Anda di halaman 1dari 23

The Human Relations Approach (Pendekatan Hubungan Kemanusiaan)

Pada dasarnya teori pendekatan hubungan kemanusiaan berargumentasi bahwa pada dasarnya
manusia selalu melakukan respons terhadap konteks sosial dimana pun dia berada. Sehingga asumsi
dasar yang dapat digunakan dalam teori ini adalah bahwa perhatian manajer atau pimpinan
terhadap bawahannya akan meningkatkan tingkat penerimaan dan sekaligus tingkat kepuasan dari
bawahannya, sehingga tingkat penerimaan dan kepuasan ini akan mendorong tercapainya
peningkatan produktivitas.

Kontributornya :

1. Abraham Maslow

Menurut Abraham Maslow menyatakan bahwa perilaku manusia dimotivasi oleh keragaman
kebutuhan yang dihadapinya. Keragaman kebutuhan ini direpresentasikannya melalui apa yang
dinamakan dengan “Hierakhi Kebutuhan” (Hierarkhi of Needs), yang termasuk kebutuhan akan
insentif secara keuangan dan juga penerimaan social.

2. Douglas McGregor

Douglas McGregor memberikan kontribusi berharga mengenai dinamika dalam relasi manusia. Dia
memperkenalkan kepada kita bahwa pada dasarnya manusia dapat diklasifikasikan menjadi tipe X
dan tipe Y. Mereka yang bertipe X biasanya cenderung bersifat pasif, malas, dan tidak mau bekerja
kecuali kalau disuruh, kurang inisiatif, serta kurang menyukai tantangan, disamping itu juga akan
berdisiplin jika diawasi saja. Untuk mereka yang dikategorikan tipe X ini, pendekatan manajemen
yang harus dilakukan adalah hal yang terkait dengan pengarahan dan pengawasan yang menyeluruh
dan terus-menerus.

Adapun klasifikasi yang kedua adalah tipe Y dimana mereka yang bertipe Y memilki karakteristik
proaktif, menyukai tantangan dan pekerjaan, memiliki banyak ide dan inisiatif, serta berdisiplin
adalah bagian dari tantangan prestasi yang ingin dicapainya. Untuk mereka yang berkategori Y ini,
pendekatan manajemen ini dapat lebih kepada pemberian delegasi dan kepercayaan daripada
pengawasan terus-menerus dan menyeluruh.

Douglas McGregor memberikan pandangan yang berdasarkan studi Hawthorne dan Maslow, yaitu
teori X dan teori Y tentang sifat manusia di tempat kerja :

Teori X berasumsi bahwa karyawan :

Tidak mempunyai ambisi

Tidak bertanggung jawab

Enggan untuk berubah

Lebih suka dipimpin daripada memimpin

Tidak suka bekerja

Teori Y berasumsi bahwa karyawan :

Suka bekerja

Mampu mengendalikan diri

Menyukai tanggung jawab


Penuh imajinasi dan kreasi

Mampu mengarahkan diri sendiri

Manajer yang berasumsi bahwa karyawan bersifat X akan bersikap sangat mengatur dan
berorientasi pada pengendalian. Sikap ini dapat mendorong karyawan bersikap pasif, tergantung dan
mempunyai rasa enggan sehingga manajer yang berasumsi bahwa karyawan bersifat Y akan bersikap
mendorong karyawan untuk berpartisipasi, bertanggung jawab dan merasa bebas dan kreatif dalam
melakukan pekerjaan mereka.

PENDEKATAN HUBUNGAN MANUSIA

Pendekatan sumber daya manusia menyatakan bahwa manusia pada dasarnya bersifat social dan
ingin mengaktualisasikan dirinya. Menurut pendekatan ini, ditempat kerja orang berusaha untuk
memuaskan kebutuhan sosialnya, memberikan reaksi tekanan dari kelompok serta berusaha
memenuhi kebutuhan pribadi. Pendekatan ini muncul untuk merevisi teori manajemen klasik yang
ternyata tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para ahli
selanjutnya melengkapi teori manajemen klasik dengan menerapkan sosiologi dan psikologi dalam
manajemen. Hubungan manusiawi (human relations) pada umumnya mengacu pada suasana kerja
yang berasal dari hubungan antara manajer dengan karyawan. Jika hubungan manusia pada suatu
organisasi efektif, maka suasana kerja akan mendorong semangat kerja dan keharmonisansuasana
kerja. Efektivitas kerja diharapkan akan terjadi dari suasana kerja atau hubungan manusia yang
baik.a. MuntsebergIa menyarankan bahwa teknik-teknik manajemen menggunakan hasil eksperimen
psikologi. Sebagai contoh, berbagai metode psikologi dapat digunakan untuk memilih karakteristik
tertentu yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan. Penelitian belajar dapat mengarahkan
pengembangan metode pelatihan. Berdasarkan penelitian prilaku manusia dengan pengembangan
metode psikologi dapat digunakan untuk membantu manusia dalam meningkatkan motivasi
karyawan dan produktivitas kerja. Ia juga menyarankan agar faktor sosial dan budaya turut
dipertimbagkan dalam suatu organisasi. Kontribusi utama Munsterberg untuk manajemen ialah
aplikasi prikologi industri dalam manajemen.b. Elton MayoMayo dan asistennya Roethlisberger
(1898-1974) membagi dua kelompok kerja yang masing terdiri atas enam orang pada dua ruang
terpisah. Satu ruang dilakukan eksperimenberupa upah dinaikkan, hari kerja dan minggu kerja
diperpendek, lama istirahat dan jam makan siang diubah-ubah, jam istirahat disuruh memilih sendiri,
kesempatan untuk mengusulkan jam istirahat agar diubah sesuai saran. Sementara itu, kelompok di
ruang yang lainnya dengan kondisi seperti biasa. Hasilnya menunjukkan ternyata kedua kelompok
menunjukkan peningkatan produktivitas. Kesimpullannya, ternyata kelompok pekerja terpilih terjalin
hubungan emosional (merasasenasib) yang dapat meningkatkan produktivitas kerja. Perhatian
pengawas (peneliti) terhadap mereka memotivasinya untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Hubungan Manusiawi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Manusia adalah makhluk social, artinya manusia hanya akan menjadi apa dan
siapa bergantung ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian,
sebab jika hanya sendirian ia tidak "menjadi" manusia. Dalam pergaulan hidup,
manusia menduduki fungsi yang bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak
buah, tetapi di sisi lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu,
tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak, tetapi di sisi lain ia
adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru dan murid, kawan dan lawan, buruh
dan majikan, besar dan kecil, mantu dan mertua dan seterusnya.
Dalam hubungan antar manusia (interpersonal), ada pemimpin yang sangat
dipatuhi dan dihormati rakyatnya, ada juga yang hanya ditakuti bukan dihormati,
begitupun guru atau orang tua, ada yang dipatuhi dan dihormati, ada juga orang
tua dan guru yang tidak dipatuhi dan tidak pula dihormati.

1.2  Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1.  Apa pengertian hubungan manusiawi?
2.  Bagaimana teknik hubungan manusiawi?
3.  Bagaimana teknik pendekatan hubungan manusiawi?
4.  Apa saja teori hubungan antar manusiawi?
5.  Apa saja aliran hubungan antar manusiawi?

1.3  Batasan Masalah


Dalam makalah ini dibatasi hanya pada materi yang bersesuaian dengan
hubungan manusiawi.

1.4  Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah:
1.Untuk mengetahui pengertian hubungan manusiawi.
2.Untuk mengetahui teknik hubungan manusiawi.
3.Untuk mengetahui teknik pendekatan hubungan manusiawi.
4.Untuk mengetahui teori hubungan antar manusiawi.
5.Untuk mengetahui aliran hubungan antar manusiawi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Hubungan Manusiawi


Hubungan manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula
yang mengartikan hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam
kaitannya hubungan manusia tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun
didalam pelaksanaannya terkandung nilai nilai kemanusiaan serta unsur-unsur
kejiwaan yang amat mendalam. Seperti halnya mengubah sifat, pendapat, atau
perilau seseorang. Jika ditinjau dari sisi ilmu komunikasi hubungan manusia ini
termasuk kedalam komunikasi interpersonal, pasalnya komunikasi yang berlangsung
antara dua orang atau lebih dan bersifat dialogis. Dikatakan bahwa hubunngan
manusiawi itu komunikasi karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.
Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam
arti luas dan hubungan manusiawi dalam arti sempit.
a.    Hubungan Manusiawi dalam arti Luas
Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan
orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Jadi, hubungan
manusiawi dilakukan dimana saja: dirumah, di jalan, di dalam bis, dalam kereta
api dan sebagainya.
Berhasilnya seseorang dalam melakukan hubungan manusiawi ialah karena ia
bersifat manusiawi: ramah, sopan, hormat, menaruh penghargaan dan lain-lain
sikap yang bernilai luhur.
Bahwa manusia harus bersikap demikian sebenarnya bukanlah hal yang luar
biasa, secara kodratiyah, selain homo sapiens sebagai makhluk berfikir yang
membedakannya dengan hewan manusia juga merupakan homo socius, makhluk
bermasyarakat. Tidak mungkin ia hidup tanpa orang lain. Dan sebagai makhluk
sosial ia harus berusaha menciptakan keserasian dan keselarasan dengan
lingkungannya.
Sebagai anggota masyarakat, manusia hidup dalam dua jenis pergaulan yang
sebagaimana telah diterangkan di bab terdahulu, oleh Ferdinand Tonnies disebut
Gemeinschaft dan gesellschaft. Dalam gemeinschaft seseorang bergaul dalam suatu
kehidupan yan sangat akrab, sedemikian akrabnya sehingga penderitaan atau
kebahagiaan yang dialami orang lain dirasakan olehnya seperti penderitaan atau
kebahagiaannya sendiri. Kehidupan keluarga atau kehidupan berteman yang sangat
akrab termasuk ke dalam gemeinschaft.
Ciri lain dari gemeinschaft ialah bahwa seseorang anggota gemeinschaft tidak
bisa keluar masuk masyarakat itu menurut kemauannya saja. Seorang ayah,
misalnya, walau apapun yang terjadi tetap ayah dari anak-anaknya. Ia tidak bisa
membebaskan diri dari status ayah itu. Sifat pergaulan gemeinschaft ialah
statis,pribadi, tak rasional. Dikatakan statis karena pergaulan hidup dalam
masyarakat demikian tidak mengalami banyak perubahan. Interaksi yang terjadi
dalam suatu rumah tangga setiap hari antara ayah, ibu, dan anak tidak mengalami
dinamika. Sifatnya pribadi (personal) jika terjadi perselisihan, dapat diselesaikan
segera. Tidak rasional maksudnya tidak ada tata cara yang mengatur pergaulannya.
Lain sekali dengan pergaulan hidup gesellschaft, yakni kehidupan dalam
suatu organisasi yang sifatnya dinamis, tidak pribadi, dan rasional. Dinamis artinya
hubungannya dengan orang banyak bergantian. Tidak pribadi artinya tidak akrab
sehingga jika terjadi benturan psikologis, tidak mudah menyelesaikannya. Rasional
artinya ada aturan-aturan ketat yang mengikat. Dalam gesellschaft orang bergaul
berdasarkan perhitungan untung rugi. Seseorang baru memasuki pergaulan hidup
gesellschaft apabila diperkirakan ada keuntungan baginya. Ia juga bebas masuk
dan keluar dari gesellschaft sesuai dengan ada tidaknya pamrih padanya.
Akan tetapi, pergaulan hidup seperti yang dikemukakan Ferdinand Tonnies
itu sebenarnya hanyalah tipe-tipe ideal. Pada kenyataanya tipe-tipe ekstrem 100%
tidaklah mutlak ada, yang ada hanyalah tekanan atau titik berat pada salah satu
dari jenis pergaulan hidup itu. Artinya: jika titik beratnya rasio,dinamakan
gesellschaft; jika titik beratnya perasaan, disebut gemeinschaft. Dalam
gesellschaft tujuan pergaulan lebih banyak ditekankan pada keuntungan; dalam
gemeinsgaft untuk mendapat hubungan kekeluargaan atau kekerabatan. Kalaupun
dalam gemeinschaft ada keuntungan yang dapat diperoleh, keuntungan itu datang
dengan sendirinya; dalam gesellschaft datang karena kewajiban yang dipaksakan
dari luar. Dalam gemeinschaft kewajiban datang bukan dari luar, melainkan dari
dalam diri sendiri. Apapun sifat pergaulan itu, apakah gemeinschaft atau
gesellschaft, tujuan hubungan manusiawi adalah pemusatan hati masing-masing
yang terlibat dalam kegiatan itu.
Eduard C. Lindeman dalam bukunya yang terkenal, The Democratic Way of
Life, mengatakan bahwa “ Hubungan manusiawi adalah komunikasi antarpersonal
(interpersonal Communication) untuk membuat orang lain mengerti dan menaruh
simpati”. Orang akan menaruh simpati jika dirinya dihargai. Dalam hubungan ini
William James, seorang ahli ilmu jiwa dari Harvard University, AS, mengatakan
bahwa ” tiap manusia dalam hati kecilnya ingin dihargai dan dihormati”.
Dalam pada itu, Keith Davis mengatakan bahwa human dignity (harga diri)
merupakan etika dan dasar moral bagi hubungan manusiawi. Hasil penyelidikan
mengenai personal wants (keinginan pribadi) telah menunjukkan bahwa tiap
manusia ingin diperlukan sebagai human being (manusia) dengan respect
(kehormatan) dan dignity (penghargaan).
Agar seseorang merasa bahwa dirinya dihargai sebagai layaknya manusia
dapat menunjukkan dengan berbagai cara bergantung pada situasi, kondisi, dan
tujuan dilakukannya human relations itu.

b.    Hubungan Manusiawi dalam Arti Sempit


Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah juga interaksi antara
seseorang dengan orang lain. Akan tetapi, interaksi disini hanyalah dalam situasi
kerja dan dalam organisasi kekaryaan (work organization).
“Dipandang dari sudut pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin
suatu kelompok, hubungan manusiawi adalah interaksi orang-orang yang menuju
satu situasi kerja yang memotivasikan mereka untuk bekerja sama secara produktif
dengan perasaan puas, baik ekonomis, psikologis maupun sosial”. Demikian kata
Keith Davis dalam bukunya, Human relations at Work. Dikatakan oleh Keith Davis
selanjutnya bahwa hubungan manusiawi adalah seni dan ilmu pengetahuan terapan
(applied arts and science).
Jelas bahwa ciri khas hubungan manusiawi adalah interaksi atau komunikasi
antar personal yang sifatnya manusiawi. Karena manusia yang berinteraksi itu
terdiri atas jasmani dan rohani, yang berakal dan berbudi, yang selain merupakan
makhluk pribadi juga makhluk social, maka dalam melakukan hubungan manusiawi
kita harus memperhitungkan diri manusia dengan segala kompleksitasnya itu.
Seperti telah disinggung sebelumnya, dalam organisasi kekaryaan manusia
merupakan strategic component karena mempunyai peranan yang sangat penting.
Organisasi kekaryaan dewasa ini cenderung menganut filsafat yang people
centered, yakni bahwa dalam organisasi kekaryaan manusia bukan pelaksana atau
alat produksi belaka, melainkan merupakan faktor pendorong dalam mencapai
tujuan.
Hubungan manusiawi dalam organisasi kekaryaan inilah yang banyak
dipelajari, diteliti, dan dipraktekkan di negara-negara yang sudah maju sebab
faktor manusia ini sangat berpengaruh pada usaha mencapai tujuan organisasi:
dapat memperlancar, dapat juga menghambat. Dengan hubungan manusiawi, para
pemimpin organisasi dapat memecahkan masalah yang timbul dalam situasi kerja
karena faktor manusia, bahkan selanjutnya dapat menggairahkan dan
menggerakkannya ke arah yang lebih produktif.
Itulah hubungan manusiawi dalam arti luas dan arti sempit yang kedua-
duanya perlu dilaksanakan oleh seorang pemimpin organisasi dan kepala humas
dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

2.2    Teknik Hubungan Manusiawi


“Hubungan manusiawi dapat dilakukan untuk menghilangkan hambatan-
hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan segi
konstruktif sifat tabiat manusia. “Demikian kata R.F. Mainer dalam bukunya,
Principle of Human Relations.
Dalam derajat intensitas yang tinggi, hubungan manusiawi dilakukan untuk
menyembuhkan orang yang frutasi. Frustasi timbul pada diri seseorang akibat suatu
masalah yang tidak dapat dipecahkan olehnya. Dalam kehidupan sehari-hari siapa
pun akan menjumpai masalah : ada yang mudah dipecahkan, ada yang sukar. Akan
tetapi, masalah bagaimana pun akan diusahkan supaya hilang. Orang tidak akan
membiarkan dirinya digumuli masalah. Dan masalah orang yang satu tidak sama
dengan masalah orang lain. Sakit, tidak lulus ujian, lamaran pekerjaan tidak
diterima, mobil rusak, istri menyeleweng, anak morfinis, tidak mampu
menyelesaikan tugas, permohonan tidak terima dan lain-lain itu semua bisa
menyebabkan seseorang frutasi.
Orang menderita frutasi dapat dilihat dari tingkah lakunya : ada yang
merenung murung, lunglai tak berdaya, putus asa, mengasikan diri, mencari dalih
menutupi ketidakmampuannya, mencari kompensasi, berfantasi, atau bertingkah
laku kekanak-kanakan. Yang lebih parah bagi seseorang ialah apabila frutasi
disertai agresi sehingga tingkah lakunya menjadi agresif. Ia mengambinghitamkan
orang lain, menyebarkan fitnah, merusak benda, bahkan menyerang orang, baik
dengan kata-kata yang menyakitkan maupun dengan tinju.
Apabila frutasi itu diderita oleh karyawan, apabila jika jumlah banyak ini
akan mengganggu jalannya organisasi akan menjadi rintangan bagi tujuan yang
hendak dicapai oleh organisasi. Tidaklah bijaksana jika seseorang pemimpin
menagani pegawai yang frutasi dengan tindakan kekerasan. Disilah pentingnya
peranan kepada problem situasi kepada problem solving behavior.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi ada cara untuk teknik yang bisa
digunakan untuk pembantu mereka yang menderita frutasi, yakni apa yang disebut
counseling (karena tidak ada perkataan bahsa Indonesia yang tepat, dapat
diindonesiakan menjadi konseling). Yang bertindak sebagai konselor (counselor)
bisa pemimpin organisasi, kepala humas atau kepala-kepala lainnya (kepala
bagian, seksi dan lain-lain)
Tujuan konseling ialah membantu konseli, yakni karyawan yang menhadapi
masalah atau yang menderita frutasi, untuk memecahkan masalahnya sendiri atau
mengusahakan terciptanya suasana yang menimbulkan keberanian untuk
memecahkan masalahnya. Ini tidak berarti bahwa koselor memberikan arah yang
khusus untuk dituruti oleh konseli. Konselor hanya memberikan nasihat. Konseli
sendiri yang harus mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan jalan yang
dipilihnya sendiri. Jadi, konselor membatu konseli memperoleh pengertian tentang
masalahnya. Selama masalahnya belum di mengerti dengan jelas untuk
dihadapinya dengan jujur, tidak akan dapat diambil langkah-langkah
pemecahannya. Aspek ini menyangkut perasaan. Koselor akan berhasil apabila ia
memahami benar-benar frame of refence konseli: pengalamannya, taraf
pengetahuannya, agamannya, pandangan hidupnya dan sebagainnya.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi terdapat dua jenis konseling,
bergantung pada pendekatan (approach) yang dilakukan. Kedua jenis konseling
tersebut ialah directive counseling, yakni konseling yang langsung terarah dan non-
directive, yakni konseling yang tidak langsung terarah.
a.     Konseling Langsung
Konseling langsung kadang-kadang disebut juga counselor center approanch,
yakni konseling yang pendekatan terpusat pada konselor. Dalam teknik konseling
seperti ini aktivitas utama terletak pada konselor. Pertama-tama konselor
berusaha agar terjadi hubungan akrab sehingga konseli menaruh kepercayaan
padanya. Selanjutnya ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka
mengumpulkan informasi. Informasi yang diperolehnya itu berusaha memahami
masalah yang memberati konseli.
Untuk mengetahui diagnosis yang tepat, konseli mengemukakan fakta yang
berhubungan dengan masalah itu. Jika konseli mengemukkan kesulitannya,
konselor harus merasa pasti bahwa itulah amsalah yang dihadapi oleh konseli, yang
menyebabkan ia menderita frustasi. Konselor harus mengerti benar-benar
mengenai informasi yang diperolehnya itu sehingga ia dapat melakukan
interpretasi. Hanya bisa ia mengerti dan melakukan interpretasi, ia akan dapat
memberikan nasihat dan sugesti kepada konseli. Syarat sugesti ialah kepercayaan.
Koseli akan kena sugesti kalau ia menaruh kepercayaan kepada konselor, kalau
konselor mempunyai kelebihan pengalaman dan pengetahuan daripada konseli dan
bila tingkah laku konselor tidak tercelah.
b.     Konseling Tidak Langsung
Non-directive counseling atau tidak langsung disebut juga counselee
centered approach, pendekatan yang terpusat kepada konseli. Jenis ini dapat
digunakan oleh konselor yang tidak memiliki pengetahuan mendalam mengenai
psikologi.
Dibandingkan dengan counselor approach counseling yang tradisonal itu,
counselor approach counseling lebih ampu dalam membantu seseorang yang
menderita frutasi. Dalam konseling jenis ini, aktivitas utama terletak pada pihak
konseli, sedangkan konselor hanya berusaha agar koseli merasa mudah memimpin
dirinya sendirinya sendiri. Konseli dibantu untuk merasa dirinya bebas untuk
menyatakan isi hatinya dan sebagainya. Dalam mengemukakan semua itu ia tidak
merasa dipaksa.
Meskipun dikatakan non-directive, maksud konselor tetap hendak membantu
konseli untuk mendiagnosis gangguan jiwanya dan berusaha menghilangkan motif-
motif buruk yang menyebebkan gangguan itu. Konselor beruhasa agar konseli
menacri jalan keluar sendiri dari kesukaran-kesukarannya. Untuk itu konselor
mencipkan suasana psikologis yang memungkinkan adanya saling mengerti,
antusiasme dan sikap ramah-tamah, suasana yang memungkinkan konseli
menyatakan segala dan perasaanya. Dalam dialog dari hati ke hati itu konselor
mendorong konseli untuk menyelidiki dirinya lebih dalam. Dengan mencetuskan isi
hatinya konseli akan mengoreksi dirinya, mengingat-ingat hal-hal yang pernah
dialaminya dan memahami pengalaman-pengalamannya. Dengan demikian, motif-
motif yang konstruktif akan lebih jenis baginya dan ia merasa kebutuhan akan
motif-motif tersebut. Berdasarkan motif-motif itu ia akan memilih dengan bebas
cara bertingkah laku yang lebih baik dan meninggalkan cara-cara laku yang
sebelumnya telah menggagunya.
Dalam tanya-jawab itu, tugas konselor memang tidak mudah. Ia harus
menyingkirkan sikap super atau perasaan diri berpangkat lebih tinggi, lebih pintar,
lebih pengalaman dan sebagainya.
Masalah yang sedang diperbincangkannya harus dinjau dari dasar pihak
konseli yang sedang dibantunya. Konselor harus bersikap empati, yakni turut
merasakan yang sedang dirasakan oleh konseli, ingin membebaskan dia dari
ganjalan jiwanya. Hanya dengan bersikap demikian pimpinan organinasi atau
kepala humas yang berfungsi sebagai konselor itu akan berhasil dalam tugasnya.
Demikian beberapa hal mengenai hubungan manusiawi sebagai kegiatan
yang termasuk kedalam hubungan masyarakat dalam rangka membina hubungan
yang harmonis antara organisasi yang diwakili pimpinannya sendiri atau kepala
humas dengan khalayak, baik khayak dalam maupun khayak luar. Dan itulah pula
pembahasan sederhana mengenai hubungan masyarakat sebagai objek studi ilmu
komunikasi.

2.3    Teknik Pendekatan Hubungan Manusiawi


Hubungan manusia pada umumnya dilakukan untuk menghilangkan
hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian dan
mengembangkan tabiat manusia. Untuk melakukan hubungan manusia biasanya
digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu pendekatan emosional (emosional
approach) dan pendekatan social budaya (sosio-cultur approach).

A. Pendekatan Emosional (Emosional Approach)

Teknik penekatan yang biasanya digunakan dalam pendekatan semacam ini


biasanya bersifat icing (baca: aising), yaitu seni menata pesan dengan emotional
appeal sedemikian rupa, sehingga komunikan menjadi tertarik perhatiannya. Bisa
dianalogikan dengan kue yang baru dikeluarkan dari panggangan yang ditata
dengan lapisan gula warna-warni sehingga kue yang tadinya tidak menarik menjadi
indah dan memikat. Dalam hubungan ini komunikator mempertaruhkan
kepercayaan komunikan terhadap fakta pesan yang disampaikan, maka teknik ini
berujung pay off atau reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara
“mengiming-imingi” komunikan dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan
harapan. Pada umumnya emotional approach ini menggunakan konseling sebagai
senjata yang ampuh, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini
bertujuan agar pesan bisa secara langsung menyentuh perasaan komunikan.

B. Pendekatan Sosial-Budaya (Sosio Culture Approach)

Salah satu tujuan komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari komunikator


kepada komunikan, maka dianjurkan bagi komunikator terlebih dahulu memahami
perilaku social serta budaya masyarakat setempat yang akan menjadi komunikan.
hal ini bertujuan agar komunikan, lebih memahami serta tidak merasa tersinggung
oleh pesan yang disampaikan oleh komunikator, selain hal tersebut masyarakat
yang menjadi komunikan tidak dapat terlepas dari budaya. oleh karena itu pesan
akan lebih mudah diterima jika tidak menghilangkan aspek–aspek seni budaya yang
berada di sekitar komunikan berada. Jika komunikator tidak memperhatikan
kerangka budaya yang berkembang di tengah-tengah komunkan. maka tidak
menutup kemungkinan pesan yang disampaikan akan mendapatkan penolakan
penolakan, pasalnya budaya yang digunakan oleh masyarakat berasal dari falsafah
hidupnya, serta menjadi suatu aturan yang secara tidak langsung digunakan dalam
kehidupannya sehari-hari termasuk ketika seseorang mengaplikasikan pesan–pesan
yang disampaikan. Jika pesan tersebut dapat selaras dengan budaya komunikan
maka pesan tersebut dapat menjadi suatu behavioral, yakni suatu dampak yang
timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

2.4    Teori Hubungan Antar Manusia


Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas
hubungan antar manusia itu.
A.    Teori Transaksional (Model Pertukaran Sosial)
Menurut teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) itu berlangsung
mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh
keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh
keuntungan maka hubungan itu pasti mulus, tetapi jika merasa rugi maka
hubungan itu akan terganggu, putus, atau bahkan berubah menjadi permusuhan.
Demikian juga rakyat dan pemimpin, suami-isteri, mantu-mertua, direktur-anak
buah, guru-murid, mereka berfikir, kontribusi mereka sebanding dengan
keuntungan yang diperoleh atau malah rugi. Demikian juga hubungan antara
daerah dengan pusat, antara satu entitas dengan entitas lain.
B.     Teori Peran
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario
yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap
orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah "tertulis" seorang Presiden
harus bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru harus
bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang
harus dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan seterusnya.
Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni,
tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur
sutradara. Dalam era reformasi sekarang ini nampak sekali pemimpin yang
menyalahi scenario sehingga sering didemo public.
C.     Teori Permainan
Menurut teori ini, klassifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu anak-anak,
orang dewasa dan orang tua. Anak-anak itu manja, tidak ngerti tanggungjawab,
dan jika permintaanya tidak segera dipenuhi ia akan nangis terguling-guling atau
ngambek. Sedangkan orang dewasa, ia lugas dan sadar akan tanggungjawab, sadar
akibat dan sadar resiko. Adapun orang tua, ia selalu memaklumi kesalahan orang
lain dan menyayangi mereka. Tidak ada orang yang merasa aneh melihat anak kecil
menangis terguling-guling ketika minta eskrim tidak dipenuhi, tetapi orang akan
heran jika ada orang tua yang masih kekanak-kanakan. Suasana rumah tangga juga
ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap
dan perilaku yang semestinya ditunjukkan. Jika tidak maka suasana pasti runyam.
Demikian juga hubungan antara pusat dan daerah, antara atasan dan bawahan.
Aparat Pemerintah mestilah bersikap dewasa, Presiden dan Ketua MPR mestilah
jadi orang tua.

2.5    Aliran Hubungan manusiawi

A. Aliran Hubungan Manusiawi (Neo Klasik)

Hakikatnya adalah sumber daya manusia. Aliran timbul karena pendekatan


klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efieiensi dalam produksi dan keselarasan
kerja. Para pakar mencoba melengkapi organisasi klasik dengan pandangan
sosiologi dan psikologi. . Oleh sebab itu para manajer perlu dibantu dalam
menghadapi rnanusia, melalui antar lain ilmu sosiologi dan psikologi. Ada tiga
orang pelopor aliran perilaku yaitu :
                                                   Hugo Munsterberg (1863 -1916)
Sebutannya Bapak Psikologi Industri. Sumbangannya yang terpenting adalah
berupa pernanfaatan psikologi dalam mewujudkan tujuan-tujuan produktivitas
sarna seperti dengan teori-teori manajemen lainnya. Bukunya yaitu Psikology and
Industrial Efficiensy, menguraikan bahwa untuk mencapai tujuan produktivitas
harus melakukan tiga cara pertama penemuan best possible person, kedua
penciptaan best possible work dan ketiga penggunaan best possible effect.

                                                   Elton Mayo (1880 -1949)


Gerakan yang memperkenalkan hubungannya yang diartikan sebagai satu
gerakan yang memiliki hubungan timbal batik manajer dan bawahan sehingga
mereka secara serasi mewujudkan kerjasama yang memuaskan, dan tercipta
semangat dan efisiensi kerja yang memuaskan. Elton ini terkenal dengan
percobaan-percobaan Howthorne, dimana hubungan manusiawi menggambarkan
manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Bila moral dan efisiensi kerja
memburuk, maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga akan buruk.
                                                   William Ouchi (1981)
Memperkenalkan teori Z pada tahun 1981 untuk menggambarkan adaptasi
Amerika atas perilaku Organisasi Jepang. Teori beliau didasarkan pada
perbandingan manajemen dalam organisasi. Jepang disebut tipe perusahaan
Jepang dengan manajemen dalam perusahaan Amerika -disebut perusahaan tipe
Amerika. Berikut adalah perbedaan organisasi tipe Amerika dan tipe Jepang.

B. Aliran Hubungan Modern (Ilmu Pengetahuan)

Dalam pengembangannya dibagi menjadi dua, pertama aliran hubungan


manusiawi (perilaku organisasi), dan kedua berdasar pada manajemen ilmiah atau
manajemen operasi.
Perilaku Organisasi
1.         Douglas McGregor, terkenal dengan Teori X dan Teori Y
2.         Frederick Herzberg, terkenal dengan Teori Motivasi Higenis atau Teori Dua Factor
3.         Chris Argiris, mengatakan bahwa organisasi sebagai system social atau system
antar hubungan budaya
4.         Edgar Schein, dinamika kelompok dalam organisasi
5.         Abraham Maslow, mengemukakan tentang hirarki kebutuhan, perilaku manusia,
dan dinamika proses.
6.         Robert Blak dan Jane Mouton, mengemukakan lima gaya kepemimpinan dengan
kisi-kisi manajerial (managerial grid)
7.         Rensislikert, mengemukakan empat system manajemen dari system explotatif
otoritatif sampai system partisipatif kelompok.
8.         Fred Feidler, menerapkan pendekatan kontigensi pada studi kepemimpinan.

Prinsip Dasar Perilaku Organisasi


1.         Manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat
(peranan,prosedur dan prinsip).
2.         Manajemen harus sistematis, pendekatannya harus dengan pertimbangan
konservatif.
3.         Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk
pengawasan harus sesuai dengan situasi.
4.         Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan
organisasi sangat dibutuhkan.

C. Aliran Kuantitatif

Perkembagannya dimulai dengan digunakannya kelompok-kelompok riset


operasi dalam memecahkan permasalahan dalam industri. Teknik riset operasi
sangat penting sekali dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini dalam
pembuatan dan pengambilan keputusan. Penggunaan riset operasi dalam
manajemen ini selanjutnya dikenal sebagai aliran manajemen science.
Langkah-langkah pendekatan manajemen science yaitu :
1.   Perumusan masalah dengan jelas dan terperinci
2.   Penyusunan model matematika dalam pengambilan keputusan
3.   Penyelesaian model
4.   Pengujian model atas hasil penggunaan model
5.   Penetapan pengawasan atas hasil
6.   Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi

D. Pendekatan Sistem

Pendekatan ini memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang saling


berinteraksi yang tak terpisahkan. Organisasi merupakan bagian dari lingkungan
eksternal dalam pengertian luas. Sebagai suatu pendekatan system manajemen
meliputi sistem umum dan sistem khusus serta analisis tertutup maupun terbuka.
Pendekatan sistem umum meliputi konsep-konsep organisasi formal dan
teknis, filosofis dan sosiopsikologis. Analis system manajemen spesifik meliputi
struktur organisasi, desain pekerjaan, akuntansi, sistem informasi dan mekanisme
perencanaan serta pengawasan.
E. Pendekatan Kontingensi

Pendekatan kontingensi digunakan untuk menjembatani celah antara teori


dan praktek senyatanya. Biasanya antara teori dengan praktek, maka harus
memperhatikan lingkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan akan memerlukan
aplikasi konsep dan teknik manajemen yang berbeda.

BAB III
PENUTUP

         Kesimpulan
Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas
dan hubungan manusiawi dalam arti sempit.
a.     Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan
orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan.
b.     Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah juga interaksi antara seseorang
dengan orang lain.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi terdapat dua jenis konseling, bergantung pada
pendekatan (approach) yang dilakukan. Kedua jenis konseling tersebut ialah
directive counseling, yakni konseling yang langsung terarah dan non-directive,
yakni konseling yang tidak langsung terarah.
Untuk melakukan hubungan manusia biasanya digunakan beberapa teknik
pendekatan yaitu pendekatan emosional (emosional approach) dan pendekatan
social budaya (sosio-cultur approach).
Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas hubungan
antar manusia itu, yaitu:
a.      Teori Transaksional (Model Pertukaran Sosial)
b.     Teori Peran
c.      Teori Permainan
Aliran hubungan manusiawi terdiri dari 5 yaitu :
a.      Aliran Hubungan Manusiawi (Neo Klasik)
b.      Aliran Hubungan Modern (Ilmu Pengetahuan)
c.      Aliran Kuantitatif
d.     Pendekatan Sistem
e.      Pendekatan Kontingensi

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana.1984. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya
http://centralmakalah.blogspot.com/2009/02/komunikasi

htmlhttp://denontarr.blogspot.com/2008/11/teori-hubungan-manusiawi.html

http://aditya.ngeblogs.com/2009/10/20/perkembangan-teori-manajemen/

http://hardiqaryo.ngeblogs.com/2009/10/07/teori-hubungan-manusiawi-neo-

klasik-atau-pasca-klasik/

Serba Serbi Pengetahuan


Pendekatan Manajemen

APAKAH PENTINGNYA MEMPELAJARI PENDEKATAN  MANAJEMEN?:

Dalam mempelajari pendekatan-pendekatan manajemen terlebih dahulu kita mengenal dua istilah
yang berhubungan dengannya, yaitu pemikiran manajemen dan teori manajemen.

PEMIKIRAN MANAJEMEN (management thought) : menunjuk teori dan prinsip2 yang menuntun


manajemen orang dalam organisasi.

Pemikiran manajemen merupakan teori yang mengantar manajer dalam memahami dan mengatur
orang2 yang bekerja untuk mereka.

TEORI MANAJEMEN: adalah teori yang menjelaskan mengapa suatu praktek tertentu adalah efektif
atau tidak efektif.

Teori manajemen dibutuhkan untuk memprediksi dan mengontrol perilaku manusia dalam lingkungan
kerja. Tanpa teori  seorang manajer tidak tahu mengapa organisasinya berhasil atau tidak
berhasil.Tanpa pemahaman manajer tidak ingin berusaha mencapai sasaran dimasa yang akan
datang.
Karena manajemen adalah disiplin terapan yang relatif baru, maka kita perlu mempelajari ide2 dari
teori2 yang sudah pernah ada. Disinilah pentingnya kita mempelajari pendekatan atau teori-teori
manajemen.

BAGAIMANAKAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MANAJEMEN ?

Teori2 manajemen yang ada sekarang ini merupakan hasil dari sebuah evolusi sejak manusia ada
hingga akhir abad 20.

Beberapa istilah yang digunakan dalam menjelaskan evolusi pemikiran manajemen adalah :

            - mashab (school)

            - pendekatan (approach)

            - gerakan (movement)

            - teori ( theory )

Namun ada kecenderungan menggunakan istilah pendekatan/teori.

Dalam hal ini teori/pendekatan manajemen yang satu saling melengkapi teori/penedekatan
manajemen yang berkembang sebelumnya.

PENDEKATAN UTAMA DALAM TEORI MANAJEMEN

1. PRA KLASIK - Praktek-praktek manajerial dan manajer ahli serta


perhatiannya                               terhadap efisiensi dan efektifitas organisasi sudah ada
sejak  sebelum Revolusi Industri di Inggris.
         -  Praktek-praktek manajerial telah ada sejak jaman Babilonia,    Mesir, Cina, Romawi, yang
terbukti dari hasil-hasil yang     dicapai oleh Negara-negara tersebut.
     - Sudah ada herarkhi organisasi, spesialisasi, konsep staf dan deskripsi kerja.

 - Adanya Revolusi Industri merupakan puncak kejadian dan perubahan dalam manajemen kerja
sama dalam organisasi.

 - Mulai diterapkannya teknik mesin dalam proses produksi dan adanya kerja sama yang besar dan
rumit shg memerlukan manajemen yang bisa mengelola kerja sama dlm organisasi tsb.

2. PENDEKATAN KLASIK
      ( PENDEKATAN TRADISIONAL/PENDEKATAN MEKANISTIK )
      Cabang Utama Pendekatan klasik untuk manajemen adalah :

a)      Pendekatan Manajemen Ilmiah

b)      Pendekatan Manajemen Administratif


c)      Pendekatan Manajemen Birokrasi

PENDEKATAN MANAJEMEN ILMIAH

Tokoh gerakan manajemen ilmiah adalah FW. Taylor (Bapak gerakan manajemen ilmiah). Karyanya
adalah Principles of Scientific Management.

Pemikirannya  adalah Teori Fisiologi, yaitu pengaturan         penggunaan     fisik


manusia      sebaik2nya dalam proses produksi.

Revolusi industri merupakan puncak kejadian dan perubahan manajemen dalam organisasi, dan
mulaiditerapkannya teknik mesin dalam proses produksi serta adanya kerja sama yang besar dan
rumit shg memerlukan manajemen yang bisa mengelola kerja sama dlm organisasi tsb.

PENDEKATAN MANAJEMEN ADMINISTRATIF

Tokoh : Henry Fayol

Pendekatan Manajemen Administratif adalah pendekatan yang berpusat     pada  prinsip2 yang dapat


digunakan oleh manajer untuk koordinasi kegiatan dlm organisasi.

Pendekatan ini menitik beratkan pada para manajer (Top Level Theory).

Aspek2 pokok yang dibahas dalam Manajemen Administratif:

a)      Aktivitas Organisasi, meliputi bidang:

            - Kegiatan Komersial

            - Kegiatan Finansial

            - Kegiatan pengamanan

            - Akuntansi

b)      Fungsi2 Manajemen. Fungsi2 manajemen harus dilaksanakan oleh manajer. Fungsi pertama


mendahului fungsi yang lain ( fungsi planning –> fungsi controlling ).

c)      Prinsip2 manajemen yang jumlahnya 14 prinsip. Prinsip2 tsb bersifat fleksibel dapat disesuaikan
dengan kondisi.

Prinsip-prinsip manajemen:

1)      Pembagian kerja berdasarkan spesialisasi

2)      Adanya wewenang dan tanggung jawab

3)      Disiplin. Tiap kegiatan dpt berjalan dengan wajar jika tiap2 pegawai mentaati dan menghormati
peraturan organisasi

4)      Kesatuan perintah. Tiap2 pegawai harus menerima perintah hanya dari satu atasan saja, spy tidak
bingung.
5)      Kesatuan arah. Tiap kegiatan organisasi dengan tujuan yang sama dan dipimpin oleh seorang
manajer

6)      Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan probadi.

7)      Imbalan atau pemberian upah. Harus diberikan secara adil dan layak

8)      Sentralisasi atau pemusatan. Setiap tanggung jawab akhir pelaksanaan kegiatan psds skhirnys
disentralisasi pada orang yang menduduki posisi puncak.

9)      Jenjang. Kedudukan orang2 perlu disusun dalam satu jenjang dari yang paling tinggi sampai yang
paling rendah.

10)  Keteraturan atau Tata tertib. Perlu pembuatan jadwal dan aturan jam kerja.

11)  Keadilan. Terhadap semua bawahan, manajer harus berlaku adil, sama, baik dan jujur. Dengan
begitu akan membangun loyalitas dan inspirasi bawahannya.

12)  Stabilitas masa jabatan. Pergantian pegawai yang tinggi dan tidak diperlukan menunjukkan
manajemen yang buruk.

13)  Prakarsa. Memberi kesempatan pada karyawan untuk memecahkan masalah dalam pekerjaannya.

14)  Semangat korps. Membangun kebersamaan dan semangat bersatu antara sesama anggota
organisasi.

d)     Pendidikan manajemen

- melihat bahwa kemampuan manajerial atau ketrampilan manajerial  penting.

- perlu ada pengajaran manajemen melalui pendidikan formal disekolah2

- perlu adanya teori2 manajemen.

PENDEKATAN MANAJEMEN BIROKRASI

- Merupakan pdkt manajemen ideal untuk     organisasi.

- Menekankan pada aturan2, herarkhi, pembagian kerja yang  jelas dan  tuntas, mengikuti prosedur2,


menitik beratkan pada struktur organisasi secara menyeluruh.

      PERIKSA KEMBALI PADA MATERI TENTANG BIROKRASI !!

3. PENDEKATAN MANAJEMEN PERILAKU
Cabang utama pendekatan ini :
1)      Pendekatan hubungan manusia

            - Tokoh : Elton Mayo

            - Pemikirannya: Howthorne study.


            - Produktivitas bukan disebabkan oleh aspek fisik     (lingkungan kerja,  upah, dll), tetapi disebabkan
oleh saluran reaksi emosional yang rumit (perhatian pimp.,          supervisor yang simpatik, hubungan
baik dg teman      kerja/atasan, dsb)

            - Pdkt humanistis – menekankan aspek manusiawi

            - Melengkapi teori klasik (mekanistik).

2)      Pendekatan Perilaku

-Menekankan faktor manusia sec.manusiawi dan individual

- Tokoh : Abraham Maslow

- Pemikirannya : Herarkhi kebutuhan manusia

- Manusia memasuki organisasi untuk memenuhi kebutuhannya    (kebutuhan  fisik, mencari


teman,           harga   diri,mendapatkan penghasilan, dsb)

- Organisasi ingin berproduksi memerlukan sumbangan (kerja) dari tenaga   kerja.

            - Herarkhi kebutuhan manusia (A. Maslow):

(Kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan afiliasi,   kebutuhanpenghargaan dan


kebutuhan           aktualisasi diri)

-  Manajer: harus mampu mengintegrasikan baik kebutuhan organisasi maupun kebutuhan


karyawannya, dan membimbing para pekerja untuk diarahkan padatujuan-tujuan organisasi.      

TABEL I
PERBEDAAN PENDEKATAN MEKANISTIS DAN HUMANISTIS

Mekanistis No. Humanistis

Pekerja dianggap sebagai manusia 1.


rasional.
 manusia sosial

Menekankan pada hubungan formal dan 2. Menekankan hubungan


impersonal.
sosial dan interpersonal

Motivasi melalui pemenuhan kebutuhan 3. Motivasi melalui


ekonomi
pemenuhan kebutuhan sosial

Produktivitas ditingkatkan melalui 4. Produktivitas  ditingkatkan


perbaikan kondisi fisik
melalui perbaikan kondisi sosial

    Ulber Silalahi (2002:112).

4. PENDEKATAN KUANTITATIF

- Dikembangkan untuk menyelidiki bagaimana teknik2 kuantitatif dapat meningkatkan   pembuatan


keputusan  managerial.
  -  Dasar pendekatan kuantitatif : adanya asumsi bahwa teknik matematik, statistik dan bantuan
informasi dapat digunakan untuk pembuatan keputusan, pemecahan masalah managerial dan
efektivitas organisasi.

Cabang-cabang utama pendekatan kuantitatif :

     1). Manajemen science (berbeda dg scientific management).

        Yaitu menggambarkan aplikasi ilmiah dari teknik2 matematik dan metode  statistik  untuk problem2
manajemen.

     2). Manajemen operasi.

         Merupakan perkembangan dari management science dlm organisasi dengan

         penggunaan komputer untuk pemrosesan data secara cepat 

                       

5. PENDEKATAN MANAJEMEN KONTEMPORER

 Pendekatan mekanistis dan pendekatan humanistis : belum dapat menjelaskan efektivitas


organisasi karena lebih menekankan pada  dimensi internal organisasi.
 Ternyata efektivitas organisasi juga ditentukan oleh dimensi eksternal organisasi.
 Pendekatan ini disebut pendekatan kontemporer “atau” pendekatan modern untuk
manajemen.
 Pendekatan modern menghormati “pendekatan klasik”, “pendekatan  perilaku” dan
“pendekatan kuantitatif”.
 Para ahli mengakui bahwa tidak satupun teori/pendekatan yang berlaku universal untuk
segala situasi, karena setiap organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

CABANG UTAMA PENDEKATAN KONTEMPORER:

1)      Teori  sistem

Dasar anggapan teori sistem:

a)      Memandang organisasi sebagai suatu sistem, baik sistem terbuka maupun tertutup, yaitu bagian2
yang saling berhubungan dalam mencapai tujuan bersama.

b)      Memandang organisasi sebagai subsistem dari sistem global sehingga tergantung pada lingkungan
sistem tersebut.
      Kesimpulannya : dalam perspektif pendekatan sistem, organisasi dan kegiatan2 manajerial
dipandang sebagai kesatuan yang terdiri atas bagian2 yang saling berhubungan.
      Kegiatan dari bagian manapun dalam organisasi mempengaruhi kegiatan dari setiap bagian yang
lainnya.

            Untuk mempersatukan bagian2 organisasi secara keseluruhan atau sebagai satu   kesatuan, manajer
harus berkomunikasi dengan para pegawai serta bagian2 lain dan lingkungannya.

2)      Pendekatan Kontingensi
 Juga disebut Pendekatan Situasional.
 Pdkt ini menekankan bahwa tindakan manajerial yang tepat tergantung pada  universal yang
dapat diterapkan dalam segala situasi organisasi (lingkungan organisasi).
 Satu pendekatan barangkali efektif digunakan dalam mengatasi masalah pada situasi tertentu
tetapi tidak tepat lagi pada situasi yang lain. Situasi yang dimaksud disebut variable kontingensi.

Anda mungkin juga menyukai