Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ALAT UKUR

Disusun Oleh :

MANGASI SINAGA

5181121006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul ”Alat Ukur” ini sesuai dengan petunjuk, kemampuan, serta ilmu
pengetahuaan yang saya miliki.
Semoga makalah ini bemanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi siapa
saja yang membacanya.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat
membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. JANGKA SORONG...................................................................................
B. MIKROMETER SEKRUP ..................................................................................
C. MISTAR.............................................................................................……
D. SPIROMETER...............................................................................………
E. MULTIMETER...........................................................................................
F. NERACA…………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berlandaskan eksperimen,
dimana eksperimen itu sendiri terbagi dalam beberapa tahapan, di antaranya
pengamatan, pengukuran, menganalisis, dan membuat laporan hasil eksperimen. Dalam
melakukan eksperimen diperlukan pengukuran dan alat yang digunakan di dalam
pengukuran yang disebut alat ukur.
Banyak sekali alat ukur yang sudah diciptakan manusia baik yang tradisional
maupun yang sudah menjadi produk teknologi modern. Salah satu contohnya adalah alat
ukur besaran massa seperti neraca, mikrometer, mistar, jangkasorong, multimeter dan
spirometer.
Sebelum memakai neraca, mikrometer,mistar, jangkasorong, dan multimeter
didalam suatu eksperimen, hal pertama yang harus dipahami dalam suatu praktikum
adalah prinsip kerja serta fungsi dari komponen-komponen yang terdapat pada neraca,
mikrometer, mistar, jangkasorong, spirometer dan multimeter tersebut agar diperoleh
data yang benar. Selain itu, untuk memperoleh data yang benar dan akurat di dalam
suatu eksperimen diperlukan juga pengukuran dan penulisan hasil pengukuran dalam
satuan yang benar serta keselamatan kerja dalam pengukuran menjadi poin yang patut
diperhitungkan sehingga berbagai peristiwa kecelakaan yang terjadi di dalam
melakukan eksperimen tidak perlu terjadi.
Oleh sebab itu, Pengetahuan alat merupakan salah satu faktor yang penting
untuk mendukung kegiatan praktikum. Praktikan akan terampil dalam praktikum
apabila mereka memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur,
membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan
dapat melakukan kalibrasi alat ukur serta yang paling dasar praktikan mempunyai
pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat,
komponen-komponen, dan prinsip kerja.

B. Rumusan Masalah
-Bagaimana cara dan prinsip kerja jangkasorong, miktometer sekrup, mistar, spirometer,
mutimeter dan neraca?
-Apa itu jangkasorong, miktometer sekrup, mistar, spirometer, mutimeter dan neraca?
-Apa fungsi jangkasorong, miktometer sekrup, mistar, spirometer, mutimeter dan
neraca? bagaimana cara menggunakannya?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagian –bagian pada jangkasorong, miktometer sekrup, mistar,
spirometer, mutimeter dan neraca.
2. Mengetahui fungsi pada jangkasorong, miktometer sekrup, mistar, spirometer,
mutimeter dan neraca.
3. Mengetahui bagaimana cara menggunakan jangkasorong, miktometer sekrup,
mistar, spirometer, mutimeter dan neraca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jangka Sorong
1. Pengertian
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
milimeter. Terdiri dari dua bagian skala, yaitu skala tetap (tidak dapat digeser) dan
skala nonius (dapat digeser). Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada
keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah
dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah
0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang diatas 30cm.
Pada nonius jangka sorong biasanya didapatkan 49 bagian skala utama, 50
bagian skala nonius, atau 50 bagian skala nonius 49 mm, sehingga jarak antara 2 skala
nonius terdekat adalah 49/50 mm = 0,98 mm. nst nonius jangka sorong dapat dicari
dengan rumus :
Nst nonius = selisih jarak antara dua nst skala utama dengan jarak antara dua
skala nonius.
Hasil pengukuran jangka sorong ( H ) adalah berdasarkan hasil bacaan skala
utama + hasil baca skala nonius dengan patokan angka nol ( 0 ) skala nonius (skala
geser).
2. Bagian-bagian Jangka Sorong

1). Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi luar (tebal, lebar atau Ø batang kayu)
2). Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, Ø lubang bor, alur
dll)
3). Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen danbor.
4). Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.
5). Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.
6). Patokan pembacaan skala utama (cm)
7). Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
8). Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.
3. Kegunaan Jangka Sorong
Kegunaan jangka sorong adalah:
1). untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit
2). untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur
untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
menancapkan / menusukkan bagian pengukur.
4. Penggunaan Jangka Sorong
Adapun penggunaan jangka sorong, adalah sebagai berikut :
1). Mengukur Diameter Luar Benda
Cara mengukur diameter, lebar atau ketebalan benda:
Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang, masukkan benda ke rahang bawah jangka
sorong, geser rahang agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
2). Mengukur Diameter Dalam Benda
Cara mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung :
Putarlah pengunci ke kiri, masukkan rahang atas ke dalam benda ,
geser agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
3). Mengukur Kedalaman Benda
Cara mengukur kedalaman benda :
Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar
tabung, putar pengunci ke kanan.

5.Cara Kalibrasi Jangka Sorong


Berikut ini adalah langkah-langkah kalibrasi jangka sorong

1. Putar sekrup pengunci berlawanan arah dengan jarum jam untuk mengendurkan
rahang geser.
2. Dorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap

3. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu angka nol
pada skala utama dan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis
lurus, maka jangka sorong sudah terkalibrasi dan siap untuk digunakan, seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah ini

Hal-hal yanng menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran menggunakan jangka


sorong adalah:

1. Kesalahan umum (orang yang melakukan penggukuran),

2. Kesalahan sistematis (kerusakan alat, lingkungan),

3. Kesalahan acak (tidak diketahui penyebabnya).

B. MIKROMETER SEKRUP

Mikrometer sekrup adalah alat pengukuran yang terdiri dari sekrup terkalibrasi
dan memiliki tingkat kepresisian 0.01 mm (10-5 m). Alat ini ditemukan pertama kali
oleh Willaim Gascoigne pada abad ke-17 karena dibutuhkan alat yang lebih presisi dari
jangka sorong. Penggunaan pertamanya adalah untuk mengukur jarak sudut antar
bintang-bintang dan ukuran benda-benda luar angkasa dari teleskop.

KALIBRASI MIKROMETER SEKRUP

1. Pertama, bersihkan terlebih dahulu Anvil (poros tetap) dan Spindel (poros gerak)
dengan kain yang bersih.
2. Putar batang Thimble secara perlahan (jangan berlebihan)
sampai anvil dan spindle saling bersentuhan.

3. Putar Ratchet sampai berbunyi “tik”. Putar ratchet 2-3 kali sampai diperoleh
penekanan yang cukup kuat.

4. Kunci Spindle dengan Lock Nut agar tidak bergeser.

5. Mikrometer sudah terkalibrasi dengan benar apabila titik 0 thimble sudah lurus
dengan garis pada outer sleeve.

BAGIAN-BAGIAN MIKROMETER SEKRUP

• Poros Tetap (Anvil)

Bagian poros yang tidak bergerak. Objek yang ingin diukur ditempelkan di bagian ini
dan bagian poros geser didekatkan untuk menjepit objek tersebut.

• Poros Geser (Spindle)

Poros bergerak berbentuk komponen silindris yang digerakkan oleh thimble.

• Pengunci (Lock Nut)

Bagian yang dapat digunakan untuk mengunci pergerakan poros geser.

• Sleeve

Bagian statis berbentuk lingkaran yang merupakan tempat ditulisnya skala pengukuran.
Terdapat dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius.

• Thimble

Bagian yang dapat digerakkan oleh tangan penggunanya.


• Ratchet

Bagian yang dapat membantu menggerakkan poros geser dengan pergerakan lebih
perlahan dibanding menggerakkan thimble.

• Rangka (Frame)

Komponen berbentuk C yang menyatukan poros tetap dan komponen-komponen lain


mikrometer sekrup. Rangka mikrometer sekrup dibuat tebal agar kokoh dan mampu
menjaga objek pengukuran tidak bergerak, bergesar, atau berubah bentuk.

CARA MENGGUNAKAN MIKROMETER SEKRUP

Prinsip kerja mikrometer sekrup adalah menggunakan suatu sekrup untuk


memperbesar jarak yang terlalu kecil untuk diukur secara langsung menjadi putaran
suatu sekrup lain yang lebih besar dan dapat dilihat skalanya.

Cara menggunakan mikrometer sekrup adalah:

1. Objek yang ingin diukur diletakkan menempel dengan bagian poros tetap.
2. Setelah itu, bagian thimble diputar hingga objek terjepit oleh poros tetap dan poros
geser.
3. Bagian ratchet dapat diputar untuk menghasilkan perhitungan yang lebih presisi
dengan menggerakkan poros geser secara perlahan.
4. Setelah yakin bahwa objek benar-benar terjepit diantara kedua poros, hasil
pengukuran dapat dibaca di skala utama dan skala nonius.

CARA MEMBACA MIKROMETER SEKRUP

Pembacaan mikrometer sekrup dilakukan pada dua bagian, yaitu di skala utama dan
di skala nonius atau Vernier. Skala utama dapat dibaca di bagian sleeve dan skala
nonius dapat dibaca di bagian thimble.
• Untuk skala utama, dapat dilihat bahwa posisi thimble telah melewati angka “5”
di bagian atas, dan pada bagian bawah garis horizontal telah melewati 1 strip.
0.5mm. Artinya, pada bagian ini didapat hasil pengukuran 5 + 0.5 mm = 5.5
mm. Pengukuran juga dapat dilakukan dengan prinsip bahwa setiap 1 strip
menandakan jarak 0.5mm. Dikarenakan terlewati 5 strip di atas garis horizontal
dan 6 strip di bawah garis horizontal, maka total jarak adalah (5+6) x 0.5mm =
5.5mm
• Pada bagian kedua, terlihat garis horizontal di skala utama berhimpit dengan
angka 28 di skala nonius. Artinya, pada skala nonius didapatkan tambahan
panjang 0.28mm
• Maka, hasil akhir pengukuran mikrometer sekrup pada contoh ini adalah 5.5 +
0.28 = 5.78mm. Hasil ini memiliki ketelitian sebesar 0.01 mm.

Fungsi Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup pada umumnya digunakan untuk mengukur diameter atau


ketebalan suatu benda yang ukurannya kecil. Seperti dijelaskan sebelumnya, alat ini
memiliki kepresisian 10x lipat dari jangka sorong sehingga dapat mengukur benda yang
lebih kecil tepatnya pada ketelitian 0,01 mm.

Penggunaan alat ini untuk mengukur panjang benda kurang umum digunakan,
karena umumnya panjang benda masih dapat diukur dengan baik di tingkat kepresisian
1 mm dan 0,1 mm, dimana masing-masing tingkat kepresisian dimiliki oleh penggaris
dan jangka sorong.
C. MISTAR

Mistar yang sering dikenal sebagai meteran didefiniskan sebagai alat ukur yang
digunkan untuk mengukur besaran panjang. Terdapat berbagai macam mistar yaitu
mistar rol (mistar gulung), mistar bentuk pita, mistar lipat, dan penggaris. Kita akan
bahas jenis-jenis mistar tersebut satu persatu.

Mistar dengan skala terkecil 1 mm disebut mistar berskala mm. Mistar dengan
skala terkecil cm disebut mistar berskala cm. Mistar mempunyai tingkat ketelitian 1 mm
atau 0,1 cm. Bagaimana menggunakan mistar dengan benar?
Pembacaan skala pada mistar dilakukan dengan kedudukan mata pengamat tegak lurus
dengan skala mistar yang dibaca. Jika kedudukan mata pengamat tidak tegak lurus
dengan skala mistar yang dibaca bisa menyebabkan terjadinya kesalahan paralaks.

CARA MENGGUNAKAN MISTAR


Letakan benda yang akan diukur pada tepi skala mistar
• Pastikan bahwa benda telah sejajar dengan mistar dan salah satu ujung benda
tepat berada di angka nol (0)
• Baca skala mistar yang terletak diujung lain benda (bukan ujung yang di titik nol
mistar).
• Lihat angka yang dekat dengan akhir ujung benda, pada gambar tersebut akhir
ujung benda berada di skala 2, maka panjang benca adalah 2 cm
• Lihat juga setelah angka 2 ada garis-garis, lihatlah garis-garis tersebut dengan
cara menghitungnya setelah angka 2. Maka ujung benda tersebut berakhir di garis ke 5,
maka skalnya di baca 5 mm atau 0,5 cm
• Panjang benda tesebut adalah 2 cm + 5 mm atau 2 cm + 0,5 cm. Dengan
demikian panjang benda tersebut adalah 2,5 cm atau 25 mm.

D. SPIROMETER

Spirometri merupakan suatu alat sederhana yang digunakan untuk mengukur


volume udara dalam paru. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur volume statik
dan volume dinamik paru. Volume statik terdiri atas volume tidal (VT), volume
cadangan inspirasi (VCI), volume cadangan ekspirasi (VCE), volume residu (VR),
kapasitas vital (KV), kapasitas vital paksa (KVP), kapasitas residu fungsional (KRF)
dan kapasitas paru total (KPT). Contoh volume dinamik adalah volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1) dan maximum voluntary ventilation (MVV). Nilai normal setiap
volume atau kapasitas paru dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat
badan, ras dan bentuk tubuh. Spirometri dapat digunakan untuk mengevaluasi dan
memonitor penyakit yang berhubungan dengan penyakit paru dan jantung sehingga
pemeriksaan spirometri rutin digunakan di rumah sakit dengan pasien penyakit paru dan
atau jantung. Spirometri merupakan pemeriksaan gold standard untuk diagnosis dan
monitor penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan asma. Selain itu juga digunakan
sebagai screening awal untuk mendeteksi PPOK pada perokok.

CARA MENGKALIBRASI SPIROMETER

Dari sudut pandang praktis maka perlu melakukan pemeriksaan kalibrasi pada
spirometer jarum suntik kalibrasi biasanya dibutuhkan. Frekuensi melakukan
pemeriksaan akan berbeda dengan setting klinis dan jenis instrumen yang digunakan,
dan kebutuhan untuk menyesuaikan kalibrasi akan tergantung pada apakah itu adalah di
luar batas kontrol.

Spirometer yang dikenali sebagai Flow spirometer umumnya memerlukan


pemeriksaan kalibrasi sehari-hari. Faktor penting adalah stabilitas kalibrasi dari waktu
ke waktu dan ini hanya dapat dibentuk dengan tabir, setelah dilakukan pemeriksaan
kalibrasi banyak pada instrumen. Semua spirometer harus dikalibrasi ulang setelah
pembersihan atau disinfeksi, atau jika hasil yang tidak biasa atau tidak diharapkan
menunjukkan masalah. Biasanya, spirometer harus akurat (volume ke dalam ± 0,05 L
atau ± 3%, mana yang lebih besar; mengalir ke dalam ± 0,2 L/detik atau ± 5%, mana
yang lebih besar) dan dikalibrasi secara berkala dengan jarum suntik (bersertifikat) yang
akurat 3L. Ketika sebuah spirometer akan dipindahkan ke lingkungan yang lebih dingin
atau lebih panas, penting untuk memberikan waktu untuk itu untuk mencapai baru suhu
dan mengukurnya.

Demikian pula, kalibrasi jarum suntik harus pada suhu yang sama seperti
spirometer dan untuk alasan ini biasanya disimpan di dekat spirometer. Untuk
mendeteksi perubahan kinerja spirometer keseluruhan, fungsi ventilasi dari satu atau
lebih subyek dengan fungsi pernafasan yang stabil harus diukur dan dicatat secara
teratur sebagai bagian dari kualitas yang sedang berlangsung mengendalikan program.
Rekaman pemeriksaan kalibrasi, kontrol kualitas dan sejarah pelayanan harus disimpan
dengan peralatan. Dalam operasi, menguji diri sendiri (jika Anda memiliki fungsi stabil)
pada spirometer Anda setiap minggu atau dua adalah cara yang praktis memastikan
kontrol kualitas. Sebuah variasi dari> 5% pada VEP1 atau KVP harus mengingatkan
Anda untuk masalah dan kebutuhan untuk memiliki instrumen Anda dengan benar
diperiksa dan diservis Perangkat pengukuran aliran (pneumotachographs misalnya,
turbinometers) harus diperiksa secara teratur untuk linearitas selama rentang fisiologis
arus (0-14 L per detik). Sebuah tes yang baik dari linearitas adalah untuk memberikan
volume tertentu (misalnya dengan jarum suntik 3L) di berbagai arus, memastikan bahwa
volume dicatat oleh instrumen dekat dengan 3,00 L selama rentang seluruh arus. Ketika
3L dilewatkan ke dalam spirometer harus merekam volume ke dalam ± 3,5%; yaitu,
spirometer adalah akurat jika volume tercatat adalah antara 2,895 L dan 3.105 L. Peak
flow meter umumnya dapat diharapkan aus setelah sekitar 12 sampai 24 bulan
penggunaan berat, meskipun ada ini sedikit dipublikasikan data untuk mendukung ini,
sedangkan spirometer volume perpindahan akan biasanya tahun terakhir jika benar
service dan pemeliharaan.

Cara Kerja Spirometer

Sebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh bernafas
(menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu ditutup. Tabung
yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak putar
(sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat sesuai dengan gerak tabung yang
berisi udara.

E. MULTIMETER

Pengertian multimeter secara umum adalah alat ukur yang dipakai untuk
mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Sedangkan pada
perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa fungsi seperti
mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Ada juga orang yang
menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter, mungkin maksudnya A (ampere),
V(volt), dan O(ohm).

Fungsi Multimeter:

1.Mengukur tegangan DC
2. Mengukur tegangan AC
3. Mengukur kuat arus DC
4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor
5. Mengecek hubung-singkat / koneksi
6. Mengecek transistor
7. Mengecek kapasitor elektrolit
8. Mengecek dioda, led dan dioda zener
9. Mengecek induktor
10. Mengukur HFE transistor (type tertentu)
11. Mengukur suhu (type tertentu)

Bagian-bagian penting Multimeter :


Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri dari 3 bagian penting, diantanya
adalah :
1. Display
2. Saklar Selektor
3. Probe

1. Cara Mengukur Tegangan DC (DC Voltage)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV


2. Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin
mengukur 6 Volt, putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Analog Multimeter)
Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk memilih
skala tegangan yang lebih tinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe Merah pada terminal
Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-). Hati-hati agar jangan sampai
terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

2. Cara Mengukur Tegangan AC (AC Voltage)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV


2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin
mengukur 220 Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk
memilih skala tegangan yang tertinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada
multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk Tegangan AC,
tidak ada polaritas Negatif (-) dan Positif (+)
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

Cara Mengukur Arus Listrik (Ampere)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA


2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan arus yang akan diukur. Jika Arus yang akan
diukur adalah 100mA maka putarlah saklar selector ke 300mA (0.3A). Jika Arus
yang diukur melebihi skala yang dipilih, maka sekering (fuse) dalam Multimeter
akan putus. Kita harus menggantinya sebelum kita dapat memakainya lagi.
3. Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban,
4. Kemudian hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita putuskan
tersebut. Probe Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan Probe Hitam ke Input
Tegangan (+) Beban ataupun Rangkaian yang akan kita ukur.
5. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

Cara Mengukur Resistor (Ohm)


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm (Ω)
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya diawali ke
tanda “X” yang artinya adalah “Kali”. (khusus Multimeter Analog)
3. Hubungkan probe ke komponen Resistor, tidak ada polaritas, jadi boleh terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter. (Khusus untuk Analog Multimeter,
diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2)

Penjelasan bagian – bagian dari Multimeter


1. Papan Skala : digunakan untuk membaca hasil pengukuran. Pada papan skala
terdapat skala-skala; tahanan/resistansi dengan satuan ohm, tegangan AC dan DC, Kuat
arus (mA), dan skala-skala lainnya.
2. Selektor : digunakan untuk menentukan posisi kerja Multimeter, dan batas ukur
(range). Jika digunakan untukmengukur nilai suatu tahanan, saklar ditempatkan pada
posisi ohm, demikian juga jika digunakan untuk mengukur tegangan dan kuat arus.
Satu hal yang perlu diingat, dalam mengukur tegangan listrik, posisi saklar harus berada
pada batas ukur yang lebih tinggi dari tegangan yang akan diukur. Misalnya, tegangan
yang akan diukur 220 AC volt, saklar harus berada pada posisi baas ukur 250 AC volt.
3. Preset : digunakan untuk menera jarum penunjuk pada angka nol.
4. Tombol pengatur posisi nol : digunakan untuk menera jarum penunjuk pada angka
nol sebelum Multimeter digunakanuntuk mengukur nilai tahanan. Dalampraktek, kedua
ujungkabel penyidik (probe) dipertemukan, tombol diputar untuk memposisikan jarum
pada angka nol
5. Lubang Probe : tempat untuk menghubungkan kabel penyidik dengan Multimeter.
Ditandai dengantanda (+) atau out dan (-) atau common. Pada Multimeter yang lebih
lengkap terdapat juga lubang untuk mengukur transistor (penguatan arus searah / DC
mA oleh transistor berdasarkan fungsi dan jenisnya), dan lubang untuk mengukur
kapasitas kapasitor.
KALIBRASI MULTIMETER

Jarum penunjuk meter diperiksa apakah sudah tepat pada angka 0;

Jika belum putar sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk meter ke kiri atau ke
kanan dengan menggunakan obeng pipih (-) kecil;

• Pasang Probe pada konektor + dan –;

• Putar range selektor switch ke skala Ohmmeter;


• Tempelkan probe + ke probe – agar terjadi Short Circuit;
• Pastikan jarum penunjuk sudah mengarah ke nol pada skala ohmmeter atau
tidak, jika belum maka putar zero adjustment agar jarum menunjuk ke nol.

F. NERACA

Pengertian Neraca Ohaus

Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip
kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan diukur dengan
anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri.
Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak
timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati
poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi
anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga
yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.
1. Skala dalam Neraca Ohaus

Banyaknya skala dalam neraca bergantung pada neraca lengan yang digunakan.
Setiap neraca mempunyai skala yang berbeda-beda, tergantung dengan lengan yang
digunakannya.
Ketelitian neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang digunakan
disaat pengukuran. Misalnya pada neraca Ohauss dengan tiga lengan dan batas
pengukuran 310 gram mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya ketika
hendak menentukan besarnya ketidakpastian dalam pengukuran.

Berdasarkan referensi bahwa ketidakpastian adalah ½ dari ketelitian alat. Secara


matematis dapat ditulis:Ketidakpastian = ½ x skala terkecil. Misalnya untuk neraca
dengan tiga lengan dan batas ukur 310 gram mempunyai skala terkecil 0,1 gram,
sehingga diperoleh ketidakpaastian ½ × 0 = 0,05.

2. Jenis Neraca Ohaus

Neraca Ohaus terbagi menjadi dua macam, di antaranya:

1. Neraca Ohaus dua lengan

Nilai skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di
putar. Gambar (1.10) merupakan neraca Ohaus dua lengan. Neraca ini memiliki dua
lengan. Lengan depan terdapat satu anting logam yang digeser-geser dari 0, 10, 20, …,
100g. Sedangkan lengan belakang lekukan-lekukan mulai dari 0, 100, 200, …, 500 g.
Selain dua lengan, neraca ini memiliki skala utama dan skala nonius. Skala utama 0
sampai 9 g sedangkan skala nonius 0 sampai 0,9 g.

Neraca Ohaus dua lengan terdiri dari beberapa komponen, di antaranya:


1. Lengan depan
2. Lengan belakang
3. System magnetic
4. Penggeser anak timbangan
5. Venier
6. Kait
7. Skala
8. Lekuk
9. Wadah
10. Alas

2. Neraca Ohaus tiga lengan

Adalah nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser.
Neraca ini memiliki tiga lengan, yakni sebagai berikut:

1. Lengan depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3,
4,….., 10gr. Di mana masing-masing terdiri 10 skala tiap skala 1 gr.jadi skala
terkecil 0,1 gram
2. Lengan tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100 gr, dengan
skala dari 0,100, 200, …… 500gr.
3. Lengan belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10 gram, dari
skala 0, 10, 20,... 100 gr.

Bagian-bagian Neraca Ohauss:

1. Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
2. Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca
tidak dapat digunakan untuk mengukur.
3. Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk
neraca ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.
4. Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat
digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.
5. Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik
kesetimbangan.

3. Kalibrasi

Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai
dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar
yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi.
Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di
dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat
pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif.

Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau


indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang
digunakan dalam akurasi tertentu.

Adapun teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar


tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik kesetimbangan lengan atau
ujung lengan tepat pada garis kesetimbanagn , namun sebelumnya pastikan semua
anting pemberatnya terletak tepat pada angka nol di masing-masing lengan.

4. Cara pengukuran massa benda dengan neraca Ohaus

Dalam mengukur massa benda dengan neraca Ohaus dua lengan atau tiga lengan sama.
Ada beberapa langkah di dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan neraca
ohaus, antara lain:

1. Melakukan kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang,


dengan cara memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri
atau ke kanan posisi dua garis pada neraca sejajar
2. Meletakkan benda yang akan diukur massanya
3. Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang
kecil. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0 dan
4. Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil
pengukurannya.

5. Pembacaan dan penulisan hasil pengukuran dari neraca Ohaus

Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan Neraca dapat dilakukan dengan


langkah sebagai berikut:

– Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh anting (pemberat) pada masing-masing lengan
neraca. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :

–Hasil Pengukuran (xo) = Penjumlahan dari masing-masing Lengan Misalnya pada


neraca Ohauss III lengan berarti hasilnya= LenganI + Lengan II +Lengan III. Seperti
halnya pada alat ukur panjang, hasil pengukuran menggunakan neraca dapat anda
laporkan sebagai : Massa M = xo ± ketidakpastian

b. Pengertian dan Fungsi Neraca Pegas

Neraca pegas (dinamometer) adalah timbangan sederhana yang menggunakan


pegas sebagai alat untuk menentukan massa benda yang diukurnya neraca pegas
mengukur ketegangan pegas, yang sebenarnya adalah tekanannya.

1. Skala dalam Neraca Pegas

Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skalaN (newton) dan g (gram).
Untuk menimbang beban (benda),atur terlebih dahulu skala 0 (nol) dengan cara
memutarsekrup pengatur skala. Setelah itu gantungkan benda pada pengait neraca.
Selanjutnya, baca hasil pengukuran.Kelebihan menimbang beban dengan neraca pegas
yaitudalam sekali menimbang benda dapat diketahui massa dan berat benda sekaligus.
2. Bagian-bagian Neraca Pegas

Bagian-bagian dinamometer (neraca pegas)

Gantung: sebagai tempat untukmemegang dinamometer tersebut agar tidak


mengganggu proses pengukuran.

Penunjuk skala: bagian yang berfungsi untuk menunjukkan skala (hasil pengukuran)

Pegas: bagian dari dinamometer (neraca pegas) yang sangat vital.

Skala: harga yang tertera dalam dinamometer (neraca pegas) yang menunjukkan hasil
pengukuran

Pengait: sebagai tempat dimana benda diletakkan.

3.Prosedur Penggunaan Neraca Pegas

Kalibrasi adalah proses dalam membandingkan suatu acuan lokal kepada standar
yang berlaku untuk memastikan ketelitian suatu alat ukur atau menyetandarkan keadaan
ukur sebelum digunakan agar hasil pengukuran akurat, dan mendekati nilai benar.
Adapun cara pengkalibrasi dinamometer adalah dengan cara memutar sekrup yang ada
di bagian atas dinamometer tanpa beban hingga garis penunjuk skala menunjukan pada
skala nol.

4. Cara Pengukuran

Adapun cara pengukurannya, yaitu :

Gantungkan benda yang akan diukur massanya pada pengait yang terdapat di bagian
bawah pegas. Setelah keadaan sistem tenang, lihat skala yang ditunjukan oleh penunjuk
skala.
5. Cara Membaca

Cara membaca neraca pegas ini sama halnya seperti penggunaan alat ukur mistar yaitu
melihat angka yang ditunjukan oleh penunjuk skala. Batas ketelitian atau nilai skala
terkecil pada dinamometer berbeda-beda, namun biasanya yang sering digunakan di
laboratorium adalah 0,1 N.
BAB III
PENUTUP

Demikian makalah alat ukur ini. Semoga makalah tentang Alat Ukur ini dapat
memberikan manfaat, motifasi, dalam proses pembelajarn mata pelajaran fisika.
Seorang Pelajar adalah dia yang ingin tahu, dan ingin maju, untuk dirinya dan masa
depan bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://hidayatullahahmad.wordpress.com/2013/03/16/makalah-alat-ukur-dasar-neraca-
ohaus-dan-neraca-pegas.

https://efraimmasarrang.wordpress.com/2012/07/31/cara-membaca-multimeter-
avometer-jilid-2.

http://pribadiasik.blogspot.com/2015/05/makalah-mistar.html.

https://www.klikparu.com/2013/01/spirometri.html.

http://www.anashir.com/fisika/alat-ukur-panjang-mistar-jangka-sorong-dan-
mikrometer.

https://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong.

Anda mungkin juga menyukai