Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia sering menggunakan tumbuhan dalam kehidupan sehari-

hari, baik untuk sumber makanan maupun untuk pengobatan. Tumbuhan mengandung

berbagai jenis bahan kimia alami yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

obat tradisional (Copriady, 2018).

Sebagian besar ramuan dalam pengobatan tradisional berasal dari tanaman,

baik berupa akar, kulit batang, kayu, daun, bunga, atau bijinya. Ada pula yang berasal

dari organ hewan dan bahan mineral. Agar pengobatan secara tradisional dapat

diketahui efektivitasnya maka perlu dilakukan penelitianpenelitian ilimiah seperti

dibidang farmakologi, toksikologi, identifikasi dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat

dalam tumbuhan. Senyawa kimia aktif yang terdapat dalam tumbuhan pada umumnya

dalam bentuk metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, kumarin

dan lain-lain. Senyawa hasil metabolit sekunder dari tumbuhan mempunyai aktivitas

beragam, diantaranya mempunyai efek sebagai antikanker, antiinflamasi, antioksidan,

antihepatoksik, dan antidiabetes. Oleh karena itu diperlukan penelitian terhadap efek

dari senyawa-senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan. Sampai

saat ini tingkat keberhasilan pengobatan kanker masih belum memberikan outcome

yang diinginkan, terutama karena terjadinya resisitensi sel kanker terhadap pengobatan

dengan senyawa antikanker yang telah digunakan saat ini (Copriady, 2018).
Pola hidup yang tidak seimbang menyebabkan tingginya angka pertumbuhan

kanker di dunia sehingga menjadi masalah utama kesehatan diseluruh dunia dan

penyakit pembunuh terbesar kedua setelah kardiovaskular (Copriady, 2018).

Sintesis obat dan isolasi bahan obat baru dari bahan alam, merupakan salah

satu pilihan untuk mengatasi masalah pengobatan kanker. Secara empirik, banyak

tanaman obat yang digunakan dalam pengobatan kanker secara tradisional, namun

sayangnya hanya sedikit yang telah diteliti dengan baik aktivitas senyawa yang

terkandung didalamnya. Informasi tentang cara ekstraksi yang tepat, kandungan

senyawa dan aktivitasnya sangat bermakna untuk menentukan metode dan efektivitas

terapi pengobatan (Copriady, 2018).

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud percobaan

Untuk mengetahui uji sitotoksik pada ekstrak kulit jeruk dengan metode BSLT.

1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui dan memahami sitotoksik ekstrak etanol kulit jeruk pada larva

udang (artemia salina)

2. Menentukan sitotoksik dari ekstrak etanol kulit jeruk pada larva udang

(artemia salina) dengan menggunakan uji BSLT

3. Menentukan nilai LC50 dari ekstrak etanol kulit jeruk

1.2.3 Prinsip Percobaan


Prinsip metode ini adalah uji toksisitas akut terhadap artemia dengan

penentuan nilai LC50 setelah perlakuan 24 jam. Artemia digunakan sebagai

hewan uji karena memiliki kesamaan tanggapan dengan mamalia, misalnya tipe

DNA-dependent RNA polimerase artemia serupa dengan yang terdapat pada

mamalia dan organisme yang memiliki ouabaine-sensitive Na+ dan K+ dependen

ATPase, sehingga senyawa maupun ekstrak yang memiliki aktivitas pada sistem

tersebut dapat terdeteksi.

Anda mungkin juga menyukai