedua pasien MRS, tapi karena ada hari ketga setelah MRS
pasien tidak mengalami perubahan perbaikan terhadap symptom yang ada, sehingga
diberikan injeksi dexamethasone pada hari ke empat setelah MRS.
6). Sanmol Infus diberikan pada tanggal 28/2/17 karena kondisi pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh 37,7 derajat Celsius.
7). Pada tanggal 27 – 28/2 /17 kondisi pasien lemah, hal ini disebabkan karena penurunan
kadar Hb dalam darah, sehingga diberikan infus RL pada waktu pertama dating,
kemudian dihari kedua setelah MRS diberikan fultrolit infus yang mampu memenuhi
kebutuhan karbohidrat, cairan dan elektrolit nya untuk menunjang keseimbangan cairan
tubuh.
8). Cefotaxime injeksi diberika sebagai terapi lini pertama pada kasus bronchopneumonia
pada anak. Dosis pada anak 50 – 180 mg/kgBB. Dibagi dalam 3 – 4 kali
DM cefotaxime = (50 – 180 mg) x 12.5 kg = 625 mg- 2250 mg
DP Cefotaxime =
1x pakai = 400 mg
1 hari = 3 x 400 mg = 1200 mg
9). Nebul Veluten diberikan untuk mengatasi sesak napas

4. Plan
1) Diazepam memiliki indikasi sedative dan musle relaxant, akan etapi pasien tidak
memiliki tendensi mengalami kejang. Karena suhu pasien terjaga pada rentang
normal. Sehingga terapi diazepam tidak diperlukan
2) Oksigen canal tetapi dilanjutka bila perlu ( terjadi sesak)
3) Trifed dihentikan karena tidak disarankan untuk pasien anak
4) Menurut perhingan dosis yang telah dilakukan, dosis ataroc, trilac dan cetirizine
diturunkan.
8.

Anda mungkin juga menyukai