Disusun Oleh :
MANGASI SINAGA
5181121006
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK MESIN
2021
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul ”Alat Ukur” ini sesuai dengan petunjuk, kemampuan, serta ilmu
pengetahuaan yang saya miliki.
Semoga makalah ini bemanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi siapa
saja yang membacanya.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat
membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. JANGKA SORONG...................................................................................
B. MIKROMETER SEKRUP ..................................................................................
C. MISTAR.............................................................................................……
D. SPIROMETER...............................................................................………
E. MULTIMETER...........................................................................................
F. NERACA…………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berlandaskan eksperimen,
dimana eksperimen itu sendiri terbagi dalam beberapa tahapan, di antaranya
pengamatan, pengukuran, menganalisis, dan membuat laporan hasil eksperimen. Dalam
melakukan eksperimen diperlukan pengukuran dan alat yang digunakan di dalam
pengukuran yang disebut alat ukur.
Banyak sekali alat ukur yang sudah diciptakan manusia baik yang tradisional
maupun yang sudah menjadi produk teknologi modern. Salah satu contohnya adalah alat
ukur besaran massa seperti neraca, mikrometer, mistar, jangkasorong, multimeter dan
spirometer.
Sebelum memakai neraca, mikrometer,mistar, jangkasorong, dan multimeter
didalam suatu eksperimen, hal pertama yang harus dipahami dalam suatu praktikum
adalah prinsip kerja serta fungsi dari komponen-komponen yang terdapat pada neraca,
mikrometer, mistar, jangkasorong, spirometer dan multimeter tersebut agar diperoleh
data yang benar. Selain itu, untuk memperoleh data yang benar dan akurat di dalam
suatu eksperimen diperlukan juga pengukuran dan penulisan hasil pengukuran dalam
satuan yang benar serta keselamatan kerja dalam pengukuran menjadi poin yang patut
diperhitungkan sehingga berbagai peristiwa kecelakaan yang terjadi di dalam
melakukan eksperimen tidak perlu terjadi.
Oleh sebab itu, Pengetahuan alat merupakan salah satu faktor yang penting
untuk mendukung kegiatan praktikum. Praktikan akan terampil dalam praktikum
apabila mereka memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur,
membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan
dapat melakukan kalibrasi alat ukur serta yang paling dasar praktikan mempunyai
pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat,
komponen-komponen, dan prinsip kerja.
B. Rumusan Masalah
-Bagaimana cara dan prinsip kerja jangkasorong, miktometer sekrup, mistar, spirometer,
mutimeter dan neraca?
-Apa itu jangkasorong, miktometer sekrup, mistar, spirometer, mutimeter dan neraca?
-Apa fungsi jangkasorong, miktometer sekrup, mistar, spirometer, mutimeter dan
neraca? bagaimana cara menggunakannya?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagian –bagian pada jangkasorong, miktometer sekrup, mistar,
spirometer, mutimeter dan neraca.
2. Mengetahui fungsi pada jangkasorong, miktometer sekrup, mistar, spirometer,
mutimeter dan neraca.
3. Mengetahui bagaimana cara menggunakan jangkasorong, miktometer sekrup,
mistar, spirometer, mutimeter dan neraca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jangka Sorong
1. Pengertian
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
milimeter. Terdiri dari dua bagian skala, yaitu skala tetap (tidak dapat digeser) dan
skala nonius (dapat digeser). Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada
keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah
dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah
0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang diatas 30cm.
Pada nonius jangka sorong biasanya didapatkan 49 bagian skala utama, 50
bagian skala nonius, atau 50 bagian skala nonius 49 mm, sehingga jarak antara 2 skala
nonius terdekat adalah 49/50 mm = 0,98 mm. nst nonius jangka sorong dapat dicari
dengan rumus :
Nst nonius = selisih jarak antara dua nst skala utama dengan jarak antara dua
skala nonius.
Hasil pengukuran jangka sorong ( H ) adalah berdasarkan hasil bacaan skala
utama + hasil baca skala nonius dengan patokan angka nol ( 0 ) skala nonius (skala
geser).
2. Bagian-bagian Jangka Sorong
1). Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi luar (tebal, lebar atau Ø batang kayu)
2). Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, Ø lubang bor, alur
dll)
3). Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen danbor.
4). Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.
5). Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.
6). Patokan pembacaan skala utama (cm)
7). Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
8). Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.
3. Kegunaan Jangka Sorong
Kegunaan jangka sorong adalah:
1). untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit
2). untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur
untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
menancapkan / menusukkan bagian pengukur.
4. Penggunaan Jangka Sorong
Adapun penggunaan jangka sorong, adalah sebagai berikut :
1). Mengukur Diameter Luar Benda
Cara mengukur diameter, lebar atau ketebalan benda:
Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang, masukkan benda ke rahang bawah jangka
sorong, geser rahang agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
2). Mengukur Diameter Dalam Benda
Cara mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung :
Putarlah pengunci ke kiri, masukkan rahang atas ke dalam benda ,
geser agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
3). Mengukur Kedalaman Benda
Cara mengukur kedalaman benda :
Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar
tabung, putar pengunci ke kanan.
1. Putar sekrup pengunci berlawanan arah dengan jarum jam untuk mengendurkan
rahang geser.
2. Dorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap
3. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu angka nol
pada skala utama dan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis
lurus, maka jangka sorong sudah terkalibrasi dan siap untuk digunakan, seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah ini
B. MIKROMETER SEKRUP
Mikrometer sekrup adalah alat pengukuran yang terdiri dari sekrup terkalibrasi
dan memiliki tingkat kepresisian 0.01 mm (10-5 m). Alat ini ditemukan pertama kali
oleh Willaim Gascoigne pada abad ke-17 karena dibutuhkan alat yang lebih presisi dari
jangka sorong. Penggunaan pertamanya adalah untuk mengukur jarak sudut antar
bintang-bintang dan ukuran benda-benda luar angkasa dari teleskop.
1. Pertama, bersihkan terlebih dahulu Anvil (poros tetap) dan Spindel (poros gerak)
dengan kain yang bersih.
2. Putar batang Thimble secara perlahan (jangan berlebihan)
sampai anvil dan spindle saling bersentuhan.
3. Putar Ratchet sampai berbunyi “tik”. Putar ratchet 2-3 kali sampai diperoleh
penekanan yang cukup kuat.
5. Mikrometer sudah terkalibrasi dengan benar apabila titik 0 thimble sudah lurus
dengan garis pada outer sleeve.
Bagian poros yang tidak bergerak. Objek yang ingin diukur ditempelkan di bagian ini
dan bagian poros geser didekatkan untuk menjepit objek tersebut.
• Sleeve
Bagian statis berbentuk lingkaran yang merupakan tempat ditulisnya skala pengukuran.
Terdapat dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius.
• Thimble
Bagian yang dapat membantu menggerakkan poros geser dengan pergerakan lebih
perlahan dibanding menggerakkan thimble.
• Rangka (Frame)
1. Objek yang ingin diukur diletakkan menempel dengan bagian poros tetap.
2. Setelah itu, bagian thimble diputar hingga objek terjepit oleh poros tetap dan poros
geser.
3. Bagian ratchet dapat diputar untuk menghasilkan perhitungan yang lebih presisi
dengan menggerakkan poros geser secara perlahan.
4. Setelah yakin bahwa objek benar-benar terjepit diantara kedua poros, hasil
pengukuran dapat dibaca di skala utama dan skala nonius.
Pembacaan mikrometer sekrup dilakukan pada dua bagian, yaitu di skala utama dan
di skala nonius atau Vernier. Skala utama dapat dibaca di bagian sleeve dan skala
nonius dapat dibaca di bagian thimble.
• Untuk skala utama, dapat dilihat bahwa posisi thimble telah melewati angka “5”
di bagian atas, dan pada bagian bawah garis horizontal telah melewati 1 strip.
0.5mm. Artinya, pada bagian ini didapat hasil pengukuran 5 + 0.5 mm = 5.5
mm. Pengukuran juga dapat dilakukan dengan prinsip bahwa setiap 1 strip
menandakan jarak 0.5mm. Dikarenakan terlewati 5 strip di atas garis horizontal
dan 6 strip di bawah garis horizontal, maka total jarak adalah (5+6) x 0.5mm =
5.5mm
• Pada bagian kedua, terlihat garis horizontal di skala utama berhimpit dengan
angka 28 di skala nonius. Artinya, pada skala nonius didapatkan tambahan
panjang 0.28mm
• Maka, hasil akhir pengukuran mikrometer sekrup pada contoh ini adalah 5.5 +
0.28 = 5.78mm. Hasil ini memiliki ketelitian sebesar 0.01 mm.
Penggunaan alat ini untuk mengukur panjang benda kurang umum digunakan,
karena umumnya panjang benda masih dapat diukur dengan baik di tingkat kepresisian
1 mm dan 0,1 mm, dimana masing-masing tingkat kepresisian dimiliki oleh penggaris
dan jangka sorong.
C. MISTAR
Mistar yang sering dikenal sebagai meteran didefiniskan sebagai alat ukur yang
digunkan untuk mengukur besaran panjang. Terdapat berbagai macam mistar yaitu
mistar rol (mistar gulung), mistar bentuk pita, mistar lipat, dan penggaris. Kita akan
bahas jenis-jenis mistar tersebut satu persatu.
Mistar dengan skala terkecil 1 mm disebut mistar berskala mm. Mistar dengan
skala terkecil cm disebut mistar berskala cm. Mistar mempunyai tingkat ketelitian 1 mm
atau 0,1 cm. Bagaimana menggunakan mistar dengan benar?
Pembacaan skala pada mistar dilakukan dengan kedudukan mata pengamat tegak lurus
dengan skala mistar yang dibaca. Jika kedudukan mata pengamat tidak tegak lurus
dengan skala mistar yang dibaca bisa menyebabkan terjadinya kesalahan paralaks.
D. SPIROMETER
Dari sudut pandang praktis maka perlu melakukan pemeriksaan kalibrasi pada
spirometer jarum suntik kalibrasi biasanya dibutuhkan. Frekuensi melakukan
pemeriksaan akan berbeda dengan setting klinis dan jenis instrumen yang digunakan,
dan kebutuhan untuk menyesuaikan kalibrasi akan tergantung pada apakah itu adalah di
luar batas kontrol.
Demikian pula, kalibrasi jarum suntik harus pada suhu yang sama seperti
spirometer dan untuk alasan ini biasanya disimpan di dekat spirometer. Untuk
mendeteksi perubahan kinerja spirometer keseluruhan, fungsi ventilasi dari satu atau
lebih subyek dengan fungsi pernafasan yang stabil harus diukur dan dicatat secara
teratur sebagai bagian dari kualitas yang sedang berlangsung mengendalikan program.
Rekaman pemeriksaan kalibrasi, kontrol kualitas dan sejarah pelayanan harus disimpan
dengan peralatan. Dalam operasi, menguji diri sendiri (jika Anda memiliki fungsi stabil)
pada spirometer Anda setiap minggu atau dua adalah cara yang praktis memastikan
kontrol kualitas. Sebuah variasi dari> 5% pada VEP1 atau KVP harus mengingatkan
Anda untuk masalah dan kebutuhan untuk memiliki instrumen Anda dengan benar
diperiksa dan diservis Perangkat pengukuran aliran (pneumotachographs misalnya,
turbinometers) harus diperiksa secara teratur untuk linearitas selama rentang fisiologis
arus (0-14 L per detik). Sebuah tes yang baik dari linearitas adalah untuk memberikan
volume tertentu (misalnya dengan jarum suntik 3L) di berbagai arus, memastikan bahwa
volume dicatat oleh instrumen dekat dengan 3,00 L selama rentang seluruh arus. Ketika
3L dilewatkan ke dalam spirometer harus merekam volume ke dalam ± 3,5%; yaitu,
spirometer adalah akurat jika volume tercatat adalah antara 2,895 L dan 3.105 L. Peak
flow meter umumnya dapat diharapkan aus setelah sekitar 12 sampai 24 bulan
penggunaan berat, meskipun ada ini sedikit dipublikasikan data untuk mendukung ini,
sedangkan spirometer volume perpindahan akan biasanya tahun terakhir jika benar
service dan pemeliharaan.
Sebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh bernafas
(menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu ditutup. Tabung
yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak putar
(sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat sesuai dengan gerak tabung yang
berisi udara.
E. MULTIMETER
Pengertian multimeter secara umum adalah alat ukur yang dipakai untuk
mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Sedangkan pada
perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa fungsi seperti
mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Ada juga orang yang
menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter, mungkin maksudnya A (ampere),
V(volt), dan O(ohm).
Fungsi Multimeter:
1.Mengukur tegangan DC
2. Mengukur tegangan AC
3. Mengukur kuat arus DC
4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor
5. Mengecek hubung-singkat / koneksi
6. Mengecek transistor
7. Mengecek kapasitor elektrolit
8. Mengecek dioda, led dan dioda zener
9. Mengecek induktor
10. Mengukur HFE transistor (type tertentu)
11. Mengukur suhu (type tertentu)
Jika belum putar sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk meter ke kiri atau ke
kanan dengan menggunakan obeng pipih (-) kecil;
F. NERACA
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip
kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan diukur dengan
anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri.
Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak
timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati
poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi
anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga
yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.
1. Skala dalam Neraca Ohaus
Banyaknya skala dalam neraca bergantung pada neraca lengan yang digunakan.
Setiap neraca mempunyai skala yang berbeda-beda, tergantung dengan lengan yang
digunakannya.
Ketelitian neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang digunakan
disaat pengukuran. Misalnya pada neraca Ohauss dengan tiga lengan dan batas
pengukuran 310 gram mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya ketika
hendak menentukan besarnya ketidakpastian dalam pengukuran.
Nilai skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di
putar. Gambar (1.10) merupakan neraca Ohaus dua lengan. Neraca ini memiliki dua
lengan. Lengan depan terdapat satu anting logam yang digeser-geser dari 0, 10, 20, …,
100g. Sedangkan lengan belakang lekukan-lekukan mulai dari 0, 100, 200, …, 500 g.
Selain dua lengan, neraca ini memiliki skala utama dan skala nonius. Skala utama 0
sampai 9 g sedangkan skala nonius 0 sampai 0,9 g.
Adalah nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser.
Neraca ini memiliki tiga lengan, yakni sebagai berikut:
1. Lengan depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3,
4,….., 10gr. Di mana masing-masing terdiri 10 skala tiap skala 1 gr.jadi skala
terkecil 0,1 gram
2. Lengan tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100 gr, dengan
skala dari 0,100, 200, …… 500gr.
3. Lengan belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10 gram, dari
skala 0, 10, 20,... 100 gr.
1. Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
2. Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca
tidak dapat digunakan untuk mengukur.
3. Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk
neraca ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.
4. Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat
digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.
5. Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik
kesetimbangan.
3. Kalibrasi
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai
dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar
yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi.
Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di
dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat
pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif.
Dalam mengukur massa benda dengan neraca Ohaus dua lengan atau tiga lengan sama.
Ada beberapa langkah di dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan neraca
ohaus, antara lain:
– Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh anting (pemberat) pada masing-masing lengan
neraca. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skalaN (newton) dan g (gram).
Untuk menimbang beban (benda),atur terlebih dahulu skala 0 (nol) dengan cara
memutarsekrup pengatur skala. Setelah itu gantungkan benda pada pengait neraca.
Selanjutnya, baca hasil pengukuran.Kelebihan menimbang beban dengan neraca pegas
yaitudalam sekali menimbang benda dapat diketahui massa dan berat benda sekaligus.
2. Bagian-bagian Neraca Pegas
Penunjuk skala: bagian yang berfungsi untuk menunjukkan skala (hasil pengukuran)
Skala: harga yang tertera dalam dinamometer (neraca pegas) yang menunjukkan hasil
pengukuran
Kalibrasi adalah proses dalam membandingkan suatu acuan lokal kepada standar
yang berlaku untuk memastikan ketelitian suatu alat ukur atau menyetandarkan keadaan
ukur sebelum digunakan agar hasil pengukuran akurat, dan mendekati nilai benar.
Adapun cara pengkalibrasi dinamometer adalah dengan cara memutar sekrup yang ada
di bagian atas dinamometer tanpa beban hingga garis penunjuk skala menunjukan pada
skala nol.
4. Cara Pengukuran
Gantungkan benda yang akan diukur massanya pada pengait yang terdapat di bagian
bawah pegas. Setelah keadaan sistem tenang, lihat skala yang ditunjukan oleh penunjuk
skala.
5. Cara Membaca
Cara membaca neraca pegas ini sama halnya seperti penggunaan alat ukur mistar yaitu
melihat angka yang ditunjukan oleh penunjuk skala. Batas ketelitian atau nilai skala
terkecil pada dinamometer berbeda-beda, namun biasanya yang sering digunakan di
laboratorium adalah 0,1 N.
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah alat ukur ini. Semoga makalah tentang Alat Ukur ini dapat
memberikan manfaat, motifasi, dalam proses pembelajarn mata pelajaran fisika.
Seorang Pelajar adalah dia yang ingin tahu, dan ingin maju, untuk dirinya dan masa
depan bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://hidayatullahahmad.wordpress.com/2013/03/16/makalah-alat-ukur-dasar-neraca-
ohaus-dan-neraca-pegas.
https://efraimmasarrang.wordpress.com/2012/07/31/cara-membaca-multimeter-
avometer-jilid-2.
http://pribadiasik.blogspot.com/2015/05/makalah-mistar.html.
https://www.klikparu.com/2013/01/spirometri.html.
http://www.anashir.com/fisika/alat-ukur-panjang-mistar-jangka-sorong-dan-
mikrometer.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong.