Anda di halaman 1dari 17

MODUL PERKULIAHAN

Analisis dan
Penggunaan
Laporan
Keuangan
Gambaran Umum Analisis Akuntansi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi dan Bisnis Akuntansi S1 01510007 Muhammad Ali.,S.E.,M.T

04
Abstract Kompetensi
Bab ini menjelaskan kebutuhan Mahasiswa memiliki kemampuan
analisis akuntansi, termasuk menggambarkan kebutuhan dan
sumber-sumber distorsi akuntansi. teknik analisis akuntansi
Kemudian diskusi manajemen laba,
motivasi dan strateginya, serta
implikasinya untuk analisis.
Pembahasan terakhir berhubungan
dengan menilai metode dan analisis
akuntansi
Pengertian Analisis Akuntansi

Analisis akuntansi yaitu proses evaluasi sejauh mana akuntansi perusahaan


mencerminkan realitas ekonomi, dilakukan dengan mempelajari transaksi dan peristiwa
perusahaan, menilai dampak kebijakan akuntansi terhadap laporan keuangan,
menyesuaikan laporan tersebut agar lebih mencerminkan keadaan ekonomi yang
mendasarinya dan membuatnya lebih sesuai untuk kepentingan analisis.
Analisis akuntansi merupakan proses yang digunakan analis untuk mengidentifikasi
dan menilai distorsi akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan. Analisis akuntansi
merupakan persyaratan penting bagi analisis laporan keuangan yang efektif. Hal ini
disebabkan kesimpulan yang akan dibuat tergantung pada kualitas informasi akuntansi yang
digunakan sebagai bahan analisis.
Walaupun prinsip akuntansi diatur dengan Standar Akuntansi Keuangan,
kompleksitas transaksi dan peristiwa bisnis tidak memungkinkan penerapan aturan
akuntansi yang seragam untuk seluruh perusahaan sepanjang waktu. Terlebih lagi,
sebagian besar standar akuntansi muncul sebagai bagian dari proses politik untuk
memenuhi kepentingan berbagai pihak yang seringkali memiliki benturan kepentingan.
Pihak-pihak ini meliputi pengguna laporan seperti investor, kreditur, dan analis;
pembuat laporan seperti perusahaan, persekutuan dan perusahaan perserorangan;
pembuat kebijakan seperti Securities and Exchange Commissions (SEC) dan Financial
Accounting Standard Board (FASB); dan pihak-pihak lainnya seperti auditor, penasihat
hukum, dan pendidik.
Dengan demikian, standar akuntansi seringkali tidak dapat memenuhi kepentingan
satu pihak tertentu. Faktor lain yang berpotensi mengurangi keandalan laporan keuangan
adalah kesalahan estimasi akuntansi karena informasi yang tidak lengkap atau tidak tepat.
Kebutuhan akan analisis akuntansi disebabkan dua alasan penting. Pertama,
akuntansi akrual memperbaiki akuntansi kas dengan mencerminkan aktivitas usaha pada
waktu yang lebih tepat. Namun akuntansi akrual menyebabkan distorsi akuntansi yang perlu
diidentifikasi dan disesuaikan sehingga informasi akuntansi dapat mencerminkan aktivitas
usaha dengan lebih baik. Kedua, laporan keuangan dibuat untuk berbagai jenis pemakai
dan kebutuhan informasi. Hal ini berarti informasi akuntansi biasanya membutuhkan
penyesuaian untuk memenuhi tujuan analisis dari pemakai tertentu.

MASALAH PERBANDINGAN DAN DISTORSI AKUNTANSI

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


2 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Keterbatasan informasi akuntansi mempengaruhi kegunaan laporan keuangan dan
menimbulkan setidaknya dua masalah dalam analisis. Pertama, ketidakseragaman
akuntansi menyebabkan masalah perbandingan (comparability problem). Masalah ini
muncul jika perusahaan yang berbeda menerapkan akuntansi yang berbeda untuk transaksi
atau peristiwa yang sama. Masalah ini juga muncul jika perusahaan mengubah
akuntansinya, yang berakibat pada timbulnya kesulitan perbandingan. Kedua, pilihan dan
ketidaktepatan dalam akuntansi dapat mendistorsi informasi laporan keuangan.
Distorsi akuntansi (accounting distortion) merupakan penyimpangan informasi
akuntansi dari ekonomi yang mendasarinya. Sumber distorsi akuntasi muncul dalam empat
bentuk:
1. Accounting Standards
a. Proses penyusunan standar dipengaruhi oleh unsur polik (tarik menarik
kepentingan)
b. Asumsi dalam prinsip akuntansi
c. Konservatism
2. Estimation Errors – estimasi harus dilakukan dalam akuntansi berbasis akrual,
padahal estimasi sangat subyektif
3. Reliability vs Relevance – penekanan pada satu aspek dapat mengorbankan aspek
yang lain.
4. Earnings Management – window dressing laporan keuangan untuk tujuan khusus
perusahaan atau manajemen.

Empat jenis sumber distorsi akuntansi ini menciptakan risiko akuntansi dalam
analisis laporan keuangan yaitu ketidakpastian dalam analisis laporan keuangan karena
distorsi akuntansi. Sasaran utama analisis akuntansi adalah mengevaluasi dan mengurangi
risiko akuntansi serta meningkatkan muatan ekonomis laporan keuangan, termasuk
komparabilitasnya. Untuk mencapai sasaran ini diperlukan penyajian ulang dan
pengklasifikasian ulang laporan keuangan untuk meningkatkan muatan ekonomi dan
komparabilitasnya.
Analisis akuntansi meliputi evaluasi Quality of Earnings (QOE) perusahaan atau
secara lebih luas kualitas akuntansinya. Evaluasi Quality of Earnings (QOE) memerlukan
analisis faktor-faktor seperti bisnis perusahaan, kebijakan akuntansinya, kuantitas dan
kualitas informasi yang diungkapkan, kinerja dan reputasi manajemen, serta kesempatan
dan insentif untuk melakukan earnings management. Analisis akuntansi juga mencakup
evaluasi atas daya tahan laba (earnings persistence) yang kadang kala disebut sustainable
earning power.

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


3 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Analisis akuntansi paling sering tidak dipahami, tidak dihargai, dan tidak
diaplikasikan secara efektif dalam analisis bisnis. Sebagian alasannya mungkin karena
analisis akuntansi memerlukan pengetahuan akuntansi. Analis yang tidak memiliki
pengetahuan akuntansi memiliki tren untuk mengabaikan analisis akuntansi dan mengambil
laporan keuangan apa adanya. Tindakan ini mengandung bahaya karena analisis akuntansi
krusial untuk analisis bisnis yang sukses.

KUALITAS LABA (QUALITY OF EARNINGS)

Kualitas Laba (Quality of Earnings/QOE) memiliki arti berbeda untuk berbagai


pihak. Analis mendefinisikan QOE sebagai sejauh mana perusahaan mengaplikasikan
konservatisme - perusahaan dengan QOE yang lebih tinggi diharapkan memiliki rasio Price
Earning Ratio (PER) yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan QOE rendah.
Definisi lainnya sebagai altematif yaitu sehubungan dengan distorsi akuntansi - perusahaan
memiliki QOE tinggi jika informasi laporan keuangan mencerminkan aktivitas usaha secara
akurat.
Beberapa definisi QOE lainnya yaitu:
a. The use of accounting methods and assumptions that tend not to overstate reported
revenues and earnings. The term to indicate consistency of reported earnings (lack of
volatility). Firms that report " consistent" earnings growth often do so by managing
earnings in ways that the external analyst cannot see. Earnings management may
include the use of aggressive accounting assumption when required to meet analyst
expectations. (White, Sondhi & Fried, 2003).
b. The relevance of earnings in measuring company performance. Its determinants include
a company's business environment and its selection and application of accounting
principles (Wild, Subramanyam & Halsey, 2003).
c. A review of financial statements, including the footnotes, indicates their conservatism in
regard to accounting policies. Accounting policies that result in the slowest reporting of
income are the most conservative. When a firm has conservative accounting policies, it is
said that its earnings are of high quality (Gibson, 2001).
Penentu Kualitas Laba (Determinant of Quality of Earnings)
QOE mengacu pada relevansi laba dalam mengukur tingkat kinerja perusahaan.
Analisis laba tahun-tahun sebelumnya memberikan angka laba yang sangat tergantung dari
asumsi dan standar akuntansi yang digunakan. Penentu QOE (Determinants of QOE)
mencakup lingkungan usaha perusahaan, standar akuntansi yang dipilih dan aplikasi
akuntansi.

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


4 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Kebutuhan akan estimasi dan interpretasi pada akuntansi akrual membuat beberapa
pihak mempertanyakan tingkat keandalan seluruh pengukuran akrual. Reaksi ekstrim ini
tidaklah bijaksana karena banyak informasi relevan yang dapat dijelaskan melalui
pengukuran akrual.
Pengukuran QOE menciptakan kebutuhan untuk membandingkan laba antar
perusahaan dan keinginan untuk mengakui perbedaan kualitas untuk tujuan penilaian.
Tidak ada kesepakatan jelas yang menyatakan dasar QOE. Tiga faktor yang biasanya
diidentifikasi sebagai penentu QOE yaitu :
1. Prinsip akuntansi. Salah satu penentu QOE adalah kebebasan manajemen dalam
memilih standar akuntansi yang berlaku. Kebebasan ini dapat bersifat agresif (optimis)
atau konservatif. QOE yang ditentukan secara konservatif dianggap lebih tinggi karena
lebih kecil kemungkinan kinerja saat ini dan perkiraan kinerja di masa yang akan datang
dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan dengan laba yang ditentukan dengan cara yang
lebih agresif. Namun konservatisme yang berlebihan mengurangi keandalan dan
relevansi laba pada jangka panjang.
2. Aplikasi akuntansi. Penentu QOE lainnya adalah kebebasan manajemen dalam
menerapkan standar akuntansi. Manajemen memiliki kebebasan terhadap jumlah laba
yang dilaporkan melalui aplikasi standar akuntansi untuk menentukan pendapatan dan
beban. Beban yang "bebas" seperti beban iklan, pemasaran, perbaikan, pemeliharaan,
penelitian dan pengembangan dapat ditentukan waktunya untuk mengelola laba atau rugi
yang akan dilaporkan.
3. Risiko bisnis. Penentu QOE yang ketiga adalah hubungan antara laba dan risiko bisnis.
QOE yang lebih tinggi dikaitkan dengan perusahaan yang lebih terlindung dari risiko
bisnis.

Analisis Kualitas Laba pada Laporan Rugi Laba


Pengeluaran yang fleksibel (discretionary expenditures) merupakan pengeluaran
yang dapat dipindahkan antar periode untuk membuat cadangan dan atau mempengaruhi
laba. Untuk alasan tersebut pengeluaran ini memerlukan perhatian khusus. Pengeluaran ini
seringkali disajikan pada laporan rugi laba atau catatan atas laporan keuangan, oleh karena
itu evaluasi pengeluaran ini mengacu pada analisis QOE pada laporan rugi laba.
Dua contoh pengeluaran ini yaitu:
1. Beban iklan. Sebagian besar pengeluaran untuk iklan memiliki dampak yang melampaui
periode saat ini. Hal ini merupakan penyebab lemahnya hubungan antara beban iklan
dengan kinerja jangka pendek perusahaan. Manajer dalam kasus tertentu dapat
mengurangi beban iklan tanpa menimbulkan pengaruh langsung terhadap penjualan.
Namun tindakan ini akan berdampak buruk terhadap penjualan jangka panjang. Analis

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


5 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
harus memperhatikan perubahan beban iklan setiap tahun untuk menilai dampaknya
terhadap penjualan di masa yang akan datang dan QOE.
2. Beban penelitian dan pengembangan. Biaya penelitian dan pengembangan atau
litbang (R&D) merupakan pengeluaran dalam laporan keuangan yang paling sulit untuk
dianalisis dan diinterpretasikan. Beban litbang ini penting, tidak hanya karena jumlahnya
tetapi juga karena dampaknya terhadap kinerja di masa yang akan datang. Terdapat
berbagai kasus aktivitas penelitian dan pengembangan yang berhasil pada bidang
genetika, kimia, elektronik, fotografi dan biologi tetapi setiap proyek yang berhasil juga
diiringi oleh sejumlah kegagalan. Kegagalan penelitian ini mencerminkan sejumlah besar
beban atau penghapusan beban yang tidak memiliki manfaat yang dapat diukur. Tujuan
analisis adalah untuk menentukan jumlah biaya litbang saat ini yang mempunyai
manfaat masa depan.
Manfaat ini seringkali diukur dengan menghubungkan pengeluaran litbang dengan
pertumbuhan penjualan dan pengembangan produk. Beberapa pengeluaran yang
fleksibel lainnya yang berdampak pada kinerja di masa yang akan datang adalah biaya
pelatihan, penjualan, pengembangan kemampuan manajer, serta perbaikan dan
pemeliharaan. Meskipun biaya ini biasanya dibebankan pada periode terjadinya, biaya ini
seringkali memiliki manfaat masa depan.

Analisis Kualitas Laba pada Laporan Posisi Keuangan


1. Konservatisme dalam pelaporan aset
Relevansi nilai aset yang dilaporkan kecuali kas, held-to maturity investments, dan
tanah terkait dengan pengakuan akhir sebagai beban. Kita dapat menyatakan melalui
pernyataan sebagai berikut: Jika aset dinyatakan terlalu tinggi (overstated), maka laba
kumulatif dinyatakan terlalu tinggi (overstated).
Contoh: pengakuan penurunan nilai aset, persediaan yang usang, fasilitas dan
peralatan yang tidak produktif, saldo allowance for bad debt
2. Konservatisme dalam pelaporan Provisi dan Kewajiban
Jika provisi dan kewajiban dinyatakan terlalu rendah, maka laba kumulatif dinyatakan
terlalu tinggi. Contoh: cadangan garansi produk dan kewajiban terhadap lingkungan,
estimasi biaya PHK yang terlalu rendah.

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kualitas Laba


Kualitas Laba dipengaruhi oleh faktor di luar perusahaan. Salah satu faktornya
adalah laba luar negeri yang dipengaruhi kesulitan dan ketidakpastian pengembalian dana,
fluktuasi mata uang, kondisi politik dan sosial, aturan dan pungutan lokal. Pada negara

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


6 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
tertentu, perusahaan tidak bebas untuk memutuskan hubungan kerja karyawan sehingga
biaya tenaga kerja menjadi biaya tetap.
Faktor lain yang mempengaruhi QOE adalah undang-undang, misalnya undang-
undang lingkungan hidup atas suatu perusahaan listrik mempengaruhi QOE-nya. Stabilitas
dan reliabilitas sumber laba juga mempengaruhi QOE. Pendapatan yang terkait dengan
pertahanan pemerintah sangat andal ketika hubungan internasional memanas, tetapi
terpengaruh pada kejadian politik sedang aman. Tingkat perubahan harga pun
mempengaruhi QOE. Terakhir, kerumitan operasional mempengaruhi QOE.

MANAJEMEN LABA – PENDAHULUAN

Ketika pada suatu kondisi di mana pihak manajemen tidak berhasil mencapai target
laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang
diperbolehkan oleh Standar Akuntansi Keuangan dalam menyusun laporan keuangan untuk
memodifikasi laba yang dilaporkan. Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja
yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga
manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan
informasi laba lebih baik. Fleksibilitas manajemen untuk mengelola laba dapat dikurangi
dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar.
Menurut Bagnoli dan Watts (1975), praktik manajemen laba banyak dilakukan oleh
manajemen karena mereka menganggap perusahaan lain juga melakukan hal yang sama.
Dengan demikian, kinerja kompetitor juga dapat menjadi pemicu untuk melakukan praktik
manajemen laba karena investor dan kreditor akan melakukan komparasi untuk menentukan
perusahaan mana yang mempunyai rating baik. Manajemen laba adalah campur tangan
manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat
laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri atau perusahaannya
sendiri (Saputro dan Setiawati, 2004).
Hal senada juga diungkapkan oleh Scott (2003), bahwa manajemen laba merupakan
pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara
ilmiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Adapun
menurut Copeland dan Liscastro (1998), manajemen laba mencakup usaha manajemen
untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan
keinginan manajemen.
Fischer dan Rosenzweig (1995) menyatakan, manajemen laba merupakan tindakan
manajer untuk meningkatkan (menurunkan) laba yang dilaporkan saat ini dari suatu unit

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


7 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
yang menjadi tanggung jawab manajer tanpa mengkaitkan dengan peningkatan (penurunan)
profitabilitas ekonomi jangka panjang.
Manajemen laba, kesalahan penyajian, dan menutupi kinerja ekonomi yang benar,
telah menjadi fokus dari banyak artikel. Banyak penelitian yang memfokuskan pada dua alat
manajemen laba yang umum, yaitu: manajemen akrual dan manipulasi aktivitas ekonomi riil.
Di mana manajemen akrual biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat
mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang
dari para manajer, sedangkan manipulasi aktivitas ekonomi riil dilakukan oleh pihak
manajemen untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau
keuntungan maksimal bagi perusahaan guna menarik perhatian para investor maupun
kreditor.
Manajemen laba dapat diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan melalui
creative accounting practices yaitu pemilihan metoda akuntansi, klasifikasi sistem akuntansi
dan pengaturan waktu transaksi (Ali dan Kumar 1994). Pengaturan waktu transaksi dan
klasifikasi sistem akuntansi berpengaruh terhadap manajemen laba dalam penyusunan
laporan keuangan (Moses 1994). Praktik manajemen laba dapat juga dilakukan melalui
pemilihan metoda akuntansi persediaan, depresiasi aktiva tetap, kapitalisasi, pensiun, inflasi
dan amortisasi.

Pengertian Manajemen Laba (Earnings Management)


Manajemen Laba (Earning Management) adalah intervensi manajemen yang
dilakukan dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan
pribadi. (Schipper, Commentary on Earnings Management, 1989).
Scott (2003:369) mendefinisikan earning management sebagai ”the choice by a
manager of accounting policies so as to achieve some specific objective” yang kurang lebih
memiliki arti: pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi
untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.
Menurut Sugiri (1998) yang dikutip oleh Widyaningdyah (2001), definisi earning
management dibagi dalam dua definisi (secara teknis), yaitu:
a. Definisi sempit
Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Earning management dalam arti sempit ini didefinisikan sebagai perilaku
manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam
menentukan besarnya earnings.
b. Definisi luas
Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit di mana manajer

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


8 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomis jangka panjang unit tersebut.
Surifah (1999) memberikan pendapatnya mengenai dampak earning management
terhadap kredibilitas laporan keuangan. Menurut Surifah (1999) earning management dapat
mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan,
karena earning management merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan
yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan.
Istilah lain yang popular di Amerika Serikat adalah Financial Shenanigans,
rekayasa laporan keuangan yang dilakukan secara legal ataupun illegal.
Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami isu
corporate governance dan earnings management. Adanya pemisahan kepemilikan oleh
principal dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan
konflik keagenen di antara principal dan agen.
Jensen dan Meckling (1976), Watts & Zimmerman (1986) menyatakan bahwa
laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat
meminimalkan konflik di antara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan
keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal
dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk
meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen.
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan.
Corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan
memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/
menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan
berkaitan dengan dana /kapital yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan
bagaimana para investor mengendalikan para manajer (Shieifer dan Vishny 1997).
Konsep earning management menurut Salno dan Baridwan (2000:19):
menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa
”praktek earning management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen
(agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai
atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya”. Agency theory
memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan
dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak
principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan
profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan
kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi,

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


9 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama
karena principal tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan
bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik).
Dalam hubungan keagenan, principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang
kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan
kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan
informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-
individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent
memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang
terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran
kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai
earning management (Widyaningdyah, 2001).
Menurut Healy dan Wahlen yang dikutip oleh Riduwan (2001) bahwa earning
management terjadi ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan
keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan
baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja ekonomis
perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-
angka akuntansi yang dilaporkan.
Terdapat dua cara memahami earning management (Sari, 2005), yaitu sebagai
berikut:
 Memandang earning management sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang, dan kos
politik.
 Memandang earning management dari perspektif kontrak efisien, artinya earning
management memberi fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan perusahaan
dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang
terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai
pasar perusahaannya melalui earning management.
Menurut Watt dan Zimmerman (yang dikutip oleh Indarti et. al., 2004) tujuan yang
akan dicapai oleh manajemen melalui earning management meliputi: mendapatkan bonus
dan kompensasi lainnya, mempengaruhi keputusan pelaku pasar modal, menghindari biaya
politik.

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


10 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Berdasarkan pertimbangan biaya dan manfaat, manajemen diperbolehkan memilih
dan menerapkan metode-metode akuntansi. Hal ini menjadi penyebab utama manajer
melakukan earning management.

Klasifikasi Manajemen Laba


1. Cosmetic Earnings Management, terjadi jika manager memanipulasi akrual yang tidak
memiliki konsekuensi cash flow. Teknik ini merupakan hasil dari kebebasan dalam
aplikasi akuntansi akrual yang mungkin terjadi. Standar akuntansi keuangan dan
mekanisme pengawasan mengurangi kebebasan ini tetapi tidak mungkin untuk
meniadakan pilihan karena kompleksitas dan keragaman aktivitas usaha. Akuntansi
akrual yang membutuhkan estimasi dan pertimbangan (judgments) menyebabkan
kebebasan manajer dalam menetapkan angka akuntansi. Meskipun kebebasan ini
memberikan kesempatan bagi manager untuk menyajikan gambaran aktivitas usaha
pemsahaan yang lebih informatif, kebebasan ini juga memungkinkan mereka
mempercantik laporan keuangan (window-dress financial statement) dan mengelola
earnings. Contoh transaksinya, yaitu penyesuaian pencadangan Allowance for Bad
Debt dan Accumulated Depreciation of Fixed Assets.
2. Real Earning Management, terjadi jika manajer melakukan aktivitas dengan
konsekuensi cash flow. Insentif untuk melakukan earnings management mempengaruhi
keputusan investing dan financing oleh manajer. Real earnings management lebih
bermasalah dibandingkan cosmetic earnings management karena mencerminkan
keputusan usaha yang seringkali mengurangi kekayaan pemegang saham. Contoh
transaksinya yaitu "uang pelicin" dicatat sebagai Beban Lain-lain. Schiper (1989) dalam
Ferdawati (2008) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi yang
sengaja dilakukan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi pihak tertentu. Ada
beberapa cara yang dilakukan manajemen dalam melakukan manajemen laba, antara
lain melalui manajemen laba akrual dan manajemen laba riil. Manajemen laba riil
merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan
sehari-hari selama periode akuntansi. Motivasi utama atas manipulasi aktivitas riil
adalah waktu (timing) manajemen laba. Manajemen laba riil dapat dilakukan kapan saja
sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik, yaitu 4, memenuhi target laba
tertentu, menghindari kerugian, dan mencapai target ramalan analis. Selain itu,
manajemen laba riil sulit untuk dideteksi oleh auditor. Roychodhury (2006)
mendefinisikan tentang the real earnings management (REM) sebagai satu bentuk
manajemen laba yang dilakukan melalui manipulasi aktivitas operasional perusahaan.
Manipulasi ini diukur dengan adanya satu penyimpangan dari praktik operasional
perusahaan yang normal. Motivasi manajemen melakukan ini adalah adanya keinginan

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


11 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
untuk “mengelabui” pelaporan keuangan perusahaan untuk beberapa stakeholder
dalam rangka memenuhi tujuan tertentu. Penyimpangan ini sebenarnya tidak
memberikan nilai tambah perusahaan tetapi hanya sekedar untuk memenuhi sasaran
pelaporan bagi manajer. Definisi tersebut konsisten dengan hasil studi dari Graham et
al. (2005) yang menemukan bukti bahwa: (a) ekskutif keuangan membebani beberapa
kebijakan transaksi yang bertujuan untuk memenuhi target laba seperti laba yang tidak
negatif, laba yang sama dengan sebelumnya dan ramalan dari para analis; (b) eksekutif
keuangan juga berhasrat untuk memanipulasi aktivitas riil dalam rangka memenuhi
targetnya melalui potongan harga yang agresif untuk meningkatkan volume penjualan,
dan meningkatkan volume produksi. Hal ini dapat berakibat pada menurunkan marjin
penjualan. 10 Bukti-bukti empiris atas eksistensi dari REM berkaitan dengan adanya
kesempatan untuk menurunkan biaya-biaya R & D dalam rangka untuk meningkatkan
besarnya laba perusahaan (Bens et al. 2002, Bushee 1998). Bens et al (2002)
menyatakan bahwa para manajer melakukan pembelian saham perusahaan kembali

Strategi Manajemen Laba


Terdapat 3 (tiga) jenis strategi manajemen laba yang dapat dilakukan, yaitu sebagai
berikut:
1. Manager meningkatkan laba periode sekarang. Strategi ini dilakukan untuk
membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini juga memungkinkan peningkatan
laba selama beberapa periode. Kasus yang terjadi adalah perusahaan melaporkan
laba yang lebih tinggi berdasarkan earning management yang agresif untuk periode
waktu yang panjang. Selain itu, perusahaan dapat melakukan manajemen untuk
meningkatkan laba selama beberapa tahun dan kemudian membalik akrual sekaligus
pada satu saat pembebanan " di bawah " (below the line) sehingga dipandang tidak
terlalu relevan.
2. Big bath (mandi besar). Strategi ini dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin
pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk
(seringkali pada masa resesi di mana perusahaan lain pun melakukan hal yang sama)
atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan
manajemen, merjer atau restrukturisasi. Karena sifatnya yang tidak biasa dan tidak
berulang, pengguna cenderung tidak memperhatikan dampak keuangannya. Hal ini
memberikan kesempatan untuk menghapus semua dosa masa lalu dan memberikan
kesempatan untuk meningkatkan laba di masa depan.
3. Income smoothing (perataan laba). Income smoothing merupakan bentuk umum
earnings management. Menurut strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan
laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Income smoothing juga mencakup

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


12 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
tidak melaporkan bagian laba pada periode yang baik dengan menciptakan cadangan
atau earnings banks dan selanjutnya melaporkan earnings banks pada saat kinerja
perusahaan buruk. Banyak perusahaan menggunakan strategi ini.
4. Income minimization
Bentuk ini mirip dengan ”taking a bath”, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan
sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat
penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-
pengeluaran sebagai biaya. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan
maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat
berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan
pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya
eksplorasi.
5. Income maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus
yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong
manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk
meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan pada saat laba
menurun. Perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan
memaksimalkan pendapatan.
Teknik untuk merekayasa laba dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok (Setiawati
dan Na’im, 2000), yaitu:
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, antara lain: estimasi tingkat
piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva
tak berwujud, estimasi biaya garansi.
2. Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk
mencatat suatu transaksi, contoh: mengubah metode depresiasi aktiva tetap yaitu dari
metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan, misalnya: mempercepat atau menunda
pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya,
mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi
berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual
investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva
tetap yang sudah tidak dipakai.
Pendekatan lain yang digunakan dalam mengendalikan net income (Lontoh dan
Lindrawati, 2004) adalah:

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


13 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
1. Mengendalikan transaksi-transaksi akrual, di mana transaksi akrual memiliki
pengaruh terhadap pendapatan dan biaya namun tidak tampil pada arus kas. Contoh:
amortisasi dan depresiasi adalah sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan dalam hal
menentukan masa manfaatnya sehingga perusahaan dapat mengatur besarnya
pembebanan pada biaya sesuai keinginan manajemen dalam rangka mencapai hasil
akhir pada net income yang diinginkan. Terdapat dua konsep akrual yaitu: discretionary
accrual dan non discretionary accrual. Discretionary accrual adalah pengakuan akrual
laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen,
sedangkan non discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba yang wajar, yang
tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Mengubah kebijakan akuntansi, manajemen juga dapat menentukan net income yang
diinginkan, namun hasrat manajemen untuk melaksanakan hal ini tidak sekuat accrual
items. Alasannya adalah manajemen harus menjelaskannya dalam disclosure pada
laporan keuangan tahunan. Dan alasan ini adalah bahwa standar akuntansi tentang
konsistensi mencegah terjadinya perubahan kebijakan akuntansi sesering mungkin.
Contohnya adalah merubah metode pencatatan dari LIFO menjadi FIFO.
Earning management merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena
ini hanya dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan.
Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dasar akrual
memang lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas. Sebagai contoh, dengan dasar kas,
pembelian aktiva tetap secara tunai senilai seratus juta rupiah mesti dibebankan sebagai
biaya pada periode saat pembelian aktiva tersebut, meskipun aktiva tersebut akan
bermanfaat bagi perusahaan selama 10 tahun. Jika laporan rugi laba disusun dengan dasar
kas, maka besar kemungkinan dalam periode tersebut perusahaan dinyatakan mengalami
rugi. Jadi pada dasarnya, basis akrual dipilih dengan tujuan untuk menjadikan laporan
keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang benar-benar mencerminkan kondisi
yang sebenarnya. Sayangnya, akrual yang ditujukan untuk menjadikan laporan yang sesuai
fakta ini sedikit dapat digerakkan (tuned) sehingga dapat mengubah angka laba yang
dihasilkan.

Motivasi Melakukan Manajemen Laba


Terdapat banyak alasan untuk melakukan earnings management. Alasan tersebut
diantaranya adalah:
1. Meningkatkan kompensasi manajer yang terkait dengan laba yang dilaporkan
(bonus plans). Banyak perjanjian yang menggunakan angka laba akuntansi misalnya
perjanjian kompensasi manajer yang mencakup bonus berdasarkan laba akuntansi.
Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan bawah, artinya manajer tidak

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


14 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapat bonus
tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas. Hal ini berarti manager memiliki insentif
untuk meningkatkan atau mengurangi laba berdasarkan tingkat laba yang belum diubah
(unmanaged earnings level). Jika laba yang belum diubah berada di antara batas
bawah dan atas, manajer memiliki insentif untuk meningkatkan laba, saat laba lebih
tinggi dari batas atas atau lebih rendah dari batas bawah, manajer memiliki insentif
untuk menurunkan laba dan membuat cadangan untuk bonus masa depan. Contoh
bonus yang diberikan pada industri telekomunikasi, perusahaan leasing.
2. Kontrak hutang (Debt contracts). Many lenders require borrowers to enter into debt
contracts, also called debt covenants, that specify financial statement target amounts or
ratios that the borrower must maintain. Violation of the terms of the debt contract can
result in costly renegotiation of the debt, with a possible increase in the interest rate or
an acceleration of payment terms. Persyaratan mempertahankan laba dengan cara
penentuan maksimum setoran pokok pinjaman dan bunga adalah contoh penerapan
debt contract yang dilakukan perbankan.
3. Pergantian CEO. Pergantian CEO perusahaan akan menentukan laba yang diperoleh
perusahaan. Sebagai contoh berganti nama Lativi menjadi TV One yang dipimpin orang
yang sangat berpengalaman mengelola perusahaan Broadcast sangat berdampak
besar mengenai citra dan pendapatan perusahaan, bahkan beralihnya host atau
presenter dan pembaca berita.
4. Politis/ukuran. Penggabungan beberapa perusahaan memperbesar ukuran
perusahaan atau memiliki alasan politis yang strategis seperti bergabungnya BBD,
BDN, Bapindo, Bank Exim menjadi Bank Mandiri.
5. Dampak Harga Saham. Manajer dapat meningkatkan laba untuk menaikkan harga
saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadian tertentu seperti merjer atau
penawaran surat berharga atau rencana menjuai saham. Manajer melakukan income
smoothing untuk menurunkan persepsi pasar akan resiko dan menurunkan biaya
modal. Salah satu insentif earnings management lainnya adalah agar melampaui
ekspektasi pasar.
6. Insentif lainnya seperti subsidi pemerintah atau proteksi. Laba seringkali diturunkan
untuk menghindari biaya politik dan penelitian yang dilakukan pemerintah misalnya
untuk ketaatan undang undang antimonopoli. Perusahaan juga menurunkan laba untuk
mengelak permintaan serikat pekerja dan perubahan manajemen. Perubahan
manajemen menyebabkan big bath karena pertama, melemparkan kesaiahan pada
manajer yang berwenang; kedua, sinyal pada manajer baru untuk melakukan
perubahan; ketiga, untuk peningkatan laba di masa depan.

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


15 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
7. Motivasi pajak, pajak merupakan salah satu alasan utama perusahaan mengurangi
laba bersih yang dilaporkan.
8. Penawaran saham perdana (IPO), manajer perusahaan yang going public melakukan
earning management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya dengan
harapan mendapatkan respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai
sinyal dari nilai perusahaan.
9. Motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan informasi privat yang dimiliki
perusahaan kepada investor dan kreditor.

Mekanisme Manajemen Laba


Adapun mekanisme earnings management dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu:
1. Income Shifting (Pemindahan laba). Pemindahan laba merupakan earnings
management dengan memindahkan laba dari satu periode ke periode lainnya.
Pemindahan laba dapat dilakukan dengan mempercepat atau menunda pengakuan
pendapatan atau beban.
2. Classificatory Earnings Management (Earnings management melalui klasifikasi).
Teknik ini dilakukan dengan cara mengklasifikasi beban dan pendapatan pada bagian
tertentu Income Statement seperti memindahkan beban di bawah garis, atau
melaporkan beban atau melaporkan sebagai unusual atau nonrecurring items sehingga
dianggap tidak penting oleh analis.

TAHAPAN ANALISIS AKUNTANSI

Tahapan Analisis Akuntansi adalah sebagai berikut :


Analisis akuntansi meliputi rangkaian proses yang dapat dikelompokkan menjadi dua:
 Evaluasi Kualitas Laba
o Identifikasi dan peroleh kebijakan akuntansi yang penting
o Evaluasi fleksibilitas akuntansi yang dapat dilakukan
o Tentukan strategi pelaporan keuangan perusahaan
o Identifikasikan dan peroleh ‘red flags’ (Red Flags merupakan suatu kondisi yang
janggal atau berbeda dengan keadaan normal. Red Flags adalah petunjuk atau
indikasi akan adanya sesuatu yang tidak biasa dan merupakan tanda-tanda bahwa
fraud terjadi)
 Menyesuaikan laporan keuangan
o Mengidentifikasi, mengukur dan membuat penyeseuaian atas laporan keuangan
sehingga analisis dapat memperoleh data untuk tujuan

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


16 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

Subramanyam, K.R & Wild, J.J (2009). Financial Statement Analysis. 10th Edition.
McGraw-Hill Irwin.

Usman Sastradioradiraja. Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan. Prodi Akuntansi


Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

‘20 Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan


17 Muhammad Ali.,S.E.,M.T
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai