Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HUKUM PERDATA

Tema: Aanmaning
Dosen Pengampu:
Rina Suryanti, S.H.I., M.Sy

Disusun Oleh:
Kelompok 12
1. Fathur Rohman (S20192112)
2. Rosyadina Rizky Rahmadini(S20192114)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-nya dan sholawat serta
salam tetap kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas kuliah yang
membahas tentang “Aanmaning”

Dengan selesainya penyusunan makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada


semua pihak yang telah memberikan sumbangsih baik berupa tenaga maupun pikiran.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.....

Jember, 30 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan Masalah .......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aanmaning ............................................................................... 4

2.2 Proses Aanmaning...................................................................................... 5

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 9

3.3 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
. Menurut Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara
Perdata adalah semua kaidah hukum yang menentukan dan mengatur cara bagaimana
melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yang diatur dalam
hukum perdata materiil1. Perkataan acara disini berarti proses penyelesaian perkara lewat
hakim (pengadilan), bahwa setiap orang harus mematuhi peraturan hukum perdata,
supaya peraturan hukum perdata berjalan sebagaimana mestinya. Dengan adanya
peraturan hukum acara perdata itu orang dapat memulihkan kembali haknya yang telah
dirugikan atau terganggu itu lewat hakim dan akan berusaha menghindarkan diri dari
tindakan main hakim sendiri. Dengan lewat hakim orang mendapat kepastian akan
haknya yang harus dihormati oleh setiap orang misalnya hak sebagai ahli waris, hak
sebagai pemilik barang dan lain-lain.
Aanmaning merupakan tindakan dan upaya yang dilakukan oleh Ketua
Pengadilan Agama berupa teguran kepada pihak yang kalah agar ia melaksanakan
putusan secara sukarela. Setelah Ketua Pengadilan Agama menerima permohonan
eksekusi dari pihak penggugat (pihak yang menang), maka peringatan (aanmaning)
dilakukan dengan melakukan panggilan terhadap pihak yang kalah dengan menentukan
hari, tanggal, dan jam persidangan dalam surat panggilan tersebut sebagaimana diatur
dalam Pasal 196 HIR/Pasal 207 ayat (1) dan (2) R.Bg2.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari aanmaning?
2. Bagaimana proses aanmaning?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari aanmaning.
2. Untuk mengetahui proses aanmaning.

1
Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 2002, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktek,
Mandar Maju, Bandung, h. 1.
2
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama (Jakarta: Kencana,
2016), hlm. 331.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aanmaning
Aanmaning merupakan tindakan dan upaya yang dilakukan oleh Ketua
Pengadilan Agama berupa teguran kepada pihak yang kalah agar ia melaksanakan
putusan secara sukarela. Setelah Ketua Pengadilan Agama menerima permohonan
eksekusi dari pihak penggugat (pihak yang menang). Pihak yang kalah diberikan jangka
waktu 8 (delapan) hari untuk melaksanakan isi putusan terhitung sejak debitur dipanggil
untuk menghadap guna diberikan peringatan.
Dalam buku “Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata” karangan
Yahya Harahap dijelaskan bahwa peringatan atau aanmaning merupakan salah satu syarat
pokok eksekusi. Tanpa peringatan lebih dulu, eksekusi tidak boleh dijalankan.
Berfungsinya eksekusi secara efektif terhitung sejak tenggang waktu dilampaui3.
Abdul Manan dalam bukunya yang berjudul “Penerapan Hukum Acara Perdata di
Lingkungan Peradilan Agama” menjelaskan bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 196
HIR/Pasal 207 R.Bg, maka ada dua cara menyelesaikan pelaksanaan putusan yaitu
dengan cara sukarela karena pihak yang kalah dengan sukarela melaksanakan putusan
tersebut, dan dengan cara paksa melalui proses eksekusi oleh pengadilan4.
Mengenai tenggang waktu peringatan, Pasal 196 HIR menentukan batas
maksimum, yaitu delapan hari sejak debitur dipanggil untuk menghadap peringatan,
antara lain:
a. Dalam batas waktu yang diberikan diharapkan debitur dapat menjalankan putusan
secara sukarela; dan
b. Bila tidak terlaksana, maka sejak itu putusan sudah dapat dieksekusi dengan paksa.
Isi teguran tersebut harus sesuai dengan seluruh bunyi amar putusan yang bersifat
penghukuman. Peneguran tidak perlu dilakukan dalam sidang terbuka, karena tidak
merupakan pemeriksaan terhadap sengketa lagi dan persoalannya tinggal mengenai
pelaksanaan putusan tentang sengketa itu. Setiap teguran dilakukan dengan membuat
berita acara, maksudnya ialah agar memenuhi syarat yuridis. Berapa orang dan siapa saja

3
Yahya Harahap, Ruang lingkup permasalahan eksekusi bidang perdata, hlm. 30
4
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di lingkungan peradilan agama (Jakarta: Kencana,
2016), hlm.292
yang akan ditegur dapat diketahui dari surat permohonan yang dalam amar putusan juga
dikutip atau dikurangi, akan tetapi tidak selalu semua yang dihukum sama orangnya
dengan pihak-pihak dalam permohonan. Tereksekusilah sebagai pihak yang sebenarnya
bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan putusan dan ia pula yang
memikul tanggung jawab terhadap orang lain yang ada hubungan dengannya sebagai
pihak. Berdasarkan dalam Pasal 122 dan 390 HIR, maka pemanggilan harus memenuhi
syarat sah yang telah ditentukan oleh undang-undang, yaitu minimal tiga hari kerja, dan
disampaikan kepada yang berhak atau kepala desa atau lurah setempat bila yang
bersangkutan tidak ada. Pemanggilan yang tidak berhasil dapat diulangi sampai dua kali
atau langsung dilanjutkan proses eksekusinya.
B. Proses Aanmaning
Di dalam praktik, ketua pengadilan biasanya tidak bisa langsung melakukan
pemanggilan untuk aanmaning, tetapi menelaah permohonan eksekusi terlebih dahulu.
Penelaahan disini merupakan suatu proses yang penting mengingat seringkali terdapat
situasi atau kondisi yang kompleks atas objek eksekusi. Penelaahan dilakukan oleh ketua
pengadilan bersama tim penelaah permohonan eksekusi dan menghasilkan resume. Jika
ketua pengadilan menganggap permohonan eksekusi dapat dikabulkan, maka panitera
dan atau juru sita diperintahkan memanggil termohon untuk diberi peringatan. Namun,
ketika ketua pengadilan menganggap permohonan tidak bisa dikabulkan, juru sita akan
membuat berita acara yang memuat putusan tidak dapat dilaksanakan.
Terdapat syarat permohonan aanmaning antara lain5:
➢ Syarat Permohonan Teguran (Aanmaning)/ Eksekusi Terhadap Putusan Pengadilan
Negeri/Pengadilan Tinggi/Mahkamah Agung
1. Permohonan Teguran (aanmaning)/eksekusi diajukan secara tertulis yang
ditanda tangani oleh Pemohon Eksekusi atau kuasanya dengan melampirkan
surat kuasa khusus yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Hukum.
2. Surat permohonan aanmaning/eksekusi berisi:
3. Identitas Pemohon Eksekusi dan Termohon Eksekusi (sesuai Identitas
diri/KTP);
4. Uraian singkat duduk perkara dan alasan permohonan;

5
http://pn-sleman.go.id/new//link/2016112410494711039503805836c5cbda9a9.html
5. Obyek perkara;
6. Amar putusan Pengadilan tingkat pertama sampai dengan terakhir;
7. Tanggal penerimaan pemberitahuan putusan kepada pihak Pemohon;
8. Surat Permohonan dilampiri dengan:
9. Fotocopy salinan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap sesuai
dengan fotocopy (cap stempel basah PN);
10. Surat kuasa khusus, jika permohonan diajukan oleh kuasa;
11. Relaas pemberitahuan putusan kepada pihak Pemohon;
12. Surat pernyataan dari pemohon bahwa obyek eksekusi tidak terkait
dengan perkara lain” (misalnya Perkara TUN, Pidana, Tipikor);
13. Surat-surat lain yang dipandang perlu (apabila ada).
➢ Syarat Permohonan Teguran (Aanmaning)/Eksekusi terhadap Akta
Perdamaian (Acta van dading)
1. Permohonan aanmaning/eksekusi ditanda tangani oleh prinsipal
pemohon atau kuasanya dengan melampirkan surat kuasa khusus.
2. Surat Permohonan aanmaning/eksekusi berisi:
3. Identitas pemohon dan termohon (sesuai dengan Identitas diri/KTP);
4. Uraian singkat akte perdamaian dan alasan permohonan;
5. Obyek perdamaian;
6. Surat Permohonan dilampiri dengan :
7. Fotocopy Akta Perdamaian (acta van dading) sesuai dengan aslinya
(stempel basah PN);
8. Surat-surat lain yang dipandang perlu (apabila ada);
➢ Syarat Permohonan Aanmaning/eksekusi Pengosongan atas pembelian
barang hasil lelang
1. Permohonan aanmaning/eksekusi diajukan secara tertulis yang ditanda
tangani oleh principal Pemohon atau Kuasanya dengan melampirkan
surat kuasa khusus.
2. Surat Permohonan berisi:
3. Identitas Pemohon dan Termohon;
4. Domisili para pihak;
5. Petikan risalah lelang;
6. Uraian singkat duduk permasalahan dan alasan permohonan;
7. Obyek permohonan;
8. Surat Permohonan dilampiri dengan:
9. Petikan risalah lelang;
10. Sertifikat Hak Milik atas satuan rumah susun atau hak atas tanah
yang dilelang, jika tidak surat keterangan dari Kepala Kantor
Lelang mengenai alasan tidak diserahkannya sertifikat tersebut;
11. Bukti Identitas pembeli lelang;
12. Bukti pelunasan harga pembelian;
13. Putusan-putusan perlawanan atau Surat-surat lain (apabila ada);
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aanmaning merupakan tindakan dan upaya yang dilakukan oleh Ketua Pengadilan
Agama berupa teguran kepada pihak yang kalah agar ia melaksanakan putusan secara
sukarela. Setelah Ketua Pengadilan Agama menerima permohonan eksekusi dari pihak
penggugat (pihak yang menang).
Di dalam praktik, ketua pengadilan biasanya tidak bisa langsung melakukan pemanggilan
untuk aanmaning, tetapi menelaah permohonan eksekusi terlebih dahulu. Penelaahan
dilakukan oleh ketua pengadilan bersama tim penelaah permohonan eksekusi dan
menghasilkan resume. Jika ketua pengadilan menganggap permohonan eksekusi dapat
dikabulkan, maka panitera dan atau juru sita diperintahkan memanggil termohon untuk
diberi peringatan. Namun, ketika ketua pengadilan menganggap permohonan tidak bisa
dikabulkan, juru sita akan membuat berita acara yang memuat putusan tidak dapat
dilaksanakan
B. Daftar Pustaka
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di lingkungan peradilan agama (Jakarta:
Kencana, 2016).
http://pn-sleman.go.id/new//link/2016112410494711039503805836c5cbda9a9.html
Yahya Harahap, Ruang lingkup permasalahan eksekusi bidang perdata,Cet.,
(Jakarta:Gramedia,1991).
Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktek,
(Mandar Maju, Bandung:2002).

Anda mungkin juga menyukai