Anda di halaman 1dari 5

Hubungan Stres dengan Stomatitis Aftosa Rekuren pada Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi


Universitas Sam Ratulangi

1
Yosef P. Wowor
2
Herdy Munayang
1
Aurelia Supit

1
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Bagian Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: pwowor59@gmail.com

Abstract: Recurrent aphtosa stomatitis (RAS) or aphthous ulcer on the oral mucosa can be
triggered by several predisposing factors, inter alia stress. This study was aimed to determine
the relationship between stress and RAS among students of Dentistry Study Program of Sam
Ratulangi University. This was an analytical study with a cross sectional design. Samples were
obtained by using total sampling method. There were 64 students as respondents. This study
was conducted by examination of the oral cavity of the respondents, and filling the SAR
question list as well as the perceived stress scale (PSS) questionnaire. The results showed that
48% of respondents experienced RAS and 51.6% did not. Moreover, 25% of respondents
experienced mild stress, 45.3% moderate stress, and 29.7% severe stress. The chi-square test
showed a p-value of 0.000. In conlusion, there was a significant relationship between stress
and recurrent aphthous stomatitis among students at Dentistry Study Program of Sam
Ratulangi University.
Keywords: recurrent aphthous stomatitis, stress level

Abstrak: Stomatitis aftosa rekuren (sar) atau ulkus aftosa pada mukosa mulut yang bersifat
rekuren dapat dipicu oleh beberapa faktor predisposisi salah satunya stres. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hubungan stres dengan stomatitis aftosa rekuren pada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sam Ratulangi. Jenis penelitian ialah
analitik dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan metode total
sampling seluruh mahasiswa di Program Studi. Terdapat total 64 mahasiswa sebagai
responden penelitian. Penelitian dilakukan melalui pemeriksaan rongga mulut, serta pengisian
daftar pertanyaan SAR dan kuesioner perceived stress scale (PSS). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 48% responden mengalami SAR dan 51,6% yang tidak mengalami SAR.
Selain itu, 25% responden mengalami tingkat stres ringan, 45,3% sedang, dan 29,7% berat.
Hasil analisis uji chi-square menunjukkan nilai p=0,000. Simpulan penelitian ini ialah terdapat
hubungan bermakna antara stres dengan stomatitis aftosa rekuren pada mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sam Ratulangi.
Kata kunci: stomatitis aftosa rekuren, tingkat stress

Masalah kesehatan gigi dan mulut meru- rekuren (SAR) atau ulkus aftosa pada
pakan masalah yang tersebar luas di mukosa mulut yang bersifat rekuren atau
masyarakat Indonesia. Salah satu penyakit berulang.1 Prevalensi SAR pada populasi
gigi dan mulut yang sering menyerang dunia berkisar 20%.2 Berdasarkan hasil
rongga mulut yaitu stomatitis aftosa riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun

71
72 Jurnal e-Gigi (eG), Volume 7 Nomor 2, Juli-Desember 2019

2018, prevalensi nasional penyakit gigi dan mahasiswa angkatan 2015-2018 yang ada
mulut di Indonesia yaitu sebesar 57,6%. di PSPDG Unsrat berjumlah 89 orang.
Penyakit gigi dan mulut yang sering Teknik pengambilan sampel yang diguna-
dialami masyarakat Indonesia salah satunya kan dalam penelitian ini ialah metode total
yaitu SAR dengan prevalensi nasional yaitu sampling dimana peneliti mengambil
sebesar 8,0% dan untuk provinsi Sulawesi seluruh mahasiswa angkatan 2015-2018
Utara sebesar 10,4%.3 untuk dijadikan responden penelitian yang
Stomatitis aftosa rekuren merupakan memenuhi kriteria inklusi.
penyakit yang relatif ringan karena tidak Pengumpulan data dilakukan pada
bersifat membahayakan jiwa dan tidak mahasiswa PSPDG Unsrat. Peneliti
menular, namun bagi sebagian orang SAR sebelumnya memberi lembar persetujuan
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman (informed consent) kepada calon responden
karena fungsi pengunyahan, fungsi pene- pada hari penelitian kemudian calon
lanan, dan fungsi berbicaranya terganggu.4 responden yang setuju menjadi subyek
Etiologi SAR yang pasti hingga saat ini penelitian mengisi (informed consent) dan
belum diketahui dengan jelas, tetapi langsung dikumpulkan pada hari yang
menurut penelitian sebelumnya yang dila- sama. Semua responden dilakukan peme-
kukan oleh Sugaya di Brazil menunjukkan riksaan mulut sehingga dapat dilihat ada
bahwa gangguan psikologis seperti stres tidaknya SAR dalam rongga mulut,
dapat berperan terhadap muncul SAR.5 Hal kemudian responden yang mengalami SAR
ini juga didukung oleh hasil penelitian yang diwawancarai dengan daftar pertanyaan
dilakukan Tangkilisan6 di Manado menge- SAR dan dikumpulkan pada saat itu juga.
nai gambaran stres pada mahasiswa pendi- Kuesioner untuk menilai tingkat stres
dikan profesi Program Studi Pendidikan yang dialami seseorang dilakukan dengan
Dokter Gigi (PSPDG) Fakultas Kedokteran menyajikan kuesioner perceived stress
Universitas Sam Ratulangi, menunjukan scale (PSS) yang terdiri dari sepuluh
bahwa sebesar 59,7% mahasiswa dengan pertanyaan dengan empat pilihan dan
pengalaman SAR memiliki tingkat stres dijawab dengan mencentang (√) jawaban
yang tinggi. yang tepat, setelah selesai dikumpulkan
Berdasarkan survei awal, diketahui pada saat itu juga.
mahasiswa program studi pendidikan Data yang diperoleh kemudian diana-
dokter gigi universitas sam ratulangi lisis untuk mengetahui hubungan stres
(PSPDG) cenderung menglami stres karena dengan SAR pada subyek menggunakan
memiliki beban studi yang tinggi, jadwal program aplikasi SPSS 20. Analisis uni-
kuliah padat, dan tekanan prestasi. Selain variat digunakan untuk memperoleh
itu stres yang dialami mahasiswa juga yaitu gambaran pada masing-masing variabel
masa penyesuaian diri dengan lingkungan dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis
baru sehingga stres yang terjadi dapat bivariat digunakan untuk mengetahui
memicu munculnya SAR dalam rongga hubungan antara variabel dan dilakukan uji
mulut. Berdasarkan latar belakang di atas statistik chi-square dengan menggunakan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian derajat kepercayaan 95% (α = 0,05).
mengenai hubungan stres dengan stomatitis
aftosa rekuren pada mahasiswa PSPDG HASIL PENELITIAN
Universitas Sam Ratulangi. Responden dalam penelitian ini yaitu
seluruh mahasiswa PSPDGangkatan 2015,
HASIL PENELITIAN 2016, 2017, 2018 dengan jumlah maha-
Jenis penelitian ini ialah penelitian siswa 89 orang. Yang terlibat dalam
analitik dengan desain potong lintang. pengisian kuesioner setelah diseleksi berda-
Penelitian dilaksanakan di PSPDG Univer- sarkan kriteria inklusi dan ekslusi ialah
sitas Sam Ratulangi pada bulan mei 2019. sebanyak 64 responden.
Populasi penelitian yaitu seluruh Berdasarkan jenis kelamin didapatkan
Wowor, Munayang, Supit: hubungan stres dengan stomatitis aftosa ... 73

sebagian besar responden berjenis kelamin mayor atau herpetiformis.


perempuan yaitu 48 orang (75%) sedang- Pengukuran tingkat stres dilakukan
kan 8 responden (25%) berjenis kelamin dengan memberikan kuesioner PSS yaitu
laki-laki. alat ukur psikologis yang paling banyak
Tabel 1 memperlihatkan distribusi digunakan untuk mengukur sejauh mana
responden berdasarkan usia. Responden situasi dalam kehidupan sesorang yang
yang lebih banyak berusia 21 tahun dinilai sebagai stres. Hasil ukurnya
(28,2%) dan yang paling sedikit responden dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu
berusia 22 tahun (3,2%). ringan dengan total skor 0-13, sedang
dengan total skor 14-26, dan berat dengan
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan usia total skor 27-40.
Usia N % Tabel 2 menunjukkan distribusi res-
18 15 23,4 ponden berdasarkan tingkat stres. Respoden
19 14 21,8 yang memiliki memiliki tingkat stres paling
20 15 23,4 tinggi yaitu tingkat stres sedang (58,1%)
21 18 28,2 dan jumlah responden yang memiliki
22 2 3,2 tingkat stres terendah yaitu tingkat stres
Total 64 100 ringan (41,9%).

Hasil pemeriksaan SAR dilakukan Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan


dengan menggunakan kaca mulut, dan alat tingkat stress
penerang. Pemeriksaan dilakukan dengan
Tingkat stres N %
cara responden disuruh membuka mulut Ringan 16 25,0
sehingga dapat dilihat ada tidaknya SAR Sedang 29 45,3
pada rongga mulut. Responden yang Berat 19 29,7
terkena SAR diberikan daftar pertanyaan Total 64 100
yang ada melalui wawancara. Hasil
pemeriksaan mulut mendapatkan responden Tabel 3 menampilkan hubungan stres
yang mengalami SAR sebanyak 31 orang dengan SAR pada mahasiswa PSPDG
(48,4%) sedangkan yang tidak mengalami Unsrat. Berdasarkan hasil analisis uji chi-
SAR yaitu 33 orang (51,6%) dari 64 square didapatkan nilai p=0,000 yang
responden. Seluruh responden tergolong menunjukkan adanya hubungan stres
dalam klasifikasi SAR minor (ringan), dengan stomatitis aftosa rekuren pada
tidak ada responden yang menderita SAR responden.

Tabel 3. Hubungan stres dengan stomatitis aftosa rekuren pada responden


SAR
Stres Ya Tidak Total p
N % N % N %
Ringan 0 0 16 25 16 25 0.000
Sedang 18 28,2 11 17,2 29 45,4
Berat 13 20,3 6 9,3 19 29,6
Total 31 48,5 33 51,5 64 100

BAHASAN karakteristik sebagian besar responden


Responden yang terlibat dalam pene- yang terlibat pada penelitian ini berjenis
litian ini berjumlah 31 orang. Berdasarkan kelamin perempuan yaitu berjumlah 74,2%,
74 Jurnal e-Gigi (eG), Volume 7 Nomor 2, Juli-Desember 2019

sedangkan responden yang berjenis kela- dilakukan oleh Darmanta8 di Manado


min laki-laki berjumlah 25,8%. Dari 31 menunjukkan angka prevelensi SAR pada
responden penelitian ini responden yang mahasiswa PSPDG Unsrat sebesar 68,2%.
paling banyak berusia 21 tahun (35,4%) Selain adanya perbedaan daerah atau
dan yang paling sedikit berusia 22 tahun tempat yang diteliti, jumlah populasi dan
(6,4%). jangka waktu yang digunakan dalam
Hasil penelitian mengenai hubungan penelitian, serta metode penelitian yang
tingkat stres dengan stomatitis aftosa pada digunakan dapat menyebabkan adanya
mahasiswa PSPDG Unsrat, menunjukkan angka prevalensi yang bervariasi tersebut.
bahwa tingkat stres paling tinggi terjadi Terdapat tiga tipe SAR yang diketahui
pada stres kategori sedang. Hal ini hingga saat ini dengan gambaran klinis
menggambarkan bahwa kecenderangan yang khas, yaitu SAR minor, mayor, dan
stres pada mahasiswa PSPDG Unsrat cukup herpetiformis.9 Hasil penelitian mengenai
besar. Tingginya tingkat stres yang dirasa- klasifikasi SAR menunjukkan bahwa
kan di kalangan mahasiwa pada penelitian responden hanya mengalami SAR minor
ini selaras dengan penelitian yang dilaku- sebesar 100%. Data tersebut menunjukkan
kan oleh Gallo et al5 di Brazil yang bahwa SAR minor merupakan kasus yang
menyatakan bahwa tingginya tingkat stres paling banyak terjadi dibandingkan dengan
yang dirasakan di kalangan mahasiswa kasus SAR mayor dan SAR herpetisformis.
kedokeran gigi sering dikaitkan dengan Hal ini sesuai dengan karakteristik SAR
tekanan psikologis dan kelelahan emosi. minor, yaitu muncul pertama kali pada
Hasil penelitian ini juga didukung oleh dekade 2-3.10 Dalam penelitian ini res-
penelitian Tangkilisan6 di Manado yang ponden berusia 18-22 tahun. Hal ini selaras
menyatakan bahwa pada mahasiswa pendi- dengan penelitian Wulandari dan Setyawati11
dikan profesi dokter gigi RSGM Unsrat di Jakarta melaporkan bahwa pada tahun
memiliki tingkat stres yang tinggi. 2009 SAR minor merupakan kasus yang
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Singh paling banyak terjadi dibandingkan dengan
di India yang menyatakan bahwa sebagian SAR mayor dan SAR hipertisformis.
mahasiswa tidak cukup percaya diri untuk Penelitian yang dilakukan pada 64
mengatasi masalah pribadi mereka dan responden di PSPDG Unsrat dianalisis
hanya sedikit yang mampu mengatasi stres menggunakan uji statistik chi square.
dengan baik, sedangkan yang lain merasa Berdasarkan hasil uji chi-square didapat-
kesulitan mengatasi stres mereka dan kan nilai p=0,000 yang menunjukkan
menumpuk stresnya sehingga mereka tidak terdapat hubungan stres dengan stomatitis
dapat mengatasinya. Hal ini mencermin- aftosa rekuren pada mahasiswa PSPDG
kan ketidakdewasaan psikologis dan emo- Unsrat. Hasil penelitian ini didukung oleh
sional mereka.7 penelitian Gallo et al5 di Brazil yang
Hasil penelitian ini menunjukkan menyatakan bahwa stres psikologis meng-
bahwa responden yang tidak terkena SAR induksi aktivitas imunoregulasi dengan
lebih banyak daripada responden yang meningkatkan jumlah leukosit di tempat
terkena SAR. Literatur menyatakan bahwa peradangan yang merupakan faktor
prevelensi SAR tergantung pada daerah penyebab munculnya SAR. Tingkat stres
atau tempat yang diteliti.2 Hal ini terbukti memiliki hubungan positif dengan SAR,
pada penelitian yang dilakukan oleh yaitu stres dapat memicu terjadinya SAR
Sulistiani4 di Jember yang menyatakan dan biasanya diamati selama situasi penuh
bahwa prevelensi SAR pada pasien RSGM tekanan seperti saat periode ujian, saat
FKG Universitas Jember sebesar 14%. perawatan gigi, saat terpapar oleh
Penelitian serupa juga dilakukan oleh lingkungan baru, serta saat periode
Banuaera di Medan7 menunjukkan bahwa perubahan nyata dalam kehidupan.5 Hal ini
prevelensi angka SAR pada mahasiswa didukung oleh penelitian George dan
USU sebesar 64,3%. Hasil penelitian yang Joseph12 di India yang menyatakan bahwa
Wowor, Munayang, Supit: hubungan stres dengan stomatitis aftosa ... 75

antara stres dan sar memiliki hubungan Psychological stress and recurrent
bermakna. aphthous stomatitis. J Univesidade De
Sao Paulo. 2009;64(6):645-8.
SIMPULAN 6. Tangkilisan V. Gambaran stress pada
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat mahasiswa Pendidikan Profesi Program
Studi Kedokteran Gigi Fakultas
disimpulkan bahwa terdapat hubungan Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
bermakna antara stres dan stomatitis aftosa yang memiliki pengalaman stomatitis
rekuren pada mahasiswa PSPDG. aftosa rekuren. eG. 2013;1(2).
Diharapkan adanya penelitian lanjut 7. Banuarea TP. Prevalensi terjadinya stomatitis
mengenai hubungan SAR dengan faktor aftosa rekuren (SAR) pada mahasiswa
predisposisi lainnya, dengan populasi yang Universitas Sumatera Utara yang
lebih beragam, waktu penelitian yang lebih berpengalaman SAR [Skripsi]. Medan:
panjang, dan uji statistik lebih lanjut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
sehingga hasilnya dapat digunakan secara Sumatera Utara; 2009.
umum untuk peningkatan derajat kesehatan 8. Darmanta AY. Angka kejadian lesi yang
diduga sebagai stomatitis aftosa rekuren
gigi dan mulut khusunya yang berhubungan
pada mahasiswa Program Studi Kedok-
dengan penyakit gigi dan mulut. teran Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. eG. 2013;
DAFTAR PUSTAKA 1(2).
1. Lynch MA, Brightman AJ, Grenberg MS. 9. Grennberg MS, Glick M. Burket’s Oral
Ilmu Penyakit Mulut Diagnosis dan Medicine (8th ed). Hamilton: Decker
Terapi (8th ed). Jakarta: Binarupa Inc, 2008; 57.
Aksara, 1994; p. 194. 10. Burket L. Oral Medicine, Diagnosis and
2. Neville BW, Damm DD, Allen CM, et al. Treatment (10th ed). Philadelphia:
Oral and Maxillofacial Pathology (3rd Lippincortt Company, 2003; p. 63-7.
ed). Philadelphia: Elsevier-Sunders, 11. Wulandar EAT, Setyawati T. Tatalaksana
2009; p. 285-90. SAR minor untuk mengurangi reku-
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kese- rensi dan keparahan. Indonesia Jurnal
hatan. Hasil Utama Riskesdas 2018. of Dentistry. 2009;15(2):147-54.
Jakarta: Kemenkes RI, 2013; p. 110-1. 12. George S, Joseph BB. A study on aphthous
4. Sulistiani A. Prevalensi dan distribusi ulcer and its association with stress
penderita stomatitis aftosa rekuren among medical students of an Indian
(SAR) di Klinik Penyakit Mulut Medical Institution. IJCMR. 2009;
RSGM FKG Universitas Jember. J 64(7):645-8.
UNEJ. 2014;5(1):170-1.
5. Gallo CB, Mimura MAM, Sugaya NN.

Anda mungkin juga menyukai