Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian
datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku,
sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat
bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih."
Juz ke-28
Tafsir
Ayat ini menghimbau orang-orang beriman untuk memfungsikan harta dengan benar. Dan infakkanlah
sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu untuk kepentingan duafa, fasilitas umum, dan
fasilitas sosial sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu sehingga kamu tak
sempat berinfak; lalu dia berkata setelah kematian terjadi, menyesalinya, “Ya Tuhanku, sekiranya
Engkau berkenan menunda kematianku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dengan hartaku
ini dan aku dengan demikian akan termasuk orang-orang yang saleh, karena menjadi dermawan.
۞ ف ُن ْؤتِي ِه َ ت هَّللا ِ َف َس ْو َ ْء َمر:َ اس ۚ َو َمنْ َي ْف َع ْل ٰ َذل َِك ا ْب ِتغَ ا
ِ ضا ِ ف أَ ْو إِصْ اَل ٍح َبي َْن ال َّن
ٍ صدَ َق ٍة أَ ْو َمعْ رُو
َ ِير مِنْ َنجْ َوا ُه ْم إِاَّل َمنْ أَ َم َر ِب
ٍ اَل َخي َْر فِي َكث
َ
أجْ رً ا َعظِ يمًا
Allah berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 114, "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-
bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat
kebaikan, atau mendamaikan di antara manusia. Dan siapa yang berbuat demikian dengan
maksud mencari keridhoan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat
besar."
Allah menggambarkan kesempurnaan amalan apabila bersedekah sesuatu yang kita sayangi
dalam Surat Ali-Imran Ayat 92, "Kamu tidak sekali-kali akan dapat mencapai (hakikat) kebajikan
dan kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu dermakan sebagian dari apa yang kamu
sayangi. Dan sesuatu apa juga yang kamu dermakan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya."
Tertulis dalam Surat Al-Baqarah ayat 261, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha
mengetahui."
Allah berfirman bagi hambanya yang kesulitan ekonomi untuk bersedekah dan menjanjikan
adanya kemudahan setelah kesulitan. Firman Allah dalam Surat At-Thalaq Ayat 7, "Dan orang
yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang
Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan."
۞ ف ُن ْؤتِي ِه َ ت هَّللا ِ َف َس ْو َ ْء َمر:َ اس ۚ َو َمنْ َي ْف َع ْل ٰ َذل َِك ا ْب ِتغَ ا
ِ ضا ِ ف أَ ْو إِصْ اَل ٍح َبي َْن ال َّن
ٍ صدَ َق ٍة أَ ْو َمعْ رُو
َ ِير مِنْ َنجْ َوا ُه ْم إِاَّل َمنْ أَ َم َر ِب
ٍ اَل َخي َْر فِي َكث
أَجْ رً ا َعظِ يمًا
Allah berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 114, "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-
bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat
kebaikan, atau mendamaikan di antara manusia. Dan siapa yang berbuat demikian dengan
maksud mencari keridhoan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat
besar."
dalam Surat Ali-Imran Ayat 92, "Kamu tidak sekali-kali akan dapat mencapai (hakikat) kebajikan
dan kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu dermakan sebagian dari apa yang kamu
sayangi. Dan sesuatu apa juga yang kamu dermakan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya."Allah menggambarkan kesempurnaan amalan apabila bersedekah sesuatu
yang kita sayangi
Tertulis dalam Surat Al-Baqarah ayat 261, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha
mengetahui."
Allah berfirman bagi hambanya yang kesulitan ekonomi untuk bersedekah dan menjanjikan
adanya kemudahan setelah kesulitan. Firman Allah dalam Surat At-Thalaq Ayat 7, "Dan orang
yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang
Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan."
Dalam Al Qur’an, ada beberapa ayat yang mengisahkan tentang bersedekah, di antaranya
adalah:
1. Surah Al Baqarah Ayat 245
Kecintaan Nabi Muhammad kepada umatnya memang sudah tidak diragukan lagi. Beliau sering memohon
kepada Allah agar mengampuni dosa umatnya, tidak memberikan syariat yang berat, dan mendapatkan
limpahan pahala dari amal-amal yang dilakukan oleh umatnya. Termasuk juga upaya Rasulullah yang
menawar pahala yang diberikan oleh Allah kepada umatnya. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab al-
Mawa'idh al-'Ushfuriyah, Syeikh Muhammad bin Abi Bakar menuliskan suatu hadits yang diriwayatkan oleh
َ َ“ فَ َم ْن يَ ْع َملْ ِم ْثقBarangsiapa yang
Abdullah bin Umar. Pada suatu ketika sebuah ayat turun: ُال َذ َّر ٍة خَ ْيرًا يَ َره
mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS. Al-Zalzalah, 7)
Rasulullah berkata, “Ya Rabb ini sedikit menurut haknya umatku”. Allah berkata, “Jika kamu menganggap ini
sedikit maka satu kebaikan akan dibalas dengan dua kebaikan.” Maka turunlah firman Allah: أُو ٰلَئِكَ ي ُْؤتَوْ نَ أَجْ َرهُم
َ “ َّم َّرتَي ِْن بِ َماMereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka.” (QS. Al-Qashash: 54)
صبَرُوا
Rasulullah berkata, “Ya Rabb ini sedikit menurut hak umatku.” Allah berkata, “Kalau begitu satu kebaikan
dibalas 10 kali lipat.” Maka turunlah ayat: “ َم ْن َجا َء بِ ْال َح َسنَ ِة فَلَهُ َع ْش ُر أَ ْمثَالِهَاBarangsiapa membawa amal yang baik,
maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. Al-An'am:160). Rasulullah berkata lagi, “Ya Rabb ini
juga (masih) sedikit menurut hak umatku.” Allah lalu menanggapi, “Kalau begitu satu kebaikan dibalas 700
ْ يل هَّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة أَ ْنبَت
kali lipat.” Seketika turunlah ayat: َُت َس ْب َع َسنَابِ َل فِي ُك ِّل ُس ْنبُلَ ٍة ِمئَةُ َحبَّ ٍة َوهللا ِ َِمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ أَ ْم َوالَهُ ْم فِي َسب
َوا ِس ٌع َعلِي ٌم ُضا ِعفُ لِ َم ْن يَشَا ُء َوهللا
َ ُ“ يPerumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261). Rasulullah melanjutkan, “Ya Rabb tambahkanlah kepada umatku.” Lalu
turunlah ayat: ًُضا ِعفَهُ لَهُ أَضْ َعافًا َكثِي َرة
َ “ َم ْن َذا الَّ ِذي يُ ْق ِرضُ هللاَ قَرْ ضًا َح َسنًا فَيSiapakah yang mau memberi pinjaman kepada
Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.” (QS. Al-Baqarah, 245) Rasulullah berkata lagi, “Ya
ٍ إِنَّ َما ي َُوفَّى الصَّابِرُونَ أَجْ َرهُ ْم ِب َغي ِْر ِح َساSesungguhnya
Rabb tambahkanlah kepada umatku.” Lalu turunlah ayat: ب
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar, 10).
Sehingga pada suatu ketika datanglah hadits yang berisi tentang keterangan barangsiapa yang bersedekah
sebiji kurma, maka kelak di Hari Kiamat ia dibalas sebesar gunung. (M. Zidni Nafi’)
Sedekah adalah amal yang pahalanya luar biasa. Pahala sedekah bukan hanya dua kali lipat atau tiga
kali lipat, tetapi 700 kali lipat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan pelipatgandaan ini dalam firman-Nya:
ْ يل هَّللا ِ َك َم َث ِل َح َّب ٍة أَ ْن َب َت
ُت َسب َْع َس َن ِاب َل فِي ُك ِّل ُس ْن ُب َل ٍة ِم َئ ُة َح َّب ٍة َوهَّللا ُ يُضَاعِ ف ِ ون أَمْ َوا َل ُه ْم فِي َس ِب َ َم َث ُل الَّذ
َ ُِين ُي ْنفِق
لِ َمنْ َي َشا ُء َوهَّللا ُ َواسِ ٌع َعلِي ٌم
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 261)
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir menjelaskan, “Ini merupakan perumpamaan yang Allah buat
untuk menggambarkan pelipatgandaan pahala bagi orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah dan
mencari keridhaan-Nya. Setiap amal kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat hingga 700
kali lipat.”
Apakah fi sabilillah (di jalan Allah) dalam ayat ini adalah perang jihad? Ataukah salah satu golongan yang
berhak menerima zakat (mustahik)? Sa’id bin Jubair menjelaskan bahwa fi sabilillah dalam ayat ini
adalah dalam rangka taat kepada Allah.
Maka, zakat termasuk infaq fi sabilillah dalam ayat ini. Sedekah juga termasuk infaq fi sabilillah dalam
ayat ini. Demikian pula menyantuni anak yatim, infak kemanusiaan, membantu korban pandemi Covid-
19, dan lain-lain.
Sedekah yang bagaimana yang bisa mendapatkan pahala 700 kali lipat? Buya Hamka menjelaskan,
yakni sedekah yang ikhlas, bukan riya’.
“Orang yang ikhlas itu menerima keuntungan dunia dan akhirat, berlipat ganda, sehingga tidak sepadan
besar pahala yang ia terima dengan pengorbanan yang ia keluarkan,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al
Azhar. “Sehingga timbul sesal mengapa sebegitu aku berikan dahulu, padahal aku sanggup lebih.”
Baca juga: Mengapa Orang Mati Ingin Hidup Lagi untuk Sedekah
Sedekah seperti apa yang mendapatkan pahala 700 kali lipat itu? Sayyid Qutb menjelaskan dalam Tafsir
Fi Zhilalil Qur’an, “Itu adalah infak yang mengangkat derajat manusia dan tidak mengotorinya. Infak yang
tidak menodai kehormatan dan tidak mengotori perasaan. Infak yang bersumber dari hati yang rela dan
suci, yang hanya bertujuan mencari ridha Allah semata.” [LAZ Ummul Quro]
” Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah
kepadamu. “(HR Muslim).
Dengan kita banyak bersekah Allah akan melipat gandakan harta kita dari arah mana saja yang
tidak pernah kita sangka-sangka.
“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir, seratus biji Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(QS Al-Baqarah 2:261)
Rasulullah Saw bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan
(sedekah) sebutir kurma.” (Mutafaq’alaih)
5. Tahu gak?, kalau kita banyak bersedah kita akan dilindungi oleh harta yang kita sedekahkan
saat hari kiamat nanti.
Rasulullah bersabda:
“Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya ” (HR Ahmad).
6. Bersekah kita akan terhindar dari segala macam penyakit jasmani dan
rohani
Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan
bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana.” (HR Ath-
Thabrani).
7. Bersedekah juga bisa terhindar dari berbagai macam penyakit “hati”
Sebagaimana sabda Nabi kepada orang yang mengeluhkan kekerasaan hatinya kepada
beliau: ”Jika kamu hendak melembutkan hatimu, maka berilah makan orang miskin dan
usaplah kepala anak yatim.”(HR Ahmad).
Rasulullah Saw juga pernah bersabda bahwa sedekah dari seorang Muslim meningkatkan
(hartanya) dimasa kehidupannya meringankan kepedihan saat mautnya, dan Allah
hilangkan perasaan sombong dan egois dari dirinya. (Fiqhus- Sunnah vol. 3, hal 97).
8. Allah akan mencegah segala macan bencana dan musibah dengan sedekah
Sedekah menolak berbagai bentuk musibah bagi siapapun, sekalipun mereka dari
golongan orang zhalim, bahkan kafir sekalipun.
Rasulullah Saw bersabda’. “Sedekah dapat menyelamatkan manusia dari kematian yang
buruk.” (Al Wasail 6: 267, hadis ke 4).
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. 3:92).
Nabi Saw bersabda: “Tidak ada hari yang disambut oleh para hamba melainkan di sana
ada dua malaikat yang turun salah satunya berkata ‘ya Allah, berikanlah ganti kepada
orang-orang yang berinfaq’ sedangkan (malaikat) yang lainnya berkata ’ya Allah,
berikanlah kehancuran kepada orang-orang yang menahan (hartanya)’,”(HR Bukhari-
Muslim).
11. Orang yang gemar bersedekah akan mendapatkan keberkahan jiwa dan
hartanya.
Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya (QS Saba
34: 39).
Dan jika disedekahkan, maka tidak berkurang karena Allah akan menggantinya.
Sebagaimana dalam firman-Nya: “…Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS.3 :92)
13. Pahala orang yang bersedekah akan dilipat gandakan oleh Allah SWT
14. Allah akan membukakan pintu Surga dari berbagai arah bagi orang yang
gemar bersedekah
15. Ketenangan hati dan kenyaman akan kita peroleh dengan sedekah
Setiap kali bersedekah, makin menguat kebahagiaan dan makin besar kesenangan
Allah Ta’ala berfirman :”Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah
orang-orang yang beruntung (QS. 59: 9)
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR Tirmidzi,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
17. Kita hanya boleh iri kepada orang kaya yang gemar berinfak dan sedekah
Rasulullah bersabda:
“Tidak boleh hasad (iri hati) kecuali (kepada) dua orang. (Yaitu) seorang yang diberikan
Al-Qur’an oleh Allah, lalu ia mengamalkannya siang dan malam. Dan seorang yang
dikaruniakan (kekayaan) harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya di (jalan) kebenaran
siang dan malam.”
18. Hamba yang sudah merelahkan harta dan jiwa untuk Agama dan sesam
maka dia sudag menepati janjinya kepada Allah.
Allah berfirman:
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang-mu’min, diri dan harta mereka
dengan memberikan surqa untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu
mereka membunuh/terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam
Taurat, lnjil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada
Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangah yang besar.(QS 9:111)
Nabi berwasiat kepada para pedagang: ‘Wahai para pedagang, sesungguhnya (pada)
perdagangan ini terjadi kealphaan dan sumpah, maka campurilah dengan sedekah.”(HR.
Ahmad).
Allah berflrman:
“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka,dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka…” (QS At-Taubah:103).
20. Bersedekah untuk janda dan orang miskin bagaikan orang yang sholat malam dan puasa
tanpa putus
Rasulullah bersabda,
”orang yang mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat
berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tidak merasa lelah dan ia juga
ibarat orang berpuasa yang tidak pernah berbuka.” (HR Bukhari)
Pada dasarnya, segala bentuk ibadah akan menghasilkan pahala bagi siapa saja yang
menjalankannya. Tak terkecuali, sedekah. Sedekah merupakan salah satu bentuk ibadah yang
dicintai oleh Allah. Selain melipatgandakan rezeki orang yang memberi, ibadah ini juga membuka
rezeki untuk orang lain.
Untuk bisa lebih memahami maknanya, alangkah baiknya jika kita mengetahui sejarah
sedekah,mulai dari dalil-dalilnya di Alquran dan hadis, kisah-kisah sedekah pada zaman nabi,
fenomenanya di zaman sekarang, hingga apa-apa saja yang bisa termasuk sedekah untuk akhirat.
Ayat-Ayat Alquran dan Hadis tentang Sedekah
Dasar utama diperintahkannya sedekah bersumber dari Alquran dan Hadis. Berikut ini adalah
beberapa ayat dan dalil hadis yang mengupas tentang sedekah.
Al-Baqarah: 215
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: ‘Apa saja harta yang
kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.’ Dan apa saja kebajikan yang kamu
buat, maka sesungguhnya Allah maha mengetahui.”
Al-Munafiqun: 10
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian
kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah
dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”
Muslim
“Apabila anak Adam wafat maka putuslah amalnya kecuali tiga hal yaitu sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak yang saleh.”
Bukhari
“Orang yang ngusahakan bantuan kepada janda dan orang miskin maka ia ibarat sedang berjihad di
jalan Allah dan ibarat orang salat malam. Ia tidak merasa lelah dan ia juga ibarat orang yang
berpuasa yang tidak pernah berbuka.”
Sejarah Sedekah dari Zaman ke Zaman
Tak hanya materi, sedekah memiliki cakupan yang luas. Bentuk sedekah juga bisa berupa
nonmateri, seperti membantu orang lain, berbicara dengan baik, berlaku adil kepada orang yang
berselisih, hingga melangkah ke tempat ibadah. Nah, berikut ini kisah tentang perjalanan sedekah
yang telah dilakukan umat muslim mulai dari zaman nabi hingga sekarang.
Abu Musa lantas berkata kepada anaknya, “Apakah kalian masih ingat kisah seorang
lelaki dan sepotong roti?” ucap Abu Musa dengan suara lirih.
Mendengar suara ayahnya yang kian memelan, anak-anaknya mulai merapat
mendekatinya untuk mendengarkan kisah, yang mungkin adalah kisah terakhir yang
akan keluar dari mulut ayah mereka.
Abu Musa pun melanjutkan ceritanya, “Suatu hari, tinggallah seorang lelaki yang
saleh. Setiap hari ia selalu menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah. Dia
melakukan hal ini selama 70 tahun.”
“Akan tetapi, suatu hari setan berhasil menggodanya dengan menghadirkan wanita
cantik yang sangat memikat,” beliau melanjutkan.
“Lelaki saleh ini pun lalai, dan selama tujuh hari tujuh malam, ia menghabiskan waktu
dengan wanita cantik ini dan melakukan berbagai macam dosa-dosa besar. Setelah
tujuh hari, lelaki saleh ini sadar akan kesalahannya dan meninggalkan wanita cantik
tersebut. Dalam setiap langkah, bibir dan hatinya tak pernah berhenti berzikir dan
beristighfar memohon ampun kepada Allah atas apa yang telah ia perbuat,” jelas Abu
Musa kepada anak-anaknya.
“Hingga tibalah malam, sementara ia belum sampai juga ke tempat yang dituju.
Akhirnya, ia mencari perlindungan di sebuah tempat di mana terdapat 12 orang
pengemis. Saking kelelahannya, dia berbaring di antara mereka,” jelas Abu Musa.
“Kebetulan setiap malam, seorang dermawan di kota rutin mengirimkan 12 potong roti
untuk 12 pengemis yang ada di sana. Karena dikira salah satu pengemis, si lelaki itu
menerima sepotong roti, sedangkan satu pengemis yang biasa menerima roti itu tak
dapat bagian.”
“Iba melihat pengemis yang kelaparan, si lelaki itu pun rela memberikan rotinya
kepada pengemis yang tidak kebagian jatah walaupun sejatinya ia sendiri sangat lelah
dan kelaparan. Keesokan harinya, si lelaki itu meninggal karena kedinginan dan
kelaparan.”
“Para malaikat kemudian menimbang amal perbuatan lelaki itu selama hidup. Para
malaikat mendapati bahwa amal ibadahnya selama 70 tahun sebanding dengan dosa
akibat maksiat besar selama 7 hari 7 malam dengan wanita.”
“Kemudian, para malaikat mendapati bahwa si lelaki di akhir hayatnya pernah dengan
ikhlas, rela berkorban, dan penuh kasih sayang memberikan sepotong roti kepada
pengemis yang kelaparan. Pahala sedekah sepotong roti itulah yang akhirnya membuat
timbangan amal kebaikannya lebih berat, sehingga lelaki itu pun masuk surga.”
Para Sahabat KESAN yang budiman, setidaknya ada tiga pelajaran yang dapat dipetik
dari kisah di atas:
1. Kita harus berupaya menjauhi dosa besar (e.g., menyekutukan Allah, durhaka
kepada orang tua, membunuh, berzina, dsb.) yang dapat dengan mudah dan cepat
“melahap” amal baik kita.
2. Jika kita berbuat dosa (baik besar maupun kecil), janganlah kita lalu berputus asa
dari rahmat Allah dan berpikir bahwa kita tidak akan diampuni. Namun, bersegeralah
bertaubat dan melakukan (berbagai) perbuatan baik untuk menghapus dosa tersebut:
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
َ ت َوأَ ْت ِب ِع ال َّس ِّي َئ َة ْال َح َس َن َة َت ْم ُح َها َو َخال ِِق ال َّن
اس ِب ُخلُ ٍق َح َس ٍن َ ا َّت ِق هَّللا َ َحي ُْث َما ُك ْن
Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutilah setiap
perbuatan buruk (dosa) dengan perbuatan baik yang dapat menghapuskannya, serta
pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik (HR. Tirmidzi no. 1987).
3. Perbuatan yang mungkin dianggap remeh atau kecil seperti sedekah sepotong roti
(atau sepiring nasi) kepada orang yang kelaparan bisa jadi adalah pahala yang
mengantarkan kita ke surga.
Sahabat KESAN yang budiman, jika Sahabat saat ini memiliki kelebihan rezeki,
semoga Sahabat berkenan menyumbangkan sebagian rezeki tersebut untuk membeli
alat rapid test untuk pesantren, yang saat ini berpotensi menjadi kluster baru
penyebaran covid-19. Semoga sedekah dari Sahabat bisa turut membantu melindungi
para santri dan pengasuh pesantren dari ancaman covid-19.
Berapa pun sedekah/infak dari Sahabat insyaAllah akan bermanfaat. Dan tidak ada
sedekah yang terlalu kecil sebab Allah sendiri yang akan membesarkannya (HR.
Bukhari no. 7430). Jika berkenan, Sahabat bisa bersedekah lewat link ini.
Kami semua di KESAN mendoakan semoga amal baik dan sedekah Sahabat KESAN
dapat menjadi pemberat timbangan amal kebaikan Sahabat dan mengantarkan Sahabat
ke surga kelak, sebagaimana kisah lelaki dan sepotong roti tadi. Aamiin.
Referensi: Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, riwayat Abu Burdah dengan sanad yang
jayyid (baik).
###
*Bagi Sahabat KESAN yang ingin membantu pesantren terbebas dari virus Covid-19,
Sahabat bisa ikut berinfak melalui KESAN dengan klik link ini. Infak yang terkumpul
akan digunakan untuk membeli alat rapid test dan disalurkan kepada pesantren-
pesantren yang membutuhkan. Tidak ada infak yang terlalu kecil, berapa pun
insyaAllah bermanfaat.
**Jika artikel di aplikasi KESAN dirasa bermanfaat, jangan lupa share ya. Semoga
dapat menjadi amal jariyah bagi kita semua. Aamiin. Download atau update aplikasi
KESAN di Android dan di iOS. Gratis, lengkap, dan bebas iklan.
Bagikan artikel ini
Berita terkait
Kronologi, Jakarta – Kisah ini berasal dari tanah Arab, ia tergolong sahabat langsung dari
Rasulullah. Ia dikenal sebagai sahabat yang dipercaya Rasul. sahabat, dan juga khalifah.
Abu Musa al-Asyari namanya, saat ajaran Islam telah menyebar di tanah Arab. Rasul
mengamanahkan Abu Musa al-Asyari menjadi penguasa di Yaman. Ia lama memerintah di
Yaman dan sangat dicintai masyarakat.
Saat Rasulullah wafat, Abu Musa al-Asyari dipanggil kembali ke Madinah dan bergabung
dengan tentara muslimin melawan kekaisaran Romawi dan Persia. Kala itu, kedua imperium
besar ini belum ditaklukkan umat Islam.
Kala Umar bin Khattab memangku jabatan Khalifah, Abu Musa al-Asyari dipercaya untuk
menjadi gebernur di Bashrah. Sepeninggal Umar, Abu Musa al-Asyari lantas dipercaya
Khalifah Utsman bin Affan menjadi gebernur di Kufah.
Sifatnya yang baik dan terkenal rajin beribadah, membuat para khalifah mempercayakan
amanah yang besar kepada Abu Musa al-Asyari. Saat menjadi gebernur di Kufah, ia
beribadah tujuh tahun tanpa henti, ia tak pernah sekalipun meninggalkan ibadah di jalan
Allah SWT.
Hingga suatu hari, Ia diuji oleh Allah dengan datang seorang wanita cantik. Wanita ini
berhasil menggoda Abu Musa al-Asyari dan melakukan hubungan perzinahan selama tujuh
hari.
Selang beberapa saat Abu Musa al-Asyari kemudian tersadar akan perbuatannya. Ia lantas
pergi meninggalkan si wanita dan bertaubat kepada Allah SWT. Ia malu dengan
kelakuannya dan memutuskan untuk mengembara.
Saat itu Abu Musa al-Asyari mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Setiap tempat
yang ia singgahi, Abu Musa al-Asyari selalu sholat, sujud, zikir, dan ibadah lainnya tak
pernah ditinggalkannya.
Kemudian, Ia sampai ke sebuah rumah yang sederhana yang di dalamnya tinggal dua belas
orang. Setelah meminta izin kepada pemilik rumah. Tubuh Abu Musa al-Asyari yang lelah
dan letih kemudian tertidur.
Tak jauh dari rumah ini, hidup seorang yang terkenal akan kedermawanannya. Setiap
malam ia selalu membagi roti kepada warga yang ada di kampung itu. Ia membagikan roti
dengan adil kepada setiap warga.
Tiba malam hari, Abu Musa al-Asyari juga turut mendapat sepotong roti karena dianggap
sebagai penghuni rumah. Namun salah satu anggota rumah itu tidak mendapat roti. Ia pun
lantas menanyakan kepada si dermawan tadi, yang langsung dijawab si dermawan kalau
roti yang sudah habis.
Abu Musa al-Asyari yang mendengar percakapan itu kemudian memberi sepotong roti
kepada salah satu anggota rumah tersebut. Ia merasa roti tersebut bukan haknya meskipun
perutnya diserang rasa lapar yang luar biasa.
Keesokan harinya, Abu Musa al-Asyari ditemukan meninggal. Dihadapan Allah, amal
kebaikannya selama tujuh puluh tahun ditimbang, kemudian amal keburukannya yang
pernah ia kerjakan selama tujuh hari juga ditimbang. Hasilnya amal keburukannya lebih
banyak ketimbang amal kebaikannya.
Akan tetapi, Abu Musa al-Asyari yang berbuat amal sebelum meninggal dengan
memberikan sepotong roti kepada fakir miskin membuat amal kebaikannya kemudian
mengalahkan amal keburukannya.
Itulah cerita pezina yang bertaubat kemudian bersedekah sepotong roti membuat ia masuk
surga. Rasul pernah bersabda, “Satu dirham bisa mengalahkan 100 ribu dirham.” Para
sahabat bertanya, “Bagaimana bisa demikian?” “Ada orang yang memiliki dua dirham,
kemudian dia sedekahkan satu dirham. Sementara itu ada orang yang memiliki banyak
harta, kemudian dia mengambil seratus ribu dirham untuk sedekah.” (HR an-Nasai).
Abu Hurairah pernah bertanya kepada Rasul, tentang sedekah apa yang paling terbaik.
Kemudian Rasul bersabda, “Kesungguhan seorang muqil, dan mulailah dengan orang yang
menjadi tanggunganmu.” Muqil adalah orang yang sedikit hartanya, tetapi dia bersedekah
sesuai dengan kemampuannya.
Maka, Rasulullah SAW yang saat itu sedang duduk-duduk bersama para
sahabatnya di masjid menawarkan, “Siapakah di antara kalian yang mau
menjamu tamuku ini?” Berdirilah seorang sahabat Anshar dan berkata, “Aku, ya
Rasulullah.”
Sang suami menemani tamunya makan malam. Sang tamu menikmati bubur
yang disiapkan sahabat Anshar. Tamu Rasulullah itu tampak merasa bahagia
makan malam ditemani sang tuan rumah. Sahabat tersebut juga bahagia dapat
menjamu tamu dengan baik.
Setelah itu, sang tamu kembali ke masjid, bergabung kembali bersama para
sahabat yang lain. Dia tidak mengetahui semalam tuan rumah hanya menyendok
semangkok air putih yang sengaja dituang istrinya ke dalam mangkok suaminya.
“Tadi malam, Allah SWT tertawa dan merasa kagum dengan perbuatan kalian
berdua. Lalu Allah SWT menurunkan ayat dalam Surah Al-Hasyr: 9, “…dan
mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri.
Sekalipun mereka sangat membutuhkan (atas apa yang mereka berikan). Dan
siapa yang dipelihara dari sifat kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang
beruntung.” (HR Bukhari nomor 3798, dari Abu Hurairah).
Bisa jadi, peristiwa itu tidak akan ditemui lagi pada zaman sekarang, di tengah
kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat. Hal yang menarik dari
peristiwa itu, betapa keimanan memancar meski hanya dari semangkok bubur
yang dihidangkan.
Suami istri ini tahu betul sabda Rasulullah, “Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata
yang baik-baik saja atau diam sama sekali.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah).
Hampir semua ulama sepakat, iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Bertambahnya iman disebabkan banyaknya amal saleh yang dikerjakan
seseorang. Sebaliknya, keimanan seseorang bisa berkurang manakala ia banyak
berbuat dosa dan maksiat.
Maka, Rasulullah SAW yang saat itu sedang duduk-duduk bersama para
sahabatnya di masjid menawarkan, “Siapakah di antara kalian yang mau
menjamu tamuku ini?” Berdirilah seorang sahabat Anshar dan berkata, “Aku, ya
Rasulullah.”
Sang suami menemani tamunya makan malam. Sang tamu menikmati bubur
yang disiapkan sahabat Anshar. Tamu Rasulullah itu tampak merasa bahagia
makan malam ditemani sang tuan rumah. Sahabat tersebut juga bahagia dapat
menjamu tamu dengan baik.
Setelah itu, sang tamu kembali ke masjid, bergabung kembali bersama para
sahabat yang lain. Dia tidak mengetahui semalam tuan rumah hanya menyendok
semangkok air putih yang sengaja dituang istrinya ke dalam mangkok suaminya.
“Tadi malam, Allah SWT tertawa dan merasa kagum dengan perbuatan kalian
berdua. Lalu Allah SWT menurunkan ayat dalam Surah Al-Hasyr: 9, “…dan
mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri.
Sekalipun mereka sangat membutuhkan (atas apa yang mereka berikan). Dan
siapa yang dipelihara dari sifat kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang
beruntung.” (HR Bukhari nomor 3798, dari Abu Hurairah).
Bisa jadi, peristiwa itu tidak akan ditemui lagi pada zaman sekarang, di tengah
kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat. Hal yang menarik dari
peristiwa itu, betapa keimanan memancar meski hanya dari semangkok bubur
yang dihidangkan.
Suami istri ini tahu betul sabda Rasulullah, “Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata
yang baik-baik saja atau diam sama sekali.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah).
Hampir semua ulama sepakat, iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Bertambahnya iman disebabkan banyaknya amal saleh yang dikerjakan
seseorang. Sebaliknya, keimanan seseorang bisa berkurang manakala ia banyak
berbuat dosa dan maksiat.
Maka, Rasulullah SAW yang saat itu sedang duduk-duduk bersama para
sahabatnya di masjid menawarkan, “Siapakah di antara kalian yang mau
menjamu tamuku ini?” Berdirilah seorang sahabat Anshar dan berkata, “Aku, ya
Rasulullah.”
Sang suami menemani tamunya makan malam. Sang tamu menikmati bubur
yang disiapkan sahabat Anshar. Tamu Rasulullah itu tampak merasa bahagia
makan malam ditemani sang tuan rumah. Sahabat tersebut juga bahagia dapat
menjamu tamu dengan baik.
Setelah itu, sang tamu kembali ke masjid, bergabung kembali bersama para
sahabat yang lain. Dia tidak mengetahui semalam tuan rumah hanya menyendok
semangkok air putih yang sengaja dituang istrinya ke dalam mangkok suaminya.
“Tadi malam, Allah SWT tertawa dan merasa kagum dengan perbuatan kalian
berdua. Lalu Allah SWT menurunkan ayat dalam Surah Al-Hasyr: 9, “…dan
mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri.
Sekalipun mereka sangat membutuhkan (atas apa yang mereka berikan). Dan
siapa yang dipelihara dari sifat kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang
beruntung.” (HR Bukhari nomor 3798, dari Abu Hurairah).
Bisa jadi, peristiwa itu tidak akan ditemui lagi pada zaman sekarang, di tengah
kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat. Hal yang menarik dari
peristiwa itu, betapa keimanan memancar meski hanya dari semangkok bubur
yang dihidangkan.
Suami istri ini tahu betul sabda Rasulullah, “Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata
yang baik-baik saja atau diam sama sekali.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah).
Hampir semua ulama sepakat, iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Bertambahnya iman disebabkan banyaknya amal saleh yang dikerjakan
seseorang. Sebaliknya, keimanan seseorang bisa berkurang manakala ia banyak
berbuat dosa dan maksiat.
Terdapat kisah pada zaman Rasulullah SAW, tentang memuliakan seorang tamu. Pada masa itu, ada
seorang istri yang mengeluh pada Rasulullah karena suaminya selalu membawa dan menerima tamu ke
rumahnya. Semakin banyaknya tamu yang datang, maka perempuan itu semakin banyak menjamu.
Seperti menyiapkan makanan, minuman sehingga dia menjadi lelah. Namun seorang istri itu keluar tanpa
mendapat jawaban apapun dari Rasulullah. Selang beberapa waktu Rasulullah pun mengunjungi rumah
perempuan itu. Namun tak seperti tamu lainnya, ketika Rasulullah yang bertamu, suami dan khususnya
istri tersebut sangat bahagia karena berharap mendapatkan berkah ketika menjamu seorang kekasih
Allah. Setelah sebentar mengunjungi mereka, lalu Rasulullah pun keluar rumah, kemudian bersabda; قال
" *للزوج عندما أخرج من بيتك دع زوجتك تنظر إلى الباب الذي أخرج منهKetika aku akan keluar nanti dari rumahmu, panggil
istrimu dan perintahkan dia untuk melihat ke pintu tempat aku keluar." Seperti petunjuk yang diarahkan
Rasulullah, istri itu pun keluar rumah. Namun, betapa terkejutnya dia ketika melihat binatang-binatang
menjijikan. Bukan hanya diperlihatkan, namun perempuan itu juga diikuti oleh hewan-hewan ini. Seperti
kalajengking, ulat dan lainnya. Ustadz M. Najmi Fathoni pun berpendapat, jika akhlak orang yang
bertamu itu paling utama. Sebab dengan bertamu akan memperkuat silaturahmi bersama saudara dan
sahabat. "Akhlak dengan niat silaturahmi dapat memperpanjang usia, memperluas rezeki," katanya
ketika dihubungi Okezone, Senin (8/19). Ustadz Najmi menambahkan, dengan menjamu tamu dengan
berbagai makanan maka tuan rumah akan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Salah satunya
adalah tolak bala, dijauhkan dari segala musibah di kemudian hari. "Kita tidak akan tahu kehidupan ke
depan bukan? Dengan silaturahmi Insya Allah akan menjadi tolak bala," ujarnya Selain yang dicontohkan
dalam kisah di atas, Rasullah bersabda ketika sahabat bertanya tentang keberkahan menerima tamu" *
ويرتحل بذنوب أهل البيت:، الضيف ينزل برزقه:" قالTamu akan menyebabkan turunnya rezeki untuk pemilik rumah
dan menghapus dosa-dosa penghuni rumah." Lalu dosa atau kesulitan apa yang akan didapat ketika
menolak seorang tamu? كل بيت ال يدخل فيه الضيف ال تدخله المالئكة: وقال صلى هللا عليه وسلم. Dengarkan Murrotal Al-
Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Allah telah memerintahkan hamba-Nya untuk bersedekah. Hal ini tercantum dalam Alquran surat Al-
Baqarah ayat 195 yang artinya “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Bagi sebagian orang, sedekah dapat mengurangi kekayaannya. Padahal, Allah berjanji akan
memberikan berkah kepada siapa saja yang bersedekah di jalan-Nya. Oleh sebab itu, barang siapa
yang bersedekah ikhlas karena Allah, maka akan dibukakan pintu rezeki dan jalan ke surga. Jadi
mulai sekarang, jangan takut miskin jika akan bersedekah, ya.
Nah, berikut ini adalah 4 kisah perintah sedekah dari nabi ke nabi yang bisa Anda jadikan pelajaran.
1. Perintah Sedekah Nabi Adam Kepada Kedua Putranya, Qabil dan Habil
Bermula ketika Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi dan akhirnya Hawa bersedia untuk melahirkan
anak-anak Adam yang kelak menjadi benih manusia pertama di dunia. Kala itu, Hawa melahirkan
anak kembar sebanyak dua pasang. Pasangan kembar pertama bernama Qabil dan adik
perempuannya yang bernama Iqlima. Lalu, kembar ke dua bernama Habil dan adik perempuannya
yang bernama Lubuda.
Singkat cerita, ketika kedua pasangan bersaudara itu tumbuh remaja, Allah memberikan ilham dan
petunjuk kepada Nabi Adam untuk menikahkan ke dua putranya dengan ke dua putrinya agar
menjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin secara bebas di antara mereka.
Akhirnya, Nabi Adam memutuskan untuk menikahkan Qabil dengan Lubuda, sedangkan Habil
menikah dengan Iqlima. Tanpa diduga, Qabil menolak rencana sang ayah karena Qabil tidak mau
menikahi Lubuda yang buruk dan tidak secantik Iqlima.
Karena Qabil tetap bersikeras menolak pernikahan tersebut, Nabi Adam memerintahkan ke dua
anak laki-lakinya itu untuk bersedekah kepada Allah agar mengetahui siapakah yang lebih diridai
Allah untuk menikahi Iqlima. Sebagai jawabannya, Allah menyambar kambing milik Habil dengan api
besar yang turun dari langit.
Dari kisah di atas, bahwasannya Allah hanya menerima sedekah dari hambanya yang ikhlas tanpa
dicampuri dengan perasaan dengki, riya, dan takabur.
3. Kisah Nabi Daud dan Nabi Sulaiman yang Berlaku Adil terhadap Dua Orang yang Berseteru
Suatu hari, ada dua orang ibu yang masing-masing membawa bayinya ke padang rumput. Namun,
salah satu bayi di antaranya diterkam oleh serigala. Maka, tinggallah seorang bayi yang akhirnya
bayi ini membuat kedua ibu itu bertengkar dan berselisih.
Untuk menyelesaikan permasalahan, kedua ibu tersebut menghadap raja yang tak lain adalah Nabi
Daud. Namun, di tengah perjalanan, Nabi Daud mengalami kesulitan menangani dua ibu yang keras
kepala itu dan akhirnya Nabi Sulaiman mencoba menengahkan.
Nabi Sulaiman memutuskan untuk membelah sang bayi dengan sebilah pedang, agar masing-
masing ibu mendapatkan dua belah sama rata. Saat nabi Sulaiman hendak mengayunkan
pedangnya, ibu muda berteriak “Tidak, jangan, kau akan membunuhnya. Berikan saja bayi itu
padanya”.
Akting Nabi Sulaiman pun berakhir dan menyerahkan sang bayi kepada ibu yang lebih muda.
Menurut beliau, seorang ibu lebih rela memberikan bayinya kepada orang lain asalkan anaknya
tetap hidup. Itulah naluri ibu yang sedang diuji oleh Nabi Sulaiman.
Kisah tersebut mengajarkan kepada kita untuk berlaku adil terhadap dua orang yang bersengketa.
Seperti sabda Rasulullah: “Berlaku adil antar dua orang adalah sedekah.” (Muttafaq Alaih).
Suatu ketika, setelah selesai menjalani ritual ibadah haji, Abdurrahman Abdullah ibn Al Mubarak
beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua Malaikat yang turun dari langit, dan
mendengar percakapan keduanya.
"Berapa orang yang datang tahun ini untuk berhaji ?" tanya salah satu malaikat kepada malaikat
lainnya.
"Tidak satupun."
"Apa ?" ia menangis dalam mimpinya. "Semua orang - orang ini telah datang dari belahan bumi yang
jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang
pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia ?" Fikirnya.
"Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, akan tetapi ibadah
hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh ibadah haji mereka diterima
oleh Allah"
Mendengar ucapan itu, Abdullah Al Mubarak pun langsung terbangun dari tidurnya. Sepulang haji, ia
tak langsung pulang menuju rumah, akan tetapi langsung menuju kota Damaskus, Syiria. Hatinya
terus bergetar dan bertanya-tanya.
Sesampai di sana, ia langsung mencari sang tukang sol sepatu yang disebut malaikat dalam
mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ia tanya, apakah ada tukang sol sepatu yang bernama Ali
bin Al Muwaffaq.
"Ada, di tepi kota," jawab salah seorang tukang sol sepatu sambil menunjuk arahnya.
Sampai di sana ia mendapati seorang tukang sol sepatu yang berpakaian amat lusuh, "Benarkah anda
bernama Ali bin Al Muwaffaq?" tanya ibn al Mubarak.
"Saya hendak tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan
pahala haji mabrur, padahal anda tidak berangkat haji."
Maka Ali bin Al Muwaffaq pun bercerita, "Sejak puluhan tahun yang lalu. Setiap hari saya
menyisihkan uang dari hasil kerja saya sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya
kumpulkan, hingga akhirnya pada tahun ini, saya memiliki 350 dirham, cukup untuk saya berhaji,
saya sudah siap berhaji"
"Ketika itu, Istri saya hamil, dan mengidam. Waktu saya hendak berangkat, saat itu dia ngidam
berat."
"Iya, sayang."
"Cobalah kau cari, siapakah yang masak sehingga baunya begitu nikmat. Mintalah sedikit untukku."
Pintanya.
"Kemudian sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir
runtuh. Disitu ada seorang janda dan enam anaknya. Saya mengatakan kepadanya bahwa istri saya
ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya
mengulangi perkataan saya" Ungkap Ali bin Al Muwaffaq
"Makanan itu tidak dijual, Tuan," katanya sambil berlinang air mata.
"Kenapa?"
Sambil menangis, janda itu menjawab, "Daging ini halal untuk kami dan haram untuk Tuan."
Dalam hati Ali bin Al Muwaffaq bertanya "Bagaimana mungkin ada makanan yang halal untuk dia,
tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim ?" Karena itu saya mendesaknya lagi
"Kenapa?"
"Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Di rumah sama sekali tak ada makanan. Hari ini kami
melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk kami masak, dan kami makan"
Dengan sesenggukan janda itu menjelaskan.
Mendengar ucapan tersebut, saya menangis, kemudian kembali pulang. Aku ceritakan perihal
kejadian itu pada istriku, iapun menangis. Hingga akhirnya, kami memasak makanan dan mendatangi
rumah janda tersebut.
Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka. "Pakailah uang ini
untukmu sekeluarga. Gunakanlah untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi"
Mendengar cerita tersebut, Abdullah Al Mubarak pun tak bisa menahan air matanya, ternyata inilah
amalan yang dilakukan oleh Sa'id Ibn Muhafah sehingga Allah menerima amalan hajinya meskipun
dirinya tidak berkesempatan menunaikan ibadah haji.
Perihnya menahan lapar. Tidak sempurna iman seorang jika dirinya tidur dalam keadaan kenyang
namun tetangga ya di sekitarnya menahan lapar karena tidak ada yang mau di makan
Dikutip dari Kitab Risalah Nawadirul Hikayah karya Ahmad Syihabuddin bin Salamah
Al Qulyubi, suatu masa Aisyah RA membebaskan seorang budak wanita karena merasa
kasihan. Meski sudah dibebaskan, budak tersebut ikut ke rumah Aisyah.
Tiba-tiba Malaikat Jibril mendatangi rumah tersebut dan menyampaikan kepada Rasulullah
SAW.
"Wahai Muhammad, keluarkanlah budak itu dari rumahmu! Karena sesungguhnya dia
adalah ahli neraka," kata Jibril.
Rasulullah dengan berhati-hati menyampaikan kata Jibril tersebut ke Aisyah. Dia terkejut
dengan omongan Rasulullah, sebab Aisyah mengaku membebaskan budak wanita itu
karena iba tanpa mengetahui penyebab budak itu dilabeli ahli neraka.
Dia pun menuruti permintaan Rasulullah dan melepaskan budak tersebut pergi. Namun dia
juga membekali budak itu dengan beberapa kurma untuk bekal di perjalanan.
Budak itu pergi berurai airmata. Di perjalanan, dia merasa kelaparan dan kelelahan. Kurma
pemberian Aisyah pun dimakan. Namun baru makan satu buah, datang pengemis faqir
meminta kurma itu karena belum makan.
Iba melihat pengemis tersebut, budak itu ikhlas memberikan semua kurma yang tersisa
meski rasa lapar masih bersarang di perutnya.
Tak lama, Jibril kembali ke rumah Nabi Muhammad SAW. Jibril membawa perintah ke
Rasulullah mengambil kembali budak wanita itu untuk tinggal di rumahnya. Sedekah telah
mengantar budak wanita ahli neraka itu menuju surga.
Wa-anfiquu fii sabiili allaahi walaa tulquu bi-aydiikum ilaa alttahlukati wa-ahsinuu inna
allaaha yuhibbu almuhsiniina
"Dan berikanlah infak di jalan Allah dan janganlah engkau menjatuhkan dirimu ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang yang berbuat
baik."
Diriwayatkan suatu hari ada seorang pengemis mengetuk pintu rumah Rasulullah
Shollolloohu 'Alaihi Wasallam. Pengemis itu berkata: "Saya pengemis ingin meminta sedekah
dari Rasulullah." Lalu Rasulullah bersabda: "Wahai Aisyah berikan baju itu kepada pengemis
itu”.
Sayyidah Aisyah pun melaksanakan perintah Nabi. Dengan hati yang sangat gembira,
pengemis itu menerima pemberian beliau, dan langsung pergi ke pasar serta berseru di
keramaian orang di pasar:
"Siapa yang mau membeli baju Rasulullah?”. Maka dengan cepat berkumpullah orang-
orang, dan semua ingin membelinya. Kemudian ada seseorang kaya namun buta yang
mendengar seruan tersebut, lalu menyuruh budaknya agar membelinya dengan harga
berapapun yang diminta, dan ia berkata kepada budaknya : “Jika kamu berhasil
mendapatkannya, maka kamu merdeka”.
Akhirnya budak itupun berhasil mendapatkannya. Dan kemudian diserahkanlah baju itu
pada tuannya yang buta tadi. Alangkah gembiranya si buta tersebut, dengan memegang
baju Rasulullah itu, orang buta tersebut kemudian berdoa dan berkata :
“Yaa Rabb dengan hak Rasulullah dan berkat baju yg suci ini, kembalikanlah pandanganku".
Kemudian Masyaa Allah dengan izin Allah, spontan orang tersebut dapat melihat kembali.
Keesokan harinya, ia pun pergi menghadap Rasulullah dengan penuh gembira dan berkata:
"Wahai Rasulullah, pandanganku sudah kembali dan aku kembalikan baju anda sebagai
hadiah dariku". Sebelumnya orang itu menceritakan kejadiannya sehingga Rasulullah pun
tertawa hingga tampak gigi gerahamnya, padahal biasanya Rasulullah jarang sekali tertawa.
Kemudian Rasulullah bersabda kepada Sayyidah Aisyah: "Perhatikanlah baju itu wahai
Aisyah, dengan izin dan berkah-Nya, ia telah mengkayakan orang yang miskin,
menyembuhkan yang buta, memerdekakan budak dan kembali lagi kepada kita”.
Al-Imam as-Suyuti menyebutkan dalam salah satu kitabnya bahwa pahala shadaqah itu ada
5 macam:
1. Satu dibalas sepuluh (1:10) yaitu bersedekah kepada orang yang sehat jasmani.
2. Satu dibalas sembilan puluh (1:90) yaitu bersedekah terhadap orang buta, orang cacat
atau tertimpa musibah, termasuk anak yatim dan piatu.
3. Satu dibalas sembilan ratus (1:900) yaitu bersedekah kepada kerabat yang sangat
membutuhkan.
4. Satu dibalas seratus ribu (1: 100.000) yaitu sedekah kepada kedua orangtua.
5. Satu dibalas sembilan ratus ribu (1 : 900.000) yaitu bersedekah kepada orang yg alim atau
ahli fiqih.
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/86059/kisah-dahsyatnya-keutamaan-sedekah-di-masa-nabi-
sulaiman
Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan ‘Abdullah bin Hubsyi Al
Khots’ami’, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah ditanya sedekah mana yang
paling afdhol (utama). Beliau menjawab, “Sedekah dari orang yang serba kekurangan.” (HR. An
Nasai no.2526)
Ia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol dibandingkan sahabat Rasul SAW lainnya. Ada suatu
kebiasaan unik darinya yaitu setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah ia selalu beritikaf di
pojok depan masjid.Dia mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah bersandaran atau
tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tidak mau terganggu oleh orang lain
dalam beribadah.Kebiasaan ini sudah dipahami oleh sahabat bahkan oleh Rasulullah Shalallahu
'alaihi wasallam, bahwa Sya’ban RA selalu berada di posisi tersebut termasuk saat sholat berjamaah.
Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam
mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di posisinya seperti biasa. Nabi pun bertanya kepada
jamaah yang hadir apakah ada yang melihat Sya’ban RA. Namun tidak seorangpun jamaah yang
melihat Sya’ban RA. Sholat subuhpun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban RA.
Namun yang ditunggu belum juga datang. Khawatir sholat subuh kesiangan, Nabi memutuskan untuk
segera melaksanakan sholat subuh berjamaah.Selesai sholat subuh, Nabi bertanya apa ada yang
mengetahui kabar dari Sya’ban RA..?
Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana
rumah Sya’ban RA.Nabi yang khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban RA meminta diantarkan ke
rumahnya.Perjalanan dengan jalan kaki cukup
lama ditempuh oleh Nabi dan rombongan sebelum sampai ke rumah yang dimaksud.
Rombongan Nabi sampai ke sana saat waktu afdol untuk sholat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan).
Sampai di depan rumah tersebut Nabi Shalallahu alaihi wasallam mengucapkan salam.Dan keluarlah
seorang wanita sambil membalas salam tersebut.
“Bolehkah kami menemui Sya’ban, yang tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid ?”
“Innalilahi wainna ilaihi roji'un. Masya Allah, satu-satunya penyebab dia tidak sholat subuh
berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya”.
Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rosul Shalallahu alaihi wasallam :
“Ya Rasulullah, ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia
berteriak tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat.
Lalu Nabi menjelaskan dari perkataan yg keluar dari lisan Sya’ban sebelum sakaratul maut.
Nabi pun melantunkan ayat Al Qur'an yang terdapat dalam surat Qaaf 50 ayat 22 :
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu
hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.“
Saat Sya’ban dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah
Subhanallah wa ta'ala. Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh
Allah.Apa yang dilihat oleh Sya’ban (dan orang yang sakratul maut) tidak bisa disaksikan oleh yang
lain.
Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi
pulang ke masjid untuk sholat berjamaah lima waktu.
Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula
Sya’ban RA diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke Masjid.
Dia melihat seperti apa bentuk surga ganjarannya. Saat melihat itu dia berucap:
Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang
didapatkan lebih banyak dan sorga yang didapatkan lebih indah.
Dalam penggalan berikutnya Sya’ban melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim
dingin. Saat ia membuka pintu berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang.
Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya.
Jadi dia memakai dua buah baju.Sya’ban sengaja memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan
yang jelek (butut) di luar.Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar.
Sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan sholat dengan baju yang lebih bagus. Dalam
perjalanan ke masjid dia menemukan seseorang yang terbaring kedinginan dalam kondisi
mengenaskan. Sya’ban pun iba, lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada
orang tersebut dan memapahnya untuk bersama-sama ke masjid melakukan sholat berjamaah.Orang
itupun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah. Sya’ban
pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang
tersebut.
Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban.Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya
mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia
memakaikan baju yang baru.
Berikutnya Sya’ban melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan
dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah
pengemis didepan pintu yg meminta diberi sedikit roti karenan sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi
makanan. Melihat hal tersebut Sya’ban merasa iba. Ia kemudian membagi 2 roti sama besar,
demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua. Kemudian mereka makan bersama-sama roti itu yang
sebelumnya dicelupkan susu dengan porsi yg sama.
Allah kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan surga yang indah.
Demi melihat itu diapun berteriak lagi: "Aduh kenapa tidak semua..?”
Sya’ban kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut
tentulah dia akan mendapat surga yang lebih indah.
Masya Allah , Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, tapi menyesali mengapa ia tidak optimal.
Sesungguhnya semua kita nanti pada saat sakaratul maut akan menyesal tentu dengan kadar yang
berbeda, bahkan ada yang meminta untuk ditunda matinya karena pada saat itu barulah terlihat
dengan jelas konsekuensi dari semua perbuatannya di dunia.
Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat
dimundurkan.Sering sekali kita mendengar ungkapan hadits berikut:
“Dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik dari pada dunia dan isinya.”
Mengapa demikian ? Karena apa yang dijanjikan Allah Subhanallah wa ta'ala itu tidak terlihat oleh
mata kita pada situasi normal.Mata kita tertutupi oleh suatu hijab.
Karena tidak terlihat, maka yang berperan adalah iman dan keyakinan bahwa janji Allah tidak pernah
meleset. Allah akan membuka hijab itu pada saatnya.
Kisah Sya’ban RA telah menginspirasi kita, bagaimana seharusnya menyikapi janji Allah
Subhanallah wa ta'ala .
Sudahkah kita semua berhitung siap menghadapi apa yang akan pasti kita hadapi yaitu sakaratul
maut, atau masih sibuk dengan urusan dunia yang pasti kita tinggalkan...?
Semoga kita semua selalu bisa mengoptimalkan kebaikan-kebaikan disetiap kesempatan. Aamiin...