OLEH :
KELOMPOK 8
NAMA KELOMPOK :
1. Ni Putu Santhi Lestari (28/1902622010062)
2. I Kadek Dandi (33/1902622010067)
2. Jenis-Jenis Aktiva
Ruang lingkup aktiva terbilang luas, oleh karena itulah aktiva dikelompokkan ke
dalam beberapa jenis. Dengan adanya pengelompokkan ini, pihak-pihak terkait dapat
dengan mudah membedakan sumber atau jenis aktiva tersebut. Nah, berikut jenis-jenis
aktiva.
Aktiva Lancar (Current Assets)
Aktiva lancar adalah jenis aktiva (aset) yang proses pencairannya relatif cepat, atau
kurang dari satu tahun. Berikut contohnya.
- Kas (Cash),yaitu seluruh aktiva yang tersedia di dalam kas perusahaan atau bisa
juga setara kas (baca: investasi likuid) yang kemudian disimpan di Bank. Jadi, kas
ini bersifat mudah diambil atau dicairkan kapan saja.
- Surat Berharga, yaitu suatu bentuk kepemilikan modal terhadap perusahaan
tertentu, umumnya berupa saham atau obligasi. Kedua jenis surat berharga ini
pada umumnya dapat dijual sewaktu-waktu.
- Piutang Dagang, yaitu bentuk tagihan perusahaan kepada debitur karena adanya
transaksi penjualan barang atau jasa yang dilakukan perusahaan secara kredit.
- Piutang Pendapatan, yaitu hak atas pendapatan tertentu, namun pendapatan
tersebut belum diterima pembayarannya.
- Piutang Wesel, yaitu bentuk surat perintah penagihan kepada pihak tertentu agar
membayar sejumlah uang (tagihan) pada tanggal yang telah ditetapkan, dan pada
pihak yang namanya tercantum di dalam surat perintah tersebut.
- Beban Dibayar di Muka, yaitu proses pembayaran beban yang dibayarkan di awal
waktu (periode), namun itu belum menjadi kewajiban pada waktu (periode) yang
bersangkutan.
- Persediaan Barang Dagang, yaitu suatu barang (produk) yang dibeli untuk dijual
kembali, dengan harapan agar bisa mendapatkan laba atas penjualan tersebut
(baca: selisih plus).
- Perlengkapan, yaitu semua sumber daya yang bersifat habis pakai di mana itu
digunakan untuk kelancaran bisnis.
Aktiva Tetap (Fixed Assets)
Aktiva tetap adalah seluruh sumber daya atau kekayaan yang dimiliki perusahaan
yang mana digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Umumnya,
aset tetap dipakai bukan untuk dijual kembali atau tidak dijadikan produk komersial
seperti tanah, bangunan, kendaraan operasional kantor, mesin atau peralatan produksi,
peralatan atau furnitur kantor. Secara umum, ada beberapa ciri-ciri atau karakteristik
dari aset atau aktiva tetap, yaitu sebagai berikut.
- Aset yang tampak secara fisik (berwujud).
- Digunakan untuk penunjang kegiatan bisnis, bukan untuk dijual.
- Memiliki nilai material yang relatif tinggi
- Jangka waktu penggunaan relatif panjang (lebih dari satu tahun)
- Menjadi sumber utama dalam memperoleh laba di masa depan.
Aktiva Tetap yang Tak Berwujud (Intangible Fixed Assets)
Aktiva tetap tak berwujud adalah sumber daya/kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan namun tidak tampak secara fisik (tak berwujud). Contohnya. Hak Paten,
Hak Cipta, Hak Sewa, Merek Dagang, Good Will, dan Franchise.
Investasi Jangka Panjang (Long-Term Investment)
Salah satu jenis aktiva (aset) lainnya, investasi jangka panjang adalah aset yang
manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka panjang. Dengan kata lain, butuh waktu
untuk menuai hasil. Contoh investasi jangka panjang bisa berupa kerja sama dengan
perusahaan lain dalam rangka pengembangan bisnis (ekspansi) yang mana
keuntungannya bisa dirasakan setelah melalui proses yang relatif lama.
3. Karakteristik Aktiva
Karakteristik aktiva tersebut berhubungan dengan definisi aktiva. Aktiva perlu
didefinisikan karena definisi tersebut akan digunakan untuk mengidentifikasikan
peristiwa ekonomi yang harus diukur, diakui dan dilaporkan dalam neraca. Karakteristik
aktiva tersebut yaitu :
a. Adanya karakteristik manfaat di masa mendatang ( pemakaian dapat berbeda- beda
seperti potensi jasa dan sumber-sumber ekonomi ).
b. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva.
c. Berkaitan dengan entitas tertentu.
d. Menunjukan proses akuntansi
e. Berkaitan dengan dimensi waktu.
f. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran
Definisi yang dikemukakan oleh APB (Apresiasi Pelaku Budaya) menunjukan bahwa
aktiva merupakan sumber ekonomi perusahaan yang diakui berdasarkan prinsip akuntansi
berterima umum (di USA). APB lebih menekankan pengertian tersebut pada sisi prosedur
yang menunjukan jumlah sumber - sumber ekonomi yang dicatat dalam neraca dan
dengan tujuan utama perhitungan laba periodik. Perubahan mendasar dibuat oleh FASB
(Financial Accounting Standard Board) yang memandang aktiva dari sisi semantic
(interpretasi). FASB (1980) mendefinisikan aktiva sebagai berikut : “Aktiva adalah
manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau
dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu”
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki tiga karakteristik
utama yaitu:
a. Memiliki Manfaat Ekonomi di Masa Mendatang
Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila memiliki manfaat/potensi jasa yang
cukup pasti di masa mendatang.
Artinya sesuatu tersebut memiliki kemampuan baik secara individu atau bersama
sama dengan aktiva lain untuk menghasilkan aliran kas masuk di masa mendatang.
b. Diperoleh dan Dikuasai Oleh Unit Usaha
Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva apabila unit usaha tertentu dapat
menggunakan manfaat aktiva tersebut dan menguasainya sehingga dapat
mengendalikan akses pihak lain terhadap aktiva tersebut. Penguasaan dan
pengendalian terhadap suatu aktiva dapat diperoleh suatu unit usaha melalui
pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, dan pertukaran.
Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama untuk
mengakui suatu aktiva. Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen dokumen
yang sah menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini disebabkan akuntansi tidak
memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi posisi
keuangan atau hasil usaha suatu perusahaan.
c. Hasil Transaksi Masa Lalu
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah menjadi transaksi atau
peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian
terhadap manfaat dari aktiva tersebut. Misalnya suatu mesin dapat diklasifikasikan
sebagai aktiva apabila mesin tersebut benar-benar telah dibeli dari transaksi yang
benar-benar sah. Apabila mesin tersebut baru akan diperoleh sesuai dengan anggaran
yang ditetapkan maka mesin tersebut tidak dapat dipandang sebagai aktiva karena
belum ada transaksi yang dilakukan.
b. Nilai Masukan
Nilai masukan dapat menunjukan nilai maksimum perusahaan atau produk
perusahaan tidak memiliki harga pasar sehingga tidak mungkin untuk memperoleh
nilai keluaran. Dasar penilaian yang dapat digunakan untuk nilai masukan adalah
sebagai berikut :
- Cost Historis
Cost menunjukan semua pengorbanan ekonomi dalam bentuk unit moneter
yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh barang/jasa sampai siap digunakan
untuk operasi perusahaan. Kebaikan konsep ini yaitu bahwa cost dapat diuji
kebenarannya (verifiable), karena merupakan harga kesepakatan antara pembeli
dan penjual dalam kondisi yang bebas. Kelemahan utama dasar penilaian ini
adalah bahwa nilai aktiva akan berubah sepanjang waktu sehingga cost tersebut
tidak dapat menunjukan nilai yang sebenarnya dari aktiva yang bersangkutan.
Kelemahan lain, cost historis tidak menunjukan adanya pengakuan untung atau
rugi pada periode tertentu yang benar-benar terjadi.
- Cost Masukan Terkini (Current Input Cost)
Cost masukan terkini menunjukan harga pertukaran yang harus
dikorbankan pada saat sekarang untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam
kondisi yang sama. Dasar ini dapat digunakan apabila ada bukti pendukung yang
kuat untuk menentukan besarnya cost masukan terkini. Cost masukan terkini
menjadi dasar penilaian yang penting terutama dalam penyajian informasi yang
menunjukan pengaruh inflasi terhadap perusahaan.
- Discounted Future Cost
Dasar penilaian ini menunjukan nilai sekarang pengorbanan ekonomi di
masa mendatang seandainya potensi jasa tertentu diperoleh sekaligus pada saat
sekarang. Syarat utama digunakannya penilian ini adalah adanya kepastian
tentang harga potensi jasa di masa mendatang atau setidaknya dapat ditaksir
dengan cukup pasti.
- Standart Cost
Cost standar menunjukan cost sekarang dalam kondisi perusahaan
beroperasi pada tingkat efisiensi dan kapasitas produksi normal. Dasar penilian ini
dapat diterapkan pada persediaan barang jadi dan beberapa fasilitas fisik yang
dibangun sendiri. Jumlah rupiah yang akan dicatat untuk suatu potensi jasa adalah
jumlah rupiah yang seharusnya terjadi pada kondisi efisien dan kapasitas produksi
perusahaan yang diharapkan.
Kelemahan utamanya terletak pada jenis cost standar yang digunakan dan
cara untuk menerapkannya. Pemakaian dasar ini nantinya akan menyebabkan
aktiva dinilai terlalu rendah karena adanya usaha untuk mengeluarkan cost yang
berasal dari inefisiensi dan kapasitas mengganggur.
C. PENGAKUAN AKTIVA
Pengakuan merupakan pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam struktur akuntansi
(sistem pembukuan) sehingga jumlah tersebut pada akhirnya akan memperngaruhi posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan. FASB (1984) dalam Statement Of Financial
Accounting Concepts No. 5 menyatakan pengakuan suatu pos didasarkan pada empat kriteria
sebagai berikut:
1. Definisi (Definition)
Suatu Pos akan masuk dalam struktur akuntansi apabila memiliki defini elemen laporan
keuangan
2. Keterukuran (Measurebility)
Suatu Pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat diukur jumlahnya
dengan reabilitas yang tinggi.
3. Relevansi (Relevance)
Informasi yang terdapat (terkandung) dalam pos tersebut memiliki kemampuan untuk
membuat suatu perbedaan dalam keputusan yang diambil pemaki laporan keuangan.
4. Reliabilitas (Reability)
Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang digambarkan atau
direpresentasikan, dapat diuji kebenarannya (Verifiable) dan netral.
Penerapan definisi dalam dunia nyata melibatkan sejumlah kondisi yang dinamakan
aturan pengakuan (recognized rules). Aturan tersebut diciptakan sesuai keinginan akuntan untuk
memperoleh bukti dalam kondisi ketidakpastian. Beberapa aturan secara informal diwujudkan
dalam bentuk konversi atau hal lain yang secara formal di rancang oleh badan yang berwenang.
Contoh aturan menurut konversi adalah piutang dagang dicatat bila penjualan kredit dilakukan
dan peralatan dicatat saat pembelian. Kemudian contoh aturan yang didasarkan pada keputusan
badan berwenang adalah Capital Lease. Dalam SFAS No. 13 “Accounting for Lease” disebutkan
bahwa kapiltalisasi lease (sewa guna usaha) hanya dilakukan bila salah satu atau lebih kriteria
berikut dipenuhi :
1. Adanya Tranfer hak milik kepada pembeli (lessee)
2. Kontrak menyebutkan adanya hak boleh pilih (option) untuk membeli dengan syarat
yang menguntungkan pembeli.
3. Jangka waktu leasing 75% atau lebih dari sisa taksiran umur ekonomi pada saat
kontrak ditandatangani.
4. Nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum sama dengan 90% dari nilai pasar
yang wajar dari aktiva yang disewa terhitung sejak kontrak dimulai.
Praktik menunjukan bahwa banyak aturan yang digunakan untuk mengidentifikasi aktiva
tertentu yang dapat diuraikan menjadi beberapa kriteria. Oleh karena itu perlu dibuat perbedaan
antara aturan/ketentuan pengakuaan (rocognition rules) dengan kriteria pengakuan (rocognition
criteria). Aturan pengakuan menunjukan aturan khusus yang digunakan untuk mengindentifikasi
aktiva tertentu. Sedang kriteria pengakuan merupakan pedoman umum yang digunakan untuk
memformulasikan aturan pengakuan. Ada beberapa kriteria yang diajukan oleh Kam sebagai
berikut :
2. Kaplitalisasi Bunga
Kapiltalisasi bunga sering menjadi masalah dalam strutur akuntansi. Masalah ini
muncul terutama bila perusahaan sedang membangun fasilitas fisik yang dibiayai dengan
dana pinjaman dan jangka waktunya cukup lama. Ada beberapa perlakuan akuntansi
terhadap bunga tersebut yaitu, (Hendriksen, 1982)
- Bunga tidak dikapitalisasi
Alasannya yaitu bunga merupakan cost pendanaan dan bukan elemen cost. Dilihat
dari konsep kesatuan usaha, bunga merupakan pembagian laba bukan merupakan
upaya untuk memperoleh pendapatan.
- Bunga dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik yang
dibangun sendiri.
Alasanya yang mendukung perlakuan ini :
Definisi cost menunjukan seluruh pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh barang dan jasa. Dengan demikian bunga merupakan elemen
cost fasilitas fisik yang dibangun.
Bila fasilitas fisik tersebut tidak dibangun sendiri maka jumlah yang dibayar
pada kontraktor termasuk juga bagian untuk menutup bunga yang dibayar
oleh kontraktor tersebut.
Pembebanan bunga sebagai beban pendapatan pada tahun terjadinya justru
akan menimbulkan distorsi laba. Dengan demikian perlakuan ini tidak sesuai
dengan konsep matching.
- Bunga dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik
yang dibangun.
Alasannya yaitu bahwa bunga merupakan biaya pendanaan. Oleh karena itu,
untuk menghindari distorsi laba yang dapat mengakibatkan kesan yang salah
terhadap prestasi perusahaan terutama bila pendapatan tidak dapat menutup bunga
konstruksi tersebut, maka bunga tidak dapat dimasukkan sebagai elemen cost
fasilitas fisik.
Apabila manfaat yang diperoleh dari kapitalisasi lebih besar dibandingkan dengan
mengurangkan secara langsung sebagai biaya periode, maka kapitalisasi merupakan
pilihan yang paling baik. Bunga hanya dapat dikapitalisasi untuk aktiva yang memenuhi
syarat.
a) Aktiva Yang Memenuhi Syarat
Kapitalisasi bunga dapat dilakukan untuk aktiva berikut ini :
Aktiva yang dibangun/diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan.
Aktiva yang dibangun/diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai unit/proyek
yang berdiri sendiri.
Atas dasar ketentuan di atas maka ada aktiva yang tidak dapat dijadikan obyek
kapitalisasi yaitu :
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/akuntansi-aktiva-adalah/
https://www.scribd.com/document/353534010/Karakteristik-Aktiva
https://manajemenkeuangan.net/inilah-pengertian-aktiva-dan-jenis-jenisnya/
http://www.skripsi.id/2014/06/masalah-dalam-aktiva.html?m=1