Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Dan


Ilmu Teknologi”
“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan pancasila”

Dosen pengampu : Siti Rozinah

Disusun oleh:

1. 2019002 - Wini Indriani


2. 2019004 - Maimunah Hilaliyah
3. 2019011 - Sarif Hidayattulloh
4. 2019017 - Livia Umar
5. 2019044 - Fira Fatma

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA


FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
PRODI PSIKOLOGI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadiran ALLAH SubhanahuwaTa'alayang


telah melimpahkan rahmat, karunia, hidayah, serta tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat
dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam yang
merupakan teladan bagi kita semua sehingga diberi kemudahan dalam menyelesaikan
penulisan Makalah ini.

Makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Dan Ilmu
Teknologi” ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PENDIDIKAN PANCASILA. Dimana
dalam penulisan Makalah ini, tentunya penulis sangat terbantu atas segala bentuk dukungan
yang terlibat di dalamnya, yang telah memberikan sumbangan pemikiran maupun tenaganya
sehingga penulisan Makalah ini dapat terselesaikan.

Kelompok kami sadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, begitupun kiranya
dalam penulisan Makalah ini, dimana penulis sebagai manusia biasa yang tak pernah luput
dari kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima saran dan kritik yang bersifat
konstruktif untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga
Makalah ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 19 Juli 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pancasila adalah dasar negara atau pokok kaidah negara yang fundamental yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, dan sekaligus cita hukum (rechtssidee) negara
Indonesia karena bersumber pada pandangan dan falsafah hidup yang mendalam, dimana
tersimpul ciri khas sifat, dan karakter luhur bangsa Indonesia. (Hernowo, 2006 : 3).
Pancasila sudah disepakati bersama sebagai cara pandang hidup bangsa Indonesia (the
way of life) dan sekaligus sebagai dasar negara. Secara teoritik, cara pandang hidup bangsa
Indonesia (the way of life) selalu berbasis pada nilai-nilai yang bersifat meta yuridis,
berbasis nilai-nilai dan moralitas yang disepakati bersama. Jadi Pancasila pun demikian dan
itu merupakan kenyataan sejarah. Nilai-nilai yang bersifat meta-yuridis ini jelas belum dapat
mempunyai kekuatan hukum. Agar dapat mengikat secara hukum, maka nilai-nilai ini
harus dituangkan dalam norma hukum. Sesuatu akan menjadi norma kalau memang
dikehendaki oleh bangsa sebagai norma, yang penentuannya dilandaskan pada moralitas
yang baik. Untuk dapat mengikat secara hukum maka, norma-norma itu harus diatuangkan
didalam aturan hukum positif yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana diajarkhan oleh
John Austin. (Soedjati Djiwowandono, 1995 :19-24)
Pancasila sebagai idiologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya dan agama dari
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai idiologi bangsa Indonesia mengakomodir seluruh
aktifitas kehidupan bermasyarakat, berbangas dan bernegara demikian juga dalam aktifitas
ilmiah. Oleh karena itu perumusan Pancasila sebagai paradigma ilmu bagi aktivitas ilmiah
di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat niscaya. Sebab pengembangan ilmu yang
terlepas dari idiologi Pancasila, justru dapat mengakibatkan sekularisme, seperti yang terjadi
pada jaman Renaissance di Eropa. Bangsa Indonesia memiliki akar budaya dan religi yang
kuat dan tumbuh sejak lama dalam kehidupan masyarakat sehingga manakala
pengembangan ilmu tidak berakar pada idiologi bangsa, sama halnya dengan membiarkan
ilmu berkembang tanpa arah dan oreintasi yang tidak jelas.
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dewasa ini mencapai kemajuan
pesat sehingga perdapan manusia mengalami perubahan yang luar biasa . Pengembangan
Iptek tidak dapat terlepas dari stuasi yang melengkapainya, artinya iptek selalu berkembang
dalam suatu ruang budaya. Perkembangan iptek pada gilirannya bersentuhan dengan nilai-
nilai budaya dan agama sehingga disatu pihak dibutuhkan semangat obyektifitas dipihak
lain iptek perlu mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan agama dalam
pengembangannya agar tidak merugikan umat manusia. (Kementrian Riset Dikti Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016: 97-98)
Kontek pengembangan ilmu pengetahuan menegarahi bahwa kebanyakan orang sering
mencampuradukkan antara kebenaran dan kemajuan seseorang tentang kebenaran
terpengaruh oleh kemajuan yang dilihatnya, hal ini ditegaskan bahwa kebenaran itu bersifat
non-comulative ( tidak bertambah) karena kebenaran itu tidak makin bertambah dari waktu
kewaktu. Adapun kemjuan itu bersifat comulative (bertambah), artinya kemajuan itu
selalu berkembang dari waktu kewaktu. Agama, filsafat dan kesenian termasuk dalam
katagori non- comulative, sedangkan fisika, teknologi,kedokteran termasuk dalam katagori
comulative. (Koentowijoyo, 2006: 4). Oleh karena itu, reaksi iptek dan budaya merupakan
persoalan yang seringkali mengundang perdebatan. Berdasarkan uraian diatas maka yang
menjadi permasalahan adalah bagaimana urgensi tentang penegasan Pancasila sebagai dasar
nilai pengembnagan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Rumusan Masalah
 Menelusuri apa itu konsep dan urgensi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu?
 Menelusuri apa itu Sumber yuridis, historis, sosiologis dan politis Pancasila sebagai
dasar nilai pengembangan ilmu?
 Menelusuri apa itu Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu?
 Menelusuri apa itu Esensi dan urgensi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu?
Tujuan
 Mengetahui konsep dan urgensi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
 Mengetahui Sumber yuridis, historis, sosiologis dan politis Pancasila sebagai dasar
nilai pengembangan ilmu
 Mengetahui Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu
 Mengetahui Esensi dan urgensi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu pada
beberapa jenis pemahaman. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di
Indonesia harus menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal pengembangan
iptek itu sendiri. Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif
bagi pengembangan iptek di Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak
keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia. Keempat, bahwa setiap
pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri
atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu). (Dikti,
2016)
Keempat pengertian Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu sebagaimana
dikemukakan di atas mengandung konsekuensi yang berbeda-beda. Pengertian pertama
bahwa iptek tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
mengandung asumsi bahwa iptek itu sendiri berkembang secara otonom, kemudian
dalam perjalanannya dilakukan adaptasi dengan nilai-nilai Pancasila.
Pengertian kedua bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus
menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal mengandaikan bahwa sejak
awal pengembangan iptek sudah harus melibatkan nilai-nilai Pancasila. Namun,
keterlibatan nilai-nilai Pancasila ada dalam posisi tarik ulur, artinya ilmuwan dapat
mempertimbangkan sebatas yang mereka anggap layak untuk dilibatkan.
Pengertian ketiga bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai
rambu normatif bagi pengembangan iptek mengasumsikan bahwa ada aturan main yang
harus disepakati oleh para ilmuwan sebelum ilmu itu dikembangkan. Namun, tidak ada
jaminan bahwa aturan main itu akan terus ditaati dalam perjalanan pengembangan iptek
itu sendiri. Sebab ketika iptek terus berkembang, aturan main seharusnya terus
mengawal dan membayangi agar tidak terjadi kesenjangan antara pengembangan iptek
dan aturan main.
Pengertian keempat yang menempatkan bahwa setiap pengembangan iptek harus
berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri sebagai proses indegenisasi
ilmu mengandaikan bahwa Pancasila bukan hanya sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu, tetapi sudah menjadi paradigma ilmu yang berkembang di Indonesia. Untuk itu,
diperlukan penjabaran yang lebih rinci dan pembicaraan di kalangan intelektual
Indonesia, sejauh mana nilai-nilai Pancasila selalu menjadi bahan pertimbangan bagi
keputusan-keputusan ilmiah yang diambil. (Dikti, 2016)
Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis Dan Politis Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu

Sumber historis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek di Indonesia dapat
ditelusuri dalam Pembukaan UUD 1945. Pada alenia keempat Pembukaan UUD 1945
berbunyi:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumbah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamain abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
yang Maha Esa,... dan seterusnya”.

Kata mencerdaskan kehidupan bangsa mengacu pada pengembangan iptek melalui


pendidikan. Amanat dalam pembukaan UUD 1945 yang terkait dengan mencerdaskan
kehidupan bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, dan
sterusnya yaitu Pancasila. Proses mencerdaskan kehidupan bangsa yang terlepas dari nilai-
nilai spiritual, kemanusiaan, solidaritas kebangsaan, musyawarah, dan keadilan merupakan
pencerdasan terhadap amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan
dokuen sejarah bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu belum banyak dibicrakan pada awal
kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi, menginat para pendiri negara
yang juga termasuk cerdik cendikia atau inteletual bangsa Indonesia yang pada masa itu
mencurahkan tenaga dan pemikirannya untuk membangun bangsa dan negara. Para
intelktual merupakan sebagai pejuang bangsa masih disibukkan pada upaya pembenahan
dan penatan negara yang baru saja terbebas dari penjajahan. Penjajahan tidak hanya
penjajahan fisik tapi rakyat Indonesia berada dalam kemiskinan dan kebodohan. Segilintir
rakyat yang menjadi pelopor kebangkitan bangsa sehingga ketika negara merdeka mereka
perlu mencantumkan aspek kesejahteraan dan pendidikan dalam Pembukaan UUD 1945
yang berbunyi “memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskn kehdupan bangsa dan
melindungi segenap tumph darah Indonesia” Sila-sila Pancasila yang tercantm dalam
Pembukaan Undang-Undang dasar 1945 jelas merupakan pendiri negara untuk mengangkat
dan meningkatkan kesejahteraan dan memajukan kesejhtaeraan bangsa dalam arti penguatan
perekonomian bnagsa dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat mengangkat harkat
dan martabat bangsa Indonesia agar setara dengan bangsa-bangsa lain didunia.
Sumber historis lain dapat ditelusuri dalam berbagai diskusi dan seminar dikalangan
intelektual di Indonesia salah satunya adalah perguruan tinggi. Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu baru mulai dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak sekitar 1980-
an, terutama di Perguruan Tinggi yang mencetak kaum intelektual, salah satu Perguruan
Tinggi itu adalah Universitas Gadjah Mada dalam penyelenggraan seminar dengan tema
Pancasila Sebagai Orientasi Pengembangan Ilmu (Kementrian Riset dan Teknologi
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016:202 – 203).

Sebagai sumber sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat
ditemukan dalam sikap masyarakat yang peka terhadap isu-isu Ketuhanan dan Kemanusiaan
yang ada dibalik peistiwa yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya dengan rencana
dibangunnya pembangunan pusat tenaga nuklir disemenanjung muria beberapa tahun yang
lalu. Hal ini akan dikaitkan dengan isu-isu Ketuhanan dan Kemanusiaan. Isu Ketuhanan
misalnya perkembangan iptek acapkali tidak memperhatikan harkat dan martabatnya
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yaitu dengan tidak melibatkan peran serta
langsung masyarakat padahal hal tersebut akan berdampak negatif berupa kerusakan
teknologi. Masyrakat lebih peka terhadap isu-isu kemanusiaan dibalik pembangunan dan
pengembangan iptek seperti limbah industri yang merusak lingkungan secara langsung
akan mengubah kenyamanan hidup masyarakat (Kementrian Riset dan Teknologi Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016:211)
Sumber Politis Pancasila sebagai dasar nila pengembangan iptek dapat dilihat dari
berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para penyelenggara negara. Misalnya kebijakan
yang terjadi pada jaman orde lama yang meletakkna Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan atau orientasi ilmu, antara laian pada pidato Soekarno ktika menerima gelar
Doctor Honoris Causa di UGM pada tanggal 19 September 1951. Dalam hal ini Pancasila
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu secara eksplisit sudah ditemukan. Hal yang lain
terjadi Soekarno berpidato pada Akademi Pembangunan Nasional Indonesia, 18 Maret
1962, pidato tersebut mengkaitkan dengan Pancasila, tetapi lebih mengjaitkan dengan
karakter, yaitu kepercayaan yang sesui dengan nilai-nilai Pancasila. Kemudian pada zaman
orde baru Presiden Soeharto menyinggung masalah Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmuketika memberikan sambutan pada konggres Pengetahuan Nasional IV
18 September 1986, hal itu menyebutkan bahwa meskipun Pancasila ditrapkan sebagai satu-
satunya asas tunggal organisasi poliik dan kemasyarakatan tetapi penegasan Pancasila
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia belum diungkapkan secara jelas. Pada
era reformasi Presiden Susio Bambang Yudoyono dan Presiden BJ Habibie pada
taggal 1 Juni 2011. Sehingga penegasan secara politis Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan iptek lebih bersifat apologis karena hanya memberikan dorongan kepada
kaum intelektual untuk menjabarkan nilai-nilai Pancasila lebih lanjut (Kementrian Riset dan
Teknologi Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016 : 212-213).
Salah satu nilai historis yang mengantarkan lahirnya Pancasila, adalah ajaran / paham
tentang 5 (lima) larangan yang harus dihindari oleh setiap Insan Indonesia. Hal itu berarti
bahwa larangan itu menjadikan arahan agar berbuat baik bagi sesama manusia yang
sesungguhnya merupakan ajaran dari Yang Maha Kuasa. Dengan demikian, muatan nilai
Pancasila pada hakekatnya merupakan perwujudan amanah dari Allah SWT – Tuhan Yang
Maha Esa agar setiap Insan Indonesia melaksanakan segala ketentuanNya dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dilihat dari pengertian filsafat, bahwa Pancasila merupakan suatu tatanan untuk
mengatur bagaimana seharusnya setiap insan Indonesia, mencari dan menemukan
kebenaran hakiki sebatas kemampuan manusia yang selalu berkembang dalam
mewujudkan makna hidup dan kehidupannya yang sekaligus sebagai perwujudan insan
Indonesia sebagai mahluk ciptaan yang harus mengabdi kepada Allah SWT – Tuhan Yang
Maha Kuasa. Oleh karena itu, nilai –nilai Pancasila sesungguhnya merupakan repleksi,
implementasi dan aktualisasi nilai – nilai religius yang merupakan saripati dari berbagai
agama / dan keyakinan / kepercayaan yang dianut oleh insan Indonesia sejak dahulu
sampai masa kini dan masa yang akan datang.
Sebagai sistem filsafat, Pancasila memiliki unsur – unsur keilmuan yang terdiri dari
ontology, epistemology dan aksiologi, sebagai satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh
(simultan). Yang dimaksud dengan Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam
nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Epistemologi adalah ilmu yang
membahas secara mendalam segenap proses penyusunan pengetahuan yang benar.
Sedangkan Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau
dari sudut kefilsafatan (sumber: Bahrum. Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi.Sulesna:
Volume 8 nomor 2 tahun 2013).
Ontologi berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan Apa (what?), epistemologi
berkaitana dengan jawaban atas pertanyaan mengapa (why?) atau tentang metodologi,
sedangkan aksiologi berkenaan dengan jawaban atas pertanyaan bagaimana (how?) yang
kesemuanya ditujukan untuk mencapai kebenaran menurut kaidah – kaidah ilmu
pengetahuan, yaitu pengetahuan yang memiliki objek tertentu, tersusun secara sistematis,
memiliki metodologi, bisa diuji / teruji kebenarannya, berlaku universal, bisa dipelajar dan
diajarkan, berkembang sesuai dengan dinamika (fleksibel) seirama dengan perkembangan
zaman dan kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan selalu bersifat
falsifikalisme.

Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu


1) Pancasila pada hakekatnya merupakan tatanan nilai kehidupan yang sudah
melembaga dalam cipta, rasa, karsa, dan karya Indonesia yang sekaligus menjadi
kepribadian dan karakteristik masyarakat Bangsa Indonesia yang harus senantiasa
dipelihara, dikembangkan dan dilestarikan oleh insan Indonesia sendiri. Pancasila bukan
merupakan sesuatu yang ada di luar diri pribadi insan Indonesia (eksternal). Dengan
demikian, aktualisasi perilaku kehidupan insan Indonesia, bukan karena Pancasila sebagai
alat untuk melaksanakan sila – sila Pancasila, melainkan karena Pancasila sudah ada dalam
diri insan Indonesia, sehingga nilai – nilai sila – sila Pancasila tampil melalui sikap dan
perilaku setiap Insan Indonesia. (Pancasila merupakan jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia – Internal). Oleh karena itu, jika ada ungkapan yang mengatakan bahwa
Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa, Pancasila sebagai media pemersatu bangsa, perlu
didalami maknanya lebih lanjut.
Sejak disepakati sebagai dasar negara yang rumusannya sebagaimana termaktub
dalam Pembukaan UUD NRI 1945, (18 Agustus 1945), sampai dengan saat ini telah
mengalami berbagai dinamika yang sekalugus tantangannya. Hal itu bisa terjadi karena dari
kesepakatan yang dibuat oleh para pendiri NKRI, banyak yang terpengaruh oleh
pemahaman – pemahaman filsafat dan keilmuan yang sesungguhnya tidak merupakan
bahkan bertentangan dengan nilai – nilai Pancasila. Hal itu bisa dilihat dan diketahui dari
sejarah yang secara langsung dan tidak langsung merongrong bahkan cenderung ingin
merubah Pancasila dengan filosofi – filosofi lainnya.
Dinamika dan tantangan yang terjadi selama ini, sekaligus membuktikan bahwa
Pamcasila adalah benar – benar sebagai jati diri bangsa yang sudah melekat kuat dan
berada dalam cipta (pikiraan), rasa (perasaan), karsa (kehendak), dan karya (perilaku /
perbuatan), sehingga tidak tergoyahkan kebenaran dan keberadaannya dalam jiwa dan
raganya insan Indonesia. Atas dasar itu melalui UU No 12 tahun 2011, telah ditetapkan
bahwa Pancasila adalah sumber segala sumber hukum negara (Pasal 2). Atas dasar itu,
kebenaran nilai – nilai yang terkandung dalam sila – sila Pancasila tidak diragukan lagi dan
lebih lanjut harus diimplementasikan dalam setiap dinamika kehidupan termasuk dalam
menjawab dan / atau mengatasi tantangan yang dihadapi. Atas dasar itu pula, Pancasila
agar semakin lestari keberadannya, perlu ditindaklanjuti melalui pengembangan keilmuan,
terutama yang berkaitan dengan upaya meningkatkan perwujudan cita – cita dan tujuan
nasional.

Esensi dan urgensi Pancasila Sebagai dasar nilai pengembangan ilmu


1) Esensi atau inti Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, berkaitan erat
dengan bagaimana mengembangkan keilmuan dengan menggunakan pendekatan sila – sila
Pancasila secara utuh dan menyeluruh dan dengan sistematika yang sesuai dengan urutan
sila – sila Pancasila. Suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa sila – sila
Pancasila mulai dari sila ke 2 – 5, harus dijiwai dan sekaligus sebagai perwujudan nilai sila
Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti yang utama dan pertama harus dijadikan titik
pijak dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi Insan Indonesia adalah
mewujudkan Insan Indonesia yang cerdas, cerdik pandai dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi yang senantiasa dilandasi oleh Iman dan Takwa terhadap Allah SWT – Tuhan Yang
Maha Kuasa. Setinggi – tingginya IPTEK, tidaklah punya arti manakala mengeliminasi makna
IMTAQ terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Artinya, kemajuan IPTEK sekaligus harus
merupakan penguatan kualitas IMTAQ bagi setiap insan Indonesia.
2) Pengembangan keilmuan sebagai implementasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
berarti harus diwujudkan dalam upaya memahami dan mendalami serta mengaktualkan
pertanyaan 5 W + 1 H, sehingga pelaksanaannya merupakan perwujudan sila Ketuhanan
Yang Maha Esa yang baik dan benar. Dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab,
berarti harus didalami secara terus menerus bagaimana agar nilai – nilainya selalu dimiliki
dan diaktualkan oleh setiap insan Indonesia. Demikian halnya dalam mengembangkan
keilmuan pada sila ke 3,4 dan 5, harus semakin lebih memperkokoh Persatuan dan
Kesatuan, Musyawarah mufakat dalam demokrasi dan semakin meningkatkan perwujudan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3) Urgensi Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dimaksudkan bahwa
pemahaman dan pemikiran keilmuan untuk kepentingan bangsa, harus berlandaskan
kepada nilai – nilai Pancasila, karena masyarakat yang menjadi tujuan berdirinya NKRI,
pada hakekatnya adalah mewujudkan masyarakat yang Pancasilais yang wujudnya dapat
diketahui melalui sikap, tekad, semangat, disiplin, dan tanggung jawab yang dilandasi dan
sekalugus bermuara pada jujur dan kejujuran dalam mengolah / memanage kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
BAB III
KESIMPULAN
Urgensi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di
Indoenesia haruslah berdasar dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila
2. Setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-nilai Pancasila
sebagai faktor internal pengembangan iptek
3. Pancasila dijadikan sebagai rambu-rambu normatif dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia agar nantinya mampu mengendalikan diri serta
tidak keluar dari cara berpikir bangsa Indonesia. Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi khususnya bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diharapkan dapat menjadi dasar dan akar pada
pengembangan keilmuan yang disesuaikan dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia, sehingga pengembangan iptek tadi tidak keluar dari nilai-nilai yang telah
dimilliki bangsa Indonesia.
Daftar Pustaka
Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Republik Indoensia, Direktoral
Jenderal Pembelajaran dan Kemanusiaan, 2016, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi, Jakarta
Kuntowijoyo, 2006, Islam Sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi dan Etika,
Yogyakarta.Surajiyo, Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Informasi yang Beretika dan
Demokratis, digilib.mercubuana..ac.id. Jakarta.
Prosiding Focus Grup Discussion Badan Pengkajian MPR RI Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, 2017, Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Negara, Idiologo Bangsa dan Negara
Dalam UUD RI 1945, Semarang,

Anda mungkin juga menyukai