Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wini Indriani

NIM : 2019002

Kelas : Psikologi A3

UTS ETIKA SOSIAL

MENANGGAPI ISU YANG BEREDAR DI MASYARAKAT SAAT INI

Babi ngepet atau makhluk jejadian yang dipercaya yang bisa mencuri duit untuk
majikannya telah menghebohkan Depok beberapa hari kebelakang. Viralnya video tersebut
terjadi ketika beredar sebuah video di media sosial yang memperlihatkan seekor babi
dikurung dan dikerubungi warga setempat.

Hingga kepolisian menelusuri kejadian ini dan akhirnya terungkap bahwa semua ini
adalah rekayasa suatu oknum demi meraih kepopularitasan, hal ini disampaikan oleh seorang
penggerak dari kasus tersebut, Adam Ibrahim.

Menurut saya, kasus semacam ini adalah sebuah kelemahan pengguna akun sosial
media yang mudah dipercaya oleh suatu sebaran infromasi yang sama sekali tidak bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Informasi tersebut ditelan begitu saja kemudian
disebarluaskan tanpa dicari kebenarannya terlebih dahulu.

Dalam hal ini, di era digital seperti sekarang ini, kita harus pintar dan cerdas dalam
memfilter informasi yang beredar. Budaya literasi juga harus ditingkatkan guna
meminimalisir penyebaran hoax via media sosial.

Dalam kasus ini, terlihat jelas bahwa masyarakat masih mudah percaya pada
informasi yang disampaikan tokoh sosial yang memiliki posisi tinggi dalam struktur sosial
setempat. Tidak penting informasi itu sesuai fakta atau tidak masyarakat beranggapan bahwa
petinggi kampung adalah yang sudah pasti tahu dan benar. Jadi mereka tidak perlu mencari
informasi lebih lanjut akan issue yang sedang beredar.

Dalam kasus ini, pelaku mengatakan bahwa alasan ia melakukan semua ini agar
permasalahan yang ada di tempatnya selesai, berupa masalah kehilangan uang, dan juga agar
mempertahankan dan menambah jemaahnya. Namun adabeberapa masyarakat juga yang
beranggapan akan pernyataan kapolres depok tersebut, bahwa kapolres mengeluarkan
pernyataan isu babi ngepet sebagai hoax dan keisengan pihak Adam Ibrahim dkk ini sebagai
pernyataan yang sekedar untuk membungkam masyarakat. Agar kehadiran babi ngepet ini
tidak semakin meresahkan masyarakat.

Dan soal kasus seorang ibu yang terusir dari tempat tinggalnya setelah menuduh
tetangganya sebagai "babi ngepet" yang ditemukan tersebut merupakan sebuah Tindakan
yang sangat anarkis. Harusnya ada sebuah peran dari struktural masyarakat setempat yang
bisa menenangkan dan menyelesaikan masalah ini dengan tenang hingga tidak ada salah
seorang warganya yang diusir. Karena sesungguhnya hal ini adalah sebuah persoalan kecil
yang hanya diperlukan lapang dada oleh masyarakat lantaran Bu Wati juga sudah meminta
maaf terkait tindakannya.

Sebagai pembelajaran juga untuk kita semua, untuk senantiasa menjaga ucapan.
Jangan mentang-mentang kepada orang dekat, kita seenaknya menyuarakan apapun. Entah
bertujuan untuk bercanda atau memang benar terjadi, kita harus sudah punya filter untuk diri
kita sendiri, mana yang pantas dan tidak pantas untuk diutarakan.

Disini juga sebenarnya sudah menjadi konsekuensi bagi Ibu Wati, bukan hanya warga
yang mengusir yang disalahkan, tapi sosok Ibu Wati sendiri juga sudah mematahkan
kepercayaan warga sekitar terhadapnya. Permintaan maaf juga memang tidak selalu berakhir
seperti sebelumnya. Warga bisa saja memaafkan, namun tidak bisa melupakan apa yang
sudah dilakukan Ibu Wati.

Dalam kasus ini juga diperlihatkan kurangnya sosok tokoh masyarakat yang bisa
menengahi permasalah yang terjadi di daerah tersebut. Seorang pemimpin dalam tingkat
sekecil apapun harus bisa menjadi sosok pemersatu bukan pemecah belah. Apalagi terkait
hak dari seorang warga itu sendiri, harus benar-benar memperoleh haknya. Harusnya yang
menjadi fokus pembahasan adalah masalah penyalahgunaan media sosial sebagai sumber
informasi.

Perlu kiranya sosialisasi terhadap penggunaan media sosial yang baik dan benar
kepada semua lingkup masyarakat agar tidak terjadi kasus seperti ini lagi. Bijak dalam
menggunakan media sosial adalah jalan yang tepat untuk mengambil sebuah pelajaran dari
kasus ini sehingga bisa lebih berhati-hati dalam menyebarluaskan informasi yang belum
pasti kebenarannya.

Anda mungkin juga menyukai