Anda di halaman 1dari 23

PEMERINTAH KABUPATEN SORONG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


ALAMAT : AIMAS, KABUPATEN SORONG

METODE PELAKSANAAN

PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN PENAHAN TEBING BANGUNAN
TB DOTS RSUD KABUPATEN SORONG

TAHUN ANGGARAN 2021


METODE PELAKSANAAN

Lingkup Pelaksanaan Pekerjaan


Berikut adalah Lingkup Pelaksanaan Pekerjaan proyek ini:

Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan Tanah

Pekerjaan Struktur

- Beton strukur, fc’20 MPa


- Baja Tulangan Polos-BjTP 280
- Baja Tulangan Sirip BjTS 280
- Pasangan Batu
- Pipa Drainase PVC diameter 50 mm
- Pemasangan Finishing Siar Pas.Batu Kali Adukan 1Pc : 2Pp
Pekerjaan Persiapan

Tahapan pekerjaan persiapan atau pra pelaksanaan ini sangatlah penting sebagai dasar
percepatan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Hal ini dikarenakan dalam tahapan inilah
proses pelaksanaan pekerjaan akan menjadi efektif dan efisien. Pekerjaan persiapan proyek
ini sangat menentukan alur berjalannya proyek sesuai rencana yang telah ditentukan dan
dapat mencegah keterlambatan pekerjaan akibat ketidak sesuaian data, alur kerja dan
penyimpangan pekerjaan.

1. Mobilisasi dan Demobilisasi


a. Mobilisasi Personil, Pekerja dan Peralatan
Mobilisasi proyek adalah kegiatan mendatangkan ke lokasi (mobilisasi) baik
personil, pekerja maupun alat-alat proyek sesuai spesifikasi yang ditentukan dalam
dokumen lelang dengan menggunakan alat angkutan darat (trailer / truck besar)
atau alat angkut air (ponton).
Mobilisasi personil proyek dimasuk terlebih dahulu untuk mempersiapkan tempat
tinggal pekerja, tempat peralatan dan storage material, setelah semua fasilitas
tersebut maka peralatan utama dan tenaga kerja mulai dimasukkan secara
berangsur – angsur sesuai dengan kebutuhan. Material di masukkan sepanjang
pelaksanaan pekerjaan sampai selesai.

b. Demoblisasi Personil, Pekerja dan Peralatan


Demobilisasi proyek adalah kegiatan mengembalikan (demobilisasi) perssonil,
pekerja maupun alat-alat proyek, yang dikerjakan setelah pekerjaan selesai.
Demobilisasi pekerja dilaksanakan berdarkan selesainya pekerjaan masing-masing
tenaga kerja sesuai dengan keahlian masing – masing, pengaturan tersebut
dimaksudkan untuk mengatur manajemen kerja dan pengaturan pengelolaan
keuangan agar pekerja tidak tertatampung pada suatu waktu dan suatu tempat
sehingga tidak terjadi overhead yang lebih besar. Demobilisasi pekerja dengan
keahlian tertentu yang sudah selesai masa kerjanya dimaksudnkan untuk
memobilisasi kembali tenaga kerja lain sebaik tindak lanjut/proses penyelesaian
pekerjaan.
2. Pengamanan lahan pekerjaan

Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, terlebih dahulu harus dilakukan pengaman


lokasi pekerjaan. Tim pelaksanan proyek akan memastikan bahwa rambu-rambu peringatan
keselamatan dan keamanan proyek di sekeliling area pekerjaan berfungsi dengan baik,
dengan tujuan agar:
• Kegiatan yang terjadi di dalam lokasi tidak terganggu oleh aktivitas di luar proyek
• Masyarakat di sekitar proyek yang tidak berkepentingan tidak dapat memasuki proyek
• Mencegah terjadinya pencurian barang-barang proyek
• Mereduksi gangguan yang timbul terhadap lingkungan sekitarnya

Rambu-Rambu Proyek
3. Pengukuran dan pemetaan area

Sebagai acuan / marking yang tepat dan untuk mempermudah seluruh pelaksanaan pekerjaan,
sebelum dimulainya pelaksanaan suatu pekerjaan tersebut harus dilakukan terlebih dahulu
pekerjaan pengukuran pekerjaan pasangan atau konstruksi lainnya baik profile maupun
elevasinya.Dan pekerjaan ini harus disetujui oleh Pengawas lapangan.

Tata cara pelaksanaan pekerjaan pengukuran:


a. Cari titik BM yang disepakati sebagai acuan kerja dengan Pengawas pemberi kerja /
pengawas lapangan.
b. Apabila perlu dibuat titik pinjaman (bantuan) dari titik tetap yang telah disetujui
bersama, dengan mempertimbangkan antara lain :
• Dekat lokasi pekerjaan, tetapi tidak mengganggu/terganggu oleh aktifitas
pekerja maupun posisi bangunan.
• Tidak berubah-ubah.
• Strategis sebagai acuan titik-titik yang lain.
• Dipasang pada kondidi tanah yang relatif stabil.
• Bila perlu dibuat permanen (patok beton ukuran 15cmx15cmx60cm).
c. Catat koodinat dan elevasi titik pinjaman tersebut dengan mengambil patokan dari
titik tetap yang telah disepakati.
d. Menentukan titik-titik penting lainnya dengan mengacu titik tetap atau titik pinjaman
untuk menentukan posisi bangunan-bangunan yang lain.
3. Penentuan layout site plan dan pembuatan jalan akses

Area penerimaan dan penampungan material/alat

Site Office & bangunan penunjang

Arus transportasi alat/material keluar masuk proyek


Denah layout fasilitas Site Office & bangunan penunjang:

KETERANGAN :

1. Pintu Gerbang
2. Pos Jaga
3. Parkiran Motor
4. Parkiran Mobil
5. Direksi Keet
6. Kantor Kontraktor
7. Gudang Peralatan
8. Material Besi
9. Pos Jaga Belakang
10. Tempat Fabrikasi
11. Tempat Hasil Fabrikasi
12. MCK
13. Barak Pekerja
14. Gudang material
15. Rumah Genset
Akses di dalam proyek sangat penting ditetapkan lokasinya karena akses tersebut selama
pelaksanaan pekerjaan akan dipergunakan sebagai sarana mobilitas di ground area proyek.

Jalur Evakuasi Site Plan saat Fire Hazard

4. Konstruksi bangunan penunjang sesuai dengan layout site plan

Fasilitas yang telah disebut dalam layout site plan sebagai bangunan penunjang operasional
akan dikerjakan sebagai berikut:
a. Fasilitas akomodasi bagi pelaksana proyek dan tenaga supaya tercapai efisiensi dari
segi waktu perlu dibuatkan sarana pemondokan atau barak. Perhitungan dengan
kuantitas yang akan berlangsung di lokasi pekerjaan diperlukan barak pekerja dengan
ukuran minimum 4m x 20m untuk kapasitas maksimum 40 personil/tenaga.
Sementara untuk key personil disediakan sarana akomodasi sekitar lokasi selain
menghemat tenaga dan waktu juga efisien dalam budget perusahaan.

Barak Pekerja
b. Direksi keet sebagai kantor lapangan diperlukan untuk pengawasan dan site office dan
meeting koordinasi yang rutin setiap minggu ataupun setiap bulannya. Direksi keet
diperlukan dengan luasan minimum 4m x 8m dilengkapi dengan meubel dan alat tulis
kantor.

c. Pengelolaan tempat penumpukan metrial ditujukan agar lahan yang tersedia dapat
difungsikan secara maksima. Perpindahan satu tempat penumpukan ke tempat lainnya
akibat adanya pelaksanaan pekerjaan dapat direncanakan sehingga tidak menghambat
pelaksanaan pekerjaan itu sendiri dan tetap tidak mengganggu jadwal supply material
ke dalam proyek.

Tempat penumpukan material kami bagi dalam 2 (dua) kategori:


• Tempat penumpukan material terbuka khususnya untuk material alam seperti
pasir, batu bata dan lain-lain.
• Tempat penumpukan material tertutup (gudang) yang digunakan untuk
menumpuk/menyimpan material yang mebutuhkan proteksi yang lebih khusus
dan pengamanan dari kehilangan-kehilangan seperti semen, cat, keramik,
accessories pekerjaan mekanikal & elektrikal, bahan-bahan yang sensitif
terhadap air seperti gypsum board dan lain sebagainya.

Dalam melaksanakan pengelolaan material ini kami menetapkan standar-standar


pengelolaan material tentang tata cara dan perlindungannya sesuari dengan standar
operasi yang sudah ditetapkan.

d. Pengelolaan tempat fabrikasi akan ditempatkan di sekitar lokasi penyimpanan


material. Untuk fabrikasi besi beton terutama akan dilakukan pencatatan fabrikasi
yang disesuaikan dengan kebutuhan proyek dan untuk mencegah kehilangan material
di site. Fabrikasi material-material pasang untuk kebutuhan arsitektur akan diserahkan
mayoritasnya kepada workshop spesialis di luar proyek yang lebih berkompeten untuk
memenuhi kebutuhan standar desain arsitektur.
Fabrikasi besi beton

e. Penyediaan sistem drainase sementara ditujukan agar lahan yang tersedia dapat
diupayakan semaksimal mungkin dalam kondisi kering atau tidak terdapat air yang
menggenang yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Perangkat drainase
yang akan disiapkan termasuk pipa-pipa PVC dan sunny Hose.

5. Pengadaan sarana penunjang

Listrik kerja sangat diperlukan untuk berjalannya proyek yaitu untuk mengoperasikan alat-
alat kerja seperti pompa, penerangan kerja, bar bender dan lain sebagainya. Untuk penunjang
berjalannya proyek maka sumber Listrik yang paling aman adalah PLN yang sifatnya
permanen dan bisa digunakan 24 jam dan alternatif lainnya adalah dengan menggunakan
Genset.

Sarana air kerja (bersih) digunakan sebagai bahan untuk mengcover material-material yang
dalam penggunaannya harus menggunakan air bersih, selain itu juga air digunakan untuk
fasilitas-fasilitas umum seperti toilet, mushola dll.

Alat komunikasi berupa telpon, mesin fax dan radio (HT) jika diperlukan untuk memudahkan
berkomunikasi dengan pihak yang terlibat didalamnya.

Sarana Penunjang
6. Mobilisasi alat berat dan alat pendukung lainnya

Mobilisasi Alat berat dan Alat Pendukung Lainnya. Peralatan yang akan dimobilisasi
semuanya dalam kondisi baik dan siap pakai. Pemilihan peralatan diusahakan setepat
mungkin sesuai dengan jenis, kapasitas, maupun jumlah dan sesuai dengan kondisi lapangan
serta volume pekerjaan yang akan ditangani.

7. Pengadaan sistem/media K3 dan papan nama proyek

Untuk pelaksanaan proyek harus dilengkapi dengan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja),
Setiap pekerjaan proyek harus dilengkapi atau diproteksi dengan alat-alat k3 sesuai dengan
pekerjaannya seperti helm, sarung tangan, sepatu dll.

Perlengkapan K3

Pemasangan papan nama proyek dan papan pengumuman terdiri papan nama proyek yang
memperlihatkan informasi umum proyek, dan papan pengumuman untuk informasi-informasi
yang dianggap penting dan papan-papan pengumuman permanen. Papan pengumuman
permanen ini diantaranya papan pengumuman tata tertib dll.
Papan nama proyek Papan pengumuman

8. Review perhitungan dan pembuatan shop drawing

• Kontraktor/subkontraktor membuat gambar kerja yang akan dijadikan pedoman


pelaksanaan dilapangan dan diajukan ke Kontraktor.
• Kontraktor memeriksa dan mengevaluasi gambar kerja yang diajukan oleh
subkontraktor. Gambar kerja yang telah sesuai diajukan ke MK, apabila tidak sesuai
dikembalikan ke kontraktor / subkontraktor untuk diperbaiki
• MK memeriksa gambar kerja yang diajukan oleh Kontraktor berkoordinasi dengan
konsultan perencana, kemudian gambar kerja yang sudah diperiksa dan disetujui
ditetapkan sebagai dasar pelaksanaan dilapangan. Apabila gambar kerja tidak
disetujui, dikembalikan ke Kontraktor untuk diperbaiki dan diajukan kembali ke MK
Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur adalah pekerjaan fisik utama dalam proyek, dan memerlukan pengawasan
yang menyeluruh dan konsisten karena menyankut perihal kestabilan bangunan
nantinya.Pekerjaan ini pada intinya dibagi atas pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi & sloof,
dan pekerjaan beton.

1. Pekerjaan tanah

2.1 Pekerjaan galian

Pekerjaan galian ini dapat dikerjakan secara manual (dengan tenaga manusia) atau dengan
bantuan alat berat seperti excavator dan backhoe.Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pekerjaan
pengukuran. Kedalaman galian ini akan disesuaikan dengan gambar kerja.

2.2 Pekerjaan urugan tanah

Pekerjaan yang dilaksanakan disini adalah pekerjaan timbunan tanah dipasangan pondasi
dengan tanah bekas galian yang dipadatkan dan diratakan. Timbunan tanah yang diangkut ke
lokasi harus diperhatikan pada saat penimbunan, maka direncanakan agar setiap pasangan
naik perlahan diiringi dengan timbunan belakang pasangan, kemudian untuk pekerjaan
saluran, timbunan akan dibentuk seperti tanggul dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi
teknis saluran atau gorong-gorong.
Pada intinya, pekerjaan urugan tanah biasanya menunggu setelah pekerjaan pondasi
keseluruhan selesai dikerjakan. Tanah urugan yang dipakai adalah tanah baru yang
didatangkan dengan rekomendasi dari kontraktor dan dengan persetujuan konsultan
pengawas dan pemilik proyek. Urugan tanah kami bagi menjadi dua:

a. Urugan kembali tanah galian

Pekerjaan yang menggunakan material tanah bekas galian untuk mengisi sisi pondasi yang
dikerjakan secaral parallel atau simultan sesuai dengan arahan dari supervisor lapangan.
Prosedur dalam mengurug kembali tanah galian ke dalam pondasi harus mendapatkan
persetujuan dari direksi lapangan. Sisi pondasi yang akan diurug harus sudah bebas dari
kotoran puing-puing atau kayu serta bekisting yang masih menempel pada pondasi tersebut.
Hal ini untuk menghindarkan keroposnya tanah urug yang menyebabkan daya dukung tanah
akan menurun.

2. Pekerjaan Pasangan Batu


a. Tahap Persiapan

1. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pemasangan bouwplank


2. Pembersihan lokasi pekerjaan
3. Pengadaan bahan material pekerjaan pasangan batu seperti batu, pasir, dan
semen ke lokasi pekerjaan. Bahan yang digunakan harus sesuai dengan yang
disyaratkan.
4. Bahan material ditempatkan tidak jauh dan mudah dijangkau dari lokasi
pekerjaan.
5. Jika diperlukan perlu disiapkan tempat penyimpanan khusus untuk bahan tau
material, terutama untuk bahan semen agar penyimpanan semen dapat
dilakukan dengan benar.

b. Tahap pelaksanaan
1. Pembuatan galian untuk pasangan batu sesuai dengan yang ditunjukkan oleh
gambar rencana. Pekerjaan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
alat berat untuk menggali seperti excavator.
2. Dasar galian dibuat rata dan diberi landasan dari adukan semen dengan pasir
setebal minimal 3 cm sebelum meletakkan batu pada lapisan yang pertama.
3. Batu dengan ukuran yang besar diletakkan pada lapisan dasar atau lapisan yang
pertama dan pada sudut sudut dari pasangan batu tersebut.
4. Batu dipasang dengan muka terpanjang secara mendatar dan untuk muka batu
yang tampak atau berada paling luar dipasang sejajar dengan muka dinding
batu yang terpasang.
5. Batu yang digunakan dibersihkan dan dibasahi sampai merata selama beberapa
saat agar air dapat meresap
6. Setiap rongga atau celah antar batu diisi dengan bahan adukan dari semen dan
pasir sesuai dengan komposisi campuran yang ditentukan. Bahan adukan atau
mortar dapat disiapkan menggunakan alat concrete mixer atau secara manual.
Untuk mengetahui jumlah kebutuhan pasir dan semen anda dapat mengunjungi
artikel lain mengenai cara mengetahui jumlah kebutuhan batu, pasir, dan semen
untuk pasangan batu.
7. Setiap 2 meter dari panjang pasangan batu dibuat lubang sulingan. Kecuali
ditentukan lain oleh gambar atau direksi pekerjaan. Lubang sulingan dapat
dibuat dengan memasang pipa pvc yang berdiameter 50 mm.
8. Setiap sambungan antar batu pada permukaan dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan tetapi tidak menutup permukaan batu

c. Tahap pekerjaan akhir / finishing

1. Pembersihan lokasi pekerjaan dari sisa sisa material pelaksanaan.


2. Jika diperlukan permukaan pasangan batu dapat diberi lapisan acian untuk
memperhalus permukaan dari pasangan batu.
3. Pekerjaan beton

Flow Chart Pekerjaan Beton:


3.1 Pekerjaan pile cap dan tie beam

Pekerjaan ini pada dasarnya adalah sama dengan pembuatan pondasi tapak (pile cap) dan
sloof pengikat (tie beam) antara pondasi. Namun dalam segi pengerjaan betonnya akan
diperhatikan hal-hal berikut:
• Pekerjaan Pilecap & Tie Beam dilaksanakan setelah selesainya pekerjaan pancang
dan pemotongan kepala tiang (simultan).

• Lokasi pekerjaan dibagi menjadi 3 (tiga) Area. Mengacu pada pembagian area
kerja pemancangan. Setiap lokasi dikerjakan oleh 1 Group Pekerja.
• Tahapan pekerjaan adalah sebagai berikut : Galian – Pembesian & Bekisting – Cor.
• Target waktu pelaksanaan untuk masing-masing Area adalah 8 hari.
3.2 Pekerjaan bekisting

Pekerjaan bekisting harus menggunakan bahan kayu serta triplek yang kuat dan kokoh
dengan perancah menggunakan scaffolding.Hal ini bertujuan supaya pada saat pengecoran
tidak terjadi penurunan elevasi bekisting atau kerusakan pada bekisting yang dapat
mengakibatkan kerigian bahkal kegagalan struktur.Permukaan bekisting harus rata, lurus dan
bersih dari kotoran supaya mutu hasil pekerjaan terjaga.
Pekerjaan bekisting kolom

Pekerjaan bekisting kolom

Pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai


Pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai

Pengecekan kerataan dan kelurusan bekisting baik vertical dan horizontal dapat
menggunakan alat theodolite dan waterpass supaya akurat.Pada saat pengecoran harus
dilakukan storing pada pekerjaan bekisting supaya apabila terjadi penurunan atau kerusakan
pada bekisting dapat segera diperbaiki dan mutu beton tetap terjaga.

PEMBONGKARAN BEKISTING
Kolom menumpu langsung diatas lantai maka, beban sementara yang bekerja adalah
beban vertikal akibat beban sendiri saja, sehingga pembongkaran bekisting dapat
dilakukan sehari (24 jam) setelah dilakukan pekerjaan pengecoran.
Untuk Balok struktur bagian bekisting dinding balok dapat dibongkar 24 jam setelah
pengecoran dilakukan. Pembongkaran bekisting dengan masih menggunakan perkuatan
(shoring & reshoring ) dilakukan minimal dengan umur setelah pengecoran sebagai berikut
:

1 Sisi kolom, dinding dan balok 24 jam

2 Sisi bawah dari balok, pelat dengan suport masih terpasang 3 hari

3 Pembongkaran proping pelat 7 hari

4 Pembongkaran proping balok 7 hari

5 Pembongkaran proping katilever balok dan pelat 14 hari


3.3 Pekerjaan pembesian

Pekerjaan pembesian harus menggunakan besi beton dengan mutu besi sesuai yang
disyaratkan yaitu U-24 untuk besi polos dan U-39 untuk besi ulir atau deformed. Acuan mutu
besi tersebut adalah syarat teknis yang disesuaikan dengan RKS, dan harus dilampirkan
sertifikat pabrik untuk menunjukkan kuat tarik besi beton.Selain sertifikat pabrik, dapat juga
disertakan mailsheet pengujian dari pabrik atau pengujian independen oleh pelaksana
lapangan dengan kerjasama laboratorium pengujian tarik besi beton bila diperlukan.

Untuk penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan besi dilakukan sesuai


dengan gambar (sesuai standar untuk pekerjaan struktur) yang disetujui oleh konsultan dan
pengawas.Untuk menghubungkan besi diikat dengan menggunakan kawat beton. Besi yang
akan digunakan diajukan dulu ke pengawas dan boleh digunakan apabila telah disetujui oleh
pengawas.

Fabrikasi besi beton disesuaikan dengan sarana bangunan penunjang

Fabrikasi besi beton dengan Bar Bender


3.4 Pekerjaan pengecoran beton

Dalam metode pengecoran beton, akan dilakukan terlebih dahulu evaluasi tentang metode
pengecoran yang disesuaikan dengan mutu beton pada struktur. Pada dasarnya, evaluasi
tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:

Mutu Volume Akses Area


Jenis Struktur Metode Supply Beton
Beton Pengecoran Pengecoran
Sulit dan terlampau Site Mix + Concrete
jauh Mixer
Kecil
Site Mix + Concrete
Mudah dan terjangkau
Mixer
Struktur Utama
Sulit dan terlampau Ready Mix + Concrete
jauh Pump
Besar
Ready Mix + Concrete
Mudah dan terjangkau
Pump
≤ K-225
Sulit dan terlampau Site Mix + Concrete
jauh Mixer
Kecil
Site Mix + Concrete
Struktur Mudah dan terjangkau
Mixer
Pendukung/ Non
Struktural Sulit dan terlampau Ready Mix + Concrete
jauh Pump
Besar
Ready Mix + Concrete
Mudah dan terjangkau
Pump
Sulit dan terlampau Ready Mix + Concrete
jauh Pump
Kecil
Ready Mix + Concrete
Mudah dan terjangkau
Pump
Struktur Utama
Sulit dan terlampau Ready Mix + Concrete
jauh Pump
Besar
Ready Mix + Concrete
Mudah dan terjangkau
Pump
≥ K-225
Sulit dan terlampau Site Mix + Concrete
jauh Mixer
Kecil
Site Mix + Concrete
Struktur Mudah dan terjangkau
Mixer
Pendukung/ Non
Struktural Sulit dan terlampau Ready Mix + Concrete
jauh Pump
Besar
Ready Mix + Concrete
Mudah dan terjangkau
Pump

Dalam pelaksanaa pengecoran harus juga diperhatikan kaidah-kaidah teknis supaya tidak ada
penurunan kualitas dan mutu dari beton site mix/ ready mix tersebut:
Memperhitungkan jarak tempuh batching plant supaya setting time beton yang
disyaratkan, yaitu maksimal 3 jam dari proses loading di batching plant tidak
dilampaui. Apabila melebihi 3 jam maka proses pengerasan beton ready mix sudah
terjadi sehingga apabila masa itu beton belum dituangkan pada area
PT. Menara Agung Pusaka

pengecoran/bekisting maka akan dianggap tidak layak pakai/tidak memenuhi syarat


mutu yang akan dicapai dan harus dibuang atau tidak boleh digunakan.
Tidak boleh menambahkan air yang berlebihan tanpa seijin pengawas lapangan saat
pengecoran, karena akan mengurangi mutu beton yang direncanakan.
Proses pengecoran harus selalu dipadatkan dan dirapatkan untuk mendapatkan hasil
pengecoran yang homogeneous. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan concrete
vibrator pada saat penuangan beton ke area pengecoran.
Curing beton atau penyiraman beton perlu dilakukan minimal selama 7 hari berturut-
turut, pagi dan sore untuk menjaga kelembapan beton supaya tidak terjadi penyusutan
yang ekstrim yang dapat mengakibatkan retak rambut ataupun kebocoran-kebocoran
beton. Apabila terjadi retak dan kebocoran, maka akan dilakukan evaluasi oleh direksi
lapangan untuk mendapatkan arahan yang efektif dan efisien dalam perbaikannya.
Pembongkaran bekisting dilakukan bertahap. Bekisting vertical bisa dilepaskan
setelah minimal 2 hari. Sebagian perancah bisa dibuka setelah minimal 7 hari, kecuali
perancah yang menahan beban langsung/ di atas balok. Sisa perancah dapat
dilepaskan setelah minimal 14 hari, dimana kekuatan beton telah mencapai 75%,
kecuali perancah yang berada di area bawah balok utama. Keseluruhan perancah
dapat dilepaskan setelah minimal 21 hari pengecoran.

Anda mungkin juga menyukai