Tugas Makalah
Tugas Makalah
“ Job Costing “
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Hj. MASDAR MAS’UD, S.E.,M.S
Penulis,
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar.....................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................5
D. Metode Penulisan....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Job Order Costing..................................................................................6
B. Ciri Khusus dan Pencatatan Akuntansi Job Order Costing......................................7
C. Masalah-Masalah Khusus........................................................................................8
D. Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur.........................................10
E. Manfaat Informasi Harga Pokok Produk Pesanan...................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belekanng
Dalam system perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing atau Job Costing),
biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Suatu pesanan adalah output
yang didentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu
item persediaan. Hal ini berbeda dengan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, dimana biaya
diakumulasikan untuk suatu operasi atau subdivisi dari suatu perusahaan, seperti departemen.
Agar permintaan biaya berdasarkan pesanan menjadi efektif, pesanan harus dapat didentifikasikan
secara terpisah. Agar rician dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang
diperlukan, harus terdapat perbedaan penting dalam biaya perunit suatu pesanan dengan pesanan lain.
Misalnya saja, jika suatu percetakan secara simultan mempersiapkan pesanan untuk label, kertas kado
berwarna, dan gambar temple, maka selain pesanan-pesanan tersebut dapat dengan mudah dibedakan
berdasarkan tampilan fisiknya, biaya per unit dari pesanan-pesanan tersebut juga berbeda, sehingga
perhitungan biaya berdasarkan pesanan digunakan. Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalam
kartu biaya pesanan (Job Cost Sheet), yang dapat berbentuk kertas atau elektronik. Meskipun banyak
pesanan dapat dikerjakan secara silmutan, setiap kartu biaya pesanan mengumpulkan rincian untuk
satu pesanan tertentu saja.
Perhitungan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead yang diberikan ke setiap pesanan. Sebagai akibatnya, perhitungan biaya
berdasarkan pesanan dapat dipandang dalam tiga bagian yang saling berhubungan. Akuntansi bahan
baku memelihara catatan persediaan bahan baku, membebankan bahan baku langsung ke pesanan, dan
membebankan bahan baku ke overhead.
Akuntansi tenaga kerja memelihara akun-akun yang berhubungan dengan beban gaji,
membebankan tenaga kerja langsung ke pesanan, dan membebankan tenaga kerja tidak langsung ke
overhead. Akuntansi overhead mengakumulasikan biaya overhead, memelihara catatan terinci atas
overhead, dan membebankan sebagian dari overhead ke setiap pesanan. Dasar dari perhitungan biaya
berdasarkan pesanan melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal akuntansi, yaitu pembelian bahan
baku, pengakuan biaya tenaga kerja pabrik, pengakuan biaya overhead pabrik, penggunaan bahan
baku, distribusi beban gaji tenaga kerja, pembebanan estimasi biaya overhead, penyelesaian pesanan
dan penjualan produk.
B. Rumusan Masalah
Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, perusahaan harus mampu menghadapi
persaingan dengan tingkat laba yang optimal. Maka, untuk memperoleh laba yang optimal,
perusahaan harus dapat menentukan berapa harga jual yang akan ditetapkan untuk tiap produk yang
dihasilkan agar produk tersebut dapat bersaing di pasar. Berdasarkan fakta pentingnya penetapan
harga jual yang akurat ini, maka penulis mengidentifikasikan masalah ke dalam bentuk pertanyaan
ilmiah, yaitu:
4
1) Apa yang dimaksud dengan Job Order Costing?
2) Apa langkah langkah dalam perhitungan Job Order Costing?
3) Apa Karakteristik Job Order Costing?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya makalah ini agar mahasiswa bisa lebih memahami.
1) Apap itu Job Order Costing.
2) Bagaimana Langkah-langkah dalam menghitung Job Order Costing.
3) Apa saja karakteristik dari Job Order Costing.
D. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi penulis menggunakan internet sebagai sumber referensi
serta buku berisi materi job order costing.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Job order costing (biaya berdasarkan pesanan) adalah salah satu metode perhitungan untuk
menentukan harga pokok produksi pada suatu perusahaan yang berdasarkan pada sistem order atau
pesanan. Dalam sistem perhitungan ini, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang
terpisah. Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau perusahaan akan membuat produk sesuai
dengan spesifikasi masing-masing pesanan. Pada sistem ini terdapat suatu lembaran biaya yang
digunakan sebagai perincian mengenai suatu pesanan atau sering disebut dengan kartu biaya pesanan
(job cost sheet). Lembar biaya tersebut digunakan untuk mengidentifikasi biaya produksi agar
diketahui hasil biaya tersebut terjadi karena produksi tertentu. Banyak sedikitnya kartu biaya pesanan
(job cost sheet) dibuat sesuai dengan jumlah pesanan yang diminta. Sistem yang digunakan dengan
menggunakan sistem urutan. Cara ini dibuat dengan memberi nomor urut pada pesanan yang
disesuaikan waktu atau jenis pesanan yang diminta. Di dalam lembaran biaya produksi dibebankan
oleh beberapa hal, yaitu :
Biaya bahan baku. Biaya bahan baku dibebankan atas permintaan. Jadi biaya bahan baku
dibebankan secara langsung pada pesanan yang diminta.
Biaya tenaga kerja (upah). Biaya tenaga kerja berdasarkan tiket kerja (kartu kerja). Sama
halnya dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dibebankan secara langsung pada
pesanan yang diminta.
Biaya overhead pabrik (BOP). BOP dibebankan kepada tiap-tiap pesanan atas tarif yang
ditentukan di muka.
Untuk mengakumulasikan biaya bahan baku, tenaga kerja (upah) dan biaya overhead pabrik
(BOP) digunakan perhitungan untuk menentukan harga pokoknya. Perhitungannya sebagai berikut.
6
Pembelian bahan baku .
Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik.
Pengakuan biaya overhead pabrik.
Penggunaan bahan baku.
Distribusi beban gaji tenaga kerja.
Pembebanan estimasi biaya overhead.
Penyelesaian pesanan.
Penjualan produk
a) Tujuan produksi perusahaan adalah untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya
tergantung pada spesifikasi pesanan, sehingga sifat produksinya terputusputus dan setiap
pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
b) Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat
dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil. Dihubungkan dengan sistem
akuntansi biaya yang digunakan untuk membebankan harga pokok kepada produk. metode
harga pokok pesanan hanya dapat menggunakan:
Sistem harga pokok historis untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
untuk ketelitian dan keadilan pembebanan biaya overhead pabrik harus digunakan
tarif biaya yang ditentukan dimuka.
Dalam metode harga pokok pesanan dapat pula digunakan sistem harga pokok yang
ditentukan dimuka untuk seluruh elemen biaya produksi.
c) Biaya produksi dibagi menajadi dua jenis yaitu:
Biaya langsung meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung Biaya
langsung diperhitungkan terhadap masing-masing pesanan berdasarkan biaya yang
sebenarnya.
Biaya tidak langsung meliputi biaya produksi diluar biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja tidak langsung. Biaya tidak langsung dibebankan ketiap-tiap pesananan
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka (Predetermined Rate)
d) Harga pokok pesanan untuk tiap pesanan dihitung pada waktu pesanan yang bersangkutan
selesai diproduksi.
e) Harga pokok satuan ditetapkan dengan cara membagi total biaya suatu pesanan dengan
jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan.
f) Untuk megumpulkan biaya produksi masing-masing pesanan, dipakai kartu harga pokok
pesanan dimana tercatat hal-hal berikut.
Pencatatan Akuntansi
a) Akuntansi biaya bahan baku Pencatatan pemakaian bahan baku didasarkan pada bukti
permintaan bahan (material reguisition). Disamping dicatat di kartu persediaan bahan baku,
pemakaian tersebut juga harus dicatat di kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
b) Akuntansi Biaya Tenaga Kerja Pembebanan upah langsung ke barang dalam proses, harus
dicatat di kartu harga pokok pesanan sesuai dengan pemakaian tenaga kerja yang
bersangkutan.
7
c) Akuntansi Biaya Overhead Pabrik Dalam harga pokok pesanan biaya overhead pabrik
dibebankan berdasarkan tarif yang ditentukan sebelum proses produksi berjalan
(predetermined rate). Adapun proses penentuan tarif adalah sebagai berikut:
Menentukan taksiran besarnya BOP selama periode tertentu
Menentukan dasar pembebanan (jam kerja langsung, jam kerja mesin, dll)
Menentukan tarif BOP
d) Pencatatan Barang Jadi Pencatatan barang jadi didasarkan kepada pesanan-pesanan yang telah
selesai dengan demikian harga pokok barang jadi didasarkan kepada harga pokok tiap
pesanan yang telah selesai dikerjakan, sehingga besarnya harga pokok tersebut dapat dilihat di
kartu harga pokok.
e) Pencatatan Persediaan Barang Dalam Proses Persediaan barang dalam proses.
f) Pencatatan Penyerahan Barang Kepada Pemesan Piutang Penjualan.
g) Pencatatan Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan Persediaan barang jadi.
C. Masalah-Masalah Khusus
Masalah yang timbul dalam biaya produksi pada metode harga pokok pesanan adalah:
1) Biaya Bahan Baku. Unsur harga pokok bahan baku Sesuai dengan prinsip harga perolehan
(cost), maka harga pokok terdiri dari: - Harga beli menurut faktur - Ongkos angkut - Biaya-
biaya lain sampai dengan bahan baku itu siap untuk dipakai, akan tetapi atas pertimbangan
biaya administrasi maka dalam praktek harga pokok bahan pada umumnya dicatat
berdasarkan faktur.
a) Penentuan harga pokok bahan baku Untuk menentukan harga pokok bahan baku yang
dipakai kedalam proses produksi dapat dipakai metode: - Metode tanda pengenal khusus -
Metode FIFO (First In First Out) - Metode LIFO (Last In First Out) - Metode Rata-Rata
b) Sisa Bahan Merupakan bahan yang tidak terpakai (tidak menjadi bagian dari produk)
dalam proses produksi dan tidak dapat dipakai dalam proses produksi berikutnya (telah
rusak) tetapi masih mempunyai harga jual. Pencatatan terhadap harga jual sisa bahan
dilakukan sebagai berikut: -Apabila harga jual tersebut rendah, maka pencatatan harga
dilakukan pada saat penjualan. -Apabila harga jual besar jumlahnya, maka pencatatan
dilakukan pada saat sisa bahan tersebut diserahkan ke gudang.
c) Produk Rusak (Spoiled Goods) Merupakan produk yang tidak memenuhi kualitas yang
seharusnya dan tidak dapat diperbaiki.Perlakuan terhadap produk rusak adalah sebagai
berikut: - Apabila produk rusak disebabkan spesifikasi sesuatu pesanan, maka harga
pokok produk rusak dibebankan ke pesanan tempat terjadinya produk rusak tersebut. -
Apabila terjadinya produk rusak dianggap merupakan hal yang normal, maka kerugian
akibat produk rusak dibebankan kepada semua produk dengan memperhitungkan ke
dalam tarip BOP dimana terdapat kerugian akibat produk rusak tersebut.
d) Produk cacat (defective goods) Produk cacat ialah Produk yang tidak memenuhi kualitas
yang seharusnya, tetapi masih dapat diperbaiki dengan pengerjaan kembali (rework).
Biaya yang timbul akibat pengejaan kembali (rework cost) pencatatannya sama halnya
seperti dalam produk rusak yaitu: - Apabila timbulnya produk cacat akibat spesifikasi
pesanan, maka biaya pengerjaan kembali dibebankan ke pesanan yang bersangkutan.
- Apabila produk cacat merupakan hal biasa terjadi, maka biaya pengerjaan kembali,
dibebankan ke tarip BOP dengan demikian dipikul oleh semua produk (pesanan)
2) Biaya Tenaga Kerja. Dalam hubungan dengan perhitungan harga pokok produksi, maka
pada umumnya tenaga kerja dibedakan sebagai berikut :. Tenaga kerja langsung : yaitu
tenaga kerja yang mengerjakan produk langsung dibebankan ke perkiraan barang dalam
proses Tenaga kerja tidak langsung : yaitu tenaga kerja yang tidak secara langsung turut
dalam pengerjaan produk dan biaya yang terjadi dibebankan ke perkiraan biaya overhead
pabrik.Beberapa masalah yang timbul dalam pencatatan biaya tenaga kerja antara lain:
8
a) Cara perhitungan besarnya gaji dan upah Dalam hal ini banyak perusahaan yang
memakai cara dengan mengalikan jumlah jam kerja dengan tarip upah per jam.
b) Cara pemberian intensip Pemberian intensip pada umumnya bertujuan agar karyawan
bekerja lebih baik. pemberian intensip dapat didasarkan atas waktu kerja maupun
kuantitas produksi maupun kombinasi dari keduanya.
c) Perhitungan jumlah pajak atas pendapatan karyawan Pada prinsipnya besarnya
pendapatan karyawan adalah sebagai berikut: - Ditetapkan besarnya pendapatan sisa
kena pajak per tahun, yaitu pendapatan sisa kena pajak per bulan 12 (dua belas). - Atas
sisa kena pajak satu tahun dikenakan tarip pajak untuk mengetahui jumlah pajak satu
tahun.
d) Untuk menentukan besarnya potongan pajak pendapatan, maka jumlah pajak satu tahun
di bagi 12 (dua belas). Kemudian tentang proses pencatatan biaya tenaga kerja adalah
seperti yang telah dijelaskan di muka dalam prosedur akuntansi biaya pokok pesanan.
Yang bergerak dalam bidang kayu dan mebel mendapat pesanan pada tanggal 20 Januari 1998
sebanyak 2.000 unit kursi dan 1000 unit meja dengan Nomor Pesanan masing-masing 001 dan 002.
Dari kegiatan yang selama ini terjadi untuk membuat 100 kursi dan 100 meja diperlukan :
a) Bahan baku kayu langsung ( 25 m3 untuk kursi & 50 m3 untuk meja ).
b) Upah langsung 500 jam upah langsung ( 3 jam untuk meja dan 2 jam untuk kursi ) dengan
tarif Rp. 1.000,- / jam.
c) Overhead pabrik diperkirakan Rp. 5.000.000,- dengan penentuan tarif BOP berdasarkan
aktivitas jam upah langsung.
d) Data pembelian bahan baku selama bulan Januari : Persediaan awalBiaya pemesanan Rp.
500.000,Biaya administrasi dan umum Rp. 1.000.000,Pajak penghasilan 10 % Penilaian
persediaan dengan menggunakan sistem LIFO.
Dalam pengerjaan pesanan ini, UD. IYAN JAYA mengerjakan kursi dahulu sampai selesai, baru
kemudian meja. Harga jual disetujui untuk kursi sebesar biaya produksi ditambah 25 % keuntungan
yang diinginkan, sedangkan untuk meja sebesar biaya produksi ditambah 35 % keuntungan yang
diinginkan. Diminta :
a) Hitunglah harga jual masing-masing.
b) Buatlah Laporan Laba / Rugi UD. IYAN JAYA 3. Buatlah Kartu Harga Pokok Produksi
untuk pesanan kursi.
JAWABAN :
• Biaya Bahan Baku yang digunakan (menggunakan sistem LIFO) —› Bila 100 kursi membutuhkan
25 m3, maka 1 kursi = 0,25 m3 x 2.000 = 500 m3, diambil dari Pembelian
20/01/1998
200 m3 x Rp. 25.500,-
= Rp. 5.100.000,-
Pembelian
15/01/1998
300 m3 x Rp. 25.000,-
=Rp. 7.500.000,———————
Total Biaya bahan baku untuk membuat 2.000 kursi
= Rp. 12.600.000,-
9
—› Bila 100 meja membutuhkan 50 m3, maka 1 meja = 0,5 m3 x 1.000 = 500 m3, diambil dari :
Pembelian
15/01/1998
100 m3 x Rp. 25.000,-
=Rp. 2.500.000,-
Pembelian
10/01/1998
200 m3 x Rp. 30.000,-
=Rp. 6.000.000,-
Pembelian
05/01/1998
100 m3 x Rp. 25.500,-
=Rp. 2.550.000,-
Persed. awal
01/01/1998
100 m3 x Rp. 25.000,-
=Rp. 2.500.000,———————
Total Biaya bahan baku untuk membuat 1.000 meja
= Rp. 13.550.000,-
• Biaya Overhead Pabrik Rp. 5.000.000,Tarif BOP = ——————— = Rp. 10.000,- / jam upah
langsung 500
Kursi = 2 x 2.000 x Rp. 10.000,- = Rp. 40.000.000,-
Meja = 3 x 1.000 x Rp. 10.000,- = Rp. 30.000.000,-
• Biaya Pabrik
Kursi = 2 x 2.000 x Rp. 1.000,- = Rp. 4.000.000,-
Meja = 3 x 1.000 x Rp. 1.000,- = Rp. 3.000.000,-
10
D. Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur
11
jalankan. Maka dari itu, untuk menghasilkan pencatatankeuangan yang rapih, dan terhindar
dari salahnya perhitungan dalam penyusunan laporan keuangan.
12
BAB III
PENUTUPA.
A. Kesimpulan
Metode harga pokok proses (processing cost) adalah metode pengumpulan biaya produksi
melaluidepartemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan
padaperusahaan yang menghasilkan produk atau massa.Metode harga pokok proses yang diterapkan
dalam perusahaan yang produksinya diolah hanyamelalui satu departemen produksi dan Metode harga
pokok proses yang diterapkan dalam perusahaanyang produknya diolah melalui lebih dari satu
departemen produksi. Adapun biaya yang termasuk dalammetode harga pokok proses adalah biaya
bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.Pada laporan biaya produksi meliputi laporan
produksi, biaya yang dibebankan, dan perhitunganharga pokok. Metode Harga Pokok Proses - Produk
Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksiterdiri dari Produk selesai pada departemen
tertentu langsung dipindah ke departemen berikutnya danProduk selesai dari departemen permulaan
dimasukkan ke gudang produk selesai, dimana sebagianakan diproses didalam departemen lanjutan
dan sebagianlangsung dijual.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan, untuk itu kami meminta maaf yang sebesar-besarnya. Dan saran atau kritik dari
pembaca, kami terima untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa
memberimanfaat dan membantu pengetahuan pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://idamuhlida.blogspot.com/2017/03/akuntansi-biaya-tentang-metode-harga.html
https://www.harmony.co.id/blog/siklus-akuntansi-biaya-pengertian-lengkap-dan-jenis-
jenisnya
https://www.akuntansipendidik.com/siklus-akuntansi-biaya/
https://zahiraccounting.com/id/blog/manfaat-informasi-menggunakan-metode-harga-pokok-
pesanan/ 7
14