Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sehat dan Kesehatan


1. Pengertian
Definisi Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (World
Health Organization) tahun 1947 yaitu suatu keadaan sempurna
meliputi sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan spiritual.
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang
dapat meningkatkan konsep sehat yang positif, yaitu memperhatikan
individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh, memandang sehat
dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal,
penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Menurut UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992, sehat adalah


keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Secara luas sehat berarti
suatu keadaan dinamis di mana individu dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan internal (seperti psikologis, intelektual,
spiritual dan penyakit) dan lingkungan eksternal (seperti lingkungan
fisik, sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya
(Saam & Wahyuni, 2012).

Menurut Lukaningsing (2011) pada kesehatan fisik seringkali


dipengaruhi oleh pikiran atau non-fisik. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan sehat secara fisik maka non-fisik harus mendukung.
Dengan demikian sehat adalah kesejahteraan individu meliputi fisik,
psikis, sosial dan spiritual.

3
Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan
biopsiko – sosio-kultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien
yaitu fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan ditujukan untuk
mempertahankan keseimbangan tersebut dengan berfokus pada
beberapa intervensi yaitu intervensi yang bersifat promosi dilakukan
apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan normal yang
terganggu. Sedangkan intervensi yang bersifat kurasi atau rehabilitasi
dilakukan apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan


nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang
demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya.
Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak
meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat
dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi
dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks
pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi,
sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah
mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit
ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit
merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau
ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara
biologis, psikologis maupun social budaya. Istilah sehat mengandung
banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat
kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya
tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO

4
melihat sehat dari berbagai aspek. Definisi WHO (1981): Health is a
state of complete physical, mental and social well-being, and not
merely the absence of disease or infirmity. WHO mendefinisikan
pengertian kesehatan sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani,
rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Oleh para ahli
kesehatan, antropologi kesehatan sehat dipandang sebagai disiplin bio-
budaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial
budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan
oleh budaya hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial
bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara
wajar.

Adapun beberapa definisi sehat dalam keperawatan dapat diuraikan


sebagai berikut. Definisi sehat menurut Pender (1982), yaitu suatu
perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam
berinteraksi dengan orang lain (aktualisasi diri). Perilaku yang sesuai
dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan
penyesesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan
integritas struktural.

Selanjutnya, menurut Paune (1983), sehat dikatakan sebagai suatu


fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care resources)
yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions)
secara adekuat. Sumber-sumber perawatan diri mencangkup
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tindakan untuk perawatan diri
yaitu perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk
memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial
dan spiritual.

5
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu
keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual,
spiritual dan penyakit) dan eksternal  (lingkungan fisik, social, dan
ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

Kembali menurut WHO, kesehatan didefinisikan sebagai suatu


keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan
semata-mata bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan
(Smeltzer dan Bare, 2001). Definisi kesehatan semacam ini tidak
memberikan kesempatan adanya variasi dalam tingkat kesejahteraan
atau penyakit.

Batasan definisi WHO tentang kesehatan jelas dalam


hubungannya dengan penyakit kronik. Orang dengan penyakit kronik
tidak dapat memenuhi standar kesehatan seperti yang didefinisikan
oleh WHO. Namun, jika dilihat dari perspektif kontinuitas sehat-sakit,
orang dengan penyakit kronik dapat dianggap berpotensi untuk
mencapai kesejahteraan tingkat tinggi, apabila mereka berhasil
memenuhi potensi kesehatan mereka dalam batasan penyakit
kroniknya.

Selanjutnya, kesejahteraan telah didefinisikan sama dengan


kesehatan. Lady dan Pepper (1993) mengakui bahwa kesejahteraan
sulit diukur, tetapi mereka berpendapat bahwa kesejahteraan dapat
ditunjukkan oleh kapasitas individu untuk melakukan yang terbaik,
kemampuan untuk menyesuaikan dan beradapatasi terhadap berbagai
situasi, mengungkapkan perasaan sejahtera, dan perasaan bahwa
segalanya menyatu dan harmonis.

Selanjutnya, sehat selalu dikaitkan dengan sakit. Sakit


didefinisikan sebagai : seseorang yang menderita penyakit menahun
(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja / kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari

6
-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk
melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.

Sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi


impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan
atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh
manusia.

2. Ciri-Ciri Sehat

Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan


mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif
tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak
mengalami gangguan.

Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni


pikiran, emosional, dan spiritual. Pikiran sehat tercermin dari cara
berpikir atau jalan pikiran. Emosional sehat tercermin dari kemampuan
seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira,
kuatir, sedih dan sebagainya. Spiritual sehat tercermin dari cara
seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan
dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan
Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat
spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.

Dari aspek sosial kesehatan terwujud apabila seseorang mampu


berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa
membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi,
politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

Dari aspek ekonomi, kesehatan terlihat bila seseorang (dewasa)


produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu
yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya
secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini

7
tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku
adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang
berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa
atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan
kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

3. Paradigma Sehat

Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir


pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif,
dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi
oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu
wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan per -
lindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya
penyembuhan penduduk yang sakit.

Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama


terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan,
memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar
yang sehat tetap sehat namun teta p mengupayakan yang sakit segera
sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada
masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada
mengobati penyakit. Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit
yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural.

4. Aspek Pendukung Kesehatan

  Banyak orang berpikir bahwa sehat adalah tidak sakit, maksudnya


apabila tidak ada gejala penyakit yg terasa berarti tubuh kita sehat.
Padahal pendapat itu kurang tepat. Ada kalanya penyakit baru terasa
setelah cukup parah, seperti kanker yg baru diketahui setelah stadium
4. Apakah berarti sebelumnya penyakit kanker itu tidak ada? Tentu
saja ada, tetapi tidak terasa. Berarti tidak adanya gejala penyakit bukan
berarti sehat. Sesungguhnya sehat adalah suatu kondisi keseimbangan,

8
di mana seluruh sistem organ di tubuh kita bekerja dengan selaras.
Aspek-aspek pendukung keselarasan tersebut berlangsung seterusnya
adalah:

a. Nutrisi yang lengkap dan seimbang


b. Istirahat yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Kondisi mental, sosial dan rohani yang seimbang
e. Lingkungan yang bersih

B. Indikator Sehat
1. Pengertian

Indikator adalah variabel-variabel yang mengindikasi atau


memberi petunjuk kepada kita tentang keadaan tertentu, sehingga dapat
digunakan untuik mengukur perubahan. Bentuk-bentuk indikator yaitu
angka absolut, angka rata-rata ( mean, median, modus), presentase /
proporsi, rasio, angka komposit atau indeks.

2. Penyusunan dan Penetapan Indikator Sehat

Indikator kesehatan harus memenuhi persyaratan indikator secara


umum yaitu SMART , Simple (sederhana), Measurable (dapat diukur),
Attributable (bermanfaat), Reliable (dapat dipercaya), dan  Timely (Tepat
Waktu). Hal lain yang harus diperhatikan dalam penentuan indikator
adalah:
a. Indikator yang dihasilkan dari data yang tersedia dan berkualitas
b. Dipilih dengan memperhatikan masukan dari para ahli (expert
input.judgement) dan melalui proses yang partisipatif
c. Dirancang untuk dapat disebarluaskan kepada berbagai pihak yang
bervariasi (yang terkait)
d. Menggambarkan kondisi pada berbagai wilayah geografis

9
Hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan indikator baru yaitu :
a. Penetapan indikator kesehatan nasional mengacu pada indikator
kesehatan global
b. Penetapan indikator kesehatan provinsi/kabupaten/kota mengacu pada
indikator kesehatan nasional
c. Penetapan indikator kesehatan nasional melalui pertimbangan Tim SIK
Nasional
d. Penetapan indikator kesehatan provinsi/kabupaten/kota melalui Tim
SIKDA

3. Indikator Kesehatan Nasional

Indikator kesehatan nasional meliputi indikator kesehatan yang


disepakati di tingkat global dan tingkat nasional.
Berikut ini adalah daftar indikator kesehatan nasional yang terdapat
pada dokumen tujuan pembangunan millennium, yang dikenal dengan
Millenium Development Goals (MDGs), indikator kesehatan dalam Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM).

No Indikator Tujuan Pembangunan


Millenium (MDGs)
Prevalensi balita Children aged,5 Prevalensi balita
dengan berat yeras dengan berat
Badan Underweight Badan
rendah/kekurangan gizi (%) rendah/kekurangan gizi
Under-five
mortality Rate
(probability of
Angka Kematian Balita Dying by age 5 Angka Kematian Balita
per 1.000 per 1000 live per 1.000
Kelahiran hidup births) Kelahiran hidup
Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi

10
(AKB) per (AKB) per
1.000 kelahiran hidup 1.000 kelahiran hidup
Measles
immunzation
Persentase anak usia 1 Coverage Persentase anak usia 1
tahun yang among 1-years- tahun yang
Diimunisasi campak old (%) Diimunisasi campak
Angka Kematian ibu Mortality ratio Angka Kematian ibu
per 100.000 (per 100000) per 100.000
Kelahiran hidup Live births Kelahiran hidup
Births attended
Proporsi kelahiran yang by skilled Proporsi kelahiran yang
ditolong tenaga Health ditolong tenaga
kesehatan terlatih personnel (%) kesehatan terlatih
Angka pemakaian Angka pemakaian
kontrasepsi/ CPR bagi kontrasepsi/ CPR bagi
perempuan menikah Contraceptive perempuan menikah
Usia 15-19 tahun prevalence (%) Usia 15-19 tahun
Angka kelahiran remaja Angka kelahiran remaja
(perempuan usia 15-19 Adolescent (perempuan usia 15-19
tahun) per fertility rate tahun) per
(per 1000 girls
1.000 perempuan usia aged 15-19 1.000 perempuan usia
15-19 tahun years) 15-19 tahun
Cakupan pelayanan Antenatal care Cakupan pelayanan
Antenatal coverage (%): Antenatal
(sedikitnya satu kali at least 1 visit (sedikitnya satu kali
kunjungan dan empat and at least 4 kunjungan dan empat
kali kunjungan) visits kali kunjungan)
Unmet Need (kebutuha Unmet Need (kebutuhan
n keluarga Unmet need for keluarga
Berencana / KB yang family planning Berencana / KB yang
tidak terpenuhi (%) tidak terpenuhi

11
Prevalence of
Prevalensi HIV/AIDS HIV among Prevalensi HIV/AIDS
(persen) dari total adults aged 15- (persen) dari total
populasi 49 years (%) populasi
Males aged 15-
24 years with
comprehensive
correct
knowledwe of
HIV/AIDS (%)
Proporsi jumlah females aged Proporsi jumlah
penduduk usia 15-24 15-24 years penduduk usia 15-24
tahun (laki-laki dan with tahun (laki-laki dan
perempuan) yang comprehensive perempuan) yang
memiliki pengetahuan correct memiliki pengetahuan
komprehensif tentang knowledwe of komprehensif tentang
HIV/AIDS HIV/AIDS (%) HIV/AIDS
Antiretoviral
therapy
Proporsi penduduk coverage Proporsi penduduk
terinfeksi HIV lanjut among people terinfeksi HIV lanjut
yang memiliki akses with advanced yang memiliki akses
pada obat-obatan anti HIV infection pada obat-obatan anti
retroviral (%) retroviral
People with
Angka kejadian malaria advanced HIV Angka kejadian malaria
(per 1.000 penduduk) infection (%) (per 1.000 penduduk)
Children
aged<5years
Proporsi anak balita sleeping Proporsi anak balita
yang tidur dengan insecticide- yang tidur dengan
kelambu berinsektisida treated nets (%) kelambu berinsektisida

12
Children
aged<5 years
with fever who
Proporsi anak balita received Proporsi anak balita
dengan demam yang treatment with dengan demam yang
menerima pengobatan any antimalarial menerima pengobatan
anti malaria (%) (%) anti malaria (%)
Turboculosis
mortality rate
Angka kematian among HIV- Angka kematian
Turbekulosis pada negative people Turbekulosis pada
orang HIV-negatif (per (per 100 000 orang HIV-negatif (per
100.000 penduduk) population) 100.000 penduduk)
Penduduk yang Population Penduduk yang
menggunakan sumber using improved menggunakan sumber
air minum berkualitas drinking water air minum berkualitas
(%) sources (%) (%)
Penduduk yang Populationusing Penduduk yang
menggunakan sanitasi improved menggunakan sanitasi
yang baik (%) sanitation (%) yang baik (%)
Prevalensi balita Children aged,5 Prevalensi balita
dengan berat yeras dengan berat
Badan Underweight Badan
rendah/kekurangan gizi (%) rendah/kekurangan gizi
Under-five
mortality Rate
(probability of
Angka Kematian Balita Dying by age 5 Angka Kematian Balita
per 1.000 per 1000 live per 1.000
Kelahiran hidup births) Kelahiran hidup
Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi
(AKB) per (AKB) per
1.000 kelahiran hidup 1.000 kelahiran hidup

13
Measles
immunzation
Persentase anak usia 1 Coverage Persentase anak usia 1
tahun yang among 1-years- tahun yang
Diimunisasi campak old (%) Diimunisasi campak
Angka Kematian ibu Mortality ratio Angka Kematian ibu
per 100.000 (per 100000) per 100.000
Kelahiran hidup Live births Kelahiran hidup

4. Indikator Kesehatan Dalam Indeks Pembangunan Kesehatan


Masyarakat (IPKM)

Salah satu indikator penting dalam pembangunan adalah Human


Development Index (HDI) / indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
terdiri dari

a. Indeks ekonomi (pendapatan riil perkapita),


b. Indeks pendidikan (angka melek huruf dan lama sekolah)
c. Indeks kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir)

Untuk menentukan peringkat kabupaten/kota dalam pembangunan


kesehatan disusunlah Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yaitu
indikator komposit yang menggambarkan kemajuan pembangunan
kesehatan, dirumuskan dari data kesehatan berbasis komunitas yaitu

a. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


b. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
c. Dan Survei Potensi Desa (Podes)

Ada 24 inidkator yang digunakan dalam IPKM dengan nilai UHH


(Usia Harapan Hidup) yang tertinggi. Indikator kesehatan tersebut adalah :

14
a. Prevalensi balita gizi buruk dan kurang
b. Prevalensi balita sangat pendek dan pendek
c. Prevalensi balita sangat kurus dan kurus
d. Prevalensi balita gemuk
e. Prevalensi diare
f. Prevalensi pnemonia
g. Prevalensi hipertensi
h. Prevalensi gangguan mental
i. Prevalensi asma
j. Prevalensi sakit gigi dan mulut
k. Prevalensi disabilitas
l. Prevalensi cedera
m. Prevalensi penyakit sendi
n. Prevalensi ISPA
o. Proporsi perilaku cuci tangan
p. Proporsi merokok tiap hari
q. Akses air bersih
r. Akses sanitasi
s. Cakupan persalinan oleh nakes
t. Cakupan pemeriksaan neonatal-1
u. Cakupan imunisasi lengkap
v. Cakupan penimbangan balita
w. Ratio dokter / puskesmas, dan
x. Ratio bidan / desa

Selain menentukan peringkat pembangunan kesehatan kabupaten /


kota, IPKM dapat menjadi :

a. Acuan pemerintah daerah (pemda) membuat program intervensi yang


lebih tepat,
b. Bahan advokasi ke pemda agar terpacu menaikkan peringkat kesehatan

15
c. Perumusan daerah bermasalah kesehatan berat/khusus (DBKBK)
d. Dasar penentuan alokasi dana bantuan kesehatan dari pusat ke daerah,
dan
e. Membantu kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
(KMPDT) dalam membangun kab/kota.
C. Karakteristik dan Perilaku Sehat
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku sehat adalah perilaku-
perilaku yang berkaitan dengan upaya mencegah atau menghindari
penyakit dan mencegah atau menghindari penyebab datangnya penyakit
atau masalah kesehatan (preventif), serta perilaku dalam mengupayakan,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan (promotif). Berbeda dengan
perilaku sakit yang mencakup respon individu terhadap sakit dan penyakit.
Perilaku sehat merupakan perilaku preventif dan promotif.
Menurut Becker (dalam Marmi & Margiyati, 2013) perilaku sehat
adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku tersebut mencakup; menu seimbang, olahraga teratur, tidak
merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup,
mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi
kesehatan.
Menurut Marmi & Margiyati (2013) perilaku sehat adalah tindakan
yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatanya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri,
penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi. Perilaku
sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun
secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Berdasarkan uraian di
atas, perilaku sehat adalah perilaku individu yang berkaitan dengan upaya
mencegah atau menghindari penyakit dan penyebab masalah kesehatan
(preventif), dan perilaku dalam mengupayakan mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan (promotif). Perilaku tersebut mencakup, makan

16
dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum
minuman keras dan narkoba, istirahat cukup, mengendalikan stres dan
perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya
menjaga kebersihan lingkungan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat adalah perilaku-
perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan individu bagaimana
kesehatannya tetap terjaga. Perilaku tersebut di antaranya: Peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang
berhubungan erat dan pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi
saling tumpang tindih satu sama lain. Peningkatan kesehatan merupakan
upaya memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan klien saat ini.
Sedangkan pencegahan penyakit merupakan upaya yang bertujuan untuk
melindungi klien dari ancaman kesehatan yang bersifat aktual maupun
potensial.

2. Karakteristik Sehat

Adapun karakteristik sehat dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Adanya peningkatan kemampuan dari masyarakat untuk hidup sehat


b. Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya
pengangkatankesehatan (Health Promotion), pencegahan penyakit
(Health Prevention), penyembuhan penyakit (Curative Health), dan
pemulihan kesehatan ( RehabilitatifHealth), terutama untuk ibu dan
anak
c. Berupaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan, terutama
penyediaansanitasi dasar yang dikembangkan dan di manfaatkan oleh
masyarakat untukmeningkatkan mutu lingkungan hidup
d. Selalu meningkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan
peningkatan statussosial ekonomi masyarakat
e. Berupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
berbagai sebabdan penyakit.Berikut adalah perilaku-perilaku yang

17
berkaitan dengan upaya atau kegiatanseseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

3. Domain Perilaku Sehat

Domain Perilaku Sehat Skinner (dalam Marmi & Margiyati, 2013)


memiliki rumus perilaku yaitu S-O-R atau Stimulus mempengaruhi
organisme, kemudian organisme tersebut menghasilkan respon.
Berdasarkan teori S-O-R tersebut, Skinner mengelompokan perilaku
menjadi dua, yakni:

a. Perilaku Tertutup (covert behaviour)


Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut
masih belum bisa diamati orang lain secara jelas. Respon seseorang
masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk perilaku tertutup adalah
pengetahuan dan sikap.
b. Perilaku Terbuka (overt behaviour)
Perilaku terbuka adalah perilaku yang dapat diamati atau dapat
diobservasi. Perilaku ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah
berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain. Jadi,
bentuk perilaku terbuka yaitu tindakan atau praktik.

Secara lebih operasional, menurut Becker (dalam Notoatmodjo,


2014), perilaku sehat mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan, dapat
diuraikan sebagai berikut:

a. Pengetahuan

18
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian
14 besar pengetahuan didapatkan dari indera penglihatan dan
pendengaran. Terkait kesehatan, pengetahuan kesehatan meliputi apa
yang diketahui individu terkait cara-cara memelihara kesehatan,
seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang
faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan
untuk menghindari kecelakaan.
b. Sikap
Sikap juga merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau
penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan kesehatan. Seperti sikap terhadap penyakit menular dan
tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap
untuk menghindari kecelakaan.

c. Praktik
Praktik kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan
terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap
faktorfaktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, juga tindakan untuk
menghindari kecelakaan.

Ketiga domain tersebut akan dijadikan alat ukur di dalam


penelitian ini. Untuk pengukuran perilaku sehat yaitu mencangkup ketiga
domain di atas. Menurutnya, apabila perilaku terbuka didasari oleh

19
perilaku tertutup, jika itu bernilai positif bagi individu maka perilaku
tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng. Oleh karena itu
ranah atau domain perilaku di atas akan dikaitkan dengan bentukbentuk
perilaku sehat hipertensi. Berdasarkan paparan di atas, perilaku sehat
dikelompokan menjadi perilaku tertutup dan terbuka. Perilaku tertutup
terdiri dari pengetahuan dan sikap. Sementara perilaku terbuka yaitu
praktik atau tindakan. Menurut teori tersebut, dalam berperilaku individu
tidak dapat bertindak tanpa didasari oleh pengetahuan dan sikap.

4. Bentuk-bentuk Perilaku Sehat

Berikut ini beberapa macam bentuk perilaku sehat. Pertama,


Menurut Becker (dalam Benih, 2014), dalam perilaku sehat, mencakup
beberapa hal berikut.

a. Makan dengan menu seimbang


Menu seimbang yang dimaksud adalah menu seimbang dalam arti
kualitas dan kuantitas. Kualitas berarti mengandung zat-zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh. Sementara kuantitas berarti asupan gizi yang
dikonsumsi tidak kurang juga tidak berlebihan.
b. Olahraga teratur
Olahraga sama halnya dengan pola makan, yakni mencakup
kualitas dan kuantitas. Kualitas mencakup gerakan sementara
kuantitas mencakup frekuensi dan waktu yang digunakan untuk
olahraga. Kedua aspek ini bergantung dari usia dan status kesehatan
yang bersangkutan.
c. Tidak merokok
Merokok berbahaya karena dapat menimbulkan pelbagai penyakit.
Di antaranya, kanker paru-paru dan penyakit kardiovaskular (Mackay,
dkk & Syafei, dkk, dalam Prawitasari, 2012). Selain tidak merokok
secara aktif, individu juga harus menghindari menjadi perokok pasif.

20
Perokok pasif adalah orang yang menghisap asap rokok orang lain
(Prawitasari, 2012). Dampak yang ditimbulkan sama dengan perokok
aktif. Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa perokok pasif
lebih berbahaya, karena asap sisa yang dihembuskan perokok aktif
mengandung 75% zat berbahaya yang ada pada rokok, sementara
perokok sendiri hanya menghirup 25% dari kandungan rokok karena
menghisap hasil pembakaran per batang lewat filter di ujung hisap.
Artinya perokok pasif menghirup zat berbahaya 3 kali lebih banyak
dari perokok aktif (Perdana & Waspada, 2014).
d. Tidak minum minuman beralkohol
Alkohol adalah obat yang sangat keras. Alkohol dapat berperan
sebagai depresan dalam tubuh dan memperlambat aktivitas otak.
Apabila digunakan dalam kuantitas tertentu, alkohol dapat
mencederai atau 17 bahkan membunuh jaringan biologis, termasuk
sel-sel otot dan sel-sel otak. Beberapa hambatan yang ditimbulkan
sebagai akibat dari terlalu banyak mengkonsumsi alkohol, yaitu;
fungsi intelektual, kendali perilaku dan penilaian menjadi semakin
kurang efisien (Santrock, 2007).
e. Istirahat cukup
Istirahat yang cukup bukan hanya memelihara kesehatan fisik,
tetapi juga memelihara kesehatan mental. Istirahat yang cukup
merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan
kesehatan diri. Kurangnya waktu istirahat individu dapat
membahayakan kesehatan.
f. Mengendalikan stres
Stres dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada sistem fisik
tubuh yang berkaitan dengan kesehatan individu. Hubungan antara
stres dan kesehatan ditandai dengan meningkatnya proses pelepasan
hormon adrenalin. Bilamana terlalu tinggi dapat menyebabkan
hipertensi yang berakhir pada serangan jantung yang membuat
kematian secara tiba-tiba (Sarafino, 1998). Stres adalah respon

21
individu terhadap stresor, yaitu situasi dan peristiwa yang mengancam
mereka dan menuntut kemampuan coping mereka (Santrock, 2007).
Stres tidak dapat dihindari oleh siapapun, hanya saja yang dapat
dilakukan adalah pengelolaan stres. Pengelolaan stres bertujuan agar
individu tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan
fisik maupun kesehatan mental. Cara mengelola stres yang terbukti
efektif adalah dengan rutin berekreasi dan 18 melakukan komunikasi
dengan keluarga, teman atau orang terdekat (Benih, 2013).
g. Perilaku lain yang positif bagi kesehatan
Perilaku lain yang positif bagi kesehatan misalnya: tidak berganti
pasangan dalam berhubungan seks, penyesuaian diri dengan
lingkungan dan sebagainya.

Menurut Sayogo (2014), dikaitkan dengan penyakit hipertensi,


maka perilaku sehat terhadap pencegahan hipertensi terdiri dari:

a. Pengaturan berat badan (BB)


Pengaturan berat badan (BB) dalam batas normal, bisa tercapai
apabila tubuh dalam keadaan imbang energi. Langkah awal yang
harus dilakukan adalah dengan menghitung kebutuhan energi per hari.
Cara praktis untuk menghitung kalori per hari adalah dengan cara rule
of thumb: kebutuhan kalori 25-30 kalori/ KgBB. Berdasarkan rule of
thumb; BB ideal yang digunakan apabila orang termasuk obes atau
gemuk; dan BB aktual yang digunakan apabila bukan termasuk obes.
b. Menjalankan Dietary Approach to Stop Hypertension
Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) yaitu
menjalankan pola asupan gizi atau pola makan yang dapat mengatasi
atau mencegah penyakit hipertensi. Di dalam prosesnya, terdapat 4
hal yang harus dilakukan.

Empat hal tersebut yaitu:

22
1) Konsumsi makanan sehari-hari yang kaya akan sayur dan buah. Sesuai
dengan anjuran World Health Organization (WHO); konsumsi sayur
dan buah lima porsi atau lebih perhari
2) Dianjurkan untuk mengkonsumsi produk atau hasil olah susu yang
rendah lemak
3) Membatasi asupan lemak jenuh dan lemak total
4) Membatasi asupan natrium. Garam dipercaya dapat meningkatkan
tekanan darah tinggi. Oleh karena itu kandungan natrium dalam
makanan sehari-hari sangat perlu diatur.
c. Menjalankan aktivitas fisik
Olahraga memberikan dampak yang sangat positif pada hipertensi.
Aktivitas fisik sedang, berupa berjalan kaki cepat selama 30-45 menit
per hari dilakukan setiap hari dalam seminggu. Aktivitas fisik
mempunyai hubungan erat dengan keberhasilan penurunan berat
badan maupun mempertahankan berat badan. Anjuran per hari untuk
beraktivitas fisik adalah 60 – 90 menit per hari. Sementara jenis
olahraga yang dianjurkan adalah aerobik seperti berjalan kaki cepat.
Jenis olahraga lainnya adalah renang, dan speda statis. Secara lebih
ringkas, menurut Kementrian Kesehatan (2012), hipertensi dapat
dikendalikan dengan menerapkan perilaku CERDIK. CERDIK adalah
akronim dari beberapa indikator perilaku pencegahan hipertensi,
diantaranya: Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin
beraktivitas fisik, Diet sehat, Istirahat yang cukup, Kendalikan stres.
20 Dari beberapa teori di atas, perilaku sehat tercermin dengan cek
kesehatan berkala, tidak mengkonsumsi hal-hal yang bersifat adiksi
seperti rokok dan alkohol, rajin berolahraga, melakukan diet sehat,
istirahat berkualitas dan mampu mengendalikan stres.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat

Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2014) perilaku individu


dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:

23
a. Faktor predisposisi (predisposing), yaitu faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan
sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan
atau yang memfasilitasi individu untuk berperilaku. Faktor ini
terwujud dalam ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku sehat. Ketiadaan fasilitas dapat menurunkan niat
individu untuk berperilaku sehat.
c. Faktor penguat (reinforcing), yaitu faktor-faktor yang mendorong atau
mendukung dan memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini terwujud
dalam adanya dukungan sosial, sikap dan perilaku petugas kesehatan
serta adanya referensi dari pribadi yang dipercaya.

Sementara itu, menurut Karr (dalam Notoatmodjo, 2014)


menyebutkan bahwa adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
sehat. Faktorfaktor tersebut yaitu:

a. Niat (Behaviour intention)


Adanya niat individu untuk bertindak sehubungan objek atau stimulus
diluar dirinya. Seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek
atau stimulus di luar dirinya. Misalnya, pria mau menggunakan alat
kontrasepsi apabila dia memiliki niat untuk menggunakan alat
kontrasepsi tersebut.
b. Dukungan sosial (Social support)
Dukungan dari masyarakat sekitar mempengaruhi perilaku individu.
Di dalam kehidupan masyarakat, perilaku individu cenderung
memerlukan penghargaan dari masyarakat. Seminimalnya dalam
berperilaku sehat tidak menjadi gunjingan di masyarakat. Selain itu,
dukungan sosial dinilai sukses dalam mempengaruhi perilaku sehat
individu (Benih, 2014). Menurut banyak penelitian, keberadaan

24
dukungan sosial amatlah penting dalam mempengaruhi perilaku sehat.
Seringkali ditemui kegagalan atau keberhasilan yang bersifat
sementara di dalam penyelenggaraan promosi kesehatan, karena
dukungan sosial kurang bahkan tidak ada. Seringkali upaya
menerapkan perilaku sehat sia-sia karena kurangnya dukungan sosial
(Notoatmodjo, 2014; Benih, 2014; Marmi, 2013; Prawitasari, 2012;
Taylor, 2003; Sheridan, 1992).
c. Akses Informasi (Accessebility of information)
Akses informasi adalah tersedianya informasi-informasi terkait
dengan tindakan yang akan diambil seseorang. Informasi yang cukup
dapat menghasilkan pengetahuan terkait bagaimana mencegah suatu
penyakit, sehingga individu dapat mengenali permasalahan yang ada.
Hal ini mendorong untuk berperilaku sehat.
d. Otonomi Pribadi (Personal autonomy)
Otonomi pribadi adalah kewenangan berperilaku yang ditentukan
berdasarkan keinginan diri sendiri. Dalam pengambilan keputusan
yang bebas oleh individu saat ini dinilai masih sukar. Misalnya di
Indonesia, istri harus tunduk terhadap suami. Sehingga ruang
pengambilan keputusan tergantung suami.

e. Situasi yang memungkinkan (Action situation)


Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan meliputi pengertian
yang luas, baik itu berkaitan dengan fasilitas yang tersedia maupun
kemampuan yang tersesdia. Tersediannya fasilitas dan kemampuan
membuat individu mampu mewujudkan sikap. Tindakan tidak akan
terlaksana tanpa adanya sarana dan prasarana.

25
Lebih sederhana lagi menurut World Health Organization (WHO)
yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang
menentukan perilaku sehat individu. Yaitu:

a. Pemikiran dan perasaan


Pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus
merupakan modal awal untuk berperilaku. Didasarkan pertimbangan
untung ruginya, manfaat dan sumber daya atau uang yang tersedia dan
sebagainya.
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang yang dipercayai.
Seringkali perubahan perilaku masyarakat bergantung acuan kepada
tokoh masyarakat setempat. Hal tersebut senada dengan Benih (2014),
bahwa lingkungan sosial individu lebih sukses mempengaruhi
perilaku individu tersebut. Adanya dukungan sosial atau sebaliknya
menimbulkan konsekuensi yang baik untuk mengubah kebiasaan di
kalangan masyarakat. Bagi remaja sendiri, perilaku sehat bergantung
acuan lebih kepada orangtua atau keluarga dan teman sebaya
(Santrock, 2012).
c. Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung terjadinya
perubahan perilaku.
Dalam teori Green, sumberdaya ini adalah sama dengan faktor
enabling (sarana dan prasarana).
d. Sosial budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya perilaku seseorang.
Hal ini dapat terlihat dari perilaku tiaptiap etnis berbeda-beda, karena
memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang
khas. Dari uraian ketiga teori di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku individu atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan
dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Kemudian timbulah
persepsi dari individu dan memunculkan niat, sikap, keyakinan yang
dapat mewujudkan keinginan menjadi suatu perbuatan. Penguatan

26
konsep mulai dari “tahu” menjadi “mau” dan “mampu”, akan
terlaksana apabila ada faktor eksternal yang mempengaruhi situasi di
luar diri individu, seperti: dukungan sosial, fasilitas yang tersedia dan
sarana serta prasarana yang mendukung.

D. Keperawatan Kesehatan Komunitas


1. Pengertian

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang


mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam
kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,
kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu
wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok
masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat
pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).

Komunitas merupakan kelompok induvidu dan kelompok yang


berinteraksi satu sama lainnya, dan memiliki persamaan nilai, minat,dan
tujuan yang sama, yang dibatasi secara geografis (Allender et al, 2010).
Sebuah komunitas sering didefinisikan oleh batas-batas geografis dan
dengan demikian disebut komunitas geografis . Sebuah kota , kota, atau
lingkungan adalah sebuah komunitas geografis Status kesehatan pada
komunitas ini disebut dengan kesehatan komunitas. Kesehatan komunitas
mengidentifikasikan kesehatan kolektif dalam batas-batas geografis.

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang


merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif

27
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak,2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan


keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010).

Menurut Azrul Azwar (2000) keperawatan kesehatan komunitas


dapat didefinisikan sebagai berikut.

a. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak


terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat memengaruhi
perubahan, penyimpangan, atau tidak berfungsinya secara optial setiap
unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara
individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
b. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia,
mulai dari tingkat individu sampai tingkat ekosistem, serta perbaikan
fungsi setiap unit dalam sistem hayati tubuh manusia, mulai dari
tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
c. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan
lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada di
sekitarnya serta saling tergantung, untuk memenuhi keperluan barang
dan jasa keperluan sehari-hari.

Menurut WHO (1959) keperawatan komunitas adalah bidang


perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu
keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai

28
bagian dari program kesehatan masyarakat, penyempurnaan kondisi sosial,
perbaikan lingkkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan
bahaya yang lebih besar, yang ditujukan kepeda individu, dan keluarga
dengan masalah kesehatan yang berdampak kepada masyarakat secara
keseluruhan.

2. Sejarah dan evolusi keperawatan komunitas

Pada abad ke -19 keperawatan komunitas berfokus pada kesehatan


lingkungan. Status kesehatan induvidu, keluarga, dan kelompok dalam
komunitas tidak menjadi perhatian khusus dalam keperawatan komunitas.
Selain itu fokus penanganan masalah keperawatan hanya berfokus pada
penyakit menular yang meliputi kuratif dan rehabilitative. Seiiring
berjalannya waktu, perawat komunitas menghasilkan berbagai macam
penelitian yang menghasilkan teori-teori dan modul konseptual
keperawatan. Teori system yang dikemukakan oleh betty neuman pada
1985 menjadi tolak perubahan fokus asuhan keperawatan komunitas.
Perawat memandang bahwa interaksi induvidu, keluarga, dan kelompok
pada masyarakat memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan
komunitas. Maka dari itu, asuhan keperawatan mengikutsertakan anggota
populasi kedalam prosesnya dan dianggap sebagai partner dalam
penyelesaian masalah kesehatan.

Masyarakat Indonesia di masa kuno beranggapan bahwa penyakit


itu disebabkan oleh perbuatan makhluk halus yang jahat. Kepercayaan ini
begitu mengakar pada masyarakat, sehingga ketika ada yang sakit maka
mereka akan pergi ke dukun untuk mendapatkan pengobatan. Pengobatan
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan mantra-mantra dan bahan-
bahan tertentu yang tidak terbukti khasiatnya. Dari segi keperawatan,
orang yang sakit hanya dirawat oleh kaum wanita yang berlandaskan
kepada naluri keibuan (mother instinc). Tidak ada catatan yang
menyebutkan kaum pria ikut serta melakukan perawatan dengan alasan

29
kaum pria tidak mempunyai kasih sayang yang cukup untuk merawat
orang sakit. Pada masa kuno ini, tidak ada catatan sejarah yang
menyebutkan perkembangan yang berarti dalam bidang keperawatan.
Penelitian keperawatan yang berkembang pesat saat ini menyumbangkan
perubahan besar pada konsep asuhan keperawatan di Indonesia. Meskipun
model perawat komunitas belum diterapkan di Indonesia, akan tetapi peran
perawat komunitas sudah dapat di rasakan oleh masyarakat. Pengkajian,
promosi kesehatan, pencegahan dan penanganan masalah kesehatan telah
dilakukan secara langsung oleh perawat yang bekerja di populasi.

Menurut Sri Maryani (2014) pembagian era sejarah perkembangan


keperawatan komunitas dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Empirical Health Era (< 1850 )


Pendekatan kearah symptom/gejala yg dikeluhkan si sakit, pendidikan,
yankes, penelitian berorientasi pada gejala penyakit
b.  Basic Science Era (1850-1900)
Ditemukannya laboratorium, Ilmu kesehatan berkembang ke arah
penyebab terjadinya penyakit yg dpt dibuktikan melalui laboratorium.
c.  Clinical Science Era ( 1901-1950)
Ilmu kesehatan, bagaimana mendiagnosis, mengobati dan memulihkan
individu yg menderita sakit tertentu, atau berorientasi pada klien.
d. Public Health Science Era (1951-2000)
Mulai dikembangkan kesehatan masyarakat (public health), pelayanan
kesehatan tidak lagi mengutamakan upaya kuratif tetapi juga
memikirkan upaya promotif dan rehabilitatif.
e. Political Health Science Era (2001 – saat ini )
Konsep pendekatan terhadap semua penduduk. Masalah yang dihadapi
meliputi : environment, health services, behavior, lifestyle dan
herediter.

30
Selanjutnya, terdapat istilah CHN (Community Health Nursing)
yaitu sebuah sintesis dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan
masyarakat yang diterapkan untuk mempromosikan dan melestarikan
kesehatan penduduk Tidak terbatas pada kelompok umur tertentu
diagnosis, dan terus, tidak episodik. Promosi kesehatan, pemeliharaan,
pendidikan kesehatan, manajemen, koordinasi, dan kontinuitas perawatan
perawatan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dalam masyarakat
(American Nurse Association dalam Stanhope dan Lancaster, 1999). 

1. Konsep Falsafah CHN dapat diuraikan sebagai berikut.


a. Kesehatan yang baik dan usia panjang produktif adalah hak setiap
individu tanpa membedakan suku dan jenis kelamin
b. Semua orang mempunyai kebutuhan belajar.
c. Beberapa klien mungkin tidak memahami kebutuhan belajarnya atau
kebutuhan bantuan untuk mencapai tingkat sehat yang tinggi.
d. Orang akan menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat
untuk dirinya, shg pengetahuan memiliki makna tertentu
e. Kesehatan yang baik dan pelayanan kesehatan memberi kesempatan
masyarakat luas untuk hidup lebih baik sesuai potensi dan pengaruh
standar hidup.
f. Kesehatan merupakan salah satu nilai saing klien dan memiliki
prioritas yang berbeda pada waktu yg berbeda.
g. Nilai dan konsep sehat berbeda tergantung pada budaya, agama dan
latar belakang sosial klien
h. Otonomi individu dan komunitas membri prioritas yang berbeda pada
waktu yang berbeda
i. Klien  fleksibel dapat berubah sesuai stimulus internal atau eksternal
j. Klien termotivasi untuk berkembang
k.  Kesehatan merupakan penyesuaian klien yang dinamis thd lingkungan
l.  Klien dapat berpindah kearah yang berbeda  sepanjang  rentang pada
waktu yang berbeda

31
m. Fungsi utama CHN membantu klien mencapai tingkat sehat yang
tinggi
2. Peran Community Health Nursing (CHN)
a) Pelaksana Pelayanan Keperawatan (provider of nursing care).
Peranan yang utama perawat komunitas adalah sebagai pelaksana
askep kepada individu, keluarga, dan kelompok, baik sehat atau
sakit atau mempunyai masalah kesehatan atau keperawatn di
rumah, disekolah, dipanti, tempat kerja, dan lain-lain.
b) Sebagai pendidik (health educator). Memberikan pendidikan
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas
dirumah, di puskesmas, dikomunitas secara terorganisir, untuk
menanamkan perilaku hidup sehat sehingga terjadi perubahan
perilaku utk mencapai tingkat kes optimal
c) Sebagai pengamat kesehatan (health monitor). Memonitor
perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok,
komunitas untuk mengatasi masalah kes/kep yang timbul serta
dampak terhadap status kesehatan melalui :
 Kunjungan rumah
 Pertemuan-pertemuan
 Observasi
 Pengumpulan data

d) Koordinator Yankes (coordinator of servises). Mengkoordinir


seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dalam
mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team
kesehatan lainnya untuk menciptakan keterpaduan dalam sistem
pelayanan kesehatan.
e) Sebagai pembaharu (inovator). Pembaharu terhadap individu,
keluarga, kelompok, komunitas untuk merubah perilaku dan pola
hidup sehingga tercipta peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

32
f) Pengorganisir pelayanan kesehatan (organisator). Berperan serta
dalam memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan peran
serta individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap
upaya yankes yang dilaksanakan oleh masyarakat. Misalnya :
kegiatan posyandu, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
sampai dengan tahap penilaian,( ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat dalam bidang
kesehatan.
g) Sebagai panutan (Role Model). Perawat harus dapat memberikan
contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang bagaimana tata cara
hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
h) Sebagai Tempat Bertanya (counselor). Tempat bertanya oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan
berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan atau keperawatan
yang dihadapi sehari-hari. Selain itu perawat juga dapat membantu
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi
i) Sebagai Pengelola (Manager). Dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan dan masyarakat sesuai dengan beban tugas
dan tanggung jawab yang diembankan kepadanya.
Mengkoordinasikan upaya-upaya kesehatan yang dijalankan,
melalui puskesmas sebagai institusi pelayanan dasar utama, baik di
dalam atau di luar gedung ataukah di keluarga, terhadap kelompok-
kelompok khusus seperti kelompok ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas/menyususi, anak balita, usia lanjut, sesuai dengan peran ,
fungsi dan tanggung jawabnya.

3. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas

33
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut:
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat 4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat
berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga

34
mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya
dapat mempercepat proses penyembuhan

4. Strategi Keperawatan Komunitas


Adapun strategi Keperawatan Komunitas adalah sebagai berikut:

a. Proses kelompok (group process)


Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang
dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit
yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi
upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses
kelompok.
b. Pendidikan / Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi / teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi

35
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas
melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

5. Pelayanan Kesehatan Utama


a. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
Sekolah atau Kampus Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan
meliputi pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat
kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawata yang bekerja di
sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus
penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit
influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada
peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan
yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja Beberapa perusahaan besar memberikan
pelayanan kesehatan bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung
perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima
bidang. Perawata menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi
jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan pendidikan kesehatan
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah Klien sering kali
membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan secara
efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan
perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan

36
kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja
di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel,
berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki
kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain Terdapat sejumlah tempat lain
dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta
tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan
praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang
pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain
sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya,
perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas
(Mubarak, 2006).

E. Teori dan Model Konseptual Keperawatan

Teori dan model konseptual keperawatan merupakan landasan praktik


keperawatan yang merupakan dasar ilmiah ilmu keperawatan. Teori dan
model konseptual keperawatan memberikan tuntunan pada praktik
keperawatan.

1. Pengertian teori dan model konseptual keperwatan

Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-
gejala atau fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik
antara konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan,
menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori
dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam
penelitian.

37
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan.
Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan
disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,menjelaskan,
memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan
yang dilakukan.

Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu objek,


benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan
persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Kumpulan
beberapa konsep ke dalam suatu kerangka yang dapat dipahami
membentuk suatu model atau kerangka konsep. Konsep dapat
dianalogikan sebagai batu bata dan papan untuk membangun sebuah
rumah dimana rumah yang dibangun diibaratkan sebagai kerangka konsep

Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu


keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan
yang ingin dicapai diantaranya:
 Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-
alasan tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam
pelayanan keperawatan, baik bentuk tindakan atau bentuk model
praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat
teratasi.
 Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat
untuk memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan
keperawatan kemudian dapat memberikan dasar dalam
penyelesaian berbagai masalah keperawatan.
 Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah
dalam keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi
tujuan tindakan keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan
dapat dipertimbangkan.

38
 Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari
asumsi dan filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan
pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah
dan berkembang.

2. Karakteristik teori dan model konseptual keperawatan

 Torrest (1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat


lima karakteristik dasar teori keperawatan :
 Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan
sebagai hubungan yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan
seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit,
konsep lingkungan dan keperawatan
 Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan
digunakan dengan alasan atau rasional yang jelas dan
dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis
 Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori
keperawatan dapat digunakan pada masalah sederhana maupun
masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktek
keperawatan
 Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of
knowledge keperawatan yang dilakukan melalui penelitian
 Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam
memperbaiki kualitas praktek keperawatan

BAB III
PENUTUP

A.       Simpulan

39
Akhirnya beberapa pokok hal yang dapat dijadikan simpulan adalah
sebagai berikut.
1. Sehat adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan
semata-mata bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Sedangkan
Kesehatan adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual
dan penyakit) dan eksternal  (lingkungan fisik, social, dan ekonomi).
2. Indikator kesehatan nasional meliputi indikator kesehatan yang disepakati di
tingkat global, yang dikenal dengan istilah Millenium Development Goals
(MDGs) dan tingkat nasional, yaitu indikator kesehatan dalam Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM).
3. Karakteristik dan perilaku sehat dijabarkan melalui tiga domain, yaitu kognitif
atau pengetahuan, afektif atau sikap, dan psikomotor atau praktik tentang perilaku
sehat.
4. Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh
melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan .
5. Sejarah perkembangan keperawatan komunitas telah bermula pada abad ke-19
yang berfokus pada kesehatan lingkungan. Pada era sebelum tahun 1850 (
Empirical Health Era), tahun1850-1900 (Basic Science Era ), tahun 1901-1950
(Clinical Science Era), tahun 1951-2000 (Public Health Science Era), dan tahun
2001 hingga saat ini (Political Health Science Era ).
6. Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat.

40
7. Strategi keperawatan komunitas adalah melalui Proses kelompok (group process),
Pendidikan / Promosi Kesehatan (Health Promotion), dan Kerjasama
(Partnership).
8. Pelayanan kesehatan utama keperawatan komunitas adalah pada lingkungan
pendidikan (sekolah, perguruan tinggi), lingkungan kerja formal dan informal,
serta lingkungan masyarakat itu sendiri.
9. Teori dan konseptual keperawatan merupakan landasan praktik keperawatan yang
memberikan tuntunan pada praktik keperawatan yang diharapkan memberikan
alasan alasan tentang kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan serta
membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai pengetahuan
dalam pemberian asuhan keperawatan

B.           Saran
1.      Institusi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber ilmu bagi yang
mempelajari ilmu keperawatan
2.      Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan makalah ini agar bisa memahami dan mempelajari
lebih dalam lagi tentang keperawatan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A., Cherie R., Kristine D.W. 2010. Community Health Nursing.
Promoting and protecting the public’s health (7th edition). Wolters kluwer,

41
Philadelphia.
Anderson, E.T., Judith M. 2011. Community as partner. Theory and Practice in
Nursing (6th edition). Wolters kluwer, Philadelphia.
American Nurses Association. (2004). Scope and Standards for Nurse
Administrators, 2nd edition. Washington, DC: Nursesbooks.org.
American Public Health Association Public Health Nursing. (2004). Definition
and Role of Public Health Nursing. dalam www.csuchico.edu (Diakses tanggal 24
Oktober 2019).
Depkes, 2006. Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI
Global health Initiative (2008). Why Global Health Matters, Washimgton, DC:
Families USA.
Institute of Medicine. (1988). The future of public health. Washington, DC:
National Academy Press.
Perry and Potter (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses
dan Praktek edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sampurno D. 1999. Paradigma Sehat dan Promosi Kesehatan di Saat Krisis.
Jakarta : Interstudy.
Smeltzer and Bare (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner&Suddarth Edisi 8 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sri Maryani (2014). Ilmu Keperawatan Komunitas. Bandung : Yrama Widya
Watkins, Diane., Judy E., Pam G. 2003. Community Health Nursing. Framework
for Practice. Bailliere Tindall, Edinburgh.
Butts, J.B., Karen L.R. 2011. Philosophies and theories for advance nursing
practice. Jones and Bartlett, Canada.

 
 

42
43

Anda mungkin juga menyukai