TINJAUAN PUSTAKA
3
Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan
biopsiko – sosio-kultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien
yaitu fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan ditujukan untuk
mempertahankan keseimbangan tersebut dengan berfokus pada
beberapa intervensi yaitu intervensi yang bersifat promosi dilakukan
apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan normal yang
terganggu. Sedangkan intervensi yang bersifat kurasi atau rehabilitasi
dilakukan apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
4
melihat sehat dari berbagai aspek. Definisi WHO (1981): Health is a
state of complete physical, mental and social well-being, and not
merely the absence of disease or infirmity. WHO mendefinisikan
pengertian kesehatan sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani,
rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Oleh para ahli
kesehatan, antropologi kesehatan sehat dipandang sebagai disiplin bio-
budaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial
budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan
oleh budaya hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial
bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara
wajar.
5
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu
keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual,
spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan
ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
6
-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk
melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.
2. Ciri-Ciri Sehat
7
tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku
adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang
berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa
atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan
kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
3. Paradigma Sehat
8
di mana seluruh sistem organ di tubuh kita bekerja dengan selaras.
Aspek-aspek pendukung keselarasan tersebut berlangsung seterusnya
adalah:
B. Indikator Sehat
1. Pengertian
9
Hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan indikator baru yaitu :
a. Penetapan indikator kesehatan nasional mengacu pada indikator
kesehatan global
b. Penetapan indikator kesehatan provinsi/kabupaten/kota mengacu pada
indikator kesehatan nasional
c. Penetapan indikator kesehatan nasional melalui pertimbangan Tim SIK
Nasional
d. Penetapan indikator kesehatan provinsi/kabupaten/kota melalui Tim
SIKDA
10
(AKB) per (AKB) per
1.000 kelahiran hidup 1.000 kelahiran hidup
Measles
immunzation
Persentase anak usia 1 Coverage Persentase anak usia 1
tahun yang among 1-years- tahun yang
Diimunisasi campak old (%) Diimunisasi campak
Angka Kematian ibu Mortality ratio Angka Kematian ibu
per 100.000 (per 100000) per 100.000
Kelahiran hidup Live births Kelahiran hidup
Births attended
Proporsi kelahiran yang by skilled Proporsi kelahiran yang
ditolong tenaga Health ditolong tenaga
kesehatan terlatih personnel (%) kesehatan terlatih
Angka pemakaian Angka pemakaian
kontrasepsi/ CPR bagi kontrasepsi/ CPR bagi
perempuan menikah Contraceptive perempuan menikah
Usia 15-19 tahun prevalence (%) Usia 15-19 tahun
Angka kelahiran remaja Angka kelahiran remaja
(perempuan usia 15-19 Adolescent (perempuan usia 15-19
tahun) per fertility rate tahun) per
(per 1000 girls
1.000 perempuan usia aged 15-19 1.000 perempuan usia
15-19 tahun years) 15-19 tahun
Cakupan pelayanan Antenatal care Cakupan pelayanan
Antenatal coverage (%): Antenatal
(sedikitnya satu kali at least 1 visit (sedikitnya satu kali
kunjungan dan empat and at least 4 kunjungan dan empat
kali kunjungan) visits kali kunjungan)
Unmet Need (kebutuha Unmet Need (kebutuhan
n keluarga Unmet need for keluarga
Berencana / KB yang family planning Berencana / KB yang
tidak terpenuhi (%) tidak terpenuhi
11
Prevalence of
Prevalensi HIV/AIDS HIV among Prevalensi HIV/AIDS
(persen) dari total adults aged 15- (persen) dari total
populasi 49 years (%) populasi
Males aged 15-
24 years with
comprehensive
correct
knowledwe of
HIV/AIDS (%)
Proporsi jumlah females aged Proporsi jumlah
penduduk usia 15-24 15-24 years penduduk usia 15-24
tahun (laki-laki dan with tahun (laki-laki dan
perempuan) yang comprehensive perempuan) yang
memiliki pengetahuan correct memiliki pengetahuan
komprehensif tentang knowledwe of komprehensif tentang
HIV/AIDS HIV/AIDS (%) HIV/AIDS
Antiretoviral
therapy
Proporsi penduduk coverage Proporsi penduduk
terinfeksi HIV lanjut among people terinfeksi HIV lanjut
yang memiliki akses with advanced yang memiliki akses
pada obat-obatan anti HIV infection pada obat-obatan anti
retroviral (%) retroviral
People with
Angka kejadian malaria advanced HIV Angka kejadian malaria
(per 1.000 penduduk) infection (%) (per 1.000 penduduk)
Children
aged<5years
Proporsi anak balita sleeping Proporsi anak balita
yang tidur dengan insecticide- yang tidur dengan
kelambu berinsektisida treated nets (%) kelambu berinsektisida
12
Children
aged<5 years
with fever who
Proporsi anak balita received Proporsi anak balita
dengan demam yang treatment with dengan demam yang
menerima pengobatan any antimalarial menerima pengobatan
anti malaria (%) (%) anti malaria (%)
Turboculosis
mortality rate
Angka kematian among HIV- Angka kematian
Turbekulosis pada negative people Turbekulosis pada
orang HIV-negatif (per (per 100 000 orang HIV-negatif (per
100.000 penduduk) population) 100.000 penduduk)
Penduduk yang Population Penduduk yang
menggunakan sumber using improved menggunakan sumber
air minum berkualitas drinking water air minum berkualitas
(%) sources (%) (%)
Penduduk yang Populationusing Penduduk yang
menggunakan sanitasi improved menggunakan sanitasi
yang baik (%) sanitation (%) yang baik (%)
Prevalensi balita Children aged,5 Prevalensi balita
dengan berat yeras dengan berat
Badan Underweight Badan
rendah/kekurangan gizi (%) rendah/kekurangan gizi
Under-five
mortality Rate
(probability of
Angka Kematian Balita Dying by age 5 Angka Kematian Balita
per 1.000 per 1000 live per 1.000
Kelahiran hidup births) Kelahiran hidup
Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi
(AKB) per (AKB) per
1.000 kelahiran hidup 1.000 kelahiran hidup
13
Measles
immunzation
Persentase anak usia 1 Coverage Persentase anak usia 1
tahun yang among 1-years- tahun yang
Diimunisasi campak old (%) Diimunisasi campak
Angka Kematian ibu Mortality ratio Angka Kematian ibu
per 100.000 (per 100000) per 100.000
Kelahiran hidup Live births Kelahiran hidup
14
a. Prevalensi balita gizi buruk dan kurang
b. Prevalensi balita sangat pendek dan pendek
c. Prevalensi balita sangat kurus dan kurus
d. Prevalensi balita gemuk
e. Prevalensi diare
f. Prevalensi pnemonia
g. Prevalensi hipertensi
h. Prevalensi gangguan mental
i. Prevalensi asma
j. Prevalensi sakit gigi dan mulut
k. Prevalensi disabilitas
l. Prevalensi cedera
m. Prevalensi penyakit sendi
n. Prevalensi ISPA
o. Proporsi perilaku cuci tangan
p. Proporsi merokok tiap hari
q. Akses air bersih
r. Akses sanitasi
s. Cakupan persalinan oleh nakes
t. Cakupan pemeriksaan neonatal-1
u. Cakupan imunisasi lengkap
v. Cakupan penimbangan balita
w. Ratio dokter / puskesmas, dan
x. Ratio bidan / desa
15
c. Perumusan daerah bermasalah kesehatan berat/khusus (DBKBK)
d. Dasar penentuan alokasi dana bantuan kesehatan dari pusat ke daerah,
dan
e. Membantu kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
(KMPDT) dalam membangun kab/kota.
C. Karakteristik dan Perilaku Sehat
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku sehat adalah perilaku-
perilaku yang berkaitan dengan upaya mencegah atau menghindari
penyakit dan mencegah atau menghindari penyebab datangnya penyakit
atau masalah kesehatan (preventif), serta perilaku dalam mengupayakan,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan (promotif). Berbeda dengan
perilaku sakit yang mencakup respon individu terhadap sakit dan penyakit.
Perilaku sehat merupakan perilaku preventif dan promotif.
Menurut Becker (dalam Marmi & Margiyati, 2013) perilaku sehat
adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku tersebut mencakup; menu seimbang, olahraga teratur, tidak
merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup,
mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi
kesehatan.
Menurut Marmi & Margiyati (2013) perilaku sehat adalah tindakan
yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatanya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri,
penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi. Perilaku
sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun
secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Berdasarkan uraian di
atas, perilaku sehat adalah perilaku individu yang berkaitan dengan upaya
mencegah atau menghindari penyakit dan penyebab masalah kesehatan
(preventif), dan perilaku dalam mengupayakan mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan (promotif). Perilaku tersebut mencakup, makan
16
dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum
minuman keras dan narkoba, istirahat cukup, mengendalikan stres dan
perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya
menjaga kebersihan lingkungan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat adalah perilaku-
perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan individu bagaimana
kesehatannya tetap terjaga. Perilaku tersebut di antaranya: Peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang
berhubungan erat dan pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi
saling tumpang tindih satu sama lain. Peningkatan kesehatan merupakan
upaya memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan klien saat ini.
Sedangkan pencegahan penyakit merupakan upaya yang bertujuan untuk
melindungi klien dari ancaman kesehatan yang bersifat aktual maupun
potensial.
2. Karakteristik Sehat
17
berkaitan dengan upaya atau kegiatanseseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
a. Pengetahuan
18
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian
14 besar pengetahuan didapatkan dari indera penglihatan dan
pendengaran. Terkait kesehatan, pengetahuan kesehatan meliputi apa
yang diketahui individu terkait cara-cara memelihara kesehatan,
seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang
faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan
untuk menghindari kecelakaan.
b. Sikap
Sikap juga merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau
penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan kesehatan. Seperti sikap terhadap penyakit menular dan
tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap
untuk menghindari kecelakaan.
c. Praktik
Praktik kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan
terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap
faktorfaktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, juga tindakan untuk
menghindari kecelakaan.
19
perilaku tertutup, jika itu bernilai positif bagi individu maka perilaku
tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng. Oleh karena itu
ranah atau domain perilaku di atas akan dikaitkan dengan bentukbentuk
perilaku sehat hipertensi. Berdasarkan paparan di atas, perilaku sehat
dikelompokan menjadi perilaku tertutup dan terbuka. Perilaku tertutup
terdiri dari pengetahuan dan sikap. Sementara perilaku terbuka yaitu
praktik atau tindakan. Menurut teori tersebut, dalam berperilaku individu
tidak dapat bertindak tanpa didasari oleh pengetahuan dan sikap.
20
Perokok pasif adalah orang yang menghisap asap rokok orang lain
(Prawitasari, 2012). Dampak yang ditimbulkan sama dengan perokok
aktif. Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa perokok pasif
lebih berbahaya, karena asap sisa yang dihembuskan perokok aktif
mengandung 75% zat berbahaya yang ada pada rokok, sementara
perokok sendiri hanya menghirup 25% dari kandungan rokok karena
menghisap hasil pembakaran per batang lewat filter di ujung hisap.
Artinya perokok pasif menghirup zat berbahaya 3 kali lebih banyak
dari perokok aktif (Perdana & Waspada, 2014).
d. Tidak minum minuman beralkohol
Alkohol adalah obat yang sangat keras. Alkohol dapat berperan
sebagai depresan dalam tubuh dan memperlambat aktivitas otak.
Apabila digunakan dalam kuantitas tertentu, alkohol dapat
mencederai atau 17 bahkan membunuh jaringan biologis, termasuk
sel-sel otot dan sel-sel otak. Beberapa hambatan yang ditimbulkan
sebagai akibat dari terlalu banyak mengkonsumsi alkohol, yaitu;
fungsi intelektual, kendali perilaku dan penilaian menjadi semakin
kurang efisien (Santrock, 2007).
e. Istirahat cukup
Istirahat yang cukup bukan hanya memelihara kesehatan fisik,
tetapi juga memelihara kesehatan mental. Istirahat yang cukup
merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan
kesehatan diri. Kurangnya waktu istirahat individu dapat
membahayakan kesehatan.
f. Mengendalikan stres
Stres dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada sistem fisik
tubuh yang berkaitan dengan kesehatan individu. Hubungan antara
stres dan kesehatan ditandai dengan meningkatnya proses pelepasan
hormon adrenalin. Bilamana terlalu tinggi dapat menyebabkan
hipertensi yang berakhir pada serangan jantung yang membuat
kematian secara tiba-tiba (Sarafino, 1998). Stres adalah respon
21
individu terhadap stresor, yaitu situasi dan peristiwa yang mengancam
mereka dan menuntut kemampuan coping mereka (Santrock, 2007).
Stres tidak dapat dihindari oleh siapapun, hanya saja yang dapat
dilakukan adalah pengelolaan stres. Pengelolaan stres bertujuan agar
individu tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan
fisik maupun kesehatan mental. Cara mengelola stres yang terbukti
efektif adalah dengan rutin berekreasi dan 18 melakukan komunikasi
dengan keluarga, teman atau orang terdekat (Benih, 2013).
g. Perilaku lain yang positif bagi kesehatan
Perilaku lain yang positif bagi kesehatan misalnya: tidak berganti
pasangan dalam berhubungan seks, penyesuaian diri dengan
lingkungan dan sebagainya.
22
1) Konsumsi makanan sehari-hari yang kaya akan sayur dan buah. Sesuai
dengan anjuran World Health Organization (WHO); konsumsi sayur
dan buah lima porsi atau lebih perhari
2) Dianjurkan untuk mengkonsumsi produk atau hasil olah susu yang
rendah lemak
3) Membatasi asupan lemak jenuh dan lemak total
4) Membatasi asupan natrium. Garam dipercaya dapat meningkatkan
tekanan darah tinggi. Oleh karena itu kandungan natrium dalam
makanan sehari-hari sangat perlu diatur.
c. Menjalankan aktivitas fisik
Olahraga memberikan dampak yang sangat positif pada hipertensi.
Aktivitas fisik sedang, berupa berjalan kaki cepat selama 30-45 menit
per hari dilakukan setiap hari dalam seminggu. Aktivitas fisik
mempunyai hubungan erat dengan keberhasilan penurunan berat
badan maupun mempertahankan berat badan. Anjuran per hari untuk
beraktivitas fisik adalah 60 – 90 menit per hari. Sementara jenis
olahraga yang dianjurkan adalah aerobik seperti berjalan kaki cepat.
Jenis olahraga lainnya adalah renang, dan speda statis. Secara lebih
ringkas, menurut Kementrian Kesehatan (2012), hipertensi dapat
dikendalikan dengan menerapkan perilaku CERDIK. CERDIK adalah
akronim dari beberapa indikator perilaku pencegahan hipertensi,
diantaranya: Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin
beraktivitas fisik, Diet sehat, Istirahat yang cukup, Kendalikan stres.
20 Dari beberapa teori di atas, perilaku sehat tercermin dengan cek
kesehatan berkala, tidak mengkonsumsi hal-hal yang bersifat adiksi
seperti rokok dan alkohol, rajin berolahraga, melakukan diet sehat,
istirahat berkualitas dan mampu mengendalikan stres.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat
23
a. Faktor predisposisi (predisposing), yaitu faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan
sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan
atau yang memfasilitasi individu untuk berperilaku. Faktor ini
terwujud dalam ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku sehat. Ketiadaan fasilitas dapat menurunkan niat
individu untuk berperilaku sehat.
c. Faktor penguat (reinforcing), yaitu faktor-faktor yang mendorong atau
mendukung dan memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini terwujud
dalam adanya dukungan sosial, sikap dan perilaku petugas kesehatan
serta adanya referensi dari pribadi yang dipercaya.
24
dukungan sosial amatlah penting dalam mempengaruhi perilaku sehat.
Seringkali ditemui kegagalan atau keberhasilan yang bersifat
sementara di dalam penyelenggaraan promosi kesehatan, karena
dukungan sosial kurang bahkan tidak ada. Seringkali upaya
menerapkan perilaku sehat sia-sia karena kurangnya dukungan sosial
(Notoatmodjo, 2014; Benih, 2014; Marmi, 2013; Prawitasari, 2012;
Taylor, 2003; Sheridan, 1992).
c. Akses Informasi (Accessebility of information)
Akses informasi adalah tersedianya informasi-informasi terkait
dengan tindakan yang akan diambil seseorang. Informasi yang cukup
dapat menghasilkan pengetahuan terkait bagaimana mencegah suatu
penyakit, sehingga individu dapat mengenali permasalahan yang ada.
Hal ini mendorong untuk berperilaku sehat.
d. Otonomi Pribadi (Personal autonomy)
Otonomi pribadi adalah kewenangan berperilaku yang ditentukan
berdasarkan keinginan diri sendiri. Dalam pengambilan keputusan
yang bebas oleh individu saat ini dinilai masih sukar. Misalnya di
Indonesia, istri harus tunduk terhadap suami. Sehingga ruang
pengambilan keputusan tergantung suami.
25
Lebih sederhana lagi menurut World Health Organization (WHO)
yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang
menentukan perilaku sehat individu. Yaitu:
26
konsep mulai dari “tahu” menjadi “mau” dan “mampu”, akan
terlaksana apabila ada faktor eksternal yang mempengaruhi situasi di
luar diri individu, seperti: dukungan sosial, fasilitas yang tersedia dan
sarana serta prasarana yang mendukung.
27
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak,2006).
28
bagian dari program kesehatan masyarakat, penyempurnaan kondisi sosial,
perbaikan lingkkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan
bahaya yang lebih besar, yang ditujukan kepeda individu, dan keluarga
dengan masalah kesehatan yang berdampak kepada masyarakat secara
keseluruhan.
29
kaum pria tidak mempunyai kasih sayang yang cukup untuk merawat
orang sakit. Pada masa kuno ini, tidak ada catatan sejarah yang
menyebutkan perkembangan yang berarti dalam bidang keperawatan.
Penelitian keperawatan yang berkembang pesat saat ini menyumbangkan
perubahan besar pada konsep asuhan keperawatan di Indonesia. Meskipun
model perawat komunitas belum diterapkan di Indonesia, akan tetapi peran
perawat komunitas sudah dapat di rasakan oleh masyarakat. Pengkajian,
promosi kesehatan, pencegahan dan penanganan masalah kesehatan telah
dilakukan secara langsung oleh perawat yang bekerja di populasi.
30
Selanjutnya, terdapat istilah CHN (Community Health Nursing)
yaitu sebuah sintesis dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan
masyarakat yang diterapkan untuk mempromosikan dan melestarikan
kesehatan penduduk Tidak terbatas pada kelompok umur tertentu
diagnosis, dan terus, tidak episodik. Promosi kesehatan, pemeliharaan,
pendidikan kesehatan, manajemen, koordinasi, dan kontinuitas perawatan
perawatan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dalam masyarakat
(American Nurse Association dalam Stanhope dan Lancaster, 1999).
31
m. Fungsi utama CHN membantu klien mencapai tingkat sehat yang
tinggi
2. Peran Community Health Nursing (CHN)
a) Pelaksana Pelayanan Keperawatan (provider of nursing care).
Peranan yang utama perawat komunitas adalah sebagai pelaksana
askep kepada individu, keluarga, dan kelompok, baik sehat atau
sakit atau mempunyai masalah kesehatan atau keperawatn di
rumah, disekolah, dipanti, tempat kerja, dan lain-lain.
b) Sebagai pendidik (health educator). Memberikan pendidikan
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas
dirumah, di puskesmas, dikomunitas secara terorganisir, untuk
menanamkan perilaku hidup sehat sehingga terjadi perubahan
perilaku utk mencapai tingkat kes optimal
c) Sebagai pengamat kesehatan (health monitor). Memonitor
perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok,
komunitas untuk mengatasi masalah kes/kep yang timbul serta
dampak terhadap status kesehatan melalui :
Kunjungan rumah
Pertemuan-pertemuan
Observasi
Pengumpulan data
32
f) Pengorganisir pelayanan kesehatan (organisator). Berperan serta
dalam memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan peran
serta individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap
upaya yankes yang dilaksanakan oleh masyarakat. Misalnya :
kegiatan posyandu, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
sampai dengan tahap penilaian,( ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat dalam bidang
kesehatan.
g) Sebagai panutan (Role Model). Perawat harus dapat memberikan
contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang bagaimana tata cara
hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
h) Sebagai Tempat Bertanya (counselor). Tempat bertanya oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan
berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan atau keperawatan
yang dihadapi sehari-hari. Selain itu perawat juga dapat membantu
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi
i) Sebagai Pengelola (Manager). Dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan dan masyarakat sesuai dengan beban tugas
dan tanggung jawab yang diembankan kepadanya.
Mengkoordinasikan upaya-upaya kesehatan yang dijalankan,
melalui puskesmas sebagai institusi pelayanan dasar utama, baik di
dalam atau di luar gedung ataukah di keluarga, terhadap kelompok-
kelompok khusus seperti kelompok ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas/menyususi, anak balita, usia lanjut, sesuai dengan peran ,
fungsi dan tanggung jawabnya.
33
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut:
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat 4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat
berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga
34
mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya
dapat mempercepat proses penyembuhan
35
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas
melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
36
kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja
di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel,
berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki
kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain Terdapat sejumlah tempat lain
dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta
tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan
praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang
pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain
sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya,
perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas
(Mubarak, 2006).
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-
gejala atau fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik
antara konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan,
menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori
dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam
penelitian.
37
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan.
Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan
disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,menjelaskan,
memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan
yang dilakukan.
38
Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari
asumsi dan filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan
pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah
dan berkembang.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
39
Akhirnya beberapa pokok hal yang dapat dijadikan simpulan adalah
sebagai berikut.
1. Sehat adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan
semata-mata bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Sedangkan
Kesehatan adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual
dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi).
2. Indikator kesehatan nasional meliputi indikator kesehatan yang disepakati di
tingkat global, yang dikenal dengan istilah Millenium Development Goals
(MDGs) dan tingkat nasional, yaitu indikator kesehatan dalam Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM).
3. Karakteristik dan perilaku sehat dijabarkan melalui tiga domain, yaitu kognitif
atau pengetahuan, afektif atau sikap, dan psikomotor atau praktik tentang perilaku
sehat.
4. Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh
melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan .
5. Sejarah perkembangan keperawatan komunitas telah bermula pada abad ke-19
yang berfokus pada kesehatan lingkungan. Pada era sebelum tahun 1850 (
Empirical Health Era), tahun1850-1900 (Basic Science Era ), tahun 1901-1950
(Clinical Science Era), tahun 1951-2000 (Public Health Science Era), dan tahun
2001 hingga saat ini (Political Health Science Era ).
6. Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat.
40
7. Strategi keperawatan komunitas adalah melalui Proses kelompok (group process),
Pendidikan / Promosi Kesehatan (Health Promotion), dan Kerjasama
(Partnership).
8. Pelayanan kesehatan utama keperawatan komunitas adalah pada lingkungan
pendidikan (sekolah, perguruan tinggi), lingkungan kerja formal dan informal,
serta lingkungan masyarakat itu sendiri.
9. Teori dan konseptual keperawatan merupakan landasan praktik keperawatan yang
memberikan tuntunan pada praktik keperawatan yang diharapkan memberikan
alasan alasan tentang kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan serta
membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai pengetahuan
dalam pemberian asuhan keperawatan
B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber ilmu bagi yang
mempelajari ilmu keperawatan
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan makalah ini agar bisa memahami dan mempelajari
lebih dalam lagi tentang keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J. A., Cherie R., Kristine D.W. 2010. Community Health Nursing.
Promoting and protecting the public’s health (7th edition). Wolters kluwer,
41
Philadelphia.
Anderson, E.T., Judith M. 2011. Community as partner. Theory and Practice in
Nursing (6th edition). Wolters kluwer, Philadelphia.
American Nurses Association. (2004). Scope and Standards for Nurse
Administrators, 2nd edition. Washington, DC: Nursesbooks.org.
American Public Health Association Public Health Nursing. (2004). Definition
and Role of Public Health Nursing. dalam www.csuchico.edu (Diakses tanggal 24
Oktober 2019).
Depkes, 2006. Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI
Global health Initiative (2008). Why Global Health Matters, Washimgton, DC:
Families USA.
Institute of Medicine. (1988). The future of public health. Washington, DC:
National Academy Press.
Perry and Potter (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses
dan Praktek edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sampurno D. 1999. Paradigma Sehat dan Promosi Kesehatan di Saat Krisis.
Jakarta : Interstudy.
Smeltzer and Bare (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner&Suddarth Edisi 8 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sri Maryani (2014). Ilmu Keperawatan Komunitas. Bandung : Yrama Widya
Watkins, Diane., Judy E., Pam G. 2003. Community Health Nursing. Framework
for Practice. Bailliere Tindall, Edinburgh.
Butts, J.B., Karen L.R. 2011. Philosophies and theories for advance nursing
practice. Jones and Bartlett, Canada.
42
43