Anda di halaman 1dari 10

I.

Tekanan Tanah Lateral Akibat Beban Gempa

Beban gempa merupakan salah satu jenis pembebanan yang dapat mempengaruhi struktur
penahan tanah terutama untuk struktur galian dalam. Hal ini disebabkan adanya penambahan nilai
tegangan lateral pada saat terjadinnya gempa sehingga disebut tegangan lateral total. Tegangan
total ini terdiri dari tegangan lateral tanah mula-mula (sebelum terjadi gempa) dan tegangan lateral
tanah yang disebabkan oleh gempa
Beberapa pendekatan telah dikembangkan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan
yang disebabkan saat terjadi gempa. Beberapa pendekatan itu di antaranya :
1. Metode analisis kondisi batas (Limit state analyses) merupakan metode dimana gerakan
relatif dinding penahan tanah dan tanah timbunan cukup besar hingga dapat mempengaruhi
batas kuat geser tanah (batas keruntuhan)
2. Metode pendekatan elastic merupakan metode dimana pergerakan tanah dengan dinding
penahan dibatasi dengan asumsi bahwa deformasi yang diizinkan hanya dalam batasan
elastic linier. Pada metode ini tanah dimodelkan sebagai material elastic linier
3. Metode Intermediate merupakan metode dimana tanah tidak dimodelkan sebagai material
elastic ataupun batas runtuh, tetapi dimodelkan dalam kondisi aktual non-linier hysteretic

A. Metode Mononobe-Okabe (1924)


Metode yang dikembangkan berdasarkan metode limit state analyses adalah metode
Mononobe-Okabe (Mononobe dan Matsuo, 1929), (Okabe,1924). Studi pengaruh gempa terhadap
tegangan lateral pada struktur penahan tanah pertama-tama dilakukan di Jepang oleh Okabe (1924)
dan Mononobe-Matsuo (1929) .Pada metode ini diasumsikan dimana sebuah bidang segitiga tanah
(soil wedge) dibatasi dengan sebuah dinding penahan yang kaku. Adapun beberapa hal yang harus
diperhatikan pada metode ini, antara lain :
- Metode Mononobe-Okabe mengacu pada teori tegangan lateral tanah yang dikembangkan
oleh Coulomb (1776)
- Merupakan metode pseudo-static
- Berlaku untuk struktur penahan tanah yang dapat mengalami pergerakan yang cukup besar
hingga batas keruntuhan (yielding wall)
Berikut adalah analisa perhitungan tegangan lateral tanah pada saat gempa menurut metode
Mononobe-Okabe:
𝑃𝐸 = 𝑃𝐴𝐸 − 𝑃𝐴
1
𝑃𝐴𝐸 = . 𝛾 . 𝐻 2 (1 − 𝐾𝑣 ) 𝐾𝐴𝐸
2
𝑠𝑖𝑛2 (𝜑 + 𝛽 − 𝛹)
𝐾𝐴𝐸 = 2
sin(𝜑 + 𝛿) . sin(𝜑 − 𝛹 − 𝛼)
cos 𝛹 . 𝑠𝑖𝑛2 𝛽 . sin(𝛽 − 𝛹 − 𝛿) [1 + √ ]
sin(𝛽 − 𝛿 − 𝛹) . sin(𝛼 + 𝛽)
𝐾ℎ
𝛹 = 𝑡𝑎𝑛−1 [ ]
1 − 𝐾𝑣
𝑎ℎ
𝐾ℎ =
𝑔
𝑎𝑣
𝐾𝑣 =
𝑔
Dimana
𝑃𝐴𝐸 : Total tegangan lateral aktif
𝑃𝐴 : Tegangan lateral aktif Coulomb
𝑃𝐸 : Tegangan lateral aktif gempa
H : Tinggi struktur penahan tanah
Kh : Koefisien gempa horizontal
Kv : Koefisien gempa vertical
𝛾 : Berat jenis tanah
g : gravitasi
𝑎ℎ : Percepatan gempa horizontal
𝑎𝑣 : Percepatan gempa vertical

B. Metode Seed and Whitman (1970)


Metode yang juga dikembangkan berdasarkan metode limit state analyses, dimana pada
metode ini analisa perhitungan tegangan lateral saat gempa adalah sebagai berikut :
1
𝑃𝐴 = 𝛾 𝐻 2 𝐾𝑎
2
3 𝑎ℎ,𝑚𝑎𝑥
𝑃𝐸 = 𝛾 𝐻2
8 𝑔
𝑃𝐴𝐸 = 𝑃𝐴 + 𝑃𝐸
dimana :
𝑃𝐴𝐸 : Total tegangan lateral aktif
𝑃𝐴 : Tegangan lateral aktif Coulomb
𝑃𝐸 : Tegangan lateral aktif saat gempa
H : Tinggi struktur penahan tanah
𝛾 : Berat jenis tanah
g : gravitasi
𝑎ℎ : Percepatan gempa pada tanah arah horizontal

C. Metode Wood (1973)


Metode yang dikembangkan berdasarkan metode pendekatan elastic adalah metode yang
diusulkan oleh Wood dengan menyajikan analisis solusi tepat (exact solution) respon dinamis
tanah pada dinding kaku. Pada metode ini tanah dimodelkan sebagai material homogen elastic
linier yang berada diantara dua dinding kaku, dan dasar kaku. Besarnnya nilai Fp didapatkan dari
Gambar 2.8. dengan mengunakan nilai poisson ratio (υ) terhadap perbandingan panjang
basement dan tinggi basement (L/H)

(Sumber : Lateral Earth Pressure Static & Seismic Pseudo Static Analysis, Gouw, 2010)
Gambar 1. 1Faktor Resultan Gaya pada Dinding Kaku
Berikut adalah analisa perhitungan tegangan tanah lateral pada saat gempa menurut metode
Wood :
𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑥
𝑃𝐸 = 𝐹𝑝 . . 𝛾 . 𝐻2
𝑔

dimana :
𝐹𝑝 : Faktor tekanan dinamis
L : Panjang struktur basement
H : Tinggi struktur basement
𝛾 : Berat jenis tanah
g : gravitasi
𝑎ℎ : Percepatan gempa horizontal
υ : Poisson ratio tanah

D. Beban Gempa Rencana


Menurut SNI-03-1726-2013, beban gempa rencana adalah peluang dilampauinya beban
rencana dalam waktu umur bangunan 50 tahun adalah 2%, dan gempa yang menyebabkannya
dengan periode ulang 2475 tahun.
1. Peraturan Gempa SNI-03-1726-2013
SNI-03-1726-2013 – Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, merupakan hasil revisi dari SNI 03-1726-2002 oleh Tim Revisi Peta Gepa
Indonesia 2010. Pada Peta Gempa Indonesia 2010 pembagian wilayah gempa mengalami
perubahan yang signifikan jika dibandingkan dengan Peta Gempa Indonesia 2002.

Berikut adalah cara mendesain respons spektra berdasarkan SNI-03-1726-2013 :


1. Menentukan nilai Ss dan S1
Nilai Ss dan S1 didapat dari Peta Gempa Indonesia 2010, dimana
Ss adalah parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible Earthquake) dari
Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda pendek (0,2 detik) dengan redaman 5%
S1 adalah parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible Earthquake) dari
Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda pendek (1 detik) dengan redaman 5%
2. Menentukan kategori resiko bangunan dan faktor keutamaan (Ie)
Untuk menentukan kategori resiko bangunan dan faktor keutamaan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1. 1 Kategori Resiko Bangunan Gedung untuk Beban Gempa

Kategori
Jenis Pemanfaatan
Resiko
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat
I
terjadi kegagalan
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam katerogi resiko I,III,IV II
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan
Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk kedalam kategori resiko IV, yang memiliki potensi
untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan
masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan
Gedung dan struktur lainnya yang tidak termasuk dalam kategori resiko IV, (termasuk, tetapi
tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau III
tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya , atau
bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan
cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.

Gedung dan struktur lainnya yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi
tidak dibatasi untuk :
• Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
• Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat
darurat
• Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi serta garasi kendaraan darurat
• Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat
lainnya
• Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap
darurat
• Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan
darurat
• Struktur tambahan (termasuk, tidak dibatasi untuk, menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik , tangki air pemadam
IV
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan
pemadam kebakaran ) disyaratkan dalam kategori resiko IV untuk beroperasi pada saat
keadaan darurat
• Menara
• Fasilitas penampungan air dan struktur pompa yang dibutuhkan untuk meningkatkan
tekanan air pada saat memadamkan kebakaran
• Gedung dan struktur lainnya yang memiliki fungsi yang penting terhadap sistem
pertahanan nasional.
Gedung dan struktur lain, yang kegagalannya dapat menimbulkan bahaya bagi masyarakat
Gedung dan struktur lainnya (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat penyimpanan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya) yang mengandung bahan yang sangat beracun di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang
berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat bila terjadi kebocoran.
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Resiko
Gedung dan struktur lainnya yang mengandung bahan yang beracun, sangat beracun atau mudah
meledak dapat dimasukkan dalam kategori resiko yang lebih rendah jika dapat dibuktikan
dengan memuaskan dan berkuatan hukum melalui kajian bahaya bahwa kebocoran bahan
beracun dan mudah meledak tersebut tidak akan mengancam kehidupan masyarakat. Penurunan
kategori resiko ini tidak diijinkan jika gedung atau struktur lainnya tersebut juga merupakan
fasilitas yang penting.
Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan
lain yang masuk kedalam kategori resiko IV.
Sumber : SNI-03-1726-2013 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011

Tabel 1. 2 Faktor Keutamaan Gempa dan Angin

Kategori Resiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie Faktor Keutamaan Angin, IW


I atau II 1,00 1,00
III 1,25 1,00
IV 1,50 1,00

3. Menentukan koefisien situs Fa dan Fv


Untuk menentukan koefisien situs Fa dan Fv dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. 3 Klasifikasi Situs

Kelas Situs vs (m/detik) N atau N ch su (kPa)


SA (Batuan Keras) > 1500 N/A N/A
SB (Batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (Tanah Keras, Sangat
Padat, dan Batuan Lunak) 350 sampai 750 > 50 ≥ 100
SD (Tanah Sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (Tanah Lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan
karateristik sebagai
berikut :
1. Indeks plastisitas, PI > 20,
2. Kadar air, w > 40 persen, dan
3. Kuat geser niralir su < 25 kPa
SF (Tanah Khusus, yang Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik
membutuhkan investigasi berikut:
geoteknik spesifik dan • Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti
analisis respons spesifik mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
situ yang mengikuti Pasal • Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > 3 m)
6.9.1) • Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > 7,5 m dengan Indeks
Plasitisitas PI > 75)
• Lapisan lempung lunak/medium kaku dengan ketebalan H > 35 m dengan
su < 50 kPa
Sumber : SNI-03-1726-2013 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011
dimana :
N = tahanan penetrasi standar rata-rata dalam lapisan 30 m paling atas.
N ch = tahanan penetrasi standar rata-rata tanah non kohesif dalam lapisan 30 m paling

atas.
su = kuat geser niralir.

su = kuat geser niralir rata-rata di dalam lapisan 30 m paling atas.

vs = kecepatan rambat gelombang geser rata-rata pada regangan geser

yang kecil, di dalam lapisan 30 m paling atas.


Tabel 1. 4 Koefisien Situs, Fa

Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER


Kelas Situs Terpetakan Pada Perioda Pendek, T = 0,2 detik, SS
SS ≤ 0,25 SS = 0,5 SS = 0,75 SS = 1 SS ≥ 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF b
SS
Sumber : SNI-03-1726-2013 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011
catatan :
a. Untuk nilai-nilai antara Ss dapat mengunakan interpolasi linier
b. Ss = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik secara spesifik dan analisis respon
situs spesifik

Tabel 1. 5 Koefisien Situs, Fv

Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER


Kelas Situs Terpetakan Pada Perioda Pendek, T = 1 detik, S1
S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 ≥ 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER
Kelas Situs Terpetakan Pada Perioda Pendek, T = 1 detik, S1
S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 ≥ 0,5
SD 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SSb
Sumber : SNI-03-1726-2013 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011
catatan :
a. Untuk nilai-nilai antara S1 dapat mengunakan interpolasi linier
b. Ss = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik secara spesifik dan analisis respon
situs spesifik
4. Menghitung parameter pecepatan spektral desain
2
𝑆𝐷𝑆 = . 𝐹𝑎 . 𝑆𝑠
3
2
𝑆𝐷1 = . 𝐹𝑣 . 𝑆1
3

dimana:
SDS = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek (0,2 detik) dengan
redaman 5%
SD1 = parameter percepatan respons spektral pada perioda 1 detik dengan redaman 5%
Ss = parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible Earthquake)
dari Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda pendek (0,2 detik) dengan
redaman 5%
S1 = parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible Earthquake)
dari Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda 1 detik dengan redaman 5%
Fa = koefisien situs untuk perioda pendek (0,2 detik)
Fv = koefisien situs untuk perioda 1 detik

5. Menentukan Kategori Desain Seismik (KDS)


Untuk menentukan Kaegori Desain Seismik (KDS) dapat dilihat pada tabel parameter respon
percepatan berikut :
(a) Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respon Percepatan pada Periode
Pendek (SDS)
SDS
Kategori
SDS < 0,167 ≤ SDS <
Resiko
0,167 0,33 0,33 ≤ SDS < 0,50 0,50 ≤ SDS
I A B C D
II A B C D
III A B C D
IV A C D D
Sumber : SNI-03-1726-2013 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011

(b) Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Perepatan pada Periode
1 detik (Ss)
SD1
Kategori
SD1 < 0,067 ≤ SD1 < 0,133 ≤ SD1 <
Resiko
0,067 0,133 0,20 0,20 ≤ SD1
I A B C D
II A B C D
III A B C D
IV A C D D
Sumber : SNI-03-1726-2013 - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung, 2011
6. Spektrum Respons Desain
a. Untuk periode yang lebih kecil dari To, spectrum respons percepatan desain Sa, diambil
berdasarkan persamaan berikut :
𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 [0,4 + 0,6 . 𝑇 ]
𝑜

𝑆𝐷1
𝑇𝑜 = 0,2 .
𝑆𝐷𝑆

dimana :
Sa = spektrum respons percepatan desain.
SDS = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek (0,2 detik)
dengan redaman 5%.
SD1 = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek 1 detik
redaman 5%.
T = perioda fundamental bangunanuntuk
b. Untuk periode lebih besar dari ata sama dengan nilai To dan lebih kecil dari atau sama
dengan Ts, spectrum respons percepatan desain Sa = SDS
c. Untuk periode lebih besar dari Ts, spectrum respons percepatan desain Sa, diambil
berdasarkan persamaan berikut :
𝑆𝐷1
𝑆𝑎 =
𝑇
𝑆𝐷1
𝑇𝑠 =
𝑆𝐷𝑆

(2) Spektrum Respons Desain SNI-03-1726-2013

Anda mungkin juga menyukai