Anda di halaman 1dari 23

MANUAL INTERPRETASI

THE BENDER VISUAL MOTOR GESTALT TEST

I. PETUNJUK INTERPRETASI: ANAK

Sebagai catatan, pengembangan sistem skoring telah dibangun oleh Koppitz


(1963, 1975). Ini berlawanan dengan fungsional pasien disorder dan sistem skoring
normal untuk membedakan hasil antara keterlambatan perkembangan atau kegagalan
persepsi yang mencerminkan sikap dan faktor emosional. Tujuan utama pengembangan
sistem skoring adalah untuk menyediakan suatu ukuran tingkat kedewasaan dalam
persepsi visual-motor anak. Dalam bagian ini, kita akan meringkas pendekatan Koppitz
dan menyediakan petunjuk umum interpretasi berdasarkan pada indikator orgnisme,
berbagai kesulitan persepsi visual-motor, kematangan perkembangan, dan indikator
emosional. Spesifikasi ukuran sistem scoring yang dikembangkan oleh Koppitz
(1963,1975b) untuk tingkatan perkembangan dapat ditemukan pada catatan tambahan
“Tes Bender Gestalt untuk anak” (volume 2, 1975b). Kriteria skoring yang berbeda
untuk indikator emosional telah dikembangkan oleh Koppitz dalam “Tes Bender Gestalt
untuk anak”(1963). Dalam rangka memperoleh skor yang tepat, kriteria-kriteria ini
kilinis perlu berkonsultasi. Kedua teks oleh Koppitz (1963, 1975b) meliputi petunjuk
penting, perhatian, dan tinjauan ulang riset, dan klinisi didukung untuk berkonsultasi
guna pengembangan dan diskusi lebih lanjut.

Walaupun beberapa parktisi menyuguhkan suatu aturan standar baik tes


persepsi visul-motor atau tes tentang kepribadian dan penyesuaian emosional, mungkin
area keduanya sering dievaluasi dari aturan standar tunggal. Dengan menggunakan
pendekatan multidimensional, pemeriksaan dengan menggunakan desain Bender dapat
memberikan informasi yang berbeda mengenai kematangan persepsi individu,
kerusakan sistem syaraf, dan penyesuaian emosional.

Sebelum melakukan penilaian Bender mengguankan petunjuk aturan standar


yang ditetapkan oleh Koppitz, sangat penting untuk menilai kwalitas gambar secara
utuh. Berbagai tekhnik proyeksi,cara menyelesaikan, dan mengamati perilaku anak
dalam menyelesaikan tugas tersebut memberikan informasi yang bermanfaat ketika
merumuskan suatu gambaran secara lengkap tentang emosional atau penyesuaian
persepsi. Lebih spesifik, pemeriksa perlu lebih memperhatikan dengan teliti ke desain,
penghapusan, penyimpangan, penghilangan, pengerjaan ulang, waktu yang diperlukan
untuk melengkapi tes tersebut, komentar yang di buat sepanjang tes, dan percobaan
membuat gambar lain yang tidak biasa. Ketika pengamatan umum ini telah selesai,
aturan standar dapat menjadi bahan evaluasi untuk organisme, persepsi visual-motor,
kematangan perkembangan dan berbagai kesulitan emosional.

1. Indikator Organisitas

Ketika mempertimbangkan kemungkinan atau penegelompokan pada suatu


aturan standar Bender, adalah penting bahwa perencanaan menggolongkan harus
dievaluasi secara keseluruhan. Beberapa Indikator untuk kerusakan Otak juga Indikator
untuk gannguan emosional, dan itu hanyalah ketika aturan standar dievaluasi sebagai
unit lengkap, dan semua corak yang tidak biasa dipertimbangkan dengan seksama,
sehingga suatu diagnosa dapat dibuat sesuai hasil. Dalam banyak kasus,
bagaimanapun, hasil dari tes Bender tidaklah cukup untuk membuat perbedaan hasil
diagnosa antara kerusakan otak dan gangguan emosional, dan informasi tambahan
diperlukan untuk menentukan masalah alami individu.

Kategori daftar respon dibawah ini telah dilaporkan dalam literatur sebagai
indikator penting kerusakan otak baik untuk anak maupun orang dewasa. Walaupun
menunjukkan adanya kerusakan, harus diingat bahwa sekalipun tidak satupun faktor
muncul, orang tetap saja menderita suatu kerusakan mengenai sistem syarafnya. Dan
sebaliknya, lemahnya pencapaian Bender mencerminkan berbagai faktor, salah satunya
adalah lemahnya sistem syaraf. Bagaimanapun, berikut jenis respon Bender yang telah
terpilih karena mereka lebih memungkinkan untuk menyarankan Organisme dari pada
respon yang lain.

1. Perputaran dari semua bagian atau semua desain (Billinslea, 1963 ; Diller, Ben-
Yishay, Gertsman Goodkin, Gordon, Weinberg, 1976 ; Smith dan Martin, 1976).
2. Persevaration dalam satu desain atau dari desain yang satu ke desain yang lain
(Hain, 1964 ; Lerner, 1972 ; Marley, 1982).
3. Penyimpangan figur (Beck, 1959 ; Lerner, 1972).
4. Pemecahan menjadi kepingan atau Misi atau bagian-bagian dari suatu disain
(Gilbert, 1969 ; Hutt, 1977).
5. Penggantian garis untuk memberi titik (Lerner, 1972 ; Small, 1973).
6. Ketertutupan, terutama pada figur A dan 4 (Pope dan Scott, 1967).

Ada juga beberapa pertimbangan penting ketika mengevaluasi kemampuan


anak-anak, beberapa anak berkembang lebih pelan dibanding yang lain, terutama
sekali di area visual-motor persepsi. Karena anak-anak ini, skor Bender akan
meningkatkan secara dramatis dalam beberapa tahun. Beberapa anak-anak mungkin
punya suatu kelemahan yang tetap dalam persepsi visula-motor, sedangkan yang lain
mungkin telah kekurangan motivasi, yang untuk sementara mengganggu, sehingga
lelah atau sakit sepanjang administrasi tes. Suatu petunjuk umum untuk diikuti adalah
jika suatu skor Bender untuk ditentukan berdasarkan kelompok umur ( lihat Catatan
tambahan A), kemungkinan adanya kerusakan otak. Bagaimanapun, suatu hasil
diagnosa kerusakan otak tidak pernah ada dibuat semata-mata terbatas atas dasar
skor tunggal. Lagipula, kemungkinan kerusakan otak tidak bisa dengan pasti
dikesampingkan ketika Bender diperoleh, sejak pencapaian pada test ini tetap saja tak
berguna ketika area spesifik otak mengalami kerusakkan. Jika area lain pada otak
tidak memerlukan untuk menghailkan suatu Bender adalah lemah, kemudian sangat
mungkin suatu Bender normal. Ringkasan petunjuk tabel 3-1 adalah bermanfaat untuk
mengevaluasi masing-masing hasil tes Bender yang didesain untuk pertimbangan
kerusakan sesuai dengan ilmu syaraf. Bagaimanapun, Koppitz ( 1975B) menunjukkan
bahwa menggunakan kedua-dunya telah menunjukkan membuat angka
pengembangan dan indikator kerusakan otak Bender tidak melengkapi informasi
tambahan satu sama lain. Keduanya efektif untuk mendiagnosa adanya kerusakan
otak,, maka seorang klinisi boleh memutuskan untuk menggunakan pendekatan
manapun.

Jika klinisi memutuskan untuk menggunakan indikator sistem syaraf seperti yang
digambarkan pada tabel 3-1, basis pendekatan yang berdasarkan untuk
mempertimbangkan keseluruhan jumlah indikator yang muncul. Suatu penilaian cepat
dapat dibuat untuk anak usia 8 tahun keatas dengan melihat delapan karakteristik
sebagai berikut, yang merupakan suatu gabungan dari indikator koppitz's. Jika muncul
empat atau lebih karakteristik, kemungkinan kuat mengalami kerusakan sistem syaraf
pusat.

1. Penyederhanaan dua atau lebih figur menjadi suatu tingkatan untuk tiga ahun
atau lebih di bawah kapasitas otak sesuai usia anak tersebut.
2. Penumpukan suatu figur dengan figur lain di mana suatu figur keluar dari tepi
kertas tersebut.
3. Pemecahan figur menjadi satu kepingan atau satu atau lebih.
4. Satu Figur di putar 90 derajat atau lebih
5. Kesalahan dalam figur 3 atau lebih
6. Perseveration dari figur untuk menggambarkan satu jenis unit
7. Kualitas garis
8. Tanda koma dan atau mengarang;menulis cepat dua atau lebih figure
PEDOMAN PENILAIAN PSIKOLOGI

Tabel 3-1. Indikaor Kerusakan Otak Bender untuk anak Usia 5 – 10 tahun

Penambahan atau sudut yang dihilangkan

Figur A - Lebih signifikan sama dengan semua tingkatan umur dalam BI


Figur 7 - Umum terdapat dalam BI dan NBI meskipun lebih sering pada BI semua
tingkatan
umur;sebelum umur 8 tahun BI tidak benar menggambar sudut.
Figur 8 - Umum dalam BI dan NBI sampai umur 6, sesudahnya signifikan untuk BI

Sudut untuk Kurva

Figur 6 - Umum dalam BI dan BI tapi signifikan dalam BI mengukur semua umur,
semua BI menarik
sudut pada umur ke 7 tahun.

Garis lurus untuk Kurva

Figur 6 - Jarang tetapi sangat Signifikan untuk BI ketika muncul

Ketidakseimbangan antar bagian

Figur A - Umum dalam BI dan NBI samapai Umur 6 tahun, sesudah itu Signifikan
untuk BI.
Figur 7 - Umum dalam BI dan NBI samapi umur 7 tahun, sesudah itu Signifikan
untuk BI.

Mengganti Lima Lingkaran untuk titik

Figur 1 - Muncul dalam BI dan NBI tetapi lebih sering Signifikan dalam BI semua
umur.
Figur 3 - Muncul dalam BI dan NBI sampai umur 6 tahun, sesudah itu Signifikan
untuk BI.
Figur 5 - Muncul dalam BI dan NBI samapai umur 8 tahunm, sesudah itu
Signifikan untuk BI

Perputaran desain menjadi 45°

Figur 1, 4, dan 8 - Sangat Signifikan untuk BI semua tingkatan umur.


Figur A dan 5 - Signifikan untuk BI semua tingkatan umur
Figur 7 - Muncul dalam BI dan NBI sampai umur 6 tahun, sesudah itu Signifikan untuk
BI.
Figur 3 - Muncul dalam BI dan NBI samapi umur 7 tahun, sesudah itu Signifikan Untuk
BI.
Figur 2 - Muncul dalam BI dan NBI sampai umur 8 tahun, sesudah itu Signifikan Untuk
BI.

Kegagalan untuk mengintegrasikan Bagian

Figur A dan 4 - Signifikan untuk BI semua tingkatan umur.


Figur 6 - Jarang tapi Signifikan untuk BI ketika muncul pada semua tingkatan umur.
Figur 7 - Umum untuk BI dan NBI sampai umur 6 tahun, sesdudah itu sangat Signifikan
untuk BI.

Penghilangan atau Penambahan garis lingkaran

Figur 2 - Umum dalam BI dan NBI samapai umur 6 tahun, sesudah itu sangat Signifikan
untuk BI.

Penghilangan Bentuk

Figur 3 - Muncul dalam BI dan NBI samapi umur 5 tahun, sesudah itu Signifikan untuk
BI.
Figur 5 - Jarang dan tidak membedakan antara BI dan NBI pada umur manapun.

Garis untuk rangkaian titik

Figur 3 dan 5 - Jarang tapi sangat Signifikan untuk BI semua tingkatan umur.

Persevaration

Figure 1, 2, dan 6 - Umum dalam BI dan NBI sampai umur 7 tahun, sesudah itu sangat
Signifikan untuk BI
Catatan: Dicetak kembali, dengan ijin dari E.M Koppitz, Tes Bender Gestalt untuk anak,
New York : Grune & Stratton, Inc., 1963.

Significant = terjadi lebih sering, tapi tidal eksklusif, dalam Kelompok BI


Sangat Signifikan = terjadi hamper eksklusif dalam kelompok BI
BI = Kerusakan Otak ; NBI = Tidak mengalami Kerusakan

2. Kesulitan-Kesulitan Persepsi Motorik-Visual


Disamping menilai apakah ada kerusakan otak atau tidak, para ahli klinis
mungkin juga ingin mengevaluasi bagaimana kerusakan itu berpengaruh
terhadap persepsi motorik-visual. Walaupun kerusakan pada jaringan otak itu
sendiri permanen, fungsi otak secara keseluruhan mampu mengimbangi dan
membuat anak dapat mengatasi ketidamampuan untuk bidang- bidang tertentu.
Hal ini mungkin saja terjadi jika (1)sejauhmana cidera otak tidak terlalu parah
dan lokasi tidak terlalu kritis; (2)ada kemampuan intelektual yang cukup untuk
mempelajari metode penyelesaian masalah alternatif dan (3)tidak ada gangguan
emosional serius yang berinterferensi dengan penyesuaian.

Kadang-kadang anak harus belajar berkompensasi atas kesulitan motorik-visual


dan permasalahannya tidak dapat segera diobservasi dengan menggunakan protokol
Bendernya. Akan tetapi, dengan mengamati secara cermat perilaku anak itu, sementara
Bender sedang diisi, anak semacam itu kadang-kadang dapat dikenali. Perilaku khusus
yang mencerminkan strategi untuk menanggulangi kelemahan otak telah dipelajari,
termasuk :

1. Kelebihan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan rancangan.


2. Rancangan “anchoring” dengan menempatkan jari pada setiap rancangan jika
ada
3. Melihat sepintas kartu rancangan dan kemudian mereproduksinya dari
memorinya.
4. Rotasi kartu stimulus dan/atau kertas gambar untuk melengkapi rancangan
sebagaimana mestinya.
5. Lingkaran dan titik pengecekan dan pengecekan kembali beberapa kali, dan tidak
pasti mengenai bilangan yang benar.
6. Gambar impulsif yang dilaksanakan dengan cepat yang dihapus dan dibetulkan
dengan tingkat usaha yang tidak biasa.
7. Ketidakpuasan yang diekspresikan dengan gambar yang dilaksanakan dengan
kurang baik dan mengulang upaya untuk membenahinya.

Evaluasi dan observasi cermat protokol Bender dapat membantu menentukan


apakah masalah persepsi motorik-visual anak merupakan akibat dari gangguan reseptif,
gangguan ekspresif atau keduanya. Jika anak kurang berprestasi karena gangguan
maturasional, maka segi reseptif dan ekspresif persepsi terpengaruh. Walaupun dua
fungsi itu sudah matang pada tingkatan yang agak berbeda-beda pada anak yang
berbeda-beda, jika perbedaan antara mereka ekstrim, ada penyebab atas keprihatinan.
Pada anak-anak kecil, perbedaan besar antara fungsi reseptif dan ekspresif adalah
diharapkan, tetapi karena anak secara perseptual bertambah dewasa, maka perbedaan-
perbedaan itu berkurang.

Salah satu cara termudah untuk menentukan apakah fungsi reseptif anak cukup
adalah bertanya pada dia apakah gambarnya nampak seperti gambar stimulus.
Seringkali anak yang tertimpa masalah reseptif tidak mempersepsikan perbedaan
antara dua gambar itu, walaupun perbedaan bisa sangat jelas. Jika gangguan dalam
mode ekspresif, anak dapat sering mendeskripsikan bagaimana gambar nampak tetapi
tidak mampu mereproduksinya dengan benar pada kertas. Anak ini memerlukan banyak
waktu untuk menyelesaikan rancangannya tetapi biasanya menunjukkan distorsi kecil
pada gambar itu. Bagi anak-anak ini, koordinasi fisik adalah jelas, tetapi kemampuan
memposisikan rancangan dengan akurat adalah lemah.

3. Maturasi Perkembangan

Sebagaimana terjadi dengan semua bidang perkembangan, keterampilan


persepsi motorik-visual meningkat dengan pertumbuhan anak. Walaupun anak
bertambah dewasa dengan kecepatan yang berbeda-beda, pedoman-pedoman berikut
sebagaimana dikembangkan oleh Bender (1938) dan digarisbesarkan oleh Clawson
(1962) dapat digunakan untuk memahami pola tipikal perkembangan motorik-visual.

Umur dua tahun: menulis sembarang, membuat titik-titik dan garis putus-putus,
menempelkan pensil pada kertas terus, belum mengembangkan keterampilan yang
diperlukan untuk mereproduksi rancangan (desain) dengan akurat.

Umur 3 tahun: menggambar lingkaran, putaran, lengkungan, dan garis.

Umur 4 tahun: menyusun putaran atau lingkaran dengan arah kiri-kanan


horisontal.

Umur 5 tahun: biasanya memberi kenampakan persegi pada gambar, menyilang


garis horisontal dan vertikal, membuat banyak rancangan yang berbeda-beda.

Umur 6 tahun: persepsi visual relah berkembang dan terpadu dengan persepsi
kineestetiktaktual untuk membuat reproduksi akurat rancangan Bender khususnya
gambar A, 1, 4, dan 5.

Umur 7 tahun: membuat garis miring dengan cukup baik, menyusun gambar
berurutan, dan menggabungkan bagian-bagiannya pada gambar A dan 8 dengan lebih
akurat daripada usia 6 tahun.

Usia lebih dari 7 tahun, tidak ada penambahan utama pada kemampuan
menggambar dari anak itu, tetapi perbaikan teknik terus terjadi dengan meningkatnya
jumlah reproduksi dan kombinasi bentuk-bentuk dasar yang sangat berhasil.

Usia 8 tahun: lebih akurat dalam membuat titik-titik dan menggabungkan


bagian-bagian, dan mempunyai kontur yang lebih baik pada gambar lengkung; gambar
6 adalah akurat kecuali untuk kemiringan penyangga vertikal; gambar tiga nampak
lebih sebagai kolom-kolom lengkungan daripada sudut-sudut lengkungan; gambar 2
lebih dibuat dari kolom vertikal daripada kolom miring.
Usia 9 tahun: kecenderungan vertikalisasi menghilang; rotasi kurang sering; ada
perbaikanhalus dalam seluk beluk rancangan.

Usia 10 tahun: menggambar kolom miring pada gambar 2 dan heksagon yang
berhasil pada gambar 7 dengan penggabungan bagian-bagian yang akurat.

Usia 11 tahun: memberi reproduksi akurat semua rancangan dengan urutan,


susunan dan ukuran yang baik.

Apendiks B menunjukkan contoh-contoh visual pedoman maturasional ini.


Persentase pada masing-masing menunjukkan proporsi anak pada setiap kelompok
usia yang mampu mereproduksi rancangan dengan cara yang ditunjukkan.
Sebagaimana dapat diamati, pada usia 11 tahun, semua rancangan sebaiknya
direproduksi dengan akurat. Dengan melihat norma maturasional, dokter dapat cepat
menilai protokol anak untuk menentukan tingkat perkembangan umum. Rating tingkat
perkembangan yang lebih khusus dapat ditentukan dengan menilai sepanjang kriteria
yang dikembangkan oleh Koppitz (1975B). Jika ada gangguan signifikan antara usia
kronologis anak dan tingkat dimana dia mereproduksi rancangan Bender, penyebab
yang mungkin sebaiknya dikaji dengan evaluasi protokol yang lebih lengkap dan
tinjauan ulang data-data yang terkait.

4. Indikator Emosional

Walaupun manfaat primer Bender adalah mengevaluasi kelemahan neurologi


Andersen persepsi motorik-visual, ini juga telah ditunjukkan sebagai teknik proyektif
yang bermanfaat untuk mengidentifikasi masalah emosional. Hasil penelitian
mendukung hipotesis bahwa anak yang persepsi motorik-visual nya buruk juga
menunjukkan kejadian indikator emosional lebih tinggi daripada anak tanpa masalah
perseptual. Akan tetapi, ada jumlah kasus signifikan dimana tidak ada masalah
perseptual terlihat jelas, namun banyaknya indikator emosional atas Bender masih
tinggi. Oleh karena itu, skor perkembangan Bender mengukur aspek fungsi yang
berbeda dari indikator emosional, dan penting mempertimbangkan keduanya.
Sebagaimana diringkas oleh Koppitz (1975B), “tidak semua anak kecil yang mempunyai
skor uji development Bender buruk mempunyai masalah emosional, tidak semua anak
yang mempunyai Indikator Emosional atas rekor tes Bendernya secara tidak bisa
dielakkan menunjukkan kelainan fungsi atau ketidakdewasaan dalam bidang motorik-
visual”.

Panduan penilaian untuk indikator emosional yang dikembangkan oleh Koppitz


dan disertakan dalam teks 1963 atas Bender dapat digunakan untuk menilai protokol
Bender atas kemungkinan adanya gangguan emosional. Akan tetapi, indikator tunggal
bukanlah tanda kesulitan emosional tetapi dapat menggambarkan trend atau
kecenderungan pihak yang diteliti tertentu. Jika tiga indikator ada, ini dengan lebih kuat
mengemukakan kesulitan emosional dan anak harus dievaluasi lebih cermat. Karena
jumlah indikator bertambah, maka kemungkinan masalah emosional juga meningkat.
Dengan demikian, anak yang mempunyai 5 indikator atau lebih paling mungkin
mengalami kesalahan penyesuaian emosional serius dan sebaiknya diberikan evaluasi
penuh. Koppitz (1975B) mendesak bahwa setiap indikator emosional dievaluasi secara
terpisah karena bantuan dalam memahami kemungkinan arti yang dimiliki bagi examini
(pihak yang diperiksa). Selanjutnya, total banyaknya indikator emosional adalah bernilai
dalam mengubah pandangan dokter ke arah kemungkinan adanya masalah emosional,
tetapi karena mereka tidak mempunyai konsistensi internal, indikator bernilai kecil di
luar batas ini. Khususnya, jumlah dan jenis indikator tidak dapat digunakan untuk
membedakan pasien neurotik, psikotik dan perusak otak.

Daftar berikut berisi 10 indikator asli (1-10; Koppitz, 1963) ditambah dua
indikator tambahan (11 dan 12; Koppitz, 1975B); seiring dengan hipotesis intepretif
yang berkaitan dengannya.

1. Kode membingungkan: perencanaan buruk, kesulitan menyusun informasi, dan


kemungkinan kekacauan mental; yang berkaitan dengan anak yang mempunyai
kelemahan pembelajaran jika usia 8 sampai 10 tahun dan dengan aksi di luar
perilaku.
2. Suka memberontak: kurang stabil dalam koordinasi motorik, ekspresi atau
keduanya; ketidakstabilan emosional bisa menyebabkan koordinasi motorik
buruk, koordinasiburuk dapat menyebabkan atau memperparah ketidakstabilan
emosional.
3. Garis putus-putus sebagai pengganti titik-titik: impulsifitas, agresifitas, atau
kekurangan minat atau perhatian anak; menunjukkan keasyikan dengan
kesulitan personal sampai tingkat yang sedemikian rupa sehingga anak mencoba
menghindari tugas yang diberikan pada mereka.
4. Ukuran bertambah: kemampuan buruk untuk tahan frustasi, kemungkinan
eksplosifitas, dan bertindak di luar kecenderungan.
5. Ukuran besar: kecenderungan terhadap aksi atau tindakan.
6. Kurang kecil: keadaan terdesak, tidak mau lagi, cemas, dan/atau timiditas.
7. Garis halus: malu, takut, dan tidak mau
8. Banyak kerja sembarang (sembrono) : perilaku imulsif, agresif, sesuai dengan
anak yang bertindak, tetapi pengerjaan kembali yang cermat menunjukkan
kecerdasan yang tinggi dan prestasi yang bagus.
9. Berusaha membuat gambar: agresifitas, impulsifitas, ansietas; menunjukkan
kesadaran bahwa usaha pertama tidak benar, namun masing-masing tidak
mempunyai kendali batin yang memadai untuk membenahi yang asli.
10. Ekspansi: perilaku impulsif, banyak beraksi, khususnya bagi anak yang usianya
lebih tua yang juga mengalami kelemahan neurologis.
11. Kotak melingkar rancangan: kecenderungan impulsif, dengan kontrol batin
lemah, dimana batas-batas eksternal diperlukan untuk mengendalikan perilaku.
12. Penambahan atau perincian spontan pada rancangan: sangat takut, cemas, dan
keasyikan dengan pikiran-pikiran batin.

II. PANDUAN INTERPRETASI: DEWASA

Banyak dari pertimbangan interpretatif untuk orang dewasa serupa dengan


pertimbangan untuk anak-anak. Hal pentingnya adalah kenyataan bahwa para
dokter dapat melakukan pendekatan protokoler dewasa dari perspektif yang
multidimensi, dimana dapat dilakukan penilaian kuantitatif dari indikator patologis
dan pertimbangan proyektif yang berhubungan dengan kepribadian. Bagian ini
akan memberikan pedoman umum untuk indikator yang organik dan emosional.
Penilaian kuantitatif untuk indikator organik dapat diperoleh dengan
menggunakan “Sistem Penilaian untuk Uji Bender Gestalt” yang dikembangkan
oleh Hain (1964) dan disertakan dalam Lampiran C. Hasilnya dapat disimpulan
dan dibuatkan tabel pada “Lembar Penilaian Bender Dewasa” (Lampiran D).

Interpretasi proyektif dari Bender mengikuti pendekatan umum yang sama


seperti gambaran proyektif lain (Gambaran-Orang-A, Gambaran Keluarga Kinetik,
dll). Gaya dan cara penggambarannya, termasuk pengamatan perilaku, harus
diperhatikan selama pelaksanaan. Pengamatan demikian setidaknya bersifat
penting seperti penggambaran itu sendiri dan memberikan hubungan untuk
memahami pendekatan orang yang diuji terhadap tugas yang diberikan.
Selanjutnya, penguji dapat mengevaluasi fitur umum dari penggambaran tersebut
seperti kualitas garis, organisasi, ukuran dan jumlah penghapusan. Arti dari
reaksi-reaksi ini kemudian dapat diinterpretasi di dalam hubungan dengan hasil
yang diperoleh dari penilaian kuantitatif, dan data ujian lain yang relevan.
Sebagai contoh, seorang dengan ketiadaan keteraturan yang memerlukan waktu
lebih lama dari waktu rata-rata (5 menit atau lebih), yang memperlihatkan jumlah
penghapusan yang tinggi, dan yang memiliki kualitas garis yang sederhana,
cenderung menunjukkan sifat umum dari kebimbangan dan kekurangan
kepercayaan akan diri sendiri. Seorang lain yang terdokumentasi dengan
kerusakan otak yang juga memerlukan waktu yang lebih lama dari waktu rata-
rata tetapi bersikeras untuk menghitung tiap titik secara tepat mungkin mencoba
untuk mengkompensasi gangguan yang dialaminya dengan mengembangkan
perilaku yang obsesif.

Metode kuantitatif penilaian dewasa Benders (Lampiran C), adalah prosedur


yang relatif singkat dan langsung. Setelah hal ini dicapai, seorang dokter
kemudian dapat mengecek apakah penilaian orang yang diuji berada di dalam
jajaran kelompok dengan kerusakan otak. Hain (1964) memberikan jajaran
normal berkisar antara 0 – 5; garis batas, dari 6 – 12; dan penilaian kritis yang
mengindikasikan kerusakan otak, yaitu 13 atau lebih (lihat Tabel 3-2). Sebuah
analisis dari Tabel 3-2 menunjukkan bahwa nilai yang tinggi (13 atau lebih)
merupakan indikasi dari kerusakan otak. Seseorang yang nilainya berada di dalam
jajaran nilai ini dapat didiagnosa dengan tingkat keakuratan yang cukup tinggi.
Tabel tersebut juga mengindikasikan bahwa nilai pemisahan tunggal terbaik
adalah 8. Penting untuk dicatat bahwa nilai yang rendah tidak semestinya
mengindikasikan bahwa orang tersebut tidak memiliki kerusakan otak. Karenanya,
sistem memiliki keuntungan, bahwa ada sedikit yang positif salah tetapi
kerugiannya adalah ada kemungkinan banyaknya yang negatif salah. Penelitian
lain telah mengindikasikan bahwa meskipun sistem tersebut efektif dalam
membedakan orang normal dari yang kelainan jiwa ataupun organik, sistem
tersebut dikritik bahwa kelompok organik dan kelainan jiwa seringkali bertindak
serupa (Verma, Wig dan Shah, 1972). Kesulitan ini dapat dikurangi secara
signifikan dan jumlah klasifikasi yang benar dari orang dengan kelainan jiwa dan
organik dapat ditingkatkan melalui penggunaan Prosedur Interferensi
Latarbelakang dari Canter, karena penderita skizofrenia melakukan pengujian
dengan lebih baik secara signifikan daripada organik ketika prosedur ini
digunakan.

1. Indikator Organisitas

Ada beberapa indikator yang umumnya berhubungan dengan gangguan


keteraturan. Tetapi, para dokter harus terus menerus sadar akan kenyataan
bahwa kinerja yang lemah dari protokol Bender dapat juga dilakukan oleh orang
dengan gangguan emosional seperti skizofrenia. Lebih lanjut lagi, ada perbedaan
kualitatif pada kinerja orang-orang dengan luka pada beberapa daerah berbeda di
otak. Dimana pasien dengan luka di belahan otak kanan cenderung membuat
kesalahan yang berhubungan dengan kemampuan visual (misalnya asimetri,
rotasi, gambar yang tidak dapat dikenali, garis yang tidak tergabung), orang
dengan luka di belahan otak kiri cenderung membuat gambar yang berguncang
(garisnya bergetar) dan berukuran lebih kecil, dengan ujung-ujung yang bulat
(penyederhanaan ; Filskov, 1978). Masalah dengan kemampuan visual (belahan
otak kanan) adalah biasanya dicatat pada sebagian besar sistem penilaian. 15
indikator berikut dipilih oleh Hain (1964) karena mereka mampu dengan sukses
membedakan antara kelompok dengan kerusakan otak dan pengendalian. Kriteria
pendefinisian dan penilaian untuk masing-masing kelompok disertakan dalam
Lampiran C. Di depan masing-masing kelompok indikator, ada sebuah angka yang
memberikan bobot relatif untuk tingkat yang menandakan patologis dari
kerusakan organik. Sebagai contoh, sebuah rotasi dengan nilai 4 merupakan
indikator kuat dari sifat organik daripada pemisahan yang hanya memiliki nilai 1.

Nilai 4 :

Ketahanan

Rotasi dan pembalikan

Bersifat konkret

Nilai 3 :

Penambahan sudut

Pemisahan garis

Bertumpuk

Penyimpangan

Nilai 2 :

Pembubuhan

Rotasi sebagian

Nilai 1 :
Penghilangan

Penyingkatan (No. 1 atau 2)

Pemisahan

Ketiadaan penghapusan

Penutupan

Nilai kontak pada gambar A

Karena ketiga indikator pertama memiliki karakteristik yang tinggi terhadap reaksi
dari orang yang memiliki kelemahan organik, mereka memerlukan elaborasi yang
lebih lanjut. Meskipun telah ditetapkan (lihat tinjauan dalam Tolor dan Brannigan,
1980) bahwa ketahanan muncul baik pada kelompok skizofrenia dan organik,
mereka lebih kuat dihubungkan dengan sifat organik (Hain, 1964; Lerner, 1972;
Pope dan Scott, 1967). Dapat diartikan sebagai kelanjutan dari reaksi diluar
angka yang diperlukan yaitu angka dasar yang diharapkan pada stimulus yang
dihadapkan pada orang tersebut. Sebagai contoh, seorang memiliki sifat
ketahanan jika ia menghasilkan 14 titik atau lebih pada design 1, dimana ia hanya
perlu menghasilkan 12 titik. Sifat ketahanan umum timbul pada design 1, 2 dan 3,
tetapi mereka juga dapat timbul pada tiap design jika orang tersebut
menggambar design yang sama satu atau beberapa kali, jangan tanya apakah ia
dapat mengulangi designnya, dan gagal untuk menghapus usaha-usaha yang
sebelumnya. Marley (1982) membagi ketahanan dalam tiga tipe berbeda. Karena
masing-masing tipe dianggap sebagai indikator gangguan organik, ia juga
menghubungkan daerah berbeda dari fungsi mental dengan masing-masing tipe.
Tipe A muncul ketika angka, huruf, dan bentuk lain diganti dengan elemen-
elemen yang ditemukan dalam design asli Bender. Hal ini menyimpulkan
hubungan yang mengendur, gangguan perencanaan, kurangnya perhatian,
konsentrasi yang lemah, dan kesulitan dengan ingatan yang cepat dan tertunda.
Hal tersebut merupakan karakteristik dari dimensi organik dan berhubungan
dengan keterlibatan langsung, temporal depan atau bilateral. Tipe B dari
ketahanan muncul ketika elemen-elemen tambahan digambar ke dalam design 1,
2, 3 dan 5 atau ketika garis-garis lekuk tambahan dimasukkan ke dalam design 6.
Wilayah-wilayah kemungkinan kemampuan mental adalah ketidakmampuan untuk
menggeser rangkaian, disosiasi dari tugas, kurang perhatian, konsentrasi lemah,
pemikiran konkrit, dan perilaku ketahanan diluar situasi pengujian. Ini merupakan
karakteristik dari keterlibatan temporal bagian otak dominan. Bentuk akhir dari
penilaian ketahanan (tipe C) muncul ketika orang yang diuji menarik kembali
design-designnya tanpa ada usaha untuk menghapus atau mencoret design yang
sebelumnya. Hal ini mungkin merupakan hasil dari gangguan konsentrasi, selang-
seling ide yang membingungkan, kesulitan perencanaan, gangguan fungsi motor-
visual. Tipe ketahanan C merupakan karakteristik gangguan kortikal pada wilayah
parieto-oksipital dari bagian otak yang dominan. Penemuan-penemuan ini
mewakili kemungkinan adanya gangguan kognitif dan lokasi luka yang mungkin
mendukung data atau menunjukkan arah lain untuk eksplorasi lebih lanjut.

Ada cukup penelitian pada rotasi yang menekankan pentingnya perhatian


berkelanjutan pada kategori reaksi Bender ini. Suatu rotasi dedefinisikan sebagai
penggandaan dari suatu design yang berotasi 45° atau lebih dari aksisnya.
Pembalikannya, dimana suatu figur diputar dari 90° hingga 270°, dianggap
menjadi kasus rotasi khusus dan karenanya masih dinilai dibawah kategori yang
sama sebagai rotasi. Mereka muncul lebih sering pada design 3 (28%) dan A
(17%), dan sedikit jarang pada design 6 (2%), 2 (5%), dan 1 (6%) (Freed,
1966). Rotasi muncul baik pada pasien psikiatri dengan sifat organik atau yang
bukan organik seperti mereka, yang memiliki mental terbelakang yang dirawat di
rumah sakit (Silverstein dan Mohan, 1962) dan pasien psikotik (Hutt dan Gibby,
1970). Meskipun demikian, telah dicatat bahwa pasien organik menghasilkan
rotasi yang spontan tetapi mereka juga memiliki lebih banyak kesulitan membuat
rotasi ketika mereka diminta secara khusus untuk hal itu (Royer dan Holland,
1975). Hal ini menyimpulkan bahwa satu wilayah yang mungkin memiliki relevansi
untuk diagnosa berbeda adalah dalam penilaian kesulitan yang relatif dialami
orang dalam membuat rotasi hati-hati. Marley (1982) telah mencatat bahwa
fungsi mental primer yang berhubungan dengan rotasi adalah gangguan
perhatian dan terbatasnya kapasitas untuk mempelajari hal baru. Seperti
ketidakmampuan visual grafis lainnya, wilayah otak yang mungkin dipengaruhi
adalah parietal cuping telinga (Garron dan Cheifetz, 1965). Meskipun rotasi
Bender dapat muncul baik dengan luka pada bagian otak kanan atau kiri, luasnya
pengaruh sekitar dua kali lebih sering untuk pasien dengan bagian otak kanan
seperti yang bagian kiri (Billingslea, 1963; Diller, Ben-Yishay, Gertsman, Goodkin,
Gordon, Weinberg, 1976).

Uji Visual Motor Gestalt Bender

Walaupun hal konkret belum menjadi subyek sejumlah penelitian ketahanan dan
rotasi, Hain (1964) menemukan hal tersebut muncul hampir secara eksklusif pada
pasien organik. Hal konkret dinilai ketika pasien memasuki design Bender
sehingga hal tersebut menyerupai obyek lain. Kriteria yang lebih spesifik
disediakan dalam Lampiran C, tetapi kedua contoh mungkin menggambar design
3 menyerupai sebuah pohon atau design 6 menyerupai seekor ular. Pasien yang
membuat wujud konkret tampak memerlukan obyek stimulus yang spesifik untuk
membuat design abstrak menjadi berarti. Reaksi-reaksi demikian dapat juga
menyimpulkan regresi yang serius, konsisten dengan pasien skizofrenia (Kahn dan
Giffen, 1960), sementara Hain (1964) menekankan, hal konkret biasanya
dihubungkan dengan tindakan organik.

2. Indikator Emosi

Indicator yang lebih serius menurut Hain (1964) (preservasi, rotasi, konkritisme)
merupakan karakteristik dari populasi kerusakan otak, tetapi indikator dengan tingkatan
yang lebih rendah (point 1, 2, dan 3) dapat juga terjadi dalam protocol gangguan
emosional seseorang. Tetapi, membedakan antara dua kategori gangguan yang
didasarkan pada respon Bender dapat menjadi lebih sulit. Komplikasi de depan ini
secara nyata bahwa seseorang secara organik lemah akan selalu memiliki reaksi
emosional terhadap kekurangan mereka. Hal ini kadang kala sulit, andaikata mungkin,
untuk membedakan secara akurat adalah dengan merubah masalah mereka dari
organik ke fungsional. Berdasarkan kenyatan, orang dengan gangguan skizoprenia
dapat memiliki jumlah yang lebih banyak dari tanda neurologis abnormal dibanding
yang dipercaya sebelumnya (Reitan, 1980) sehingga dapat mengalami kesulitan dala
membedakan secara tepat organik melawan monorganik jika tidak selalu sesuai dengan
yang ada. Pertimbangan dari kartu Bender sendiri menunjukkan bahwa kartu yang
sama dapat memiliki arti yang berbeda-beda untuk orang yang berlainan. Jadi, dua
orang dapat menghasilkan respon yang sama, akan tetapi dengan alas an yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, rptasi dapat dihasilkan dari proses deficit neurologis
pada seseorang, akan tetapi pada orang yang lainnya dapat berupa pemberontakan,
kecenderungan melawan. Berdasarkan pengamatan ini, diskusi berikut akan coba
memahami Respon Bender dari dua sudut pandang. Yang pertama adalah rangkuman
kemungkinan interpretasi dihubungkan dengan Respon Bender spesifik, dan yang kedua
adalah diskusi tentang tipe-tipe respon yang lazim dihubungkan dengan kecemasan dan
depresi, perilaku eksplosif, dan skizoprenia.

Interpretasi hipotesis berikut dimulai dengan mengurutkan dan diskusi mengenai


kategori skor Hain (1-6). Kategori-kategori yang dihilangkan belum dapat diteliti
berdasarkan padakesulitan emosional atau tertutup oleh kategori- kategori dibawah
sebelumnya. Urutan dan deskripsi berikutnya (7-16) adalah penting karena mereka
biasanya ditemukan pada praktek klinis dan telah didiskusikan di beberapa literature,
meski belum dimasukkan dalam system Hain.

1. Ketabahan : kaku, golongan kognitif ( Hunt, 1969 ; Marley, 1982 ) seperti yang
dapat kita temukan dalam kepribadian yang kompulsif ( Hunt dam Briskin, 1960 );
kontrol ego yang lemah dan kemampuan mengukur realitas yang rendah ( Hunt,
1977); kesulitan dalam perencanan dan konsentrasi yang lemah (Marley, 1982).
2. Rotasi (perputaran) : sebuah disfungsi derajat berat, kemungkinan psikosis (Hunt
da Gibby, 1970), tendensi perlawanan (Huny, 1968) perhatian yang rendah
disertai dengan kemampuan yang terbatas untuk pemahaman yang baru (Marley,
1982).

3. Concretism (pengerasan) : kondisi regresif (Halpern, 1951); kesulitan dalam


berpikir abstrak (Hain, 1964).

4. Penambahan sudut : koordinasi visual-motor yang rendah (Hain,1964;


Marley,1982); rasa tidak aman dan bimbang (Halpern, 1951). Kesulitan
selanjutnya adalah dengan sudut meliputi peningkatan dalam luas, sugesti
mecahan masalah dengan pengendalian afek dan penurunan dalam luas (lebih
akut), sugesti pembatasan, penurunan respon afeksi (Halpern, 1951; Hutt, 1969).

5. Overlap : rasa tidak aman dan penyangkalan diri kompulsif ( Hunt, 1977; Hutt dan
Gibby, 1970); potensi untuk perilaku agresif (Brown, 1965; Hutt dan Gibby, 1970).

6. Distorsi : kemampuan yang rendah untuk kategori abstrak dan bentuk;


menunjukkan gangguan pada tingkat yang serius (Hutt, 1977).

7. Embellishments : kebingungan yang ekstrim dengan kebutuhan batin (Halpern,


1951); kecemasan yang tinggi dan kesulitan dalam berkonsentrasi (Hutt dan
Briskin, 1960).

8. Penghapusan : kesulitan dalam mensintesis dan mengintegrasi, gangguan dalam


koordinasi gerak motorik (Marley, 1982), rusaknya fungsi ego secara luas dimana
oang tersebut tidak dapat bekerja dengan aspek yang lebih komplek dari sebuah
rancangan (Hutt, 1969).

9. Pemendekkan dari No. 1 atau 2 : kemungkinan penolakan dan/atau toleransi yang


lemah terhadap frustasi (Hutt dan Briskin, 1960).

10. Tidak mempunyai akhir : kecemasan, kebimbangan dan penyangkalan diri, disertai
kesulitan menyelesaikan tugas (Hutt, 1977); kesulitan menjalin hubungan dan
pemicu kecemasan (Hutt dan Gibby, 1970); menampilkan perilaku agresif (Brown,
1965).

11. pensketsaan : kecemasan, tertekan dan kebingungan (Halpern, 1951).

12. Ekspansi : kurangnya pengendalian emosi, impulsive (Mundy, 1972; Brown, 1965);
perilaku agresif yang mungkin menetap disertai dengan gangguan kepribadian
antisosial (Halpern, 1951); ekspansi berlebih untuk kompensasi perasaan
mendasar dari penyangkalan diri dan ketidakmampuan (Hutt dan Briskin, 1960).
Ekspansi lanjutan dan kemajuan dalam ukuran gambaran menunjukkan toleransi
yang rendah terhadap frustasi, tindakan explosif yang disebabkan oleh lemahnya
kontrol emosi, dan/atau introversion social (Hutt dan Briskin, 1960).

13. Reduksi dalan ukuran : perasaan tidak mampu, rasa tidak aman, cenderung
menarik diri dan emosi yang terbatas (Hutt dan Briskin, 1960; Mundy, 1972).
Peningkatan dan akibat dari reduksi dalam ukuran perilaku yang disarankan,
toleransi yang rendahterhadap frustasi, and/atau orang yang tertutup dan depresi
(Hutt dan Briskin, 1960).

14. Rigid (kaku), sesuai dengan aturan : kekakuan dan terlalu tertib (Hutt, 1968)
kemungkinan mencoba menciptakan kesadaran terhadap rasa aman yang salah
untuk perasaan yang paling mendasar rasa mudah tersinggung dan
ketidakmatangan (Halpern, 1951)

15. Kebingungan, pengukuran kekacauan : perasaan yang kuat terhadap kecemasan


(Hutt, 1968); disorientasi, pemahaman yang rendah dan keputusan/pertimbangan
yang merugikan (Marley, 1982).

16. Pembatasan, pengaturan tekanan : depresi (White & McGraw, 1975), disertai rasa
tidak aman dan perasaan rendah diri (Johnson, 1973; Murray& Robert, 1956).
Meskipun pengetahuanyang didasarkan pada kemungkinan penilaian dari respon
Bender yang spesifik dapat membantu, pendekatan lebih lanjut adalah untukmemahami
kategori dari respon-respon yang duhubungkan dengan tingkatan emosional yang
berbeda. Tiga tingkatan emosional berikut tidak bermaksud mencakup keseluruhan,
tetapi mereka pada umumnya sering ditemui di praktek klinis dan juga telah dipelajari
dengan baik dalam hubungannya dengan respon Bender.

3. Kecemasan dan Depresi

Kegelisahan dan tekanan (baca: depresi) dapat digolongkan sebagai penarikan dan
pembatasan diri seseoang dari relasinya dengan dunia/ lingkungan sekitar dengan
sebuah usaha menciptakan keamanan. ( Bender menanggapi dari orang yang
mengalami kegelisahan atau tekanan juga dengan cara yang sama mencerminkan
penyempitan desain-desain). Tegangan syaraf merupakan reaksi lain dari orang-orang
yang mengalami kegelisahan dan tekanan dan mencerminkan suatu bentuk
penyempitan (Gavales and Millon, 1960; Johnson, 1973; White and McGraw, 1975).
Penyempitan syaraf secara teknis dapat didefinisikan sebagai penempatan seluruh
desain syaraf di dalam kurang dari satu atau separuh lembar kertas. Dengan
bertambahnya penyempitan syaraf, orang-orang yang mengalami tekanan dan
kegelisahan juga mengurangi keseluruhan ukuran reproduksinya (Gavales and Millon,
1960) dan menempatkan dirinya dalam sebuah garis secara ragu-ragu (Clawson, 1962;
Hutt and Briskin, 1960). Kemungkinan untuk melakukan tindakan bunuh diri meningkat
jika, dengan bertambahnya penyempitan syaraf, desain-desain digambar secara ragu-
ragu, penguji juga mengalami kesulitan dalam memelihara desain 2 dalam posisi
horizontal (Leonard, 1973) dan menggambar desain 6 masuk ke dalam are setengah
lingkaran dari desain 5 (Sternberg and Levine, 1965).

4. Acting-out
Orang yang sering memerankan perilaku tertentu memiliki sikap toleransi rendah
terhadap larangan atau pengekangan, menemukan kesulitan dalam menyelesaikan
suatu tugas yang sulit, dan mungkin memenuhi permintaan tertentu dengan cara
dangkal. Jika tugas Bender dikonseptualisasi sebagai sebuah tugas sulit yang menuntut
tingkatan disiplin diri, dan orang yang sering melakukan sebuah tindakan tertentu juga
diharapkan menyatakan suara hatinya dalam konteks ini. Brown (1965) menemukan
bahwa tanggapan-tanggapan Bender di bawah ini telah dihubungkan dengan potensi
acting out yaitu:

Tekanan berat
Pergantian lingkaran untuk titik
Benturan
Pemberhentian dan pembelokan
Beri titik penyimpangan
Penghancuran
Penyempitan-Perluasan dalam penempatan
Melampaui kesulitan
Pengintegrasian kesulitan
Pemisahan dan penggandaan
Batas Pelanggaran

5. Schizophrenia

Antara acting out dan kegelisahan atau depresi biasanya tidak begitu berat dari sebuah
penyakit jiwa seperti schisofrenia. Hal ini tercermin dalam realitas bahwa tanggapan
syaraf terhadapt kegelisahan dan depresi tidak begitu tinggi dan berat dalam system
Hain (1964) atau mungkin tidak termasuk dalam kriteria penghitungannya (misalnya
membuat sketsa). Sebagai bagian dari peningkatan gangguan fungsi, rangsangan
syaraf akan menjadi lebih sama dengan kemiripan rangsangan dari orang yang lemah
secara organis. Sebagai contoh, halusinasi pada orang yang mengalami schisofrenia
juga menyebabkan gangguan yang lebih besar pada titik perhatian diperlukan untuk
menambah gambar model Bender. Juga, pelaporan halusinasi schisofrenia akan
memiliki kekurangan yang signifikan lebih besar pada tanggapan bendernya daripada
schisofrenia tanpa halusinasi (Rockland and Pollin, 1965). Indikator-indikator khusus di
bawah ini telah ditemukan dan dihubungkan dengan schisofrenia yaitu :

Perwujudan (Halpern, 1951)


Fragmentasi (Hutt, 1977)
Melewati dan melampaui kesulitan (Hutt and Gibby, 1970)
Melanjutkan melakukan sesuatu yang aneh – Perseverasi (Gilbert, 1969; Hutt and
Gibby, 1970)
Pengembangan secara spontan, Penghiasan , dan mencorat-coret (Gilbert, 1969; Hutt
and Gibby, 1970)
Perluasan dalam ukuran (Kahn and Giffen, 1960)

Agar dapat membedakan perusakan organis dari orang yang mengalamii gangguan
jiwa, pendekatan yang paling tepat adalah menggunakan informasi baik dari
perkembangang pasien dan skornya. Terdapat beberapa tanda pembeda yang
berhubungan dengan Bender. Pertama, orang yang mengalami schisofrenia lebih mahir
daripada yang lain dalam membuat halusinasi dengan sengaja. Kedua, orang yang
mengalami schisofrenia lebih sedikit memiliki indicator serius dari yang lain (4 poin
dalam system Hain) dan akan lebih mungkin memiliki sedikit dari mereka. Akhirnya para
dokter dapat menggunakan Prosedur Interfensi Latar Belakang Canter (1966) yang
bermaksud mengurangi penampilan dari yang lain tetapi bukan dari orang yang
mengalami sakit jiwa (Canter, 1976).

Anda mungkin juga menyukai