Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AL-QUR’AN DAN HADITS


MUTLAQ DAN MUQAYYAD

Dosen pengampu:

AHMAD SIBAWAI,S.SY.,MH
Disusun oleh :

NAMA KELOMPOK 4 :

MELI HAMDANI

ABU BALAPIB

SURYATI FEBRIANI

FAKULTAS EKONOMI
PRODI EKONOMI ISLAM
KELAS EI-A1
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...……ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………….1

1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………………………...1


1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………..1
1.3 TUJUAN PENULISAN ………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………..2

2.1 PENGERTIAN MUTLAQ………………………………………………………….2


2.2 PENGERTIAN MUQAYYAD………………………………………………………..3
2.3 MACAM-MACAM MUTLAQ DAN MUQAYYAD…………………………..……3
2.4 MENGETAHUI HUKUM MUTLAQ DAN MUQAYYAD…………………...…. …5

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………...6

3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………………………….6


3.2 SARAN ……………………………………………………………………………….6

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….


…...7

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mataram,17 oktober 2021

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lafaz-lafaz dalam Al- Quran ada yang bermakna umum general. Ada yang bermakna
khusus spesifik. Kompetensi dasar menentukan mana yang general dan mana yang spesifik
sungguh dibutuhkan dalam tafsir Al- Quran. Mengingat Al- Quran adalah rujukan
yuresprudensi Islam, maka kompetensi dasar ini menjadi mutlak. Perbedaan menentukan
mutlaq dan muqoyyad kadang pula terjadi yang lalu menimbulkan perbedaan tafsir. Berbagai
pola bentuk mutlaq dan muqayyad ada dalam gramatika Al- Quran. Tentu saja mutlaq dan
muqayyad adalah salah satu aspek saja dalam kaidah atau gramatika kompetensi dasar
penafsiran Al- Quran. Hanya dengan memahami aspek ini jelas tidak cukup. Namun tanpa
memahami kompetensi ini juga berakibat pada misinterpretasi yang fatal. Dalam kajian
mutlaq dan muqayyad, ada bentuk-bentuk relasi untuk menarik kesimpulan dari nash-nash
yang berbentuk mutlaq dan muqayyad. Pertama, sebab dan hukumnya sama. Kedua, sebab
dan hukumnya berbeda. Ketiga, sebab berbeda, tetapi hukum sama. Keempat, sebab sama
tapi hukum berbeda.
Al-Qur’an adalah kitab yang perlu dikaji mendalam, karena merupakan sumber hukum
yang pertama untuk kaum muslimin. Salah satu unsur penting yang digunakan sebagai
perdekatan dalam mengkaji Al-Qur’an adalah Ilmu Ushul Fiqih, yaitu ilmu yang mempelajari
kaidah-kaidah yang dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum-hukum syari’at yang
bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil-dalil yang rinci. Diantara kaidah-kaidah Ushul
Fiqih yang penting diketahui adalah Istinbath dari segi kebahasan, salah satunya adalah
lafadz muhtlaq dan muqayyad. Dibawah ini akan membahas lafadz mutlaq dan muqayyad
secara mendalam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan mutlaq ?
2. Apa yang di maksud dengan muqayyad ?
3. Macam mutlaq dan muqayyad ?
4. Bagaimana status hukum mutlaq dan muqayyad ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mendeskripsi pengertian mutlaq.

2. Mendeskripsi pengertian muqayyad.

3.  Mengetahui macam mutlaq dan muqayyad.

4.  Mengetahui hukum mutlaq dan muqayyad.


1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mutlaq

Mutlaq menurut bahasa adalah lepas tidak terikat,sedangkan menurut ushul fiqih adalah
suatu lafadz yang menunjukan pada makna/pengertian tertentu tanpa dibatasi oleh lafadz
lainnya. Misalnya: kata “meja”, “rumah”, “jalan”, kata-kata ini memiliki makna mutlak
karena secara makna kata-kata tersebut telah menunjuk pada pengertian makna tertentu yang
telah kita pahami, dan tidak dibatasi oleh kata-kata lain. Sedangkan secara terminologi para
ulama telah mengemukakan beberapa defenisi yang berbeda.
Menurut al-Madiy 7 bahwa yang dimaksud dengan lafaz muthlaq adalah suatu lafaz yang
menunjukkan atas dalil-dalil yang mencakup seluruh jenis.
al-Bananiy mendefenisikan lafaz mutlaq sebagai suatu lafaz yang menunjukkan kepada
sesuatu yang maknanya tanpa terikat oleh batasan tertentu.
Sementara itu Manna’ al-Qathan mendjefenisikannya Mutlaq adalah lafadz yang
menunjukkan suatu hakikat tanpa suatu qayid (pembatas). Jadi ia hanya menunjuk kepada
satu individu tidak tertentu dari hakikat tersebut. [ ] 1

Dari defenisi di atas nampak dengan jelas bahwa antara defenisi yang satu dengan yang
lainnya bila dilihat dari segi redaksinya saling berbeda, namun sebenarnya dari berbagai
defenisi yang dikemukakan, baik dari kalangan ahli ushul fiqih maupun ahli fiqih memilki
subtansi yang sama. Bahwa yang dimaksud dengan mutlaq adalah suatu lafaz yang
menunjukkan kepada satu-satuan tertentu tetapi tanpa adanya pembatasan. Biasanya lafaz
mutlaq ini berbentuk ism nakirah dalam konteks kalimat positif (al-itsbat). Sebagai contoh

lafaz ‫َرقَبَ ٍة‬


yang terdapat dalam Q.S. al-Mujâdalah/58:3.

‫ ِه ْم ثُ َّم يَع ُْو ُد ْو َن لِ َما قَالُ ْوا فَتَحْ ِر ْي ُر َرقَبَ ٍة ِّم ْن‬gِ‫َوالَّ ِذي َْن ي ُٰظ ِهر ُْو َن ِم ْن نِّ َس ۤا ِٕٕى‬
‫قَب ِْل اَ ْن يَّتَ َم ۤاس َّۗا ٰذلِ ُك ْم تُ ْو َعظُ ْو َن بِ ٖ ۗه َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُ ْو َن َخبِ ْي ٌر‬
ARTINYA : Dan mereka yang menzihar istrinya, kemudian menarik kembali apa yang
telah mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak
sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepadamu, dan
Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Lafaz raqabah (budak) yang terdapat dalam ayat di atas tergolong dalam kategori mutlaq,
sebab tidak ada batasan baik berupa sifat-sifat tertentu atau keadaan yang lainnya. Sehingga
yang dimaksud dengan budak dalam ayat di atas bisa mencakup seluruh macam budak, baik
budak yang mukmin maupun kafir.

1 Studi Ilmu-Ilmu Qur’an / Manna’ Khalil al-Qattan Litera AntarNusa hlm ; 350
2
2.2 Pengertian Muqayyad
Muqayyad adalah kebaikan dari lafaz mutlaq. Manna’ al-Qaththan dalam Mabahis fi
‘Ulum al-Quran, mendefenisikannya sebagai suatu lafaz yang menunjukkan atas suatu
hakikat dengan adanya batasan.

contoh firman Allah dalam QS. Al-Nisa’ : 92:

‫…“ فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ُم ْؤ ِمنَ ٍة‬.. ( hendaklan ) dia memerdekakan seorang
hamba sahaya yang beriman. [ ] 2

lafaz raqabah (hamba sahaya), yang ditaqyidkan dengan lafaz mu’minah (yang beriman).
Oleh karena itu, di dalamnya tidak termasuk hamba sahaya selain yang mukmin.

2.3 Macam-Macam Mutlaq dan Muqayyad

Mutlak dan Muqayad memiliki bentuk aqliyah dan sebagai realitas bentukya sebagai berikut


ini:
1.      Sebab dan hukumnya sama, seperti “puasa” untuk kafarah sumpah. Lafadz itu
dalam qara’ah mutawatir  yang terdapat dalam mushaf dan di ungkapkan secara mutlak.

َ ِ‫ثَاَل ثَ ِة أَي ٍَّام ۚ ٰ َذل‬


ِ َ‫ك َكفَّا َرةُ أَ ْي َمانِ ُك ْم إِ َذا َحلَ ْفتُ ْم ۚ فَ َم ْن لَ ْم يَ ِج ْد ف‬
‫صيَا ُم‬
ARTINYA : Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya puasa
selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah
(dan kamu langgar). (Al-Maidah:89).

Dan ia muqayyad  di batasi dengan tatabu (berturut turut) dalam qira’ah Ibn Mas’ud (Maka
kafarahnya puasa selama tiga hari berturut-turut). Dalam hal seperti ini, pengertian lapadz
yang mutlaq  dibawa kepada lapadz yang muqayyad  (dengan arti ) yang di maksud
lapadz mutlaq adalah sama dengan yang di maksud dengan lapadz muqayyad, karena“sebab”
yang satu tidak akan menghendaki dua hal yang bertentangan. Oleh karna itu segolong
berpendapat bahwa puasa tiga hari tersebut harus di lakukan tiga hari berturut-turut. Maka
dalam kasus ini dipandang tidak ada muqoyyad yang karena nya lafadz mutlaq dibawa
kepadanya.

2. Sebab sama namun hukum bebeda, seperti kata “tangan” dalam wudhu dan tayamum.
Membasuh tangan dalam wudhu di batasi sampai dengan siku Allah berfirman:

‫اغسِ لُوا وُ جُو َه ُك ْم َوأَ ْي ِد َي ُك ْم إِ َلى ْال َم َراف ِِق‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
َّ ‫ِين آ َم ُنوا إِ َذا قُ ْم ُت ْم إِ َلى ال‬
ْ ‫صاَل ِة َف‬
2 Studi Ilmu-Ilmu Qur’an / Manna’ Khalil al-Qattan Litera AntarNusa hlm ; 351
3
ARTINYA :  Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku. (Al-Maidah:6).

َ ‫صعِي ًدا َط ِّيبًا َف‬


‫امْسحُوا‬ َ ‫َف َت َي َّممُوا‬ ۚ ‫ِبوُ جُو ِه ُك ْم َوأَ ْيدِي ُك ْم ِم ْن ُه‬
ARTINYA : Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. (Al-Maidah:6).

Dalam hal ada yang berependapat lapadz yang mutlaq  tidak di bawa kepada


lapaz muqayyad karena berlainan hukumnya. Namun Al-Ghazali menukil dari mayoritas
ulam Syafi’i bahwa mutlaq disini dibawa kepada muqayyad memngingat “sebab” nya sama
sekalipun berbeda hukumnya.[ ] 3

3.   Sebab berbeda tetapi hukumnya sama, dalam hal ini ada dua bentuk:

Pertama, taqyid atau batasannya hanya satu. Misalnya pembebasan budak dalam hal kafarah.
Budak yang dibebaskan diisyaratkan harus budak “beriman” dalam kafarah pembunuhan tak
sengaja. Seperti Q.S.an-Nisa’: 92

‫ِن أَنْ َي ْق ُت َل م ُْؤ ِم ًنا إِاَّل َخ َطأ ً ۚ َو َمنْ َق َت َل م ُْؤ ِم ًنا َخ َطأ ً َف َتحْ ِري ُر َر َق َب ٍة م ُْؤ ِم َن ٍة‬ َ ‫َو َما َك‬
ٍ ‫ان لِم ُْؤم‬
ARTINYA : “dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang
lain) kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barang siapa membunuh seorang
mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang
beriman....”

Sedang dalam kafarah zihar diungkapkan secara mutlaq dalam Q.S.al-Mujadalah:3

‫ۚ َوالَّ ِذينَ يُظَا ِهرُونَ ِم ْن نِ َسائِ ِه ْم ثُ َّم يَعُو ُدونَ لِ َما قَالُوا فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ِم ْن قَب ِْل أَ ْن يَتَ َماسَّا‬
ARTINYA : “dan orang-orang yang menzihar istri mereka, kemudian mereka hendak
menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atas mereka) memerdekakan
seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur...”

 Demikian pula dalam kafarah sumpah Q.S.al-Ma’idah: 89

َ ‫ۖ اَل ي َُؤاخ ُِذ ُك ُم هَّللا ُ ِباللَّ ْغ ِو فِي أَ ْي َما ِن ُك ْم َو ٰ َل ِكنْ ي َُؤاخ ُِذ ُك ْم ِب َما َع َّق ْد ُت ُم اأْل َ ْي َم‬
‫ان‬
‫ار ُت ُه إِ ْط َعا ُم َع َش َر ِة‬
َ ‫ُون َف َك َّف‬َ ‫ِين ِمنْ أَ ْوسَطِ َما ُت ْط ِعم‬ َ ‫َم َساك‬
‫ۖ أَهْ لِي ُك ْم أَ ْو ِكسْ َو ُت ُه ْم أَ ْو َتحْ ِري ُر َر َق َب ٍة‬

3 makalah mutlak dan muqayyad - Bambang Harianto. Id

4
ARTINYA : Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak
dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah
yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan
sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu,
atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang hamba sayaha ………[4]

4. Sebab berbeda dan hukum pun berlainan, seperti “tangan” dalam berwudu’ dan dalam
pencurian. Dalam wudu’ ia di batasi samapi dengan siku, sedang dalam pencurian di
mutlakkan, tidak di batasi. Firman Allah SWT dalam QS. Al- maidah : 38 :

‫َّار َق ُة َفا ْق َطعُوا أَ ْي ِد َي ُه َما‬


ِ ‫َّار ُق َوالس‬
ِ ‫والس‬........
َ
ARTINYA : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya…………”

Dalam keadaan seperti ini, mutlaq tidak boleh di bawa kepada muqayyad karena “sebab” dan
“hukumnya” berlainan. Dan dalam hal ini tidak ada kontradiksi ( ta’arud ) sedikit pun.

2.4 Mengetahui Hukum Mutlaq dan Muqayyad.


Lafaz mutlaq tetap di pegang kemuthlaqannya, selama tidak di dapati atau di temukan
muqayyadnya. Dan lafaz muqayyad tetap atas keterbatasannya atau keterkaitannya walaupun
ada muthlaqnya.

Maksudnya adalah bila datang satu kalam yang mana di dalamnya ada lafaz muthlaq pada
satu tempat, tetapi ada pula satu lafaz muqayyad pada satu kalam di tempat lain, maka di
bebankan lafaz muthlaq itu pada lafaz yang muqayyad ( artinya yang terpakai adalah
muqayyad).

Yang demikian hanya berlaku apabila sebab dan hukum yang terdapat pada yang muthlaq
dan muqayyad adalah sama. [ ] 5

4 Studi Ilmu-Ilmu Qur’an / Manna’ Khalil al-Qattan Litera AntarNusa hlm ; 352-353
5 Buku syafi’I fiqih- ushul fiqih hlm. 96
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas bisa ditegaskan dalam kesimpulan ini bahwa Mutlaq
ialah lafal yang menunjukkan arti yang sebenarnya tanpa dibatasi oleh suatu hal yang lain.
Sedangkan muqayyad ialah lafal yang menunjukkan arti yang sebenarnya, dengan dibatasi
oleh suatu hal dari batas-batas tertentu. Lafal yang mutlaq harus diartikan secara mutlaq dan
lafal yang muqayyad harus diartikan secara muqayyad pula dan tidak boleh dicampur-
adukkan satu dengan lainnya. Dalam kajian mutlaq dan muqayyad, ada bentuk-bentuk relasi
untuk menarik kesimpulan dari nash-nash yang berbentuk mutlaq dan muqayyad. Pertama,
sebab dan hukumnya sama. Kedua, sebab sama namun hukumnya berbeda. Ketiga, sebab
berbeda, tetapi hukumnya sama. Keempat, sebab berbeda dan hukumpun berlainan.
Perbedaan pemaknaan dan hasil pemahaman terhadap nash berdasarkan relasi mutlaq dan
muqayyad tidak dengan sendirinya menciptakan kerancuan dalam isi atau kotenkesucian dan
keagungan Al Quran. Harus dibedakan Al Quran sebagai wahyu yang suci dan
kesalahan di satu sisi dengan hasil ijtihad manusia dengan pendekatan mutlaq dan
muqyyad produk manusia. Disinilah letak kebesaran dan keagungan Al Quran yang terus-
menerus membutuhkan kajian dan dialektika untuk menangkap kebenaran wahyu.
Sementara kebenaran penafsiran manusia selalu merupakan kebenaran ilmiah yang relatif.
Benar secara ilmiah adalah benar yang relatif karena terus-menerus harus diuji. Salah secara
ilmiah, juga merupakan kesalahan relatif yang tetap memiliki kemungkinan benar. Demikian
juga putusan hukum berdasar pada kaidah mutlaq dan muqooyad. Jika benar adalah
kebenaran ijtihadi. Jika salah juga merupakan keslahan istihadi. Dengan memahami mutlaq
dan muqayyad paling tidak, kita yang belajar ilmu-ilmu Al quran akan terdorong untuk
memahami ayat sebagi nash Al Quran dari sisi redaksi tekstualnya. Pengayaan pemahaman
ini penting untuk meluaskan pengetahuan kajian Islam yang selalu terbuka untuk ditafsir
ulang tentu dengan validasi dan tashih yang ketat dan tidak serampanga

3.2 Saran

Demikianlah bahasan makalah yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami
makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Dikarenakan keterbatasan pengetahuan
dan referensi, kami selaku penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat
disusun menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

6
DAFTAR PUSTAKA
AS, Mudzakir. 2016. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an: Manna’ Khalil al Qattan. Bogor : Litera
AntarNusa.

Djalil, H.A, Basiq. 2014. Ilmu Ushul Fiqih : Satu & Dua. Jakarta : Kencana Prenadamedia
Group. books.google.com › books

https://harianto05091995.blogspot.com/2018/11/makalah-mutlak-dan-muqayyad.html

Anda mungkin juga menyukai