Anda di halaman 1dari 109

1

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MA Nuril Huda yang berlokasi di desa

Tarub, Kecamatan Tawangharjo, kabupaten Grobogan . Peneliti melakukan

observasi awal pada hari Senin, 16 April 2018. Observasi awal ini bertujuan

untuk mengetahui kemampuan representasi matematis siswa ditinjau dari gaya

belajar. Berdasarkan observasi awal diketahui bahwa representasi matematis

siswa masih rendah dan gaya belajar siswa dibagi menjadi tiga, yakni gaya

belajar visual, auditorial dan kinestetik.

4.1.1 Hasil Analisis Data Awal

Peneliti meminta nilai ujian akhir semester (UAS) matematika semester

ganjil tahun 2017/2018 pada guru matematika sebagai salah satu acuan dalam

pemilihan sampel. Peneliti memilih dua kelas yaitu X 1 dan X 4 MA Nuril

Huda untuk dilakukan uji normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-rata.

Data hasil UAS semester ganjil kelas X 1 dan X 4 MA Nuril Huda dapat dilihat

pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

4.1.1.1 Uji Normalitas Data Awal

Uji normalitas terhadap hasil UAS digunakan untuk mengetahui data

yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji dilakukan dengan

menggunakan uji kolmogorov-smirnov dengan alat bantu SPSS 18.0. Hipotesis

yang digunakan adalah sebagai berikut.


2

H 0 : data nilai UAS berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H 1 : data nilai UAS berasal dari populasi yang tidak berdistribusi

normal

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov berbantuan SPSS

18.0, diperoleh output hasil perhitungan dimana nilai Sig0,66> 0,05, maka H 0

diterima, artinya data nilai UAS semester ganjil kelas X 1 dan X 4 MA Nuril

Huda berdistribusi normal. Data nilai UAS berdistribusi normal, sehingga uji t

untuk uji kesamaan dua rata-rata dapat digunakan. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.1.1.2 Uji Homogenitas Data Awal

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui sampel penelitian yang

akan dilakukan berasal dari kondisi awal yang sama atau tidak, dengan kata lain

mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah

sebagai berikut.

H 0 : (varians homogen)

H 1 : (varians tak homogen)

Rumus yang digunakan dalam uji F adalah:

Variansterbesar
F=
Varians terkecil

(Sudjana, 2005: 250)


3

Keterangan:

σ 12 : varians kemampuan awal kelompok sampel pertama

σ 22 : varians kemampuan awal kelompok sampel kedua

Kriteria dalam uji homogenitas ini adalah tolak H 0 jika F ≥ F 1 α (v , v ),


1 2
2

1
dengan F 1 α (v , v ) didapat dari tabel distribusi F dengan peluang α , dan derajar
2 1 2
2

kebebasan v1 dan v 2, masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut

dalam rumus di atas (Sudjana, 2005: 250). Pada penelitian ini menggunakan

taraf signifikan α =0,05. Nilai F hitung =8931 ¿ F tabel =27133, maka dapat

disimpulkan bahwa data nilai UAS semester ganjil kelas X 1 dan X 2 MA Nuril

Huda berasal dari kondisi awal yang sama atau homogen. Perhitungan uji

homogenitas selengkapnya disajikan pada Lampiran 7.

4.1.1.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Data Awal

Uji kesamaan rata-rata data awal dilakukan untuk mengetahui

kemampuan siswa pada dua kelas tersebut sama atau tidak. Dalam penelitian

ini, uji kesamaan rata-rata yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata

dengan uji dua pihak.

H 0 : (tidak ada perbedaan rata-rata nilai awal kedua kelompok sampel)

H 1: (ada perbedaan rata-rata nilai awal pada kedua kelompok sampel)


Karena σ 1 =σ 2 (data homogen), maka digunakan rumus:

x́ 1− x´2
t=
1 1
s
√ +
n1 n2

dengan

( n1 −1 ) s12+ ( n2−1 ) s 22
s=
√ n1+ n2−2

(Sudjana, 2005: 239)

Keterangan:

μ1 : kemampuan awal kelompok sampel pertama

μ2 : kemampuan awal kelompok sampel kedua

t : t hitung

x́ 1 : rata-rata nilai UAS kelompok sampel pertama

x́ 2 : rata-rata nilai UAS kelompok sampel kedua

n1 : banyaknya siswa kelompok sampel pertama

n2 : banyaknya siswa kelompok sampel kedua

s21 : varians nilai UAS kelompok sampel pertama

s22 : varians nilai UAS kelompok sampel kedua

s : simpangan baku gabungan

−t <t <t
Kriteria pengujiannya adalah H 0 diterima apabila 1−( 1 ) α hitung 1−( 1 ) α dan H 0
2 2

t
ditolak untuk harga-harga yang lainnya (Sudjana, 2005: 239). Nilai ( 12 ) α didapat dari
1−

daftar distribusi t dengan derajat kebebasan dk =n1 +n2 −2. Dalam penelitian ini

menggunakan taraf signifikan α =0,05. Nilai t hitung =413 , t 1 =2433 , karena


1− α
2
−t <t hitung <t
( 12 )α
1− ( 12 )α
1− maka H 0 diterima dan artinya rata-rata nilai awal kedua

kelompok sampel sama. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata nilai awal kelas X

1 dan X 2 MA Nuril Huda sama, sehingga kedua kelas tersebut dapat dijadikan

kelompok sampel penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

4.1.2 Hasil Analisis Data Kuantitatif

Siswa kelas eksperimen maupun kontrol melakukan pre-test dan posttest

kemampuan representasi matematis dan diperoleh data nilai pre-test dan posttest

kemampuan representasi matematis kedua kelas pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data Nilai Pre-test dan post-test Kemampuan Representasi Matematis

Simpangan Nilai Nilai


Rata-Rata
Baku Tertinggi Terendah
Kelas N
Pre- Post- Pre- Post- Pre- Post- Pre- Post-

test test test test test test test test


Eksperime
32 82,5 96 66
n
Kontrol 32 78,4 90 63

Data tes kemampuan representasi matematis tersebut akan di analisis secara

kuantitatif.

4.1.2.1 Uji Normalitas Data Kemampuan Representasi Matematis

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data nilai kemampuan

representasi matematis pada kelas eksperimen dan kontrol dalam penelitian ini

berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 80. Uji ini

dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov.

4.1.2.1.1 Uji Normalitas Data Posttest Kemampuan Representasi Matematis

Kelas Eksperimen

Uji normalitas pada data posttest kemampuan representasi matematis kelas

eksperimen digunakan untuk mengetahui data tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian ini adalah prasyarat dari pengujian hipotesis I penelitian.

Hipotesis yang digunakan sebagai berikut.

: data posttest kemampuan representasi matematis kelas eksperimen berasal

dari populasi yang berdistribusi normal

: data posttest kemampuan representasi matematis kelas eksperimen berasal

dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji ini dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov dengan

alat bantu SPSS 18.0. Kriteria pengujiannya adalah Terima jika nilai sig tes

kolmogrov-smirnov berbantuan SPSS 18.0 pada output > 0,05. Berdasarkan

perhitungan uji normalitas dengan SPSS 18.0 diperoleh nilai signifikan data akhir

yaitu dimana nilai sehingga diterima, artinya

data posttest kemampuan representasi matematis kelas VII D berasal dari populasi

yang berdistribusi normal.

4.1.2.1.2 Uji Normalitas Data Posttest Kemampuan Representasi Matematis

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji normalitas pada data posttest kemampuan representasi matematis

digunakan untuk mengetahui data tersebut berdistribusi normal atau tidak.

Pengujian ini merupakan uji prasyarat dari pengujian hipotesis II dan hipotesis III

penelitian. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.


: data posttest kemampuan representasi matematis berasal dari populasi

yang berdistribusi normal

: data posttest representasi matematis masalah dari populasi yang tidak

berdistribusi normal

Uji ini dilakukan menggunakan uji kolmogorov-smirnov dengan alat bantu

SPSS 18.0. Kriteria pengujiannya adalah Terima jika nilai sig tes kolmogorov-

smirnov pada output > 0,05. Berdasarkan output hasil perhitungan uji

kolmogorov-smirnov berbantuan SPSS 18.0 diperoleh nilai signifikan data akhir

yaitu dimana nilai sehingga diterima, artinya

data posttest kemampuan representasi matematis kelas VII D dan kelas VII C

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Kemampuan Representasi Matematis

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui sampel penelitian yang akan

dilakukan berasal dari kondisi awal yang sama atau tidak, dengan kata lain

mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah

sebagai berikut.

: (varians homogen)

: atau atau (varians tak homogen)

Uji homogenitas varians populasi dilakukan dengan menggunakan uji

Bartlett. Statistik yang digunakan untuk uji Bartlett yaitu statistik chi-kuadrat.

Rumus chi-kuadrat untuk uji Bartlett yaitu sebagai berikut.

( )* ∑( ) +
Rumus harga satuan ( ) ∑( ) dan varians gabungan

∑( )
.

∑( )

Kriteria pengujiannya adalah tolak jika dan terima

untuk harga lainnya, dimana didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat

dengan peluang ( ) dan ( ) (Sudjana, 2005: 263).

Hasil uji homogenitas data posttest ditampilkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

Kemampuan Representasi Matematis

Kesimpulan Arti
Kedua varians data posttest

sama atau homogen

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa data posttest kemampuan

representasi matematis siswa kelas X 1 dan X 2 MA Nuril Huda berasal dari

kondisi yang sama atau homogen. Perhitungan uji homogenitas selengkapnya

disajikan pada Lampiran 81.

4.1.2.3 Uji Hipotesis I

Uji hipotesis I digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan


representasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Manyaran pada submateri

persegi, persegi panjang, dan trapesium melalui model Problem Based Learning

bernuansa etnomatematika mencapai ketuntasan klasikal. Pembelajaran mencapai

ketuntasan jika kemampuan representasi matematis siswa mencapai atau melebihi

KKM yaitu 75 dan secara klasikal minimal 75% dari banyaknya siswa yang ada

dalam kelas tersebut mencapai nilai KKM. Data yang digunakan pada uji

hipotesis I yaitu data posttest kemampuan representasi matematis eksperimen. Uji


hipotesis I dilakukan dengan uji untuk menguji proporsi ( ). Hipotesis uji

proporsi yang diajukan adalah sebagai berikut.

(kemampuan representasi matematis siswa mencapai ketuntasan

belum melampaui 75% atau belum mencapai ketuntasan klasikal)

(kemampuan representasi matematis siswa mencapai ketuntasan

telah melampaui 75% atau telah mencapai ketuntasan klasikal)

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 233).

( )

Kriteria pengujiannya adalah ditolak jika ( ) , dimana

() didapat dari distribusi normal dengan peluang ( ) dengan .

Berikut disajikan hasil uji ketuntasan klasikal pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Uji Ketuntasan Klasikal

Kesimpulan Arti
proporsi siswa yang tuntas belajar

di kelas yang menggunakan model


()

PBL bernuansa etnomatematika


lebih dari 75%
Berdasarkan Tabel 4.5 maka ditolak dan diterima, artinya kemampuan

representasi matematis siswa mencapai ketuntasan telah melampaui 75%. Hal

tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan representasi matematis siswa

menggunakan model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika

mencapai ketuntasan klasikal. Perhitungan uji hipotesis I selengkapnya disajikan

pada Lampiran 82.


4.1.2.4 Uji Hipotesis II

Uji hipotesis II digunakan untuk membandingkan proporsi ketuntasan

kemampuan representasi matematis siswa melalui model Problem Based

Learning bernuansa etnomatematika dengan proporsi ketuntasan kemampuan

representasi matematis siswa melalui model Problem Based Learning. Data yang

digunakan pada uji hipotesis II yaitu data posttest kemampuan representasi

matematis. Selanjutnya rumusan hipotesisnya sebagai berikut.

(proporsi ketuntasan kemampuan representasi matematis siswa

pada pembelajaran Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika kurang dari atau sama dengan proporsi ketuntasan

kemampuan representasi matematis siswa pada pembelajaran

Problem Based Learning)

(proporsi ketuntasan kemampuan representasi matematis siswa

pada pembelajaran Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika lebih dari proporsi ketuntasan kemampuan

representasi matematis siswa pada pembelajaran Problem Based

Learning)

Rumus yang digunakan untuk menghitung uji beda ketuntasan kemampuan

representasi matematis siswa adalah sebagai berikut.

( ) ( )

den .

gan

dan
√{
}
Kriteria pengujiannya adalah ditolak jika ( ) dengan

. Berikut disajikan hasil uji kesamaan dua proporsi pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Proporsi

Kesimpulan Arti
proporsi ketuntasan kemampuan

representasi matematis siswa pada


()

pembelajaran PBL bernuansa

etnomatematika lebih dari proporsi

ketuntasan kemampuan

representasi matematis siswa pada

pembelajaran PBL
Berdasarkan Tabel 4.6 maka ditolak dan diterima. Jadi, proporsi

ketuntasan kemampuan representasi matematis siswa pada pembelajaran Problem

Based Learning bernuansa etnomatematika lebih dari proporsi ketuntasan

kemampuan representasi matematis siswa pada pembelajaran Problem Based

Learning. Perhitungan uji hipotesis II selengkapnya disajikan pada Lampiran 83.

4.1.2.5 Uji Hipotesis III

Uji hipotesis III dilakukan untuk menguji kemampuan representasi

matematis siswa kelas VII pada submateri persegi, persegi panjang, dan trapesium

melalui pembelajaran Problem Based Learning bernuansa etnomatematika lebih

baik dari kemampuan representasi matematis siswa melalui pembelajaran

Problem Based Learning. Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini
menggunakan uji pihak kanan. Data yang digunakan pada uji hipotesis III yaitu

data posttest kemampuan representasi matematis. Hipotesis yang digunakan

adalah sebagai berikut.

: (rata-rata posttest kemampuan representasi matematis siswa pada

kelas yang menggunakan model Problem Based Learning bernuansa


etnomatematika kurang dari atau sama dengan rata-rata posttest

kemampuan representasi matematis siswa pada kelas yang

menggunakan model Problem Based Learning)

: (rata-rata posttest kemampuan representasi matematis siswa

pada

kelas yang menggunakan model Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika lebih dari rata-rata posttest kemampuan representasi

matematis siswa pada kelas yang menggunakan model Problem

Based Learning)

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

̅ ̅

()()

dengan

Kriteria pengujiannya adalah terima jika dan tolak

jika bernilai lain, dimana diperoleh dari daftar distribusi t dengan (

), peluang ( ), dan . Berikut disajikan hasil uji perbedaan dua rata-

rata dengan menggunakan pihak kanan pada Tabel 4.7.


Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Kesimpulan Arti
rata-rata posttest kemampuan

representasi matematis siswa

pada kelas dengan model PBL

bernuansa etnomatematika

lebih dari rata-rata posttest

kemampuan representasi

matematis siswa pada kelas

dengan model PBL


Berdasarkan Tabel 4.7, maka ditolak dan diterima. Jadi, rata-rata

posttest kemampuan representasi matematis siswa pada kelas yang menggunakan

model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika lebih dari rata-rata

posttest kemampuan representasi matematis siswa pada kelas yang menggunakan

model Problem Based Learning. Perhitungan uji hipotesis III selengkapnya

disajikan pada Lampiran 84.

4.1.2.6 Uji Hipotesis IV

Uji hipotesis IV digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang

signifikan antara sikap cinta budaya lokal siswa antara sebelum dan setelah

diberlakukannya pembelajaran dengan model Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika. Rumusan hipotesisnya dapat dinyatakan sebagai berikut.

: (sikap cinta budaya lokal siswa setelah mendapat pembelajaran model

Problem Based Learning bernuansa etnomatematika kurang dari atau

sama dengan sikap cinta budaya lokal siswa sebelum mendapat

model pembelajaran Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika)

: (sikap cinta budaya lokal siswa setelah mendapat pembelajaran model

Problem Based Learning bernuansa etnomatematika lebih baik

daripada sikap cinta budaya lokal siswa sebelum mendapat model

pembelajaran Problem Based Learning bernuansa etnomatematika)

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

̅ ∑ ∑ (∑ )
, dimana ̅ dan .

√ ( )
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika dimana

diperoleh dari tabel t dengan taraf , dk=( ), dan peluang

(1- ). Berikut disajikan hasil uji paired sample t-test pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Uji Paired Sample T-test

Kesimpulan Arti
sikap cinta budaya lokal siswa

setelah mendapat pembelajaran

model PBL bernuansa

etnomatematika lebih baik

daripada sebelum mendapat

model pembelajaran PBL

bernuansa etnomatematika
Berdasarkan Tabel 4.8, maka ditolak dan diterima. Jadi, sikap cinta

budaya lokal siswa setelah mendapat pembelajaran model Problem Based

Learning bernuansa etnomatematika lebih baik daripada sikap cinta budaya lokal

siswa sebelum mendapat model pembelajaran Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika. Perhitungan uji paired sample t-test selengkapnya disajikan pada

Lampiran 85.

4.1.2 Hasil Analisis Data Kualitatif


Analisis data kualitatif pada penelitian ini dilakukan reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan terlebih dahulu. Reduksi data dimulai

dengan mengoreksi hasil posttest, mengoreksi angket self-efficacy, dan

menentukan subjek yang akan di wawancarai. Hasil reduksi ini terdapat Subbab

penentuan subjek penelitian. Reduksi data juga dilakukan pada hasil pengamatan

dan wawancara subjek penelitian dengan cara menyederhanakan kedua hasil


tersebut menjadi susunan bahasa yang sederhana dan rapi mengenai kemampuan

representasi matematis.

Subbab ini akan menunjukkan proses analisis data angket self-efficacy,

pemilihan subjek penelitian, dan proses analisis kemampuan representasi

matematis pada masing-masing kelompok self-efficacy. Peneliti menggunakan

hasil pengerjaan posttest dan hasil wawancara subjek penelitian. Analisis

kemampuan representasi matematis disesuaikan dengan indikator representasi

matematis. Menurut Zhe (2012), yaitu (1) visual representation, yaitu menyajikan

kembali data atau informasi dalam bentuk gambar, diagram, grafik, atau tabel

untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian; (2) symbolic

representation, yaitu membuat persaamaan atau model matematika dari suatu

tugas yang diberikan; (3) verbal representation, yaitu membuat situasi masalah

berdasarkan data atau representasi yang diberikan, menuliskan langkah-langkah

penyelesaian masalah matematis dalam bentuk kata-kata atau teks tertulis, dan

menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.

4.1.2.1 Analisis Data Skala Self-Efficacy

Angket self-efficacy terdiri dari 25 butir pernyataan yang telah divalidasi

oleh ahli dan dilakukan uji coba. Pengisian angket ini dilakukan di kelas VII D

pada hari Senin, 7 Mei 2018. Berdasarkan hasil analisis skala self-efficacy dari 30

siswa kelas VII E, terdapat 7 siswa dengan self-efficacy tinggi, 22 siswa dengan

self-efficacy sedang, dan 3 siswa dengan self-efficacy rendah. Hasil analisis

pengisian angket self-efficacy disajikan pada Lampiran 75.


4.1.2.2 Pemilihan Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian dipilih masing-masing dua siswa dalam setiap

kategori self-efficacy. Subjek yang dipilih kemudian diwawancarai. Pelaksanaan

wawancara pada 8 Mei dan 11 Mei 2018. Berdasarkan analisis hasil skala self-

efficacy, dipilih enam subjek penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Subjek Penelitian

No Subjek Kode Kategori


1 S-1 E-14 self-efficacy tinggi
2 S-2 E-12 self-efficacy tinggi
3 S-3 E-11 self-efficacy sedang
4 S-4 E-21 self-efficacy sedang
5 S-5 E-13 self-efficacy rendah
6 S-6 E-16 self-efficacy rendah
Hasil analisis pemilihan subjek penelitian selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 75.

4.1.2.3 Analisis Kemampuan Representasi Matematis Subjek Self-Efficacy

Tinggi

Hasil skala self-efficacy pada kelas VII D SMP Negeri 1 Manyaran,

diperoleh 7 siswa yang memiliki tingkat self-efficacy tinggi. Peneliti melakukan

analisis terhadap jawaban tes kemampuan representasi matematis subjek yang

memiliki tingkat self-efficacy tinggi. Analisis tersebut berdasarkan indikator

representasi matematis sebagai berikut.

1. Visual Representation

a. Membuat gambar untuk memperjelas suatu tugas yang diberikan dan

memfasilitasi penyelesaiannya.
2. Symbolic Representation

a. Membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yang

diberikan.

b. Menyelesaikan masalah dengan melibatkan persamaan atau model

matematika.

3. Verbal Representation

a. Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang

diberikan.

b. Menulis langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dalam bentuk

kata-kata atau teks tertulis.

c. Menjawab soal dengan kata-kata atau teks tertulis.

Indikator Visual Representation dalam membuat gambar untuk

memperjelas suatu tugas yang diberikan dan memfasilitasi penyelesaiannya,

subjek dengan self-efficacy tinggi mampu menyajikan kembali informasi dalam

bentuk gambar. Subjek mampu membuat gambar secara lengkap dan benar.

Indikator Symbolic Representation dalam membuat persamaan atau model

matematika dari representasi lain yang diberikan untuk menyelesaikan masalah,

subjek dengan self-efficacy tinggi mampu membuat persamaan atau model

matematika untuk menyelesaikan masalah dengan lengkap dan benar meskipun

tidak seluruhnya. Indikator Verbal Representation dalam membuat situasi

masalah berdasarkan data atau representasi yang diberikan, subjek dengan self-

efficacy tinggi sudah menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari data
yang diberikan. Subjek dengan self-efficacy tinggi mampu menulis langkah-
langkah penyelesaian masalah matematis dan menjawab soal menggunakan teks

tertulis dalam menuliskan kesimpulan dari permasalahan dengan tepat meskipun

tidak seluruhnya.

Peneliti mengambil dua subjek untuk mengetahui kemampuan representasi

matematis dengan self-efficacy tinggi lebih lanjut. Subjek yang diambil yaitu S-1

dan S-2. Berikut hasil pengerjaan dan wawancara subjek S-1 dan S-2.

4.1.2.1.1 Subjek Penelitian S-1

1. Indikator Visual Representation

Pekerjaan subjek S-1 terkait membuat gambar untuk memperjelas suatu

tugas yang diberikan dan memfasilitasi penyelesaian dapat dilihat Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Pekerjaan Subjek S-1 Terkait Membuat Gambar

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-1 mampu membuat gambar

beserta ukurannya sesuai informasi pada soal secara lengkap dan benar. Terkait

dengan hal tersebut, penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-1

mengenai proses pengerjaan pada soal nomor 7 disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Penggalan Wawancara Subjek S-1

Terkait Indikator Visual Representation


Isi Wawancara
Peneliti : Apa informasi yang kamu peroleh pada soal nomor 7?

S-1 : Diketahui perbandingan sisi sejajar atap bagian bawah

( ), tinggi ( ) , sisi sama kakinya ( )

dan memiliki luas ( ) . Atap bagian atas memiliki


panjang sisi atas ( ) dan sisi sama kakinya ( ) .

Peneliti : Lalu menurutmu, apakah informasi tentang atap rumah

pendapa Kabupaten Wonogiri sudah cukup untuk menjawab

soal yang ditanyakan?

S-1 : Sudah, Bu.

Peneliti : Ketika nanti kamu menemui soal materi keliling dan luas

bangun datar yang berhubungan dengan budaya lokal

Wonogiri lainnya, apakah kamu membuat gambar sesuai

dengan soal yang diminta?


S-1 :
Iya, Bu.
Peneliti :
Apakah kamu menemui kesulitan dalam membuat gambar

dari model atap pendapa yang berbentuk trapesium sama kaki

bersusun tersebut?
S-1 :
Tidak, Bu.
Peneliti :
Apa tujuanmu membuat gambar dari persoalan yang kamu

temui?
S-1 :
Agar memudahkan mencari panjang kayu yang dibutuhkan

untuk membuat kerangka atap pendapa yang kedua bagian

depan (keliling), Bu.


Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara, subjek S-1 mampu membuat

gambar secara lengkap dan benar untuk memfasilitasi penyelesaian masalah dan

mampu menjelaskan kembali proses pengerjaannya sehingga dapat dikatakan

bahwa data subjek S-1 terkait indikator Visual Representation soal nomor 7 valid.

2. Indikator Symbolic Representation


Pekerjaan subjek S-1 terkait membuat persamaan atau model matematika

dari representasi lain yang diberikan untuk menyelesaikan masalah dapat dilihat

Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Pekerjaan Subjek S-1

Terkait Membuat Persamaan atau Model Matematika


Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-1 mampu membuat model

matematika dari representasi lain yang diberikan untuk mencari luas bingkai tanpa

lukisan wayang dengan proses pengerjaan secara lengkap dan benar. Terkait

dengan hal tersebut, penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-1

mengenai proses pengerjaan pada soal nomor 4 disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Penggalan Wawancara Subjek S-1

Terkait Indikator Symbolic Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Ketika kamu membaca soal nomor 4, bagaimana model

matematikanya?

S-1 : Model daerah yang dilukisi wayang memiliki luas ( )

dengan panjangnya ( ) dan lebar

bingkai( ) .

Peneliti : Ya tepat sekali, lalu apa tujuan kamu membuat model

matematika dari informasi yang diberikan?

S-1 : Untuk mencari luas bingkai tanpa lukisan wayang.

Peneliti : Coba jelaskan model matematika yang kamu pikirkan untuk

menemukan luas ( ) bingkai tanpa lukisan wayang!


S-1 :
Mencari lebar daerah lukisan wayang ( ) .

Karena lebar bingkai , maka luas bingkai tanpa

lukisan wayang ( ) .
Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara, subjek S-1 mampu membuat

persamaan atau model matematika dari representasi lain yang diberikan secara

lengkap dan benar dalam menyelesaikan masalah dan mampu menjelaskan


kembali proses pengerjaannya sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-1

terkait indikator Symbolic Representation soal nomor 4 valid.

3. Indikator Verbal Representation

Pekerjaan subjek S-1 terkait membuat situasi masalah berdasarkan data

atau representasi yang diberikan dapat dilihat Gambar 4.3.


Gambar 4.3 Pekerjaan Subjek S-1 Terkait Membuat Situasi Masalah

Gambar tersebut menunjukkan subjek S-1 menuliskan apa yang diketahui dan

ditanyakan dari data yang diberikan. Pekerjaan subjek S-1 terkait mampu menulis

langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dalam bentuk kata-kata atau

teks tertulis dapat dilihat Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Pekerjaan Subjek S-1

Terkait Menulis Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Matematis

Gambar tersebut menunjukkan subjek S-1 mampu menuliskan langkah-langkah

penyelesaian dan perhitungan dengan tepat. Pekerjaan subjek S-1 terkait

menjawab soal dengan menggunakan teks tertulis dapat dilihat Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Pekerjaan Subjek S-1

Terkait Menjawab Soal Menggunakan Teks Tertulis


Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-1 mampu menuliskan kesimpulan

dari permasalahan dengan tepat. Terkait dengan hal tersebut, penggalan hasil

wawancara peneliti dengan subjek S-1 mengenai proses pengerjaan pada soal

nomor disajikan pada Tabel 4.12.


Tabel 4.12 Penggalan Wawancara Subjek S-1

Terkait Indikator Verbal Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Apakah kamu membuat rencana terlebih dahulu dalam

mencari panjang kayu yang dibutuhkan untuk membuat

kerangka atap rumah yang kedua bagian depan?

S-1 : Ya, Bu. Untuk mencari panjang kayu yang dibutuhkan yaitu

dengan mencari keliling atap atas + keliling atap bawah,

tetapi harus mencari panjang sisi sejajar atap bagian bawah

terlebih dahulu.
Peneliti :
Bagus. Apa kamu menuliskan apa yang diketahui dan

ditanyakan saat menyelesaikan soal nomor 7 dan mengapa?


S-1 :
Ya, Bu, mempermudah mengerjakannya.
Peneliti :
Berdasarkan hasil pekerjaanmu, coba jelaskan bagaimana

kamu memperoleh kesimpulan seperti itu!


S-1 :
Saya menarik kesimpulan dengan melihat apa yang ditanya

dari soal nomor 7 yaitu panjang kayu yang dibutuhkan untuk

membuat kerangka atap. Nah dari hasil perhitungan saya,

diperoleh panjang sisi sejajar atap bagian bawah , maka

keliling atap atas + keliling atap bawah ( )

( ) . Jadi, panjang kayu yang

dibutuhkan untuk membuat kerangka atap adalah .


Berdasarkan hasil pekerjaan, subjek S-1 mampu membuat situasi masalah

berdasarkan data atau representasi yang diberikan dengan lengkap dan benar,

mampu menulis langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dengan tepat,


dan mampu menuliskan kesimpulan dari permasalahan dengan tepat. Berdasarkan

hasil wawancara, subjek S-1 mampu menjelaskan kembali proses pengerjaannya

sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-1 terkait indikator Verbal

Representation soal nomor 7 valid.

4.1.4.3.2 Subjek Penelitian S-2

1. Indikator Visual Representation

Pekerjaan subjek S-2 terkait membuat gambar untuk memperjelas suatu

tugas yang diberikan dan memfasilitasi penyelesaiannya dapat dilihat Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Pekerjaan Subjek S-2 Terkait Membuat Gambar

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-2 mampu membuat gambar

beserta ukurannya sesuai informasi pada soal secara lengkap dan benar. Terkait

dengan hal tersebut, penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-2

mengenai proses pengerjaan pada soal nomor 2 disajikan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Penggalan Wawancara Subjek S-2

Terkait Indikator Visual Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Apa informasi yang kamu peroleh pada soal nomor 2?

S-2 : Diketahui kain berbentuk persegi panjang bermotif hitam

putih dengan panjang ( ) , lebar ( ) , dan

motif berbentuk persegi dengan panjang sisi ( ) .

Peneliti : Lalu menurutmu, apakah informasi tentang kain motif

berwarna hitam putih yang dikenakan penari Kethek Ogleng

sudah cukup untuk menjawab soal yang ditanyakan?

S-2 : Sudah, Bu.

Peneliti : Ketika nanti kamu menemui soal materi keliling dan luas

bangun datar yang berhubungan dengan budaya lokal


Wonogiri lainnya, apakah kamu membuat gambar sesuai

dengan soal yang diminta?


S-2 :
Iya, Bu.
Peneliti :
Apakah kamu menemui kesulitan dalam membuat gambar

dari model kain berbentuk persegi panjang dengan motif

berwarna hitam putih berbentuk persegi yang dikenakan

S-2 : penari Kethek Ogleng?

Peneliti : Tidak, Bu.

Apa tujuan kamu membuat gambar dari persoalan yang kamu

S-2 : temui?

Agar mudah mencari banyak motif berwarna hitam dan putih

pada kain yang dikenakan penari Kethek Ogleng, Bu.


Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara, subjek S-2 mampu membuat

gambar secara lengkap dan benar untuk memfasilitasi penyelesaian masalah dan

mampu menjelaskan kembali proses pengerjaannya sehingga dapat dikatakan

bahwa data subjek S-2 terkait indikator Visual Representation soal nomor 2 valid.

2. Indikator Symbolic Representation

Pekerjaan subjek S-2 terkait membuat model matematika dari representasi

lain yang diberikan dalam menyelesaikan masalah dapat dilihat Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Pekerjaan Subjek S-2

Terkait Membuat Persamaan atau Model Matematika

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-2 mampu membuat persamaan

atau model matematika dari representasi lain yang diberikan untuk mencari luas

dan keliling dengan proses pengerjaan secara lengkap dan benar. Terkait dengan

hal tersebut, penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-2 mengenai

proses pengerjaan pada soal nomor 6 disajikan pada Tabel 4.14.


Tabel 4.14 Penggalan Wawancara Subjek S-2

Terkait Indikator Symbolic Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Ketika kamu membaca soal nomor 6, bagaimana model

matematikanya?

S-2 : Model kanopi Museum Karst yang berbentuk trapesium sama

kaki dengan panjang sisi bawah ( ) , panjang sisi

atas ( ) , dan tinggi ( ) .

Peneliti : Apa tujuan kamu membuat model matematika dari informasi

yang diberikan?

S-2 : Untuk mencari luas ( ) dan keliling ( ) kanopi.

Peneliti : Coba jelaskan model matematika yang kamu pikirkan untuk

menyelesaikan soal nomor 6!

S-2 : Mencari luas kanopi ( )

. Untuk mencari keliling kanopi, terlebih dahulu

mencari panjang sisi miring kanopi

( ) √( ) ( ) , sehingga diperoleh

keliling ( ) .
Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara, subjek S-2 mampu membuat

persamaan atau model matematika dari representasi lain yang diberikan secara

lengkap dan benar dalam menyelesaikan masalah dan mampu menjelaskan

kembali proses pengerjaannya sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-2

terkait indikator Symbolic Representation soal nomor 6 valid.


3. Indikator Verbal Representation

Pekerjaan subjek S-2 terkait membuat situasi masalah berdasarkan data

atau representasi yang diberikan dapat dilihat Gambar 4.8.


Gambar 4.8 Pekerjaan Subjek S-2 Terkait Membuat Situasi Masalah

Gambar tersebut menunjukkan subjek S-2 menuliskan apa yang diketahui dan

ditanyakan dari data yang diberikan. Pekerjaan subjek S-2 terkait mampu menulis

langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dengan kata-kata atau teks

tertulis dapat dilihat Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Pekerjaan Subjek S-2

Terkait Menulis Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Matematis

Gambar tersebut menunjukkan subjek S-2 mampu menuliskan menuliskan

langkah-langkah penyelesaian dan perhitungan dengan tepat. Pekerjaan subjek S-

2 terkait menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis dapat

dilihat Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Pekerjaan Subjek S-2

Terkait Menjawab Soal Menggunakan Teks Tertulis

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-2 mampu menuliskan kesimpulan


dari permasalahan dengan tepat.

Dari ketiga gambar, pekerjaan subjek S-2 sudah mampu menyelesaikan

proses pengerjaan sesuai dengan indikator Verbal Representation, tetapi masih

ada penjelasan yang tidak menggunakan model matematika. Terkait dengan hal
tersebut, penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-2 mengenai proses

pengerjaan pada soal nomor 1 disajikan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Penggalan Wawancara Subjek S-2

Terkait Indikator Verbal Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Apakah kamu membuat rencana terlebih dahulu dalam

mencari sisa luas kain batik yang tidak terpakai?

S-2 : Ya, Bu. Untuk mencari sisa luas kain batik yang tidak

terpakai yaitu dengan cara luas kain batik sebelum dijahit

dikurangi luas kain batik setelah dijahit.

Peneliti : Bagus. Apa kamu menuliskan apa yang diketahui dan

ditanyakan saat menyelesaikan soal nomor 1?

S-2 : Ya, Bu.

Peneliti : Mengapa kamu tuliskan?

S-2 : Saya menuliskan supaya lebih mudah mengerjakannya, Bu.

Peneliti : Berdasarkan hasil pekerjaanmu, coba jelaskan bagaimana

kamu memperoleh kesimpulan seperti itu!

S-2 : Saya menarik kesimpulan dengan melihat apa yang ditanya

dari soal nomor 1 yaitu adalah sisa luas kain batik yang tidak

terpakai. Nah dari hasil perhitungan saya, kain batik sebelum

dijahit berbentuk persegi dengan luas dan kain batik yang

terpakai berbentuk persegi panjang dengan luas .

Jadi, sisa luas kain batik yang tidak terpakai adalah .


Berdasarkan hasil pekerjaan, subjek S-2 mampu membuat situasi masalah

berdasarkan data atau representasi yang diberikan dengan lengkap dan benar,
mampu menulis langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dengan tepat,

dan mampu menuliskan kesimpulan dari permasalahan dengan tepat. Hanya saja,

masih ada pekerjaan yang belum menggunakan model matematika. Berdasarkan

hasil wawancara, subjek S-2 mampu menjelaskan kembali proses pengerjaannya

sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-2 terkait indikator Verbal

Representation soal nomor 1 valid.


4.1.3.3.3 Penarikan Kesimpulan Kemampuan Representasi Matematis

Subjek Self-Efficacy Tinggi

Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara subjek self-efficacy tinggi

yaitu subjek S-1 dan subjek S-2, dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek yang

memiliki self-efficacy tinggi hampir dapat mengerjakan semua butir soal

kemampuan representasi matematis dengan baik. Kedua subjek tersebut

menunjukkan bahwa subjek dengan self-efficacy tinggi mampu menyelesaikan

soal tes kemampuan representasi matematis sesuai dengan sub indikator. Subjek

S-1 belum mengerjakan soal nomor 6 secara lengkap, hanya sampai menggambar

ilustrasi yang diketahui pada soal dikarenakan kekurangan waktu karena belum

terlatih sehingga dalam proses perhitungan kurang cepat. Subjek S-2 belum

mengerjakan soal nomor 7 secara lengkap, hanya sampai menggambar ilustrasi

yang diketahui pada soal dikarenakan siswa kekurangan waktu karena belum

terlatih sehingga dalam proses perhitungan kurang cepat. Secara keseluruhan,

dapat disimpulkan bahwa siswa dengan self-efficacy tinggi sudah mampu

menyelesaikan soal tes sesuai dengan 3 indikator representasi matematis. Hanya

saja, dalam indikator Verbal Representation menulis apa yang diketahui,

pertanyaan, dan menyimpulkan belum menggunakan model matematika

seluruhnya.

4.1.2.4 Analisis Kemampuan Representasi Matematis Subjek Self-Efficacy

Sedang

Hasil skala self-efficacy pada kelas VII D SMP Negeri 1 Manyaran,

diperoleh 22 siswa yang memiliki tingkat self-efficacy sedang. Peneliti melakukan


analisis terhadap jawaban tes kemampuan representasi matematis subjek yang

memiliki tingkat self-efficacy sedang. Analisis tersebut berdasarkan indikator

representasi matematis sebagai berikut.

1. Visual Representation

a. Membuat gambar untuk memperjelas suatu tugas yang diberikan dan

memfasilitasi penyelesaiannya.

2. Symbolic Representation

a. Membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yang

diberikan.

b. Menyelesaikan masalah dengan melibatkan persamaan atau model

matematika.

3. Verbal Representation

a. Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang

diberikan.

b. Menulis langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dalam bentuk

kata-kata atau teks tertulis.

c. Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.

Indikator Visual Representation dalam membuat gambar untuk

memperjelas suatu tugas yang diberikan dan memfasilitasi penyelesaiannya,

subjek dengan self-efficacy sedang mampu menyajikan kembali informasi dalam

bentuk gambar. Subjek mampu membuat gambar secara lengkap dan benar.
Indikator Symbolic Representation dalam membuat persamaan atau model

matematika dari representasi lain yang diberikan untuk menyelesaikan masalah,


subjek dengan self-efficacy sedang mampu membuat persamaan atau model

matematika untuk menyelesaikan masalah dengan lengkap dan benar meskipun

tidak seluruhnya dan sebagian belum menuliskan satuan. Indikator Verbal

Representation dalam membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi

yang diberikan, subjek dengan self-efficacy sedang sudah menuliskan apa yang

diketahui dan ditanyakan dari data yang diberikan. Subjek dengan self-efficacy

sedang mampu menulis langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dengan

tepat meskipun tidak seluruhnya dan sudah menjawab soal menggunakan teks

tertulis dalam menuliskan kesimpulan dari permasalahan dengan tepat.

Peneliti mengambil dua subjek untuk mengetahui kemampuan representasi

matematis dengan self-efficacy sedang lebih lanjut. Subjek yang diambil yaitu S-3

dan S-4. Berikut hasil pengerjaan dan wawancara subjek S-3 dan S-4.

4.1.3.4.2 Subjek Penelitian S-3

1. Indikator Visual Representation

Pekerjaan subjek S-3 terkait membuat gambar untuk memperjelas suatu

tugas yang diberikan dan memfasilitasi penyelesaian dapat dilihat Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Pekerjaan Subjek S-3 Terkait Membuat Gambar


Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-3 mampu membuat gambar

beserta ukurannya sesuai informasi pada soal secara lengkap dan benar. Terkait

dengan hal tersebut, penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-3

mengenai proses pengerjaan pada soal nomor 4 disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Penggalan Wawancara Subjek S-3

Terkait Indikator Visual Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Apa informasi yang kamu peroleh pada soal nomor 4?

S-3 : Diketahui model daerah yang dilukisi wayang memiliki luas

( ) dengan panjangnya ( ) dan lebar

bingkai( ) .

Peneliti : Lalu, apakah informasi tentang bingkai dan lukisan wayang

sudah cukup untuk menjawab soal yang ditanyakan?

S-3 : Sudah, Bu.

Peneliti : Ketika nanti kamu menemui soal materi keliling dan luas

bangun datar yang berhubungan dengan budaya lokal

Wonogiri lainnya, apakah kamu membuat gambar sesuai

dengan soal yang diminta?


S-3 :
Iya kalau saya paham, Bu.
Peneliti :
Apakah kamu menemui kesulitan dalam membuat gambar

dari model bingkai dan lukisan wayang?


S-3 :
Sedikit, Bu.
Peneliti :
Apa tujuanmu membuat gambar dari persoalan yang kamu

temui?
S-3 :
Supaya mudah mencari luas bingkai lukisan wayang, Bu.
Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara, subjek S-3 mampu membuat

gambar secara lengkap dan benar untuk memfasilitasi penyelesaian masalah dan

mampu menjelaskan kembali proses pengerjaannya sehingga dapat dikatakan

bahwa data subjek S-3 terkait indikator Visual Representation soal nomor 4 valid.

2. Indikator Symbolic Representation

Pekerjaan subjek S-3 terkait membuat persamaan atau model matematika

dari representasi lain yang diberikan dalam menyelesaikan masalah dapat dilihat

Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Pekerjaan Subjek S-3

Terkait Membuat Persamaan atau Model Matematika

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-3 mampu membuat model

matematika dari representasi lain yang diberikan untuk mencari luas tempat landai

terjun layang dengan proses pengerjaan secara benar, tetapi belum menuliskan

satuan. Terkait dengan hal tersebut, penggalan wawancara peneliti dengan subjek

S-3 mengenai proses pengerjaan pada soal nomor 5 disajikan pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Penggalan Wawancara Subjek S-3

Terkait Indikator Symbolic Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Ketika kamu membaca soal nomor 5, bagaimana model

matematikanya?

S-3 : Model tempat landai terjun layang berbentuk persegi panjang

dengan panjang ( ) dan kelilingnya ( ) .

Ya tepat sekali, lalu apa tujuan kamu membuat model

Peneliti : matematika dari informasi yang diberikan?

Untuk mencari luas tempat landai terjun layang.

S-3 : Coba jelaskan model matematika yang kamu pikirkan untuk

Peneliti : menemukan luas ( ) tempat landai terjun layang!


Mencari lebar ( ) tempat landai  ( )

S-3 : 

 , maka . Karena lebar

bingkai , maka luas tempat landai ( ) .


Peneliti : Mengapa untuk satuan lebar dan Luas tidak kamu tulis?

Lupa, Bu. Lebar satuannya dan Luas satuannya........Begitu


S-3 : ya Bu?

Iya, harusnya ditulis satuannya semua.


Peneliti :
Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara, subjek S-3 mampu membuat

model matematika dari representasi lain yang diberikan dengan benar dalam
perhitungan, tetapi belum menuliskan satuan dan mampu menjelaskan kembali

proses pengerjaannya sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-3 terkait

indikator Symbolic Representation soal nomor 5 valid.

3. Indikator Verbal Representation

Pekerjaan subjek S-3 terkait membuat situasi masalah berdasarkan data

atau representasi yang diberikan dapat dilihat Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Pekerjaan Subjek S-3 Terkait Membuat Situasi Masalah

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-3 menuliskan apa yang diketahui

dan ditanyakan dari data yang diberikan dengan lengkap, tetapi belum diubah ke

dalam model matematika. Pekerjaan subjek S-3 terkait mampu menulis langkah-

langkah penyelesaian masalah matematis dalam bentuk kata-kata atau teks tertulis

dapat dilihat Gambar 4.14.

Gambar 4.14 Pekerjaan Subjek S-3

Terkait Menulis Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Matematis

Gambar tersebut menunjukkan subjek S-3 mampu menuliskan langkah-langkah

penyelesaian dan perhitungan dengan tepat. Pekerjaan subjek S-3 terkait

menjawab soal menggunakan teks tertulis dapat dilihat Gambar 4.15.


Gambar 4.15 Pekerjaan Subjek S-3

Terkait Menjawab Soal Menggunakan Teks Tertulis


Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-3 mampu menuliskan kesimpulan

dari permasalahan dengan tepat. Terkait dengan hal tersebut, penggalan hasil

wawancara peneliti dengan subjek S-3 mengenai proses pengerjaan pada soal

nomor 1 disajikan pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Penggalan Wawancara Subjek S-3

Terkait Indikator Verbal Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Apakah kamu membuat rencana terlebih dahulu dalam

mencari sisa luas kain batik yang tidak terpakai?

S-3 : Iya, Bu. Mencari sisa luas kain batik yang tidak terpakai yaitu

dengan cara luas kain batik sebelum dijahit (persegi)

dikurangi luas kain batik setelah dijahit (persegi panjang).

Peneliti : Bagus. Apa kamu menuliskan apa yang diketahui dan

ditanyakan saat menyelesaikan soal nomor 1?

S-3 : Saya tulis, Bu.

Peneliti : Mengapa kamu tuliskan?

S-3 : Untuk memudahkan dalam mengerjakan, Bu.

Peneliti : Berdasarkan hasil pekerjaanmu, coba jelaskan bagaimana

kamu memperoleh kesimpulan seperti itu!

S-3 : Saya menarik kesimpulan dengan melihat apa yang ditanya

dari soal nomor 1. Pertanyaan dari soal itu adalah sisa luas

kain batik yang tidak terpakai. Nah dari hasil perhitungan

saya, kain batik sebelum dijahit mempunyai luas dan

kain batik yang terpakai mempunyai luas . Jadi, sisa

luas kain batik yang tidak terpakai adalah .


Berdasarkan hasil pekerjaan, subjek S-3 mampu membuat situasi masalah
berdasarkan data atau representasi yang diberikan dengan lengkap, mampu

menulis langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dengan tepat, dan

mampu menuliskan kesimpulan dari permasalahan dengan tepat. Hanya saja,

masih ada pekerjaan yang tidak menggunakan model matematika. Berdasarkan

hasil wawancara, subjek S-3 mampu menjelaskan kembali proses pengerjaannya

sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-3 terkait indikator Verbal

Representation soal nomor 1 valid.


4.1.3.4.2 Subjek Penelitian S-4

1. Indikator Visual Representation

Pekerjaan subjek S-4 terkait membuat gambar untuk memperjelas suatu

tugas yang diberikan dan memfasilitasi penyelesaian dapat dilihat Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Pekerjaan Subjek S-4 Terkait Membuat Gambar

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-4 mampu membuat gambar

beserta ukurannya sesuai informasi pada soal secara lengkap dan benar. Terkait

dengan hal tersebut, penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-4

mengenai proses pengerjaan pada soal nomor 6 disajikan pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Penggalan Wawancara Subjek S-4

Terkait Indikator Visual Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Apa informasi yang kamu peroleh pada soal nomor 6?

S-4 : Diketahui model kanopi Museum Karst yang berbentuk

trapesium sama kaki dengan panjang sisi bawah ( ) ,

panjang sisi atas ( ) , dan tinggi ( ) .

Peneliti : Lalu menurutmu, apakah informasi tentang kanopi Museum

Karst sudah cukup untuk menjawab soal yang ditanyakan?

S-4 : Sudah, tetapi saya baru mengerjakan sketsa gambar model

kanopi dan mencari kelilingnya saja, Bu.

Peneliti : Ketika nanti kamu menemui soal materi keliling dan luas

bangun datar yang berhubungan dengan budaya lokal

Wonogiri lainnya, apakah kamu membuat gambar sesuai

dengan soal yang diminta?


S-4 :
Iya, Bu.
Peneliti :
Apakah kamu menemui kesulitan dalam membuat gambar

dari model kanopi Museum Karst?


S-4 :
Tidak, Bu.
Peneliti : Apa tujuanmu membuat gambar dari persoalan yang kamu

temui?

S-4 : Karena ada pertanyaan sketsa gambar ilustrasi, Bu.


Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara, subjek S-4 mampu membuat

gambar secara lengkap dan benar untuk memfasilitasi penyelesaian masalah dan

mampu menjelaskan kembali proses pengerjaannya sehingga dapat dikatakan

bahwa data subjek S-4 terkait indikator Visual Representation soal nomor 6 valid.

2. Indikator Symbolic Representation

Pekerjaan subjek S-4 terkait membuat persamaan atau model matematika

dari representasi lain yang diberikan dalam menyelesaikan masalah dapat dilihat

Gambar 4.17.

Gambar 4.17 Pekerjaan Subjek S-4

Terkait Membuat Persamaan atau Model Matematika

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-4 mampu membuat model

matematika dari representasi lain yang diberikan untuk mencari keliling alas

tempat berdirinya patung dengan proses pengerjaan secara benar, tetapi belum

menuliskan satuan keliling. Terkait dengan hal tersebut, penggalan hasil

wawancara peneliti dengan subjek S-4 mengenai proses pengerjaan pada soal
nomor 3 disajikan pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20 Penggalan Wawancara Subjek S-4

Terkait Indikator Symbolic Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Ketika kamu membaca soal nomor 3, bagaimana model

matematikanya?

S-4 : Model alas tempat berdirinya patung pada monumen Bedhol

Desa mempunyai panjang ( ) dan lebar ( ) .

Peneliti : Ya tepat sekali, lalu apa tujuan kamu membuat model

matematika dari informasi yang diberikan?

S-4 : Untuk mencari keliling alas tempat berdirinya patung.

Peneliti : Apakah kamu telah mengetahui rumus untuk menemukan

keliling ( ) alas tempat berdirinya patung?

S-4 : Tahu, Bu.

Peneliti : Coba jelaskan model matematika yang kamu pikirkan untuk

menemukan keliling ( ) alas tempat berdirinya patung!


S-4 : ( )
( )
Peneliti :
. Mengapa untuk satuan keliling tidak kamu tulis?

Lupa, Bu. Satuan keliling , ya Bu?


S-4 :
Iya, harusnya ditulis satuannya semua.
Peneliti :
Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara, subjek S-4 mampu membuat

model matematika dari representasi lain yang diberikan dengan benar dalam

perhitungan, tetapi belum menuliskan satuan dan mampu menjelaskan kembali

proses pengerjaannya sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-4 terkait

indikator Symbolic Representation soal nomor 3 valid.


3. Indikator Verbal Representation

Pekerjaan subjek S-4 terkait membuat situasi masalah berdasarkan data

atau representasi yang diberikan dapat dilihat Gambar 4.18.

Gambar 4.18 Pekerjaan Subjek S-4 Terkait Membuat Situasi Masalah


Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-4 menuliskan apa yang diketahui

dan ditanyakan dari data yang diberikan dengan lengkap, tetapi belum diubah ke

dalam model matematika. Pekerjaan subjek S-4 terkait mampu menulis langkah-

langkah penyelesaian masalah matematis dapat dilihat Gambar 4.19.

Gambar 4.19 Pekerjaan Subjek S-6

Terkait Menulis Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Matematis

Gambar tersebut menunjukkan subjek S-1 mampu menuliskan langkah-langkah

penyelesaian dan perhitungan dengan tepat. Pekerjaan subjek S-4 terkait

menjawab soal dalam bentuk teks tertulis dapat dilihat Gambar 4.20.

Gambar 4.20 Pekerjaan Subjek S-4

Terkait Menjawab Soal Menggunakan Teks Tertulis

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-4 mampu menuliskan kesimpulan

dari permasalahan dengan tepat. Terkait dengan hal tersebut, penggalan hasil

wawancara peneliti dengan subjek S-4 mengenai proses pengerjaan pada soal

nomor 2 disajikan pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Penggalan Wawancara Subjek S-4

Terkait Indikator Verbal Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Apakah kamu membuat rencana terlebih dahulu dalam

mencari banyaknya motif pada kain yang dikenakan penari

Kethek Ogleng?

S-4 : Iya, Bu. Untuk mencari banyaknya motif pada kain yaitu

dengan cara luas kain berbentuk persegi panjang dikurangi

luas motif berbentuk persegi.

Peneliti : Bagus. Apa kamu menuliskan apa yang diketahui dan

ditanyakan saat menyelesaikan soal nomor 2?


S-4 : Iya ditulis, Bu.

Peneliti : Mengapa kamu tuliskan?

S-4 : Untuk memudahkan langkah mengerjakan, Bu.

Peneliti : Coba jelaskan bagaimana kamu memperoleh kesimpulan

seperti itu!

S-4 : Saya menulis kesimpulan dengan melihat apa yang ditanya

dari soal nomor 2. Pertanyaan dari soal itu adalah banyak

motif pada kain yang dikenakan penari. Hasilnya, luas kain

dan luas setiap motif . Banyak motif

. Jadi, banyaknya motif

pada

kain yang dikenakan penari adalah .


Berdasarkan hasil pekerjaan, subjek S-4 mampu membuat situasi masalah

berdasarkan data atau representasi yang diberikan dengan lengkap, mampu

menulis langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dengan tepat, dan

mampu menuliskan kesimpulan dari permasalahan dengan tepat. Hanya saja,

dalam menulis diketahui belum diubah ke dalam model matematika. Berdasarkan

hasil wawancara, subjek S-4 mampu menjelaskan kembali proses pengerjaannya

sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-4 terkait indikator Verbal

Representation soal nomor 2 valid.

4.1.3.4.3 Penarikan Kesimpulan Kemampuan Representasi Matematis

Subjek Self-Efficacy Sedang

Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara subjek self-efficacy sedang

yaitu subjek S-3 dan subjek S-4, dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek yang
memiliki self-efficacy sedang hampir dapat mengerjakan semua butir soal

kemampuan representasi matematis dengan baik. Kedua subjek tersebut

menunjukkan bahwa subjek dengan self-efficacy sedang mampu menyelesaikan

soal tes kemampuan representasi matematis sesuai dengan sub indikator. Subjek

S-3 dan subjek S-4 masih ada beberapa jawaban yang kurang tepat dikarenakan
siswa kurang teliti dalam proses perhitungan. Subjek S-3 dan subjek S-4 juga

belum mengerjakan soal nomor 6 dan nomor 7 secara lengkap dan benar,

dikarenakan kekurangan waktu karena belum terlatih sehingga dalam proses

perhitungan kurang cepat. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa subjek

dengan self-efficacy sedang sudah mampu menyelesaikan soal tes sesuai dengan 3

indikator representasi matematis. Hanya saja, dalam indikator Verbal

Representation masih menuliskan apa yang diketahui, pertanyaan, dan

menyimpulkan belum menggunakan model matematika seluruhnya, serta belum

menuliskan satuan seluruhnya.

4.1.2.5 Analisis Kemampuan Representasi Matematis Subjek Self-Efficacy

Rendah

Hasil skala self-efficacy pada kelas VII D SMP Negeri 1 Manyaran,

diperoleh 3 siswa yang memiliki tingkat self-efficacy rendah. Peneliti melakukan

analisis terhadap jawaban tes kemampuan representasi matematis bagi subjek

yang memiliki tingkat self-efficacy rendah. Analisis tersebut berdasarkan indikator

representasi matematis sebagai berikut.

1. Visual Representation

a. Membuat gambar untuk memperjelas suatu tugas yang diberikan dan

memfasilitasi penyelesaiannya.

2. Symbolic Representation

a. Membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yang

diberikan.
b. Menyelesaikan masalah dengan melibatkan persamaan atau model

matematika.

3. Verbal Representation

a. Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang

diberikan.

b. Menulis langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dalam bentuk

kata-kata atau teks tertulis.

c. Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.

Indikator Visual Representation dalam membuat gambar untuk

memperjelas suatu tugas yang diberikan dan memfasilitasi penyelesaiannya,

subjek dengan self-efficacy rendah mampu menyajikan kembali informasi dalam

bentuk gambar. Subjek mampu membuat gambar secara lengkap, meskipun belum

benar dalam menggambar bentuk bangun datar yang dimaksud pada soal.

Indikator Symbolic Representation dalam membuat persamaan atau model

matematika dari representasi lain yang diberikan untuk menyelesaikan masalah,

subjek dengan self-efficacy rendah ada kesalahan dalam membuat persamaan atau

model matematika untuk menyelesaikan masalah meskipun tidak seluruhnya.

Indikator Verbal Representation dalam membuat situasi masalah berdasarkan data

atau representasi yang diberikan, subjek dengan self-efficacy rendah sudah

menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari data yang diberikan, tetapi ada

beberapa yang ditulis kembali tanpa diubah menjadi model matematika terlebih

dahulu. Subjek dengan self-efficacy rendah masih salah dalam menuliskan hasil
langkah-langkah penyelesaian masalah dan menjawab soal menggunakan teks

tertulis dalam menuliskan kesimpulan dari permasalahan.

Peneliti mengambil dua subjek untuk mengetahui kemampuan representasi

matematis dengan self-efficacy rendah lebih lanjut. Subjek yang diambil yaitu S-5

dan S-6. Berikut hasil pengerjaan dan wawancara subjek S-5 dan S-6.

4.1.2.1.1 Subjek Penelitian S-5

1. Indikator Visual Representation

Pekerjaan subjek S-5 terkait membuat gambar untuk memperjelas suatu

tugas yang diberikan dan memfasilitasi penyelesaian dapat dilihat Gambar 4.21.

Gambar 4.21 Pekerjaan Subjek S-5 Terkait Membuat Gambar

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-5 mampu membuat gambar

beserta ukurannya sesuai informasi pada soal secara lengkap, tetapi dalam

menggambar model motif berbentuk persegi belum benar. Terkait dengan hal

tersebut, penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-5 mengenai proses

pengerjaan pada soal nomor 2 disajikan pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22 Penggalan Wawancara Subjek S-5

Terkait Indikator Visual Representation


Isi Wawancara
Peneliti : Apa informasi yang kamu peroleh pada soal nomor 2?

S-5 : Diketahui kain bermotif berbentuk persegi panjang dengan

panjang ( ) , lebar ( ) , dan motif hitam

dan putih berbentuk persegi dengan panjang sisi ( ) .

Peneliti : Lalu menurutmu, apakah informasi tentang kain motif


berwarna hitam dan putih yang dikenakan penari Kethek

Ogleng sudah cukup untuk menjawab soal yang ditanyakan?

S-5 : Sudah, Bu.

Peneliti : Ketika nanti kamu menemui soal materi keliling dan luas

bangun datar yang berhubungan dengan budaya lokal

Wonogiri lainnya, apakah kamu membuat gambar sesuai

dengan soal yang diminta?


S-5 :
Iya, Bu.
Peneliti :
Apakah kamu menemui kesulitan dalam membuat gambar

dari model kain berbentuk persegi panjang dengan motif

berwarna hitam dan putih berbentuk persegi yang dikenakan

S-5 : penari Kethek Ogleng?

Peneliti : Tidak, Bu.

Coba perhatikan model motif hitam dan putih yang kamu

S-5 : gambar! Menurutmu, apakah sudah berbentuk persegi?

Peneliti : Belum, terlihat seperti persegi panjang ya, Bu?

Iya. Lebih teliti lagi ya jika membuat gambar bangun datar!

Lalu, apa tujuan kamu membuat gambar dari persoalan yang

S-5 : kamu temui?

Karena di soal disuruh menggambar sketsanya, Bu.


Berdasarkan hasil pekerjaan, subjek S-5 mampu membuat gambar untuk

memfasilitasi penyelesaian masalah secara lengkap, meskipun belum benar dalam

menggambar bentuk bangun datar yang dimaksud pada soal. Berdasarkan hasil

wawancara, subjek S-5 mampu menjelaskan kembali proses pengerjaannya.

Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara, subjek S-5 mampu menjawab


pertanyaan wawancara sesuai dengan jawaban yang ditulis pada lembar jawab,

sehingga dapat dikatakan bahwa data terkait indikator Visual Representation soal

nomor 2 valid.

2. Indikator Symbolic Representation

Pekerjaan subjek S-5 terkait membuat persamaan atau model matematika

dari representasi lain yang diberikan dalam menyelesaikan masalah dapat dilihat

Gambar 4.22.
Gambar 4.22 Pekerjaan Subjek S-5

Terkait Membuat Persamaan atau Model Matematika

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-5 mampu membuat persamaan

atau model matematika dari representasi lain yang diberikan untuk mencari

keliling alas tempat berdirinya patung, tetapi ada kesalahan dalam perhitungan.

Terkait dengan hal tersebut, penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-

5 mengenai proses pengerjaan pada soal nomor 3 disajikan pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23 Penggalan Wawancara Subjek S-5

Terkait Indikator Symbolic Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Ketika kamu membaca soal nomor 3, bagaimana model

matematikanya?

S-5 : Model alas tempat berdirinya patung pada monumen Bedhol

Desa dengan panjang ( ) dan lebar ( )

Peneliti : Ya tepat sekali, lalu apa tujuan kamu membuat model

matematika dari informasi yang diberikan?

S-5 : Untuk mencari keliling alas tempat berdirinya patung.

Peneliti : Coba jelaskan model matematika yang kamu pikirkan untuk


menemukan keliling ( ) alas tempat berdirinya patung!

S-5 : ()().

Peneliti : ( ) , kamu yakin hasilnya ?

S-5 : Oh iya lupa, Bu. Seharusnya ( ) ya, Bu?


Peneliti : Iya, harus lebih teliti lagi ya.
Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara, subjek S-3 mampu membuat

persamaan atau model matematika dari representasi lain yang diberikan, tetapi ada

kesalahan dalam perhitungan dan mampu menjelaskan kembali proses

pengerjaannya sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-3 terkait indikator

Symbolic Representation soal nomor 5 valid.


3. Indikator Verbal Representation

Pekerjaan subjek S-5 terkait membuat situasi masalah berdasarkan data

atau representasi yang diberikan dapat dilihat Gambar 4.23.

Gambar 4.23 Pekerjaan Subjek S-5 Terkait Membuat Situasi Masalah

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-5 menuliskan apa yang diketahui

dan ditanyakan dari data yang diberikan dengan lengkap, tetapi belum diubah ke

dalam model matematika. Pekerjaan subjek S-5 terkait menulis langkah-langkah

penyelesaian masalah matematis dapat dilihat Gambar 4.24.

Gambar 4.24 Pekerjaan Subjek S-5

Terkait Menulis Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Matematis

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-5 menuliskan langkah-langkah

penyelesaian, tetapi salah dalam perhitungan. Pekerjaan subjek S-5 terkait

menjawab soal menggunakan teks tertulis dapat dilihat Gambar 4.25.

Gambar 4.25 Pekerjaan Subjek S-5

Terkait Menjawab Soal Menggunakan Teks Tertulis


Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-5 ada kesalahan dalam

menuliskan hasil kesimpulan dari permasalahan. Terkait dengan hal tersebut,

penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-5 mengenai proses

pengerjaan pada soal nomor disajikan pada Tabel 4.24.


Tabel 4.24 Penggalan Wawancara Subjek S-5

Terkait Indikator Verbal Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Apakah kamu membuat rencana terlebih dahulu dalam

mencari sisa luas kain batik yang tidak terpakai?

S-5 : Ya, Bu. Untuk mencari sisa luas kain batik Pak Muhtar yang

tidak terpakai yaitu dengan cara luas kain batik sebelum

dijahit dikurangi luas kain batik setelah dijahit.

Peneliti : Apa kamu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan saat

menyelesaikan soal nomor 1?

S-5 : Saya tulis, Bu.

Peneliti : Mengapa kamu tuliskan?

S-5 : Untuk memudahkan dalam mengerjakan, Bu.

Peneliti : Berdasarkan hasil pekerjaanmu, coba jelaskan bagaimana

kamu memperoleh kesimpulan seperti itu!

S-5 : Saya menarik kesimpulan dengan melihat apa yang ditanya

dari soal nomor 1. Pertanyaan dari soal itu adalah sisa luas

kain batik Pak Muhtar yang tidak terpakai. Hasil perhitungan

diperoleh . Jadi, sisa luas kain batik

Pak Muhtar adalah .


Berdasarkan hasil pekerjaan, subjek S-5 mampu membuat situasi masalah

berdasarkan data atau representasi yang diberikan dengan lengkap, tetapi belum

diubah ke dalam model matematika. Subjek S-5 mampu menuliskan langkah-

langkah penyelesaian, tetapi salah dalam perhitungan. Subjek S-5 mampu

menjawab soal menggunakan teks tertulis, tetapi salah dalam menulis hasil
kesimpulan. Berdasarkan hasil wawancara, subjek S-5 mampu menjelaskan

kembali proses pengerjaannya sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-5

terkait indikator Verbal Representation soal nomor 1 valid.

4.1.2.1.2 Subjek Penelitian S-6

1. Indikator Visual Representation

Pekerjaan subjek S-6 terkait membuat gambar untuk memperjelas suatu

tugas yang diberikan dan memfasilitasi penyelesaian dapat dilihat Gambar 4.26.
Gambar 4.26 Pekerjaan Subjek S-6 Terkait Membuat Gambar

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-6 mampu membuat gambar

beserta ukurannya sesuai informasi pada soal secara lengkap dan benar. Terkait

dengan hal tersebut, penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-6

mengenai proses pengerjaan pada soal nomor 4 disajikan pada Tabel 4.25.

Tabel 4.25 Penggalan Wawancara Subjek S-6

Terkait Indikator Visual Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Apa informasi yang kamu peroleh pada soal nomor 4?

S-6 : Diketahui model daerah yang dilukisi wayang memiliki luas

( ) dengan panjangnya ( ) dan lebar

bingkai( ) .

Peneliti : Lalu menurutmu, apakah informasi tentang bingkai dan

lukisan wayang sudah cukup untuk menjawab soal yang

ditanyakan?

S-6 : Sudah, Bu.

Peneliti : Ketika nanti kamu menemui soal materi keliling dan luas
bangun datar yang berhubungan dengan budaya lokal

Wonogiri lainnya, apakah kamu membuat gambar sesuai

dengan soal yang diminta?


S-6 :
Iya, Bu.
Peneliti :
Apakah kamu menemui kesulitan dalam membuat gambar

dari model bingkai dan lukisan wayang?


S-6 :
Sedikit, Bu.
Peneliti :
Apa tujuanmu membuat gambar dari persoalan yang kamu

temui?
S-6 :
Supaya mudah mencari luas bingkai lukisan wayang, Bu.
Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara, subjek S-6 mampu membuat

gambar secara lengkap dan benar untuk memfasilitasi penyelesaian masalah dan

mampu menjelaskan kembali proses pengerjaannya sehingga dapat dikatakan

bahwa data subjek S-6 terkait indikator Visual Representation soal nomor 4 valid.

2. Indikator Symbolic Representation

Pekerjaan subjek S-6 terkait membuat persamaan atau model matematika

dari representasi lain yang diberikan dalam menyelesaikan masalah dapat dilihat

Gambar 4.27.

Gambar 4.27 Pekerjaan Subjek S-6

Terkait Membuat Persamaan atau Model Matematika

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-6 mampu membuat model

matematika dari representasi lain yang diberikan untuk mencari luas tempat landai

terjun layang, tetapi tidak lengkap dan salah. Terkait dengan hal tersebut,

penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-6 mengenai proses

pengerjaan pada soal nomor 5 disajikan pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26 Penggalan Wawancara Subjek S-6

Terkait Indikator Symbolic Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Ketika kamu membaca soal nomor 5, bagaimana model

matematikanya?

S-6 : Model tempat landai terjun layang berbentuk persegi panjang

dengan panjang ( ) dan kelilingnya ( ) .

Peneliti : Ya, lalu apa tujuan kamu membuat model matematika dari

informasi yang diberikan?

S-6 : Untuk mencari luas tempat landai terjun layang.

Peneliti : Apakah kamu telah mengetahui rumus untuk menemukan


luas ( ) tempat landai terjun layang?

S-6 : Tahu, Bu.

Peneliti : Coba jelaskan model matematika yang kamu pikirkan untuk

menemukan luas ( ) tempat landai terjun layang!

S-6 : .

Peneliti : Coba kamu baca soalnya lagi, itu sebagai keliling atau

lebar?

S-6 : Keliling, Bu. Jadi, lebarnya belum diketahui ya, Bu?


Peneliti : Iya, lebar dicari dari keliling dan panjang yang sudah

diketahui, lalu luas tempat landai terjun layang bisa dihitung.


Berdasarkan hasil pekerjaan, subjek S-6 mampu membuat model

matematika dari representasi lain yang diberikan, tetapi tidak lengkap dan salah.

Berdasarkan hasil wawancara, subjek S-6 mampu menjelaskan kembali proses

pengerjaannya sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-6 terkait indikator

Symbolic Representation soal nomor 5 valid.

3. Indikator Verbal Representation

Pekerjaan subjek S-6 terkait membuat situasi masalah berdasarkan data

atau representasi yang diberikan dapat dilihat Gambar 4.28.

Gambar 4.28 Pekerjaan Subjek S-6 Terkait Membuat Situasi Masalah


Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-6 menuliskan apa yang diketahui

dan ditanyakan dari data yang diberikan dengan lengkap, tetapi belum diubah ke

dalam model matematika. Pekerjaan subjek S-6 terkait mampu menulis langkah-

langkah penyelesaian masalah matematis dapat dilihat Gambar 4.29.


Gambar 4.29 Pekerjaan Subjek S-6

Terkait Menulis Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Matematis

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-6 menuliskan langkah-langkah

penyelesaian, tetapi salah dalam perhitungan. Pekerjaan subjek S-6 terkait

menjawab soal menggunakan teks tertulis dapat dilihat Gambar 4.30.

Gambar 4.30 Pekerjaan Subjek S-6

Terkait Menjawab Soal Menggunakan Teks Tertulis

Gambar tersebut menunjukkan bahwa subjek S-6 ada kesalahan dalam

menuliskan hasil kesimpulan dari permasalahan. Terkait dengan hal tersebut,

penggalan hasil wawancara peneliti dengan subjek S-6 mengenai proses

pengerjaan pada soal nomor 1 disajikan pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27 Penggalan Wawancara Subjek S-6

Terkait Indikator Verbal Representation

Isi Wawancara
Peneliti : Apakah kamu membuat rencana terlebih dahulu dalam

mencari sisa luas kain batik yang tidak terpakai?

S-6 : Ya, Bu. Untuk mencari sisa luas kain batik yang tidak

terpakai yaitu dengan cara luas kain batik sebelum dijahit

dikurangi luas kain batik setelah dijahit.

Peneliti : Apa kamu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan saat

menyelesaikan soal nomor 1?

S-6 : Saya tulis, Bu.


Peneliti : Mengapa kamu tuliskan?

S-6 : Ya kalau saya tulis biar lebih mudah mengerjakannya, Bu.

Peneliti : Berdasarkan hasil pekerjaanmu, coba jelaskan bagaimana

kamu memperoleh kesimpulan seperti itu!

S-6 : Saya menarik kesimpulan dengan melihat apa yang ditanya

dari soal nomor 1. Pertanyaan dari soal itu adalah sisa luas

kain batik yang tidak terpakai. Hasil perhitungan

diperoleh

. Jadi, sisa luas kain batik yang tidak terpakai adalah .


Berdasarkan hasil pekerjaan, subjek S-6 mampu membuat situasi masalah

berdasarkan data atau representasi yang diberikan dengan lengkap, tetapi belum
diubah ke dalam model matematika. Subjek S-6 mampu menuliskan langkah-

langkah penyelesaian, tetapi salah dalam perhitungan. Subjek S-6 mampu

menjawab soal menggunakan teks tertulis, tetapi salah dalam menuliskan hasil

kesimpulan. Berdasarkan hasil wawancara, subjek S-6 mampu menjelaskan

kembali proses pengerjaannya sehingga dapat dikatakan bahwa data subjek S-6

terkait indikator Verbal Representation soal nomor 1 valid.

4.1.2.1.3 Penarikan Kesimpulan Kemampuan Representasi Matematis

Subjek Self-Efficacy Rendah

Berdasarkan hasil pekerjaan dan wawancara subjek self-efficacy rendah,

yaitu subjek S-5 dan subjek S-6, dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek yang

memiliki self-efficacy rendah kurang mampu mengerjakan butir soal kemampuan

representasi matematis. Permasalahan yang melibatkan penggunaan representasi

bentuk gambar, subjek dengan self-efficacy rendah mampu membuat gambar,

meskipun ada kesalahan bentuk, dikarenakan tidak menggunakan penggaris.

Subjek dengan self-efficacy rendah cenderung kurang mampu membuat

persamaan atau model matematika untuk menyelesaikan masalah, dikarenakan

kesulitan dalam memahami permasalahan dan kurang teliti dalam proses

perhitungan. Subjek dengan self-efficacy rendah cenderung membuat situasi

masalah berdasarkan representasi yang diberikan dengan lengkap, tetapi belum

diubah ke dalam model matematika; mampu menuliskan langkah-langkah

penyelesaian, tetapi salah dalam perhitungan; mampu menjawab soal

menggunakan teks tertulis, tetapi salah dalam menuliskan hasil kesimpulan.

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa subjek dengan self-efficacy rendah


cenderung masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu persoalan

konstektual dalam bentuk representasi matematis.

4.1.2.6 Analisis Data Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran

Proses pembelajaran pada kelas VII D yang mana menggunakan model

Problem Based Learning bernuansa etnomatematika dilakukan dilakukan proses

pengamatan oleh guru matematika SMP Negeri 1 Manyaran agar diketahui

bagaimana kinerja guru. Hasil pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika sangat

baik. Berikut disajikan hasil pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika pada

Tabel 4.28.

Tabel 4.28. Hasil Pengamatan Kemampuan Guru dalam Pengelolaan

Pembelajaran Model Problem Based Learning Bernuansa Etnomatematika

No Pertemuan Skor Kriteria


1 Pertemuan 1 76 Sangat Baik
2 Pertemuan 2 81 Sangat Baik
3 Pertemuan 3 87 Sangat Baik
Rata-Rata 81,33 Sangat Baik

Hasil pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran

model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 74. Rata-rata kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika adalah

81,33. Hal ini menunjukkan selama tiga kali pertemuan pembelajaran model
Problem Based Learning bernuansa etnomatematika memiliki kriteria sangat baik.
Berdasarkan data pada Tabel 4.27 di atas diperoleh bahwa pada setiap pertemuan

mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat Gambar 4.31.

90
85
80
75
70
Pertemuan Pertemuan Pertemuan 123

Gambar 4.31 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran

Model Problem Based Learning Bernuansa Etnomatematika

4.1.2.7 Analisis Data Pengamatan Aktivitas Siswa

Proses pembelajaran pada kelas VII D, selain dilakukan pengamatan

terhadap kinerja guru, dilakukan juga pengamatan terhadap aktivitas siswa.

Pengamatan ini dilakukan untuk mengamati sikap siswa mulai dari kegiatan

pendahuluan hingga kegiatan penutup. Berikut disajikan hasil pengamatan

aktivitas siswa pada Tabel 4.29.

Tabel 4.29 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Model Problem Based Learning Bernuansa Etnomatematika

No Pertemuan Skor Kriteria


1 Pertemuan 1 53 Sangat Baik
2 Pertemuan 2 61 Sangat Baik
3 Pertemuan 3 63 Sangat Baik
Rata-Rata 59 Sangat Baik
Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran model Problem

Based Learning bernuansa etnomatematika selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 73. Rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran model Problem Based
Learning bernuansa etnomatematika adalah 59 sehingga memiliki kriteria sangat

baik. Berdasarkan data pada Tabel 4.29 diperoleh bahwa pada setiap pertemuan

mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat Gambar 4.32.

65
60
55
50
45
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
123

Gambar 4.32 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Model Problem Based Learning Bernuansa Etnomatematika

4.2 Pembahasan

4.1.1 Efektivitas Pembelajaran Model Problem Based Learning Bernuansa

Etnomatematika

Penelitian kuantitatif pada penelitian ini terdapat dua kelas sampel

memperoleh perlakuan pembelajaran berbeda yaitu kelas eksperimen

menggunakan model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika dan

kelas kontrol menggunakan model Problem Based Learning. Pelaksanaan

pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol masing-masing dilaksanakan

empat kali pertemuan dengan rincian tiga kali pertemuan pembelajaran, dan satu

kali pertemuan posttest kemampuan representasi matematis.


Kelas eksperimen menggunakan pembelajaran model Problem Based

Learning bernuansa etnomatematika melalui 5 tahap. Tahap pertama, orientasi


siswa pada masalah yaitu guru mengarahkan kepada pertanyaan atau masalah

terutama pengetahuan mereka tentang materi yang dipelajari yang dikaitkan

dengan budaya Wonogiri yang ada pada bahan ajar siswa. Sebagai contoh pada

pertemuan pertama, guru mengaitkan materi persegi dengan kebudayaan di

Wonogiri dengan menunjukkan gambar tentang bangun segiempat pada kain yang

diikatkan di pinggang penari Kethek Ogleng dan menanyakan kepada siswa

bentuk dari motif hitam putih pada kain tersebut. Penari Kethek Ogleng dapat

dilihat pada Gambar 4.33.

Gambar 4.33 Penari Kethek Ogleng

Tahap kedua, mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu siswa

diarahkan untuk belajar dalam kelompok heterogen yang berjumlah 4 siswa dalam

setiap kelompok. Setiap kelompok selanjutnya diberikan LKS bernuansa budaya

Wonogiri, siswa diarahkan untuk menemukan konsep berdasarkan masalah yang

berkaitan dengan budaya Wonogiri, mendorong keterbukaan, proses-proses

demokrasi, dan cara belajar siswa aktif. Sebagai contoh pada pertemuan kedua,

guru mengaitkan materi keliling dan luas persegi panjang dengan kebudayaan di

Wonogiri dengan menunjukkan gambar papan nama dari Waduk Song Putri dan

menanyakan kepada siswa cara menemukan rumus keliling dan luas papan nama
tersebut. Papan nama Waduk Song Putri dapat dilihat pada Gambar 4.34.
Gambar 4.34 Papan Nama Waduk Song Putri

Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individu dan kelompok yaitu tiap

kelompok mengerjakan Lembar Masalah bernuansa budaya Wonogiri yang sudah

disiapkan guru. Guru berusaha mendorong kerjasama dalam penyelesaian masalah

dari representasi yang diberikan. Guru mendorong diskusi dengan teman

kelompok, membimbing, mengawasi, dan membantu siswa yang mengalami

kesulitasn menyelesaikan masalah bernuansa budaya Wonogiri. Sebagai contoh

pada pertemuan ketiga, guru mengaitkan materi keliling dan luas trapesium

dengan kebudayaan di Wonogiri dengan menunjukkan gambar Museum Karst dan

menanyakan kepada siswa hasil keliling dan luas dari tangga Museum Karst

tersebut. Museum Karst dapat dilihat pada Gambar 4.35.

Gambar 4.35 Museum Karst


Tahap keempat, perwakilan siswa untuk satu kelompok diminta

menjelaskan hasil penyelesaian masalah yang mereka temukan. Kelompok yang


ditunjuk menjelaskan hasil diskusi kelompoknya, diminta maju ke depan kelas

sehingga percaya diri siswa juga terlatih. Tahap kelima, siswa dan guru bersama-

sama mengkaji ulang hasil penyelesaian masalah bernuansa budaya Wonogiri,

guru juga mengkaji ulang hasil diskusi siswa. Secara bersama-sama, guru dan

siswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari. Setiap akhir

pembelajaran, guru juga memberikan kuis representasi matematis masalah. Lima

tahap tersebut membuat siswa terlatih dalam merepresentasikan masalah sehingga

membuat hasil belajar lebih optimal.

Proses pembelajaran model Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika terdapat pembelajaran yang bertipe belajar dan presentasi

kelompok dengan merepresentasikan masalah terkait budaya lokal Wonogiri

yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Masalah. Proses

diskusi terlihat siswa sangat antusias mengerjakan LKS dan Lembar Masalah,

berani mengajukan pendapat, dan aktif dalam berdiskusi. Materi dan soal-soal

latihan yang disajikan berkaitan dengan budaya lokal Wonogiri yang berhubungan

dengan keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan trapesium. Akibatnya,

pembelajaran menjadi lebih menarik dengan daya kreativitas guru dalam

mengaitkan materi pelajaran dengan budaya yang ada di lingkungan sekitar

sehingga siswa lebih mudah mengingat materi yang telah dipelajari dan

termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar serta menumbuhkan kecintaan dan

kepedulian siswa terhadap budayanya.

KKM yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 75 sesuai dengan KKM

SMP Negeri 1 Manyaran untuk mata pelajaran matematika kelas VII dan proporsi
ketuntasan klasikal sebesar 75%. Berdasarkan hasil analisis nilai posttest

kemampuan representasi matematis siswa yang menggunakan model Problem

Based Learning bernuansa etnomatematika mencapai ketuntasan klasikal.

Kemampuan representasi matematis siswa dengan model Problem Based

Learning bernuansa etnomatematika lebih baik dari kemampuan representasi

matematis siswa dengan model Problem Based Learning. Hal ini dibuktikan

dengan rata-rata kemampuan representasi matematis yang menggunakan model

Problem Based Learning bernuansa etnomatematika lebih baik daripada rata-rata

kemampuan representasi matematis yang menggunakan model Problem Based

Learning. Rata-rata kemampuan representasi matematis siswa yang menggunakan

model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika yaitu 82,5, sedangkan

rata-rata kemampuan representasi matematis siswa yang menggunakan model

Problem Based Learning yaitu 78,4. Persentase ketuntasan kemampuan

representasi matematis siswa dengan model Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika juga lebih baik daripada persentase ketuntasan kemampuan

representasi matematis siswa dengan model Problem Based Learning. Hasil data

menunjukkan bahwa dari 32 siswa yang mengikuti tes kemampuan representasi

matematis pada kelas eksperimen hanya terdapat 3 anak yang tidak tuntas belajar,

sedangkan pada kelas kontrol dari 32 siswa yang mengikuti tes kemampuan

representasi matematis terdapat 9 anak yang tidak tuntas belajar.

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Nurliastuti et al. (2014),

kemampuan pemecahan masalah siswa yang memperoleh pembelajaran model

Problem Based Learning bernuansa etnomatematika lebih baik daripada siswa


yang memperoleh pembelajaran model Contextual Teaching and Learning.

Astutik (2017) juga mengemukakan bahwa ada perbedaan kemampuan

pemecahan masalah dalam pembelajaran DLPS bernuansa etnomatematika,

DLPS, dan ekspositori, ada perbedaan self-efficacy siswa yang signifikan antara

pembelajaran DLPS dengan pembelajaran DLPS bernuansa etnomatematika, serta

ada interaksi yang positif dan signifikan antara kemampuan pemecahan masalah

dan self-efficacy siswa dalam pembelajaran DLPS, DLPS bernuansa

etnomatematika, dan ekspositori. Damaryanti et al. (2017) melalui penelitiannya

menyimpulkan bahwa model Connected Mathematic Project (CMP) berbasis

etnomatematika, siswa dengan self-efficacy tinggi dalam mengerjakan tes

kemampuan penalaran matematika dipengaruhi oleh faktor lain yang

menyebabkan hasil pekerjaan mereka kurang memuaskan yaitu minat belajar dan

motivasi belajar siswa yang kurang. Selain itu self-efficacy yang tinggi juga

disebabkan karena siswa mengobservasi model teman sebaya dan model

pembelajaran guru sehingga memiliki keyakinan yang kuat walaupun prestasi

akademiknya tidak memuaskan. Nadia et al. (2017) melalui penelitiannya

menyimpulkan bahwa rata-rata kemampuan representasi matematis siswa

menggunakan model Inductive Discovery Learning lebih baik daripada rata-rata

kemampuan representasi matematis siswa menggunakan model Problem Based

Learning. Selain itu, peserta didik dengan self-efficacy tinggi dapat menggunakan

semua indikator representasi matematis dengan maksimal dibandingkan dengan

peserta didik dengan self-efficacy sedang dan rendah.


4.1.2 Penelusuran Sikap Cinta Budaya Lokal Siswa

Penelusuran tingkat sikap cinta budaya lokal siswa pada sebelum dan

setelah pembelajaran pada kelas eksperimen, diperoleh bahwa terdapat pengaruh

pembelajaran dengan model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika

terhadap sikap cinta budaya lokal. Seluruh siswa kelas eksperimen diminta

mengisikan angket yang sama pada awal pembelajaran dan setelah berakhirnya

seluruh proses pembelajaran. Pengisian angket sebelum pembelajaran bertujuan

untuk mengetahui sikap cinta budaya lokal awal siswa sebelum pembelajaran.

Sikap siswa sebelum mendapat perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.30.

Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Sikap Cinta Budaya

Lokal Sebelum Pembelajaran

Kategori Frekuensi Persentase


Sangat Rendah 0 0%
Rendah 0 0%
Sedang 12 37,5%
Tinggi 20 62,5%
Sangat Tinggi 0 0%
Total 32 100%

Tabel 4.30 menunjukan bahwa tingkat sikap cinta budaya lokal siswa

sebelum diterapkan pembelajaran dengan model Problem Based Learning

bernuansa etnomatematika terbagi pada kategori sedang dan kategori tinggi.

Sebanyak 12 siswa atau 37,5% dari keseluruhan siswa memiliki kategori sedang,

sedangkan sisanya yaitu 20 siswa atau 62,5% dari keseluruhan siswa memiliki

kategori tinggi, dan tidak satupun siswa memiliki kategori sangat tinggi, rendah,

maupun sangat rendah. Selanjutnya pada Tabel 4.31 akan dijelaskan tingkat sikap
cinta budaya lokal siswa setelah mendapatkan pembelajaran Problem Based

Learning bernuansa etnomatematika.

Tabel 4.31 Distribusi Frekuensi Sikap Cinta Budaya Lokal

Setelah Pembelajaran

Kategori Frekuensi Persentase


Sangat Rendah 0 0%
Rendah 0 0%
Sedang 0 0%
Tinggi 15 46,875%
Sangat Tinggi 17 53,125%
Total 32 100%

Tabel 4.31 menunjukan bahwa tingkat sikap cinta budaya lokal siswa

setelah pembelajaran dengan model Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika terbagi pada kategori tinggi dan kategori sangat tinggi. Sebanyak

17 siswa 53,125% dari keseluruhan siswa memliki kategori sangat tinggi, 15

siswa atau 46,875% dari keseluruhan siswa memiliki kategori tinggi, tidak

satupun siswa yang memiliki kategori sedang, rendah, maupun sangat rendah.

Penelitian memanfaatkan budaya lokal sebagai sumber belajar sehingga

menciptakan suasana yang lebih menarik dan menyenangkan berkaitan dengan

materi keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan trapesium. Hasil pengisian

angket siswa di awal dan akhir pembelajaran menunjukkan terjadinya peningkatan

sikap siswa sebelum dan setelah diberlakukannya pembelajaran dengan model

Problem Based Learning bernuansa etnomatematika. Rentang tingkat sikap siswa

terhadap budaya lokal sebelum diberlakukannya pembelajaran dengan model

Problem Based Learning bernuansa etnomatematika dapat dilihat pada Tabel

4.30, dimana tingkat sikap cinta budaya lokal siswa yaitu kategori sedang 37,5%
dan kategori tinggi 62,5%. Sedangkan sikap cinta budaya lokal siswa setelah

dilakukan perlakuan mengalami peningkatan yaitu kategori tinggi 53,125% dan

kategori sangat tinggi 46,875%. Peningkatan sikap cinta budaya lokal siswa di

Kabupaten Wonogiri diakibatkan karena pada proses pembelajaran dengan

bernuansa etnomatematika guru menanamkan sikap cinta budaya lokal siswa serta

materi yang disajikan berkaitan dengan budaya di Wonogiri yang sering dijumpai

siswa dalam kehidupan sehari-hari. Adanya pembelajaran Problem Based

Learning bernuansa etnomatematika menjadikan siswa mengetahui manfaat

mempelajari materi keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan trapesium yang

tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga yang berkaitan dengan

budaya di Kabupaten Wonogiri.

4.1.3 Kemampuan Representasi Matematis Ditinjau dari Self-Efficacy

Kemampuan representasi matematis dalam penelitian ini adalah

kemampuan dalam mengerjakan soal dengan indikator kemampuan representasi

matematis yaitu (1) Visual Representation, (2) Symbolic Representation, (3)

Verbal Representation.

Berdasarkan analisis kemampuan representasi matematis siswa kelas VII

D SMP Negeri 1 Manyaran ditemukan bahwa subjek yang memiliki self-efficacy

tinggi mempunyai kemampuan representasi matematis yang baik dan sebaliknya.

Hasil analisis kemampuan representasi matematis pada setiap tingkat self-efficacy

dapat dilihat pada Tabel 4.32.


Tabel 4.32 Kemampuan Representasi Matematis pada setiap Tingkat Self-Efficacy

Self-Efficacy Self-Efficacy Self-Efficacy


Indikator
Tinggi Sedang Rendah
Visual Mampu Mampu Mampu

Representatio menyajikan menyajikan menyajikan

n kembali informasi kembali informasi kembali informasi

dalam bentuk dalam bentuk dalam bentuk

gambar secara gambar secara gambar,

lengkap dan benar lengkap dan benar meskipun ada

kesalahan bentuk
Symbolic Mampu membuat Mampu membuat Kurang mampu

Representatio persamaan atau persamaan atau membuat

n model matematika model matematika persamaan atau

untuk untuk model

menyelesaikan menyelesaikan matematika untuk

masalah dengan masalah dengan menyelesaikan

lengkap dan benar lengkap dan benar, masalah,

meskipun tidak meskipun tidak dikarenakan

seluruhnya seluruhnya dan kesulitan dalam

sebagian belum memahami

atau salah dalam permasalahan dan

menuliskan satuan kurang teliti

dalam proses

perhitungan
Verbal Mampu membuat Mampu membuat Mampu membuat
Representatio situasi masalah situasi masalah situasi masalah

n berdasarkan data berdasarkan data berdasarkan data

yang diberikan yang diberikan yang diberikan

meskipun belum meskipun belum meskipun belum

menggunakan menggunakan menggunakan

model matematika model matematika model

seluruhnya, mampu seluruhnya, mampu matematika

menuliskan menuliskan seluruhnya,

langkah-langkah langkah-langkah mampu

penyelesaian dan penyelesaian dan menuliskan

perhitungan dengan perhitungan dengan langkah-langkah

tepat, dan tepat meskipun penyelesaian, dan

menjawab soal tidak seluruhnya, mampu menjawab

dengan kata-kata dan menjawab soal soal dengan kata-

atau teks tertulis dengan kata-kata kata atau teks

atau teks tertulis tertulis meskipun

meskipun belum salah dalam

atau salah dalam perhitungan dan

menuliskan satuan menuliskan hasil

kesimpulan
Berdasarkan Tabel 4.32 dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) subjek

dengan self-efficacy tinggi mampu menyelesaikan permasalahan terkait

representasi matematis sesuai dengan indikator. Subjek dengan self-efficacy tinggi

mampu menyajikan kembali informasi dalam bentuk gambar secara lengkap dan

benar, mampu membuat persamaan atau model matematika dengan lengkap dan

benar meskipun tidak seluruhnya, mampu membuat situasi masalah berdasarkan

data yang diberikan meskipun belum menggunakan model matematika

seluruhnya, mampu menulis langkah-langkah penyelesaian masalah matematis,

dan menjawab soal dengan kata-kata atau teks tertulis; (2) subjek dengan self-

efficacy sedang mampu menyelesaikan permasalahan terkait representasi

matematis sesuai dengan indikator, hanya saja masih ada beberapa jawaban yang

kurang tepat dikarenakan kurang teliti dalam proses perhitungan; (3) subjek

dengan self-efficacy rendah belum mampu menyelesaikan permasalahan terkait

representasi matematis sesuai dengan ketiga indikator, siswa dengan self-efficacy

rendah mampu membuat gambar, meskipun ada kesalahan bentuk dikarenakan

sebagian besar tidak menggunakan penggaris, subjek dengan self-efficacy rendah

cenderung kurang mampu membuat persamaan atau model matematika untuk

menyelesaikan masalah dikarenakan kesulitan dalam memahami permasalahan

dan kurang teliti dalam proses perhitungan, subjek dengan self-efficacy rendah

cenderung membuat situasi masalah berdasarkan representasi yang diberikan

dengan lengkap, tetapi belum diubah ke dalam model matematika, mampu

menuliskan langkah-langkah penyelesaian matematis, tetapi salah dalam


perhitungan, serta mampu menjawab soal menggunakan kata-kata atau teks

tertulis, tetapi salah dalam menuliskan hasil kesimpulan.

Berdasarkan kesimpulan di atas, kemampuan representasi matematis self-

efficacy tinggi lebih baik dari kemampuan representasi matematis self-efficacy

sedang dan rendah. Hal tersebut dikarenakan subjek dengan self-efficacy tinggi

mampu menyelesaikan permasalahan terkait representasi matematis sesuai dengan

indikator. Beberapa kekurangan subjek self-efficacy tinggi yaitu karena kurangnya

memanajemen waktu dalam proses perhitungan. Hal tersebut dapat dikatakan

bahwa subjek dengan self-efficacy tinggi hanya membutuhkan latihan-latihan agar

terbiasa mengerjakan soal representasi matematis.

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Mukhid (2009) yang

mengatakan bahwa siswa dengan self-efficacy tinggi akan berusaha

menyelesaikan permasalahan dengan berbagai cara dan mengenyampingkan

rintangan yang mereka hadapi. Pasandaran (2016) yang memperoleh hasil subjek

dengan efikasi tinggi menunjukkan kecenderungan berpikir tingkat abstrak yang

diperluas, dapat membangun suatu konsep, juga cenderung memandang suatu

konsep dalam bentuk yang berbeda. Schunk & Pajares (Ormrod, 2008) yang

menjelaskan bahwa siswa dengan self-efficacy rendah cenderung memilih tugas

pelajaran dan aktivitas yang berkaitan dengan materi yang mereka sukai dan

terasa mudah bagi mereka. Tustyaningsih (2017), siswa dengan tingkat self-

efficacy tinggi, maka kemampuan matematika siswa tersebut tinggi pula,

begitupun sebaliknya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, untuk dapat meningkatkan

kemampuan representasi matematis siswa, guru seharusnya meningkatkan self-

efficacy siswa dengan cara memberikan kebebasan siswa kerja bersama kelompok

yang akan menumbuhkan kebebasan dalam mengekspresikan kemampuannya

sehingga kemandirian dan kepercayaan terhadap kemampuan dirinya akan

meningkat, dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat. Salah satu

model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model Problem Based

Learning bernuansa etnomatematika.

4.1.4 Hubungan Self-Efficacy dan Sikap Cinta Budaya Lokal terhadap

Kemampuan Representasi Matematis Siswa

Hasil penelitin Kaselin (2013:146) menunjukkan bahwa materi pelajaran

yang mengaitkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan budaya

yang ada disekitar kita sangat membantu menemukan ide. Etnomatematika

berkaitan erat dengan pengalaman budaya siswa sehari-hari, sehingga dapat

meningkatkan keyakinan dan pemahaman siswa dalam merepresentasikan

masalah. Dengan ide yang mereka temukan, siswa menjadi semangat untuk

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru karena siswa bekerja secara

kelompok sehingga saling bertukar informasi dengan temannya. Siswa

membangun pengetahuan baru dengan mengaitkan pengetahuan yang mereka

miliki sebelumnya. Hasil penelitian Dodi et al. (2017) menunjukkan bahwa

setelah menggunakan modul dengan pendekatan etnomatematik, kemampuan

representasi eksternal matematis siswa meningkat, dari tingkat kemampuan yang

belum baik menjadi cukup baik.


Berdasarkan hasil penelitian ini, pada awal pembelajaran menggunakan

model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika subjek dengan self-

efficacy tinggi memiliki sikap cinta budaya lokal kategori tinggi, subjek dengan

self-efficacy sedang memiliki sikap cinta budaya lokal kategori tinggi dan sedang,

serta subjek dengan self-efficacy rendah memiliki sikap cinta budaya lokal

kategori sedang. Pada akhir pembelajaran menggunakan model Problem Based

Learning bernuansa etnomatematika subjek dengan self-efficacy tinggi memiliki

sikap cinta budaya lokal kategori sangat tinggi, subjek dengan self-efficacy sedang

memiliki sikap cinta budaya lokal kategori sangat tinggi dan tinggi, serta subjek

dengan self-efficacy rendah memiliki sikap cinta budaya lokal kategori tinggi,

tetapi paling rendah dibandingkan siswa dengan self-efficacy tinggi dan sedang.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model

Problem Based Learning bernuansa etnomatematika subjek dengan self-efficacy

dan sikap cinta budaya lokal tertinggi di kelasnya, tidak mengalami kesulitan

menyelesaikan suatu persoalan konstektual berkaitan dengan budaya lokal

Wonogiri dalam mengungkapkan ide-ide abstraknya ke bentuk representasi

matematis. Subjek dengan self-efficacy dan sikap cinta budaya lokal sedang di

kelasnya, tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam menyelesaikan suatu

persoalan konstektual berkaitan dengan budaya lokal Wonogiri dalam

mengungkapkan ide-ide abstraknya ke bentuk representasi matematis. Subjek

dengan self-efficacy dan sikap cinta budaya lokal terendah di kelasnya, masih

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu persoalan konstektual berkaitan


dengan budaya lokal Wonogiri dalam mengungkapkan ide-ide abstraknya ke

bentuk representasi matematis.

Anda mungkin juga menyukai