Bab Full

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 134

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Praktek

Kuliah Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah yang wajib bagi

mahasiswa Universitas Serang Raya Jurusan Teknik Sipil semester VII. Hal

ini sesuai dengan kurikulum pendidikan di Universitas Serang Raya, dan

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa program

Teknik Sipil jenjang S1 sebelum membuat Skripsi.

Kuliah Kerja Praktek adalah pengamatan terhadap suatu proyek di

lapangan, sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kegiatan di

lapangan secara langsung dan mampu mengaitkannya dengan teori dan praktek

yang didapat di bangku kuliah selama mengikuti Kuliah Kerja Praktek. Di

samping melakukan pengamatan langsung juga sedapat mungkin ikut aktif di

lapangan, sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan

yang terjadi selama pelaksanaan proyek tersebut, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan skill dan kemampuan serta profesionalisme kinerja. Dengan

demikian akan menumbuhkan sikap mandiri dan kritis dalam diri manusia

tersebut serta diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan kreatifitasnya di

lapangan. Dalam Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini penulis mendapat

kesempatan untuk mengamati secara langsung sekaligus mengembangkan

pengetahuan pada Proyek Apartemen Casa De Parco (30 Lantai).


2

1.2 Tujuan Kuliah Kerja Praktek

Adapun tujuan dari pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek (KKP) adalah :

1. Sebagai syarat pengajuan untuk mengikuti mata kuliah wajib KKP dan

menempuh ujian akhir Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Serang Raya.

2. Dapat mengetahui kondisi pekerjaan di lapangan secara langsung dan nyata,

dan juga mengenal keadaan yang sesungguhnya. Meliputi pelaksanaan

bangunan teknik sipil, manajemen konstruksi, organisasi proyek dan aspek

legal pada pelaksanaan secara nyata yang berada di lingkungan PT. Jagat

Konstruksi Abdipersada.

3. Memahami berbagai masalah (kasus) yang mungkin muncul di lapangan

dan cara mengatasinya serta memahami kegiatan yang diberikan oleh PT

dimana salah satu kegiatan yang diberikan diambil sebagai judul laporan

yaitu Proyek Apartemen Casa De Parco (30 Lantai).

4. Menambah wawasan mengenai dunia konstruksi, teknik-teknik pelaksanaan

konstruksi, tentang perkembangan teknologi material, alat dan metode kerja

serta pengalaman dalam hal bekerja secara teknis, menganalisis,

managerial, serta bersosialisasi dengan tim kerja dan lingkungan kerja.

1.3 Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek

Waktu pelaksanaan KKP selama 2 bulan (60 HK) dimulai sejak tgl 10

Oktober 2016 hingga 10 Desember 2016. Bertempat di PT. Jagat Konstruksi

Abdipersada di Bidang Pembangunan Proyek Apartemen Casa De Parco.


3

1.4 Manfaat Kuliah Kerja Praktek

Manfaat yang dicapai dari pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek adalah :

1. Memperoleh bekal pengetahuan dan menambah cakrawala pandang dalam

dunia konstruksi secara nyata sebelum akhirnya terjun di lapangan.

2. Mengenali / mengetahui kebutuhan dan kegiatan pekerjaan di tempat Kerja

Praktek yaitu di lingkungan PT Jagat Konstruksi Abdipersada khususnya dan

umumnya pada bidang pembangunan yang lain.

3. Menyesuaikan (menyiapkan) diri dalam menghadapi lingkungan setelah

menyelesaikan studi.

4. Melihat langsung proses pekerjaan proyek apartemen, pada bagian struktur,

perencanaan sesuai pengamatan yang sedang diamati.

5. Khusus di dalam pekerjaan konstruksi, dapat membandingkan aplikasi

materi di kelas terhadap kondisi di lapangan.

1.5 Kegiatan Kuliah Kerja Praktek

Terkait kegiatan yang diamati dalam Kuliah Kerja Praktek di PT. Jagat

Konstruksi Abdipersada dalam bidang pembangunan proyek apartemen Casa

De Parco (30 Lantai), proyek apartemen Casa De Parco dimulai dari pekerjaan

stripping, pengukuran tapak kembali, tugu patokan dasar (Reference bench

mark), Papan dasar pelaksana (Bouwplank), pekerjaan galian pondasi,

pekerjaan urugan dan pemadatan, pekerjaan urugan pasir urug / sirtu padat,

pekerjaan urugan kembali bekas galian pondasi, pekerjaan bekisting, pekerjaan

lantai kerja, pekerjaan beton bertulang, pekerjaan waterstop, pekerjaan water

proofing, pekerjaan tiang pondasi BOR (Bored Pile), pekerjaan konstruksi baja.
4

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, manajemen konstruksi

melaksanakan beberapa tahapan yaitu monitoring, mengawasi, menilai, dan

mengevaluasi pekerjaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil

kegiatan pengawas dapat berakibat hasil konstruksi tidak sesuai dengan rencana

awal.

Di dalam mengamati setiap pekerjaan perencanaan kontruksi dimana

pekerjaan tersebut harus sesuai spek yang tertera didalam RAB dan Kontrak.

Tetapi ketika di dalam pelaksanaan perencanaan di lapangan itu berbeda

kondisinya dengan gambar perencanaan yang awal karena adanya penambahan

item baru di lapangan. Oleh karena itu diperlukan dokumen kontrak baru yaitu

Contrack Change Order (CCO).

Ketika melaksanakan kegiatan kuliah kerja praktek di PT. Jagat Konstruksi

Abdipersada saya selaku mahasiswa yang melakukakan kegiatan kuliah kerja

praktek di PT. Jagat Konstruksi Abdipersada mendapatkan kegiatan

perencanaan pembangunan Apartemen Casa De Parco dari lantai 25 sampai 30.

1.6 Latar Belakang Proyek

Tangerang Selatan merupakan salah satu kota yang bisa dikatakan sebagai

kota metropolitan. Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu

Kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong

Utara dan Setu. Kota tersebut mengalami kemajuan perindustrian dan

perekonomian yang sangat pesat. Dengan kemajuan industri manufaktur di kota

tersebut, banyak dijumpai pembangunan-pembangunan di sekitarnya, terutama

dikawasan Serpong. Serpong merupakan kecamatan yang mempunyai fasilitas


5

perkotaan paling lengkap, terutama dengan beroperasionalnya pengembangan-

pengembangan besar seperti Bumi Serpong Damai (BSD City), Alam Sutera,

Gading Serpong, dan sebagainya.

Kota Tangerang adalah kota yang berada di provinsi Banten. Berkembang

begitu pesat begitupun dengan jumlah penduduknya hal ini menyebabkan

padatnya bangunan di tengah kota. Solusi atas keterbatasan di daerah perkotaan

adalah dengan membangun sebuah apartemen. Apartemen adalah suatu rumah

tinggal yang berisi puluhan hingga ratusan unit hunian berbentuk gedung

bertingkat dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang. Tinggal di apartemen

menjadi gaya hidup dan kebutuhan masyarakat masa kini.

Hunian adalah kebutuhan primer bagi manusia kebutuhan akan rumah

tinggal selalu berbanding lurus dengan kenaikan jumlah penduduk. Sedangkan

ketersediaan lahan di bumi semakin berkurang. Semakin meningkatnya jumlah

populasi manusia di bumi ini membuat kebutuhan akan tempat tinggal dan

penginapan semakin meningkat pula.

Pembangunan dalam bidang penginapan/apartemen merupakan salah satu

program utama Perusahaan di bidang Pembangunan untuk mendorong

pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Pertumbuhan perekonomian yang

disertai peningkatan jumlah penduduk, peningkatan jumlah kendaraan,

peningkatan lalu lintas angkutan barang/jasa dan sebagainya, dalam suatu

kebutuhan hidup perlu juga mengimbangi pembangunan sebuah tempat

penginapan.
6

Dan wilayah Serpong sedang dalam pengembangan pembangunan yang

cukup besar. Banyak terdapat pusat perbelanjaan seperti Summarecon Mall

Serpong, pasar Modern Paramount dan lain sebagainya yang nantinya akan

meningkatkan pertumbuhan perekonomian di wilayah tersebut. Dapat

diprediksi satu dua tahun mendatang wilayah ini akan menjadi kawasan wisata

belanja dengan turis-turis baik domestik maupun mancanegara yang akan

berkunjung untuk sekedar menikmati dan berbelanja di kawasan tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan demand dan sebagai fasilitas, maka dari pihak

owner PT. Sinar Mas Land membangun sebuah Apartemen yaitu Apartemen

Casa De Parco yang letaknya cukup strategis, di pusat kawasan tersebut.

Diharapkan dengan dibangunnya Apartemen Casa De Parco tersebut akan

menambah angka pendapatan di wilayah Serpong dan dapat bersaing dengan

apartemen yang lainnya.

1.7 Tujuan Proyek

Tujuan dari proyek Apartemen Casa De Parco (30 Lantai) adalah untuk

memenuhi kebutuhan para konsumen dalam mencari sebuah hunian yang aman,

nyaman serta terjangkau. Dan diharapkan dengan dibangunnya Apartemen

Casa De Parco tersebut akan menambah angka pendapatan di wilayah Serpong

dan dapat bersaing dengan Apartemen yang lainnya.

1.8 Data Proyek

1.8.1 Data umum


7

Proyek Pembangunan Apartemen Case De Parco (30 Lantai) memiliki data

sebagai berikut :

Nama proyek : Apartemen Casa De Parco (30Lantai)

Pemilik proyek : PT. Bumi Serpong Damai, TBK (BSD)

Fungsi Bangunan : Ruko dan Apartemen

Luas Lahan : ± 21.645 m² Tower E

Luas bangunan : ± 130.000 m²

Jumlah Basement : 2 (dua)

Jumlah Lantai : 30 lantai

Struktur atas : Konstruksi Beton

Struktur Bawah : Pondasi Bored Pile

Penggunaan : Hunian

Owner : PT. Sinar Mas Land

Lokasi : Kota Tangerang

Nilai Kontrak : Rp 100.045.746.000

Waktu pelaksanaan : 18 Bulan

Waktu pemeliharaan : 8 bulan

Sumber Dana : PT. Sinar Mas Land

 Konsultan Perencana : PT. Rasya Anugrah Pratama

Arsitektur : PT. Rasya Anugrah Pratama

Struktur : PT. Rasya Anugrah Pratama

Mekanikal elektrikal : PT. Rasya Anugrah Pratama

Quantity surveyor : PT. Rasya Anugrah Pratama


8

 Konsultan Pengawas : PT. Rasya Anugrah Pratama

Perusahaan : PT. Rasya Anugrah Pratama

Site Engineering : PT. Rasya Anugrah Pratama

 Kontraktor Pelaksana : PT. Jagar Konstruksi Abdipersada

Pondasi : PT. Jagar Konstruksi Abdipersada

Struktur : PT. Jagar Konstruksi Abdipersada

Konsultan Mk : PT. Jagar Konstruksi Abdipersada

Data perusahaan yang di tempati untuk kuliah kerja praktek (KKP) PT. Jagat

Konstruksi Abdipersada:

Pimpinan perusahaan

 Direksi :

Ir. Irwan Nugraha : President

Ir. Yayang Halim : Direktur

Ir. Yohanes Ario : Direktur

Ir. Judi Martono : Direktur

 Komisaris

Ir. Komajaya : Komisaris Utama

Ir. Rudi komajaya, MBA : Komisaris

Liliana Komajaya MBA : Komisaris

1.8.2 Data Teknis

Data teknis proyek pembangunan gedung Apartemen Casa De Parco sebagai

berikut :

1. Schedule Pekerjaan Finishing :


9

 Upp. Grd FFL. + 0.000 6.600 : (± 676.277 m2)

 Lantai 2 FFL. + 6.600 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 3 FFL. + 9.900 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 4 FFL. + 13.200 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 5 FFL. + 16.500 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 6 FFL. + 19.800 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 7 FFL. + 23.100 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 8 FFL. + 26.400 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 9 FFL. + 29.700 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 10 FFL. + 33.000 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 11 FFL. + 36.300 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 12 FFL. + 39.600 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 13 FFL. + 42.400 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 14 FFL. + 46.200 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 15 FFL. + 49.500 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 16 FFL. + 52.800 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 17 FFL. + 56.100 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 18 FFL. + 59.400 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 19 FFL. + 62.700 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 20 FFL. + 66.000 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 21 FFL. + 69.300 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 22 FFL. + 72.600 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 23 FFL. + 75.900 3.300 : (± 676.277 m2)


10

 Lantai 24 FFL. + 79.200 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 25 FFL. + 82.500 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 26 FFL. + 85.800 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 27 FFL. + 89.100 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 28 FFL. + 92.400 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 29 FFL. + 95.700 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai 30 FFL. + 99.000 3.300 : (± 676.277 m2)

 Lantai atap FFL. + 108.500 4.500 : (± 676.277 m2)

Gambar 1.1 Peta Lokasi


Sumber: dokument PT.Jagat Konstruksi Abdipersada
11

BAB II

PRA PELAKSANAAN

2.1 Pelelangan

Menurut Wulfram I.Ervianto (2005), pelelangan dapat didefinisikan sebagai

kegiatan yang menyediakan barang atau jasa untuk menciptakan persaingan

yang sehat serta memenuhi syarat.

Pelaksanaa Pelelangan dilakukan oleh pemilik proyek (owner) dengan

mengundang beberapa perusahaan pelaksana (kontraktor) untuk mengajukan

besarnya dana rencana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu proyek.

Sistem pelelangan memiliki beberapa metode, yaitu :

a. Pelelangan umum, adalah sebuah metode pemilihan untuk penyedia

barang atau jasa yang dilakukan secra umum atau terbuka, sehingga

masyarakat umum bisa mengikutinya.

b. Pelelangan terbatas adalah sebuah metode pemilihan untuk penyedia

barang atau jasa di mana jumlah penyedia barang atau jasa diyakini

terbatas yaitu untuk pekerjaan yang kompleks.

c. Pemilihan langsung, adalah sebuah metode pemilihan untuk penyedia

barang atau jasa dengan melakukan perbandingan antara beberapa

penyedia barang atau jasa yang nantinya akan dipilih salah satu sebagai

pemenang.
12

d. Penunjukan langsung, adalah sebuah metode pemilihan penyedia barang

atau jasa dengan melakukan penunjukan langsung tahap 1 (satu) penyedia

barang atau jasa sebagai pemenang.

(Kepres No.18, 2000), Pelelangan adalah serangkaian kegiatan untuk

menyediakan barang atau jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat

di antara penyedia barang atau jasa yang setara dan memenuhi syarat,

berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh

pihak-pihak terkait secara taat asas sehingga terpilih penyedia terbaik.

Dasar-dasar pelelangan yang dilakukan sudah tertera di Perpres No 50

Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah dan Lampiran III

Pekerjaan Konstruksi. Adapun tata cara Pelelangan Umum yaitu :

1. Pengumuman Pascakualifikasi

2. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan

3. Pemberian Penjelasan

4. Pemasukkan Dokumen Penawaran

5. Pembukuan Dokumen Penawaran

6. Evaluasi Penawaran

7. Evaluasi Kualifikasi

8. Pembuktian Kualifikasi

9. Pembuatan Barita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)

10. Penetapan Pemenang

11. Pengumuman Pemenang

12. Sanggahan
13

13. Sanggahan Banding

14. Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa

Setelah pelelangan dilakukan maka ada tahapan berikutnya yaitu mengenai

perjanjian kontrak pembayaran. Beberapa jenis perjanjian kontrak pembayaran

pada pengerjaan suatu proyek adalah sebagai berikut :

a. Fixed price adalah sebuah perjanjian kontrak kerjasama dengan harga atau

biaya yang telah disepakati

b. Unit pince adalah sebuah perhitungan yang dilakukan berdasarkan tiap

harga satuan volume pekerjaan.

c. Cost plus fee adalah sebuah perhitungan terhadap jumlah total biaya

proyek yang nantinya ditambahkan dengan jasa dari pelaksana proyek

yang sudah disepakati

Pada proyek pembangunan apartemen Casa De Parco ini menggunakan

sistem pelelangan langsung. Karena owner telah mengetahui kinerja kontraktor

(pelaksana) pada proyek sebelumnya. Dari hasil pelelangan tersebut,

diputuskan kontrak penentuan harga menggunakan cara Fixed Price di mana

sistem pembayaran atau biaya akan sesuai dengan kesepakatan awal. Apabila

diadakan pekerjaan tambahan dan kurang maka owner bersedia untuk

membayar biaya sesuai yang telah terlaksana.


14

2.2 Analisis Harga

Bill Of Quantity – Tower E


Rekapitulasi Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
Proyek : Apartemen Casa De Parco
Lokasi : BSD – CITY

NO URAIAN ZONA 1 ZONA 2 JUMLAH


PEKERJAAN HARGA
1 Pekerjaan Rp 7.752.986.000 Rp 7.752.986.000 Rp
Persiapan 15.505.972.000
2 Pekerjaan Struktur Rp Rp Rp
11.425.486.000 11.425.486.000 22.850.973.000
3 Pekerjaan Rp 6.611.726.500 Rp 6.611.726.500 Rp
Arsitektur 13.223.453.000
4 Pekerjaan Rp 7.389.391.000 Rp 7.389.391.000 Rp
plumbing 14.778.782.000
5 Pekerjaan Eksternal Rp 8.296.832.000 Rp 8.296.832.000 Rp
16.593.664.000
6 Pekerjaan Rp 5.051.165.500 Rp 5.051.165.500 Rp
tambahan struktur 10.102.331.000
cover void lantai
dasar
7 Pekerjaan Rp 3.495.285.500 Rp 3.495.285.500 Rp 6.990.571.000
tambahan arsitektur
Total 1 50.022.872.500
Total 2 50.022.872.500
Grand Total 100.045.746.000

Tangeran 10 Desember 2016

Hormat Kami

Madika T. Kadang
Site Engineering
Proyek Apartemen Casa De Parco
15

2.3 Organisasi Proyek

2.3.1 Manajemen Proyek

Manajemen Proyek dapat didefinsikan sebagai suatu proses dari

perencanaan, pengaturan, kepemimpinan dan pengendalian dari suatu proyek

oleh para anggotanya dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin

untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Agar tercipta sistem organisasi

proyek yang efisien dan optimal, dibutuhkan manajemen konstruksi yang baik

pula. Manajemen konstruksi yang baik yaitu :

a. Merencanakan proyek secara efektif.

b. Mengidentifikasikan kendala - kendala.

c. Merencanakan kemungkinan mengadopsi salah satu cara agar proyek

mencapai sasaran.

d. Perencanaan sumber daya yang sesuai dengan fungsinya, dan

e. Meningkatkan efisiensi dari 5M (Man, Money, Meterial, Machine,

Method and management) secara maksimal.

Tata cara tersebut memadukan tahapan - tahapan proyek, yaitu :

a. Tepat waktu.

b. Tepat kuantitas atau bentuk proyek.

c. Tepat kualitas atau standar mutu yang diinginkan.

d. Tepat biaya sesuai dengan biaya rencana.

e. Tidak adanya gejolak social dengan masyarakat sekitar.

f. Tercapainya K3 dengan baik.


16

Manajemen konstruksi meliputi seluruh kegiatan proyek yang dimulai dari

keinginan pemilik untuk membangun proyek sampai selesainya proyek

tersebut. Suatu proyek mempunyai fase hidup proyek atau biasa disebut dengan

project life cycle, yang meliputi fase hidup proyek (project life cycle)

diantaranya adalah :

a. Gagasan Ide

Gagasan ide ini biasanya dituangkan oleh owner. Merupakan

keinginan owner untuk membangun proyek.

b. Feasibility Study (Studi Kelayakan)

Studi kelayakan merupakan penelitian tentang dapat atau tidaknya

suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Pada umumnya, studi

kelayakan menyangkut tiga aspek. Tiga aspek tersebut adalah manfaat

ekonomis proyek bagi proyek itu sendiri, manfaat ekonomis proyek bagi

Negara tempat proyek itu dilaksanakan, dan mafaat social proyek bagi

masyarakat sekitar proyek.

c. Design (perencanaan)

Design merupakan suatu perencanaan, baik dari arsitektur bangunan

dan struktur bangunannya. Perencanaan biasanya dilakukan oleh

konsultan perencana dan pemilik proyek. Pada tahap ini sasaran dan

tujuan yang harus didapat berupa rencana anggaran, planning scheduling,

dan gambar proyek.

d. Construction (Konstruksi)
17

Construction merupakan tahap pelaksanaan dari proyek. Pihak yang

terlibat dalam tahap ini adalah owner, konsultan perencana, konsultan

pengawas, kontraktor pelaksana, supplier dan subkontraktor.

e. Operation and Maitenance

Merupakan tahapan dimana setelah proyek itu selesai dapat digunakan

oleh user dan harus melalui tahap pemeliharaan. Biaya pemeliharaan

biasanya sudah termasuk dalam rencana anggaran proyek. Umur

pemeliharaan ini biasanya juga berdasarkan keinginan dari pemilik

proyek.

Operation and
Ide FS Design Construction Maintenance
n

Gambar 2.3.1 Fase Hidup Proyek (Project Life Cycle)

Pada Proyek Apartemen Casa De Parco tahap ide diperoleh dari PT. Sinar

Mas land. Dalam perencanaan proyek tersebut, PT. Sinar Mas land

mempunyai rekan kerja yaitu sebagai konsultan perencana.

2.3.2 Unsur-Unsur Pengelolaan Proyek

Unsur – unsur organisasi proyek memegang peranan penting dalam

kemajuan proyek. Pembagian tugas yang jelas dan saling bekerjasama adalah

kunci sukses supaya proyek berhasil. Unsur-unsur pemegang peranan penting

dalam pembangunan Proyek Apartemen Casa De Parco adalah :

1. Pemilik Proyek (Owner)


18

Pemilik proyek (owner) atau pemberi tugas adalah badan usaha swasta

yang memiliki ide, saran dan sarana untuk realisasinya. Owner dalam proyek

ini adalah PT. Sinar Mas Land

2. Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah badan usaha swasta yang ditunjuk oleh

owner sebagai perencana sesuai dengan keahliannya. Konsultan Perencana

ini dibedakan menjadi :

a. Konsultan Arsitektur

Bertugas sebagai perencana bentuk dan dimensi bangunan. Dalam

proyek ini adalah PT. Rasya Anugrah Pratama

b. Konsultan Struktur

Bertugas sebagai perencana struktur bangunan. Dalam proyek ini

adalah PT. Rasya Anugrah Pratama

c. Konsultan M & E

Bertugas sebagai perencana Mekanikal dan Elektrikal. Dalam proyek

ini adalah PT. Rasya Anugrah Pratama

d. Konsultan Manajemen Konstruksi

Konsultan ini adalah badan usaha swasta yang menerima tugas dari

pemilik proyek untuk melihat, mengawasi, jalannya proyek agar sesuai

dengan yang direncanakan. Dalam proyek ini Konsultan Manajemen

Konstruksi langsung dari pihak owner, yaitu PT. Rasya Anugrah Pratama

e. Kontraktor Pelaksana
19

Pihak yang melaksanakan proyek secara fisik berdasarkan gambar

bestek beserta pehitungannya, dan bertanggung jawab penuh atas

kualitas konstruksi. Dalam proyek ini PT. Jagat Konstruksi Abdipersada

adalah sebagai kontraktor utama.

2.3.3 Hubungan Kerja Antara Unsur Organisasi

Pada proyek Apartemen Casa De Parco, ada beberapa unsur/ pihak yang

terlibat didalam proyek tersebut. Unsur tersebut memiliki hubungan kerja satu

sama lain di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya masing-masing.

Hubungan kerja tersebut dapat bersifat ikatan kontrak, garis koordinasi maupun

perintah.

OWNER
PT. Sinar Mas Land

KONTRAKTOR
KONSULTAN PERENCANA
PT. Jagat Konstruksi Abdipersada
ARSITEK : PT. Rasya Anugrah Pratama
STRUKTUR : PT. Rasya Anugrah Pratama
M & E : PT. Rasya Anugrah Pratama
SUBKON & SUPPLIER

Garis Perintah

Garis Koordinasi

Gambar 2.3.2 Skema Hubungan Kerja Pengelola Proyek

Dari gambar 2.3.2 dapat dijelaskan bahwa pemilik proyek memiliki

kekuasaan penuh atas unsur-unsur pengelola proyek yang lain, yaitu : konsultan
20

perencana, dan kontraktor pelaksana. Dalam melakukan tugas, kontraktor

pelaksana harus berkoordinasi dengan konsultan MK. Dalam hal ini untuk

konsultan MK langsung diemban oleh Owner sendiri, yaitu PT. Sinar Mas

Land. Apabila timbul permasalahan yang berhubungan dengan teknis

pelaksanaan di lapangan dapat dicari solusinya sesuai kesepakatan bersama.

2.3.4 Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi proyek adalah skema atau gambaran alur kerjasama

yang melibatkan banyak pihak dalam sebuah proyek. Struktur organisasi ini

dibuat untuk menjabarkan fungsi tugas dan tanggung jawab dari masing-masing

bagian.

Suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya selalu menggunakan

struktur organisasi sebagai wadah segala kegiatannya, tetapi untuk penerapan

sistem struktur organisasinya tergantung dari kondisi perusahaan yang

bersangkutan

Pada Proyek Apartemen Casa De Parco, struktur organisasi proyeknya

mencangkup struktur organisasi dari owner dan kontraktor pelaksana.

2.3.5 Struktur Organisasi Owner

Struktur organisasi owner pada proyek Apartemen Caasa De Parco dapat

dijelaskan pada gambar


21

Gambar 2.3.3 Struktur Organisasi Owner

a. Project Manager

Project Manager adalah seorang yang memimpin suatu proyek,

ditunjuk oleh Direktur Utama perusahaan. Seorang Project Manager

harus mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengkoordinir semua

bawahannya. Maka dari itu ia harus menguasai seluruh isi dari proyek agar

pekerjaan berjalan sesuai rencana.

b. Construction Manager

Bertugas untuk mengontrol berjalannya kegiatan konstruksi yang

dilakukan oleh kontraktor dari mulai bidang sipil, arsitek, mekanikal dan

elektrikal. Selain itu juga bertugas untuk mengontrol planning dan

scheduling.
22

c. Civil QA & QC Engineer

Merupakan orang yang bertugas mengontrol kualitas dari semua hal

yang berhubungan dengan pelaksanaan struktur bangunan. Civil engineer

berkoordinasi dengan CM dalam pelaksanaan struktur.

d. Architect QA & QC Engineer

Merupakan orang yang bertugas mengelola segala hal yang

berhubungan dengan pelaksanaan interior dan eksterior bangunan.

Architect engineer berkoordinasi dengan CM dalam pelaksanaaan

arsitektur bangunan.

e. Electrical QA & QC Engineer

Merupakan orang yang bertugas mengontrol kualitas dari semua hal

yang berhubungan sistem elektrikal/ kelistrikan bangunan. Electrical

engineer berkoordinasi dengan CM dalam pelaksanaaan elektrikal

bangunan.

f. Mechanical QA & QC Engineer

Merupakan orang yang bertugas mengontrol kualitas dari semua hal

yang berhubungan dengan pelaksanaan mekanikal bangunan. Mechanical

engineer berkoordinasi dengan CM dalam pelaksanaaan mekanikal

bangunan.

g. Finance Comercial

h. Accounting

Bertugas mengelola urusan keuangan dan akuntansi.

i. Cost Controling and Estimate


23

Bertugas untuk mengontrol biaya/ budget yang digunakan dalam proyek.

j. Administration and Public Relation

Mengurusi urusan umum dan SDM proyek. Semua dokumen-dokumen

dan surat menyurat proyek diurusi oleh Administrasi.

2.3.6 Stuktur Organisasi Kontraktor Pelaksana

Untuk kelancaran dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor

pelaksana membentuk struktur organisasi di lapangan. Struktur organisasi

tersebut diharapkan tidak terjadi tumpang tindih antara tugas dan tanggung

jawab, sehingga semua permasalahan yang timbul dapat ditanggulangi secara

menyeluruh, terpadu, dan tuntas dalam mencapai efisiensi kelancaran

pekerjaan, waktu, dan biaya yang seminimal mungkin. Struktur organisasi pada

kontraktor pelaksana dapat dijelaskan pada gambar 2.3.5

a. Project Manager/ Kepala Proyek

Project Manager adalah seorang yang memimpin suatu proyek.

Seorang Project Manager harus mempunyai kemampuan untuk

mengatur dan mengkoordinir semua bawahannya. Maka dari itu ia harus

menguasai seluruh isi dari proyek agar pekerjaan berjalan sesuai rencana.

b. Site Manager

Bertugas memimpin unit operasi lapangan, dan berwenang dalam

mengelola pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Ia berkoordinasi dengan

para kepala pelaksana dan mengontrol pekerjaan para mandor dan

subkontraktor.

c. Site Engineer
24

Merupakan orang yang bertugas mengelola segala hal yang

berhubungan dengan pelaksanaan struktur bangunan. Civil engineer

berkoordinasi dengan site manager dalam pelaksanaan struktur.

d. Supervisor

Supervisor bertugas melakukan monitoring pelaksaan. Monitoring

ini berupa peemeriksaan barang dan jasa serta melakukan test pekerjaan

di lapangan. Hal tersebut dilakukan agar semua pekerjaan dapat sesuai

target dan mutu.

e. Surveyor

Surveyor bertugas melaksanakan marking untuk keperluan

pelaksanaan proyek dengan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpass.

Selain itu Surveyor juga harus membuat data ukuran kondisi lapangan

sebagai masukan kebagaian engineer dan mengarsip data ukuran di

lapangan. Secara periodik melaksanakan pemeliharaan pengukuran

selama masa pelaksanaan pekerjaan. Melaporkan dengan segera bila

terdapat penyimpangan gambar pelaksanaan terhadap hasil pengukuran

di lapangan.

f. Drafter

Drafter bertugas membuat gambar-gambar pelaksanan di lapangan,

memperjelas gambar-gambar detail atau shop drawing berdasarkan

detail design dan membuat As Built Drawing.


25

g. Logistik

Logistik bertugas melakukan pencacatan dan pemeriksaan material

dan barang yang masuk ke proyek. Selain itu melakukan penjadwalan

terhadap pengadaan dan pemakaian bahan dan peralatan.

h. Administrasi/ Keuangan

Administrasi bertugas mengelola urusan keuangan, akuntansi, urusan

umum dan SDM proyek. Semua dokumen-dokumen dan surat menyurat

proyek diurusi oleh Administrasi.

i. Safety Officer

Saffety Officer atau biasa dikenal dengan nama Health and Safety

Environmental (HSE) Officer merupakan bagian yang bertanggung

jawab atas kesehatan dan keselamatan para tenaga kerja di perusahaan.

HSE Officer harus mengawasi dan memastikan tenaga kerja bekerja

sesuai dengan SOP agar kesehatan dan keselamatan tenaga kerja dapat

terjamin.

j. Kordinator Plumbing

Kordinator Plumbing bertugas mengatur segala sesuatu yang

berhubungan dengan pelaksanaan, pemeliharaan, dan perbaikan alat

plumbing dan pipa serta peralatanya di dalam atau di luar gedung dengan

sistem drainase saniter, drainase air hujan, ven, air minum yang

dihubungkan dengan sistem kota.


26

BAB III

PELAKSANAAN

3.1 Spesifikasi Teknik Bahan, Alat, dan Tenaga Kerja

Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan serta tenaga kerja pada suatu

proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

pekerjaan. Penggunaan alat dan bahan yang dipilih, serta kebutuhan tenaga

kerja harus sesuai dengan standar dan kondisi di lapangan.

Peralatan kerja yang digunakan terdiri dari alat-alat berat dan alat-alat

pelengkap lainnya, baik yang digerakan secara manual atau mekanis.

Pemilihan jenis peralatan yang akan digunakan dalam suatu pekerjaan

merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses penyelesaian suatu

pekerjaan secara cepat dan tepat. Pertimbangan dari segi biaya sehubungan

dengan penggunaan peralatan harus tetap ada, artinya harus ada optimasi dari

harga produksi persatuan waktu untuk setiap peralatan yang digunakan.

Selama pelaksanaan pekerjaan di proyek, pemeliharaan dan perawatan

peralatan terutama untuk alat-alat berat harus dilakukan secara rutin, sehingga

kondisi alat selalu baik dan siap pakai. Hal ini sangat penting agar dalam

pelaksanaan nanti tidak terhambat karena adanya kerusakan pada peralatan

kerja.

Penyimpanan bahan-bahan bangunan perlu mendapat perhatian khusus,

mengingat bahan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti semen

dan tulangan yang sangat di pengaruhi oleh air dan udara. Penempatan bahan

yang tepat dan seefisien mungkin juga perlu diperhatikan untuk dapat
27

mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Di samping itu, penempatan

bahan yang baik dan tertata rapih akan mendukung efektifitas kerja dan

keselamatan kerja. Pengaturan penyimpanan bahan-bahan bangunan dan

peralatan pada suatu proyek menjadi tanggung jawab bagian logistik (material

management) dan gudang (warehouse).

Bahan/material yang digunakan harus sesuai dengan RKS (Rencana Kerja

dan syarat-syarat teknis ) dan telah mendapat persetujuan dari konsultan

pengawas dengan menunjukan contoh-contohnya. Pihak konsultan pengawas

memeriksa bahan/material yang datang secara langsung, apakah bahan itu

sesuai dengan contoh atau tidak. Jika disetujui, maka pekerjaan dapat

dilanjutkan, namun jika tidak, maka diganti sesuai dengan permintaan

konsultan pengawas atau sesuai RKS.

Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi, tentunya diperlukan alat-

alat penunjang yang akan turut menentukan keberhasilan suatu proyek

konstruksi. Bangunan gedung bertingkat tinggi (high rise building) dalam

pelaksanaannya memerlukan dukungan peralatan berat. Pengadaan peralatan

konstruksi dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Pengadaan yang dilakukan sendiri oleh pihak kontraktor, yaitu dengan

menggunakan peralatan yang dimilikinya sendiri berupa inventaris

perusahaan ataupun yang dibeli saat proyek berjalan.

2. Pengendalian yang dilakukan dengan melibatkan pihak luar, yakni pihak

pemilik persewaan peralatan kontruksi. Cara ini harus dilakukan jika pihak

kontraktor tidak memiliki sendiri peralatan-peralatan konstruksi tertentu


28

yang perlu untuk digunakan dalam pembangunan proyek, sehingga harus

menyewa dari pihak luar.

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemesanan

bahan/material, yaitu :

1. Identifikasi jenis dan jumlah bahan. Pemesanan suatu bahan harus didahului

dengan proses pengamatan dan memilihan bahan sesuai dengan spesifikasi

yang telah ditentukan desain. Setelah diketahui spesifikasi bahan yang

digunakan, maka dilanjut dengan penentuan jumlah bahan yang dibutuhkan

untuk setian pekerjaan konstruksi. Perhitungan jumlah kebutuhan bahan

disesuaikan dengan rencana pekerjaan yang nantinya akan dibagi

berdasarkan satuan yang tersedia di pasaran, dalam hal ini bahan yang

disediakan oleh supplier.

2. Pertimbangan akan kualitas bahan biasanya didasarkan pada nama baik

produsen dan supplier yang menyediakan bahan bermutu baik, yang telah

diketahui oleh kontraktor.

3. Faktor harga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan karena semakin

murahnya harga bahan maka biaya pengeluaran proyek dapat diperkecil.

Hal ini tentu saja akan menguntungkan kontraktor. Saat kontraktor

memutuskan untuk menggunakan bahan dengan harga termurah, aspek

kualitas bahan tidak boleh dikesampingkan.

Waktu pengiriman bahan sejak pemesanan dilakukan juga harus menjadi

pertimbangan. Walaupun lokasi supplier dekat dengan proyek, namun jika

pihak supplier tidak tanggap merespon pemesanan dan pendistribusian


29

bahan, maka ada kemungkinan schedule akan terganggu akibat

keterlambatan pengadaan bahan.

3.1.1 Spesifikasi Bahan

1. Material Beton

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang

lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan

cmpuran tambahan membentuk masa padat. (SK.SNI T-15-1990-03:1).

Beton ready mix adalah beton yang berupa bahan konstruksi siap tuang,

artinya siap untuk langsung dipakai pada pekerjaan pengecoran. Beton ready

mix biasanya dibuat dalam jumlah besar. Salah satu pertimbangan pemakaian

beton ready mix adalah faktor efisiensi waktu, biaya dan tenaga kerja.

Mengingat bahwa beton ready mix merupakan bahan siap pakai, maka beton

ready mix dapat langsung dipakai untuk pekerjaan pengecoran dalam jumlah

banyak, tanpa harus menunggu proses pembuatan dengan cara sedikit demi

sedikit. Suplayer Beton Ready Mix pada proyek Apartemen Casa De Parco

ini adalah Pionir Beton dan Holcim. Untuk satu truk mixer memiliki volume

7 m³.

Pengangkutan dari tempat pembuatan beton ready mix (batching plant)

ke lokasi proyek menggunakan mixer truck yang disediakan oleh pihak

pembuat beton. Untuk pengecoran digunakan concrete pump. Syarat–syarat

mix design agar bisa dipompa dengan concrete pump adalah:


30

1. Mempunyai workability yang cukup sehingga dapat dengan mudah

mengikuti perubahan bentuk dan arah selama melewati pipa dengan tekanan

kecil pada concrete pump.

2. Pasta portland cement harus cukup sehingga dapat melapisi permukaan

beton dan mengurangi gesekan terhadap pipa concrete pump.

Adapun keuntungan pemakaian beton ready mix antara lain :

a. Menghindari kotornya proyek karena penimbunan material.

b. Mempercepat pekerjaan pembetonan.

c. Mengurangi jumlah pekerja.

d. Menjamin mutu hasil pengecoran sesuai persyaratan.

Adapun kerugian pemakaian beton ready mix adalah :

 Bila terjadi kelebihan beton akibat pemesanan, maka menjadi tanggung

jawab pihak kontraktor.

 Pemesanan hanya bisa diproses jika minimal 3 m3, apabila pengecoran

tidak memenuhi harga minimal, maka pemesanan tidak akan diproses.

 Jika pada saat pengecoran terjadi pembatalan akibat cuaca seperti hujan

lebat atau hal lain, maka adukan yang terlalu lama disimpan dalam

mixer (melebihi waktu yang ditentukan) harus dibuang, karena

dipastikan akan terjadi setting time. Hal ini menjadi tanggung jawab

kontraktor sebagai pemesan.

 Kemungkinan terjadi keterlambatan pengecoran akibat terhambatnya

transportasi pengangkutan pada saat perjalanan atau jarak yang sangat


31

jauh antara batching plant dengan lokasi proyek harus diperhitungkan,

jangan sampai terjadi setting time.

Uraian material pembentuk beton sebagai berikut :

1. Semen

Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah

berhubungan dengan air dan semen juga merupakan suatu jenis bahan yang

memiliki sifat adhesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-

fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat. Semen merupakan hasil

industri yang sangat kompleks dengan campuran serta susunan yang

berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu semen

nonhidrolik dan semen hidrolik.

Tabel 3.1.1 Jenis Semen

NO Macam Semen Definisi

1. Semen nonhidrolik

1.kapur Semen Nonhidrolik yang dihasilkan

oleh proses kimia dan mekanis di alam

yang berfungsi memperbaiki

permukaan beton yang tidak

mengandung pori-pori. Kekuatan

kapur sebagai bahan pengikat hanya

dapat mencapai sepertiga kekuatan

semen portland.
32

2. Semen Hidrolik

2.Kapur Hidrolik Semen hidrolik dengan kekuatan

rendah yang penggunaannya antara

lain untuk adukan tembok, lapisan

bawah plesteran, plesteran akhir, bahan

pencampur semen, dan sebagai bahan

tambah jika beton akan diekspose.


a. Semen Pozolan Bahan ikat yang mengandung

silika amorf yang apabila dicampur

dengan kapur akan membentuk benda

padat yang keras sebagai bahan tambah

yang digunakan pada bangunan yang

tidak memerlukan persyaratan

konstruksi yang khusus, tetapi

menggunakan banyak bahan semen.


b. Semen Terak Semen hidrolik yang sebagian besar

terdiri dari suatu campuran seragam

serta kuat dari terak tanur kapur tinggi

dan kapur tohor, digunakan sebagai

campuran beton pada jenis pekerjaan

yang tidak begitu mementingkan aspek

kekuatan.
33

c. Semen Portland Semen hidrolik yang dihasilkan

dengan menggiling klinker yang

terdiri dari kalsium silikat hidrolik

yang umumnya mengandung satu atau

lebih kalsium sulfat sebagai bahan

tambahan (ASTM C-150,1958).

Fungsi utama semen adalah sebagai

bahan pengikat butir-butir agregat.

d. Semen Portland Campuran semen portland dan

Pozollan (PPC) bahan-bahan yang bersifat pozzolan

seperti terak tanur tinggi dan hasil

residu PLTU, umumnya digunakan

untuk beton yang diekspos terhadap

sulfat.

e. Semen Putih Semen portland yang kadar oksida

besinya rendah, kurang dari 0,5% dan

digunakan untuk membuat siar

keramik dan benda yang mengandung

nilai seni.

f. Semen Alumina Semen tahan api yang memiliki

kekuatan tekan awal yang tinggi serta

tahan terhadap serangan asam dan

garam-garam sulfat sehingga hanya


34

dapat dipergunakan di negara yang

mempunyai musim dingin.

Sumber : RKS PT. Jagat Kontruksi Abdipersada

Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan

rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan. Dalam pekerjaan

beton, jenis semen yang paling banyak digunakan adalah Semen Portland.

Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam semen akan membentuk

karakter dan jenis semen. Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland

dibagi menjadi 5 jenis (SNI T-15-1990-03:2).

Tabel 3.1.2 Klasifikasi Semen Portland

Tipe Semen Macam Semen Definisi

Tipe I Tidak memerlukan Digunakan secara luas

persyaratan khusus sebagai semen umum untuk

seperti jenis-jenis konstruksi teknik sipil dan

lainnya. arsitektur.

Tipe II Memerlukan Memiliki kadar C3A tidak

ketahanan terhadap lebih dari 8%. Secara umum

sulfat dan panas hidrasi dipakai untuk beton masif yang

sedang. besar, seperti pekerjaan dasar

untuk bendungan, jembatan atau

bangunan besar.

Tipe III Memerlukan Memiliki kadar C3A dan C3S

kekuatan awal yang yang tinggi. Dipergunakan


35

tinggi dalam fase untuk konstruksi pada daerah

permulaan setelah yang bertemperatur rendah

pengikatan terjadi. (mempunyai musim dingin).

Tipe IV Memerlukan panas Digunakan untuk pekerjaan

hidrasi yang rendah. yang besar dan masif, seperti

untuk pekerjaan bendung,

pondasi berukuran besar atau

pekerjaan besar lainnya.

Tipe V Memerlukan Digunakan untuk pekerjaan

ketahanan sulfat yang beton dalam tanah yang

tinggi. mengandung sulfat dalam

prosentase yang tinggi atau pada

bangunan yang berhubungan

dengan air laut dan air buangan

industri.

Sumber : RKS PT. Jagat Kontruksi Abdipersada

Pada proyek Apartemen Casa De parco, semen yang digunakan adalah

Tigaroda Indocement dan Holcim, Portland Cement Type I.

2. Agregat Kasar

Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan

atau berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan

mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. Agregat Kasar adalah agregat

dengan ukuran butiran lebih besar dari saringan No.88 (2,36 mm). Agregat
36

kasar/ kerikil yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat berdasarkan

ketentuan yang ada menurut PBI 1971 (NI-2) yaitu :

a. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% yang

ditentukan terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur melampaui 1%

maka agregat harus dicuci.

b. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,

seperti zat-zat organic dan bahan alkali yang dapat merusak beton.

c. Kekerasan butir-butir agregat kasar yang diperiksa dengan mesin Los

Angeles tidak boleh terjadi kehilangan berat atau keausan agregat lebih

dari 50%.

d. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya.

Mempunyai modulus kehalusan antara 6-7,10 dan apabila diayak harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

 Sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0% dari berat sisa.

 Di atas ayakan 4,8 mm 90%-98% dari berat.

 Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan

maksimum 60% dan minimum 10% dari berat.

Pada proyek Apartemen Casa De Parco, Agregat kasar yang digunakan

adalah split 1:2, sedangkan untuk beton ready mix menggunakan agregat

rumpin.
37

3. Agregat Halus

a. Pasir

Agregat halus merupakan batuan halus yang terdiri dari butiran

sebesar 0,14-5 mm yang didapat dari hasil disintegrasi (penghancuran)

batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan memcahnya (artificial

sand), tergantung dari kondisi pembentukan terjadinya.

Agregat halus untuk sand blanket dapat berupa pasir alam sebagai

hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir yang dihasilkan

oleh alat pemecah batu. Agregat halus atau pasir yang digunakan dalam

suatu proyek konstruksi harus berkualitas tinggi dan memenuhi beberapa

persyaratan. Pasir yang digunakan diperiksa mengenai :

 Kandungan lumpur atau kotoran-kotorannya.

 Kekerasan dan kekuatannya.

 Susunan butiran (gradasi)

Menurut PBI 1971 (NI-2) pasir yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut :

a. Agregat halus terdiri dari butira-butiran tajam dan keras, bersifat kekal

dalam arti tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti panas

matahari dan hujan.

b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan

terhadap berat kering). Lumpur yang dimaksud adalah butiran-butiran

yang lolos saringan diameter 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari

5 % maka pasir harus dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai.


38

c. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik lebih dari 0,25 %

yang dibuktikan dengan warna abram – harder (larutan NaOH).

d. Pasir mempunyai gradasi butiran bervariasi, dan apabila diayak harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

 Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.

 Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.

 Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80%-90% berat.

4. Abu Batu

Abu batu merupakan hasil sampingan dalam produksi batu pecah. Abu

batu yang dapat digolongkan sebagai filler adalah abu batu yang memiliki

diameter lebih kecil dari 0,125 mm. Menurut Celik dan Marar (1996),

agregat halus yang dihasilkan dari lokasi stone crusher mengandung kurang

lebih 17% sampai 25% fraksi abu batu.

Penambahan filler yang dimaksudkan untuk meningkatkan viskositas

beton perlu dicermati dalam hal spesifikasi bahan maupun harga di pasaran,

dalam penelitian ini dipilih serbuk abu batu karena bahan ini bersifat

higroskopis dan mudah didapatkan dengan harga yang murah. Penggunaan

serbuk abu batu dapat meningkatkan viskositas beton segar sekaligus

mengurangi kecenderungan terjadinya segregasi dan bleeding pada beton

segar, selanjutnya setelah beton mengeras diharapkan serbuk abu batu dapat

mengisi rongga-rongga yang ada pada beton sehingga dapat meningkatkan

kuat tekan beton yang dihasilkan.


39

Tabel 3.1.3 Sifat-Sifat Agregat

Batas Maksimum yang

Sifat-sifat Metode Pengujian diijinkan untuk agregat

Halus Kasar

Keausan Agregat

dengan mesin los


SNI 03-2417-1991 - 40 %
Angeles pada 500

putaran

Kekekalan Bentuk

Batu terhadap larutan

natrium sulfat atau SNI 03-3407-1994 10 % 12 %

magnesium sulfat

setelah 5 siklus

Gumpalan lempung

dan partikel yang SK SNI M-01-1994-03 0.5 % 0.25 %

mudah pecah

Bahan yang lolos


SK SNI M-02-1994-03 3% 1%
ayakan No.200

Sumber : RKS PT. Jagat Kontruksi Abdipersada

5. Air

Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan

dilapangan adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengundang bahan-

bahan kimia (asam alkali), tidak mengandung organisme yang dapat


40

memberikan efek merusak beton / tulangan, minyak atau lemak dan

memenuhi syarat-syarat dalam SNI 03-2847-2002 serta diuji terlebih dahulu

oleh leboratorium yang disetujui secara tertulis oleh direksi/MK.

Air percampuran yang digunakan pada beton prategang atau pada beton

yang di dalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang

terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam

jumlah yang membahayakan. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh

digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi :

a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran

beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada selinder uji mortar yang

dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus

mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari

kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.

Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa,

terkecuali pada air percampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan

“metode uji kaut tekan untuk mortar semen hidrolis ( menggunakan

specimen selinder dengan ukuran sisi 50mm)” (ASTM C109)

6. Besi Tulangan Beton ( Steel Bar )

Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar, mutu besi beton adalah sbb:

Untuk diameter di bawah 10 mm : U24 polos/plain bar

Untuk diameter 10 dan di atas 10 mm : U24 ulir /deformed bar

Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :


41

a. Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/karat dan tidak cacat

(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).

b. Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan

bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan

SNI 03-2847-2002.

c. Mempunyai penampangan yang sama rata.

d. Harus tulangan ulir, kecuali baja polos diperkenankan untuk tulangan

spiral atau tendon tulangan yang terdiri dari profil baja struktural, pipa

baja dapat digunakan sesuai dengan persyaratan ini.

e. Pada prinsipnya, besi beton tidak boleh direkuk saat diangkut ke

site/lapangan, kecuali untuk diameter lebih kecil dari 13 mm.

Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan

diatas, harus mendapat persetujuan tertulis perencana struktur. Besi beton harus

disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk

mencampur adukan bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk

pekerjaan konstruksi.

Sebelum mengadakan pemesanan pemborong harus mengadakan pengujian

mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari

direksi/MK. Sampel diambil dan diuji dibawah kesaksian direksi/MK,

berjumlah minimum 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap diameter dan panjangnya ±

100 mm.

Test/ pengujian mutu besi beton harus dilakukan di laboratorium

Independent yang disetujui secra tertulis oleh Direksi/MK. Percobaan mutu besi
42

beton juga akan dilakukan setiap saat secara random oleh direksi/MK. Contoh

besi beton yang diambil dan diuji tanpa kesaksian direksi/MK tidak

diperkenankan sama sekali dan hasil test yang bersangkutan tidak sah dan harus

diulang atas biaya pemborong.

Perencanaan Struktur akan menerima dari direksi /MK copy seluruh tes-tes

yang dilakukan dan apabila perlu memberikan catatan/tanggapan/rekomendasi.

Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab

pemborong. Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau

yang semacam itu, harus mendapat persetujuan tertulis perencana struktur. Besi

beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran dan

tangggal pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai untuk

besi tersebut. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya

tidak sesuai dengan spesifikasi struktur harus segera dikeluarkan dari site

setelah menerima instruksi tertulis dari direksi/MK, dalam waktu 2 X 24 jam

atas biaya pemborong, untuk menjamin mutu besi beton, Direksi/MK harus

meminta pemborong untuk melakukan pengujian tambahan/test rutin untuk

setiap pengiriman sampai 30 ton dengan jumlah 3 (tiga) buah contoh untuk

masing-masing diameter atas biaya pemborong atau setiap saat apabila

Direksi/MK mempunyai karaguan terhadap mutu besi pemborong atau setiap

saat apabila Direksi/MK mempunyai keraguan terhadap mutu besi beton yang

dikirim. Direksi/MK wajib melakukan evaluasi sendiri laporan test-test tersebut

dan memastikan bahwa mutu besi tulangan tersebut memenuhi gambar dan
43

spesifikasi, perencana struktur mendapat copy setiap laporan test rutin tersebut

melalui MK. Dan memberikan evaluasi / komentar apabila perlu

7. Mutu Beton

a. Kecuali bila ditentukan lain, kualitas beton yang digunakan adalah beton

ready mix dengan nilai fc’ sesuai dengan yang tercantum dalam gambar.

Dapat digunakan beton dengan kadar maks. “fly Ash” 15 %. Evaluasi

penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat

dalam SNI 03-2847-2002. Mutu beton k-175 hanya digunakan untuk

kolam-kolam praktis, ring balok pada pasangan bata, bagian-bagian lain

yang tidak memikul beban dan bagian-bagian yang dicantumkan dalam

gambar.

b. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat

kualitas beton yang disyaratkan dengan memperhatikan data-data

pengalaman pelaksanaan di lain tempat dan dengan mengadakan trial-mix

di laboratorium.

c. Design mix harus disampaikan kepada direksi/MK untuk mendapatkan

persetujuan tertulisnya, walaupun design mix sudah disetujui oleh

direksi/MK, namun hal ini tidak melepaskan tanggung jawab pemborong

untuk menggunakan beton sesuai dengan yang sudah ditentukan. Design

mix dan hasil tes slinder trial mix juga ditembuskan kepada perencana

struktur sebagai informasi dan bila perlu memberikan catatan / tanggapan

/rekomendasinya.
44

d. Selama pelaksanaan harus selalu dibuat benda-benda uji berupa silinder

beton, menurut ketentuan-ketentuan yang disebut dalam SNI 03-2847-

2002 mengingat bahwa W/C faktor yang sesuai di sini adalah sekitar 0,52-

0,55 maka pemasukan adukan kedalam cetakan benda uji dilakukan

menurut SNI 03-2847-2002 Indonesia tanpa menggunakan penggetar.

Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1

benda uji per 1,5M³ beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda

uji yang pertama. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara

yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.

e. Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton

yang dibuat dengan disahkan oleh direksi/MK dan laporan tersebut harus

dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton karakteristiknya, laporan

tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorim.

f. Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 M³, harus dilakukan slump

test dengan ketentuan nilai slump sebagai berikut :

 Untuk bored pile : (180±10) mm

 Untuk plat basement, pilecap : (130±10) mm

 Untuk balok dan plat : (130±10) mm

 Untuk kolom, dinding beton/shearwall : (150±10) mm

Cara pengujian slump sebagai berikut :

Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton

(bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas kayu yang rata

plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan
45

tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm panjang 30 cm

dengan ujung yang bulat (seperti peluru).

Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya.

Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu

lapisan yang di bawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat

perlahan-perlahan dan diukur penurunannya (nilai slumpnya). Slump test

dilakukan di bawah kesaksian langsung direksi/MK dan dicacat secara tertulis.

8. Beton Tahan Sulfat

Ketentun untuk beton yang berhubungan dengan air atau tanah yang

mengandung sulfat adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1.4 Beton Tahan Sulfat

Kandungan semen

Konsentrasi sulfat dalam bentuk min. kg/m³ untuk

SO³ ukuran nominal

agregat maksimum

Kadar Dalam tanah Sulfat

gangguan Total SO³ yang (SO³) Tipe semen Factor

sulfat SO³ (%) terlarut dalam air air

dalam tanah g/1 40 20 10

campuran mm mm mm

air tanah

2:1g/1
46

Tipe I

dengan

1 Kurang Kurang Kurang atau tanpa 280 300 350 0,50

dari 0,2 dari 1,0 dari 0,3 pozolan (

15-40 %)

Tipe I

dengan

2 0,2-0,5 1,0-1,9 0,3-1,2 atau tanpa 290 330 380 0,50

pozolan

(15-40%)

Tipe I +

pozolan

(15-40%)

atau semen 270 310 360 0,55

Portland

pozolan

Tipe II atau 250 290 340 0,55

tipe V

Tipe I +

pozolan

(15-40%)
47

3 0,5 - 1 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5 atau semen 340 380 430 0,45

Portland

pozolan

4 1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau 290 330 380 0,50

tipe V

Tipe II atau 330 370 420 0,45

tipe V

Tipe II atau

tipe V +
5 Lebih Lebih Lebih 330 370 420 0,45
lapisan
dari 2,0 dari 5,6 dari 5,0
pelindung

Sumber : RKS PT. Jagat Kontruksi Abdipersada

9. Beton Kedap Air

Ketentuan minimum beton kedap air adalah sebagai berikut :

1. Sifat beton yang harus dipenuhi:

a. Beton kedap air normal bila diuji dengan cara peredaman dalam air:

 Selama 10 + 0,5 menit, resapan (absorbs) maksimum 2,5% terhadap

berat beton kering oven.


48

 Selama 24 jam, resapan (absorbs) maksimum 6,5% terhadap berat

beton kering oven.

b. Beton kedap air agresif, bila diuji dengan cara tekanan air, maka

tembusnya air kedalam beton tidak melampaui batas berikut :

 Agresif sedang : 50 mm

 Agresif kuat : 30 mm

2. Proposi campuran beton yang memenuhi diatas harus memenuhi

ketentuan pada tabel-tabel berikut :

Tabel 3.1.5 Kandungan Butir Halus 0,30 mm dalam 1m³ Beton

Ukuran Nominal Maksimum Minimum Kandungan Butir Halus

Butir Agregat (mm) Dalam 1m³ Beton (Kg/ m³)

10 520

20 450

40 400

Sumber : RKS PT. Jagat Kontruksi Abdipersada

Tabel 3.1.6 Jenis Beton

Kondisi Faktor air Tipe Kandungan

lingkungan semen semen semen

minimum
49

berhubungan maksimum Kg/M³ ukuran

dengan W/C nominal

Jenis maksimum

beton agregat

40 20

mm mm

Air tawar 0,50 Tipe I – 280 300

Air payau 0,45 Tipe I + 340 380

pozolan

Bertulang (15 – 40

%) atau

semen

Portland

pozolan

0,50 Tipe II 290 330

atau tipe

Air laut 0,45 Tipe II 330 370

atau tipe

Sumber : RKS PT. Jagat Kontruksi Abdipersada


50

10. Design Mix / Perancangan Proposi Campuran

Deviasi Standar

1. Nilai deviasi standar dapat diperoleh jika fasilitas produksi beton

mempunyai catatan hasil uji. Data hasil uji yang akan dijadikan sebagai

data acuan untuk perhitungan deviasi standar harus :

a. Mewakili jenis material, prosedur pengendalian mutu dan kondisi

yang serupa dengan yang diarahkan dan perubahan pada material

ataupun proposi campuran dalam data pengujian tidak perlu dibuat

lebih ketat dari yang digunakan pada pekerjaan yang akan dihasilkan.

b. Mewakili beton yang diperlukan untuk memenuhi kekuatan yang

disyaratkan atau kuat tekan f’c pada kisaran 7 MPa dari yang

ditentukan untuk pekerjaan yang akan dilakukan.

c. Terdiri dari sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian berurutan atau

dua kelompok pengujian berurutan yang jumlahnya sekurang-

kurangnya 30 contoh pengujian seperti suatu uji kuat tekan harus

merupakan nilai kuat tekan rata-rata dari dua contoh uji selinder yang

berasal dari adukan beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari atau

pada umur uji yang ditetapkan untuk penentuan f’c.

d. Jika fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji, tetapi

mempunyai catatan uji dari pengujian sebanyak 15 contoh sampai 29

contoh secra berurutan, maka deviasi standar ditentukan sebagai hasil

perkalian antara nilai deviasi standar yang dihitung dan faktor,

modifikasi seperti pada tabel. Agar dapat diterima, maka catatan hasil
51

pengujian yang digunakan harus memenuhi persyaratan. Dan hanya

mewakili catatan tunggal dari pengujian-pengujian yang berurutan

dalam periode waktu tidak kurang 45 hari kalender.

11. Beton Decking

Beton decking adalah beton yang dibentuk sedemikian rupa dan dengan

ukuran tertentu yang berfungsi sebagai penyangga supaya besi tidak

mengalami defleksi dan jaraknya tetap sama. Beton decking juga berfungsi

untuk menentukan selimut beton pada saat pemasangan besi. Beton decking

dibuat dengan menggunakan campuran 1 : 3.

12. Kawat Bendrat

Kawat bendrat ini digunakan dalam pemasangan tulangan sebagai

pengikat antar besi tulangan agar bisa membentuk suatu bentuk struktur

yang dikehendaki dan tidak bergerak/ berpindah pada saat pengecoran dan

pemadatan dengan vibrator secara langsung. Kawat ini mempunyai

diameter 1 mm dan dalam penggunaannya dipakai tiga lapis kawat supaya

lebih kuat. Dengan adanya pengikat ini, maka besi tulangan dapat menahan

beban yang direncanakan dengan optimal.

13. Kayu

Kayu digunakan sebagai perkuatan dan pengaku pada bekisting.

Penguat/ pengaku ini digunakan untuk mencegah lendutan bekisting akibat

pembebanan selama pengecoran, dan didapat hasil pengecoran yang

sempurna. Kayu yang digunakan adalah kayu sengon 5/10 cm dan balok

6/12 cm.
52

Adapun syarat-syarat kayu yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Kayu yang dipakai harus kuat.

2. Tidak mempunyai cacat seperti : terlalu banyak mata kayu, terjadi

pemuntiran serat kayu.

3. Tidak terjadi pelapukan atau rapuh baik itu oleh serangga ataupun oleh

jamur.

3.1.2 Spesifikasi Alat

Penurunan mutu dan kerusakan pada peralatan kerja adalah faktor yang

harus dihindari. Oleh karena itu, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pemeliharaan rutin

2. Pemeriksaan terhadap kapasitas beban yang akan dipikul alat

Tabel 3.1.7 Daftar Alat Kerja

No Nama Alat Keterangan

1. Concrete Vibrator Alat yang berfungsi menggetarkan

beton pada saat pengecoran agar

beton dapat mengisi seluruh ruangan

dan tidak terdapat rongga-rongga

udara diantara beton yang dapat

membuat beton keropos.


53

2. Tower Crane Untuk mengankat bahan material,

scaffolding, pengecoran dll. Baik dari

lantai bawah ke atas maupun

dipindahkan dari titik satu ke titik

yang lain pada arah horizontal.

3. Passenger Hoist Digunakan untuk mengangkut

pekerja proyek, dan bahan/ material

kebutuhan lapangan. Biasanya

digunakan pada bangunan bertingkat

tinggi.

4. Bar Cutter Alat pemotong baja tulangan sesuai

panjang yang telah ditentukan

5. Bar Bender Untuk membengkokkan tulangan

sesuai yang telah ditentukan


54

6. Scaffolding Sebagai perancang dan struktur

sementara pendukung bekisting plat

dan balok.

7. Air Compressor Untuk menghasilkan udara

bertekanan tinggi, membersihkan

lokasi yang akan dicor dari kotoran-

kotoran yang dapat mengurangi

mutu beton

8. Cutter Wire Alat pemotong besi portable.

9. Stamper Digunakan untuk pemadatan tanah.

Istilah lainnya disebut stamping

rammer.
55

10. Gerinda Untuk menghaluskan benda kerja

atau untuk mengasah mempertajam

benda.

11. Alat Las Untuk pengelasan

12. Sipatan Untuk marking

13. Alat-alat Tukang Alat-alat untuk membantu

(palu, cangkul, gergaji, paku, memudahkan pekerjaan tukang

tang, meteran, pahat) dalam bekerja.

14. Bor Tangan Digunakan untuk membuat lubang

pada kayu, dinding, beton (balok,

kolom, dan plat lantai) dan untuk

pemasangan baut, selain itu juga

dapat digunakan untuk pekerjaan

bobok beton.
56

15. Hand Pallet Sebagai alat bongkar muat barang,

serta memindahkan barang secara

efektif, mudah pemakaian dan

pengoperasiannya.

16. Pompa Air Alat untuk memompa air dalam baik

untuk kebutuhan konstruksi maupun

kebutuhan yang lain.

17. Mesin Pengamplas Menghaluskan permukaan benda-

benda kasar seperti finishing beton

agar lebih halus permukaannya.

18. Concrete Pump Untuk mengalirkan adukan beton

secara mekanis dari truck mixer ke

tempat pengecoran

19. Truck Mixer Untuk mengangkut adukan beton

dari tempat pembuatan ke lokasi

proyek
57

20. Back hoe Untuk menggali tanah agar sesuai

dengan elevasi yang diinginkan

21. Dump Truck Untuk pengangkutan tanah hasil

galian dari proyek menuju disposal

area.

22. Mobile Crane Fungsinya sama dengan tower

crane, namun bersifat mobile atau

bisa berpindah tempat sehingga

tidak memerlukan pondasi khusus.

Sumber : Dokumen PT. Jagat Kontruksi Abdipersada dan Dokumen Lapangan

Tabel 3.1.8 Daftar Alat Ukur

No Nama Alat Keterangan

1. Waterpas Untuk pekerjaan menentukan titik

pile, menentukan posisi as jalan,

mengukur ketinggian
58

2. Bak Ukur Untuk menentukan titik – titik

elevasi pada suatu dasar tanah

3. Theodolit Untuk menentukan titik as

bangunan, tegak lurusnya

bangunan, menentukan elevasi

bangunan, membuat sudut – sudut

bangunan dan dapat juga

digunakan untuk penyipatan datar

4. Leveling Untuk membantu surveyor dalam

menentukan garis datar.

Sumber : Dokumen PT. Jagat Kontruksi Abdipersada dan Dokumen Lapangan

3.1.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu

proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu

penyelesaian suatu pekerjaan proyek. Namun perlu diperhatikan juga bahwa

manusia merupakan sumber daya yang kompleks dan sulit diprediksi sehingga

diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih mendalam dalam pengelolaan


59

tenaga kerja. Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan

keputusan yang berhubungan dengan:

1. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.

2. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.

3. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.

4. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek

berlangsung.

5. Perencanaan, scheduling, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja.

3.2 Metode Dan Prosedur Pelaksanaan

3.2.1 Pekerjaan Kolom

Urutan pekerjaan kolom :

1. Stek tulangan kolom + Marking

a. Titik-titik аѕ kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yang

melakukan pengukuran dan pematokan, yaitu mаrkіnɡ berupa titik-titik

atau garis yang digunakan sebagai dasar penentuan letak bekisting dan

tulangan kolom. Penentuan аѕ kolom dilakukan dengan menggunakan

alat theodolite. Untuk pekerjaan pengukuran ini diperlukan juru ukur

(surveyor) yang berpengalaman, khususnya dalam

pelaksanaan gedung bertingkat (surveyor yang bersertifikat). Posisi аѕ

kolom arah vertikal ditentukan berdasarkan аѕ kolom pada lantai

sebelumnya. Proses pemindahan titik аѕ (axis) kolom dari lantai bawah ke

lantai atas berikutnya dengan pembuatan lubang-lubang pada pelat lantai.


60

Lubang-lubang tersebut nantinya ditutup kembali setelah pemindahan

titik аѕ kolom selesai.

Gambar di bawah ini dapat menjelaskan secara sederhana pekerjaan

pemindahan titik as kolom.

Gambar 3.2.1 Skema Pemindahan Titik As Kolom

Gambar 3.2.2 Marking As Kolom

b. Posisi аѕ kolom harus sentris kedudukannya terhadap аѕ pada lantai

sebelumnya, untuk itu dilakukan juga pengecekan dengan menggunakan

benang dan unting-unting. Dengan bantuan titik-titik acuan bangunan

yang sentris disetiap lantainya, maka dapat ditentukan letak аѕ kolom dan
61

kemudian dibuat аѕ - аѕ yang lain dengan mengikuti jarak yang telah

disyaratkan dalam perencanaan awal. Pengecekan аѕ kolom dilakukan

dengan menempatkan alat theodolite pada mаrkіnɡ tersebut dan

kemudian mengecek kelurusan mаrkіnɡ kolom.

2. Fabrikasi Tulangan & Pemasangan Tulangan

Fabrikasi tulangan kolom dikerjakan pada los pembesian. Fabrikasi

tulangan disesuaikan dengan gambar kerja. Pada saat pemasangan tulangan,

digunakan tower crane untuk mengangkat tulangan yang telah dirangkai,

dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dalam pemasangan dan

penyambungan pada kolom agar kolom tersebut benar-benar tegak lurus

seperti kolom - kolom yang berada di lantai bawahnya.

 Bahan terdiri dari :

a. Besi tulangan

c. Kawat bendrat

 Tenaga Kerja :

a. Tukang besi terampil yang mengerti lingkup pekerjaan pembesian.

b. Mandor dan pelaksana yang dapat membaca shop drawing/ for

construction dengan baik.

 Alat yang digunakan :

a. Tower crane

b. Bar bender : alat yang digunakan untuk pembengkokan besi tulangan

c. Bar cutter : alat yang digunakan untuk pemotongan besi tulangan.

d. Tang besi
62

 Metode kerja:

a. Besi tulangan berbagai diameter dipotong sesuai dengan ukuran dalam

gambar kerja dengan bar cutter, sedangkan pembengkokan tulangan

dilakukan dengan menggunakan bar bender.

b. Pemotongan tulangan utama dilakukan sepanjang tinggi kolom pada

lantai ditambah dengan panjang penyaluran tulangan untuk pekerjaan

penyambungan tulangan yaitu sebesar 50D (D = diameter tulangan ulir).

c. Panjang pembengkokan tulangan sengakang dilakukan sesuai dengan

ketentuan bar bender schedule. (lihat gambar rencana)

d. Besi tulangan difabrikasi dengan cara mengikatkan tulangan pokok kolom

dengan tulangan sengkang menggunakan kawat bendrat, jarak dan jumlah

tulangan pokok disesuaikan dengan shop drawing dan bestaat.

e. Tulangan kolom yang talah selesai difabrikasi dipasang pada posisi

kolom. Tulangan kolom diangkat dengan menggunakan tower crane.

f. Pemasangan tulangan kolom dilakukan dengan cara mengikatkan kawat

bendrat pada tulangan utama dengan stek penyaluran yang telah terpasang

pada kolom lantai sebelumnya.

g. Setelah tulangan kolom terpasang maka pada tulangan kolom tersebut

diberi penyangga sementara berupa besi tulangan agar posisi tulangan

kolom tetap tegak.

h. Memasang sepatu kolom (spatula) dari profil baja siku L.30.30.3, dilas

ke sengkang kolom. Siku ini berfungsi sebagai marking dan untuk

menjaga agar posisi bekisting tetap siku.


63

Gambar 3.2.3 Fabrikasi Tulangan Kolom

Gambar 3.2.4 Pemasangan Tulangan Kolom dan Sepatu Kolom

3. Pemasangan Beton decking

 Bahan terdiri dari :

a. Beton decking

b. Kawat ikat

 Alat yang diguanakan :


64

a. Tang

b. meteran

 Tenaga kerja :

a. Tukang kayu/ tukang besi

b. Mandor, untuk mengontrol apakah beton decking terpasang dengan benar.

 Metode kerja :

c. Pemasangan beton decking pada kolom dipasang setelah tulangan kolom

dipasang terlebih dahulu.

d. Tebal beton decking bervariasi antara 25 mm – 50 mm tergantung tebal

selimut yang ditentukan.

e. Beton decking dipasang di sisi-sisi tulangan kolom kemudian diikatkan ke

tulangan kolom dengan menggunakan kawat bendrat

Gambar 3.2.1 Pemasangan Beton Decking

4. Pemasangan Bekisting

 Bahan terdiri dari :

a. Multiplex 12 mm
65

b. Kayu lempengan

c. Kayu kaso ukuran 6/12

d. Tie road

e. Sub coat

f. Lottan (beton decking yang digantung dengan benang pada ujungnya)

 Alat yang digunakan :

a. Gergaji

b. Palu

c. Paku

d. Meteran

 Tenaga kerja :

a. Tukang kayu yang terampil dalam membuat bekisting

b. Mandor dan pelaksana untuk mengontrol bentuk bekisting yang sesuai

dengan bentuk kolom pada shop drawing.

 Metode kerja :

a. Multiplex potong sesuai ukuran bekisting kolom yang ditentukan, contoh

bentuk penampang kolom persegi panjang :

Bentuk bekisting dibuat menjadi dua bagian bentuk L agar mudah dalam

pemasangan dan pembongkaran.

b. Kayu lempengan dipotong dan digunakan sebagai dasar dan pengaku

multiplex agar kuat dan tidak jebol pada saat pengecoran

c. Ukuran kolom sama dengan ukuran bagian dalam bekisting.


66

d. Pastikan tulangan, sepatu kolom, marka kolom, dan beton decking telah

terpasang.

e. Olesi bagian dalam bekisting dengan pelumas/ minyak atau sejenisnya

yang tidak bepengaruh kepada kekuatan beton.

f. Pasang bekisting yang sudah siap, dibutuhkan 3 orang untuk memasang 1

bekisting kolom, di mana 2 orang untuk memasang, dan satu orang untuk

mengecek apakah bekisting terpasang dengan benar.

g. Kencangkan keliling bekisting kolom dengan kayu kaso dan tie road.

Dipasang di tiga bagian (atas, tengah, bawah) pada tiap sisinya.

h. Pasang subcoat pada 3 bagian (atas, tengah, bawah) pada tiap sisi. Sub

coat berfungsi sebagai support dan penguat bekisting agar tidak jebol pada

saat dicor.

i. Cek vertikal kolom agar tegak lurus dengan menggunakan lottan dan

meteran. Atur ketegakan kolom dengan memutar push pull dari sub coat.

Gambar 3.2.2 Pekerjaan Pemasangan Bekisting


67

5. Pengecoran

 Bahan terdiri dari :

a. Beton Ready mix

b. Calbond

 Alat yang digunakan :

a. Tower Crane

b. Truck Mixer

c. Bucket

d. Pipa tremie

e. Vibrator

 Tenaga kerja :

a. Pekerja beton

b. Mandor dan Pelaksana

 Metode kerja :

a. Cek apakah bekisting sudah terpasang dengan benar

b. Cek vertical dan subcoat

c. Beton ready mix yang ditampung dalam truck mixer dituangkan ke dalam

bucket (lengkap dengan pipa tremie) yang telah dihubungkan dengan TC.

Dibutuhkan 1 orang yang stay di atas bucket.

d. Setelah bucket penuh angkat bucket dengan TC.

e. Tempatkan bucket dengan posisi melayang tepat di atas kolom yang siap

dicor.

f. Masukan pipa tremie ke dalam kolom


68

g. Orang yang bertugas stay di atas bucket mulai membuka katup bucket agar

pasta beton keluar dari tampungan bucket.

h. Tinggi jatuh pipa tremie ≤1,5 m di atas bidang yang akan diisi oleh pasta

beton.

i. Getarkan kolom dengan vibrator agar semua pasta dapat masuk sampai

ke sela-sela bekisting kolom.

j. Isi kolom dengan pasta beton sampai dengan stop cor.

Gambar 3.2.3 Pekerjaan Pengecoran Kolom

6. Pembongkaran Bekisting

 Alat yang digunakan :

a. Tower crane

b. Palu

c. Tang

 Tenaga kerja :

a. Tukang kayu

b. Mandor dan pelaksana


69

 Metode kerja :

a. Pelapasan bekisting pada kolom dilakukan setelah beton sudah cukup

mengeras, sekitar 8-12 jam setelah pengecoran.

b. Sub coat yang mensupport bekisting dilepas dengan mengendurkan tuas

sub coat.

c. Tie road dikendurkan dan dilepas satu persatu, diikuti dengan pelepasan

kayu kaso.

d. Bekisting dilepas manual oleh pekerja.

e. Bekisting yang sudah lepas ditata ulang/ dirapihkan kembali untuk

digunakan pada pembekistingan kolom selanjutnya.

f. Apabila permukaan bekisting atau bagian bekisting yang lain sudah rusak

dan tidak layak pakai, maka bekisting harus diganti.

Gambar 3.2.8 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting

3.2.2 Pekerjaan Balok Dan Plat lantai

Urutan pekerjaan balok dan plat lantai :

1. Pemasangan Scaffolding
70

 Bahan terdiri dari :

b. Scaffolding set lengkap : main frame, cross brace, base jack, u-head

c. Kayu kaso 6/12 : digunakan sebagai suri - suri (timber) penyangga

bekisting plat dan balok.

 Alat yang digunakan :

a. Palu

b. Tang besi

 Tanaga kerja :

a. Pekerja/ Tukang kayu

b. Mandor dan Pelaksana

 Metode kerja :

a. Memasang jack base, alas jack base bisa berupa kayu kaso atau yang

lainnya agar jack base tidak bergeser.

b. Posisi jack base disesuaikan dengan layout yang telah ditentukan.

c. Setelah jack base sudah siap, tempatkan standard di atas jack base

d. Pasang ledger pada standard mulai pemasangan dari bawah ke atas

e. Pasang beam bracket beserta u-head

f. Setelah u-head terpasang, pasang bracing untuk menguatkan frame

g. kayu kaso yang digunakan sebagai balok suri-suri (secondary beam)

dapat dipasang.

h. Pasang plywood/ multipleks di atas suri-suri (secondary beam)

i. Scaffolding dipasang berjajar sesuai luasan bekisting plat dan balok yang

akan ditumpu di atasnya.


71

j. Antara scaffolding satu dengan yang lainnya dikekang/ dihubungkan

dengan cross brace agar lebih kuat.

Gambar 3.2.9 Pemasangan Jack Base Gambar 3.2.10 Penempatan Standar Di Atas Jack

Base

Gambar 3.2.11 Pemasangan ledger Gambar 3.2.12 Pemasangan Beam Bracket dan U-Head
72

Gambar 3.2.13 Pemasangan Bracing dan Suri-Suri

Gambar 3.2.14 Pemasangan playwood

2. Pemasangan Bekisting

 Bahan terdiri dari :

a. Multiplex

b. Kayu kaso

 Alat yang digunakan :


73

a. Palu

b. Paku

c. Gergaji

d. Meteran

 Tanaga kerja :

a. Tukang kayu

b. Mandor

 Metode kerja :

a. Pada pemasangan bekisting balok dan plat, pemasangan bekisting balok

lebih didahulukan.

b. Untuk pemasangan bekisting pada balok, langkah pertama adalah

pemasangan bottom form (bodeman) di atas suri-suri scaffolding.

c. Pemasangan head kolom

d. Setelah itu pemasangan side form (sisi samping bekisting balok).

e. Untuk memperkuat side form, digunakan support miring dengan sudut

kemiringan horizontal ≤ 45º. Pada sisi-sisi side form.

f. Pemasangan bekisting pada plat lebih simple dari pemasangan bekisting

pada balok, untuk pemasangan bekisting pada plat hanya menggelar

multipleks di atas suri-suri scaffolding.

g. Yang perlu diperhatikan adalah kerapatan antar multipleks dan kekuatan

multipleks agar tidak jebol ketika dicor. Untuk itu perlu disupport oleh

scaffolding yang lebih rapat posisinya dalam mensupport multipleks agar

momen yang terjadi pada multipleks tidak terlalu besar.


74

Gambar 3.2.15 Skema Pemasangan Bekisting Balok dan Plat Lantai

Gambar 3.2.16 Pekerjaan Pemasangan Bekisting Balok dan Plat Lantai

3. Pemasangan Beton decking

 Bahan terdiri dari :


75

a. Beton decking

b. Kawat ikat

 Alat yang digunakan :

a. Tang

 Tanaga kerja :

a. Tukang kayu/ pekerja

b. Mandor

 Metode kerja :

Pemasangan beton decking pada plat dan balok dipasang setelah

bekisting plat dan balok dipasang terlebih dahulu. Tebal beton decking

bervariasi antara 25 mm-50 mm tergantung tebal selimut yang

ditentukan.

Beton decking dipasang di atas bekisting kemudian diikatkan di bawah

tulangan plat/ balok dengan menggunakan kawat bendrat.

Gambar 3.2.17 Pemasangan Beton Decking Pada Plat Lantai


76

4. Pemasangan Tulangan

 Bahan terdiri dari :

a. Wire mesh M8 (plat)

b. Besi tulangan (balok)

c. Kawat bendrat

 Alat yang digunakan :

a. Tang besi tulangan

b. Tang

 Tanaga kerja :

a. Pekerja

b. Mandor

 Metode kerja :

a. Pastikan bekisting sudah terpasang dengan baik.

b. Pasang wire mesh di atas bekisting dan beton decking, wire mesh ini

merupakan tulangan yang sudah tersusun berupa lembaran, sehingga

proses pengaplikasiannya langsung di gelar saja. Wire mesh yang

pertama dipasang merupakan tulangan bagian bawah

c. Setelah wire mesh bawah terpasang, berikutnya adalah memasang cakar

ayam, cakar ayam ini adalah sejenis decking yang terbuat dari besi

tulangan yang berfungsi sebagai pengatur jarak antar wire mesh atas dan

wire mesh bawah dan juga untuk pengatur ketebalan plat.

d. Berikutnya wire mesh atas dipasang, untuk menyesuaikan bentuk/ pola

bekisting, wire mesh bisa dipotong menggunakan tang besi


77

e. Untuk daerah sambungan, panjang penyaluran wire mesh ini sekitar ± 50

cm.

Gambar 3.2.18 Penulangan Plat Lantai Gambar 3.2.19 Tulangan Cakar Ayam

5. Pengecoran

 Bahan terdiri dari :

a. Beton Ready mix

 Alat yang digunakan :

a. Truck Concrete pump

b. Truck Mixer

c. Pipa tremie

d. Vibrator

e. Air compressor

f. Bak ukur

g. Waterpass

 Tenaga kerja :
78

a. Pekerja beton

b. Mandor dan Pelaksana

 Metode kerja :

a. Sebelum pengecoran dimulai, perlu dilakukan beberapa pengecekan

terlebih dahulu, antara lain pengeceken terhadap bekisting (elevasi

bekisting, kekuatan scaffolding penyangga, kekuatan bekisting dan

penyusunan bekisting), penulangan (jumlah dan ukuran tulangan utama,

jumlah, jarak dan posisi sengkang, pemeriksaan panjang overlapping,

kekuatan bendrat, decking/ tebal selimut)

b. Setelah semuanya sudah dicek bersihkan bekisting dari kotoran seperti

serpihan kayu, kawat-kawat, dan kotoran lainnya dengan menggunakan

air compressor.

c. Pasang batas pengecoran di jarak ¼ bentang dari tumpuan dengan

menggunakan cakar ayam.

d. Beton ready mix dengan mutu yang disyaratkan dicek nilai slump nya.

e. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton ready mix

dituang dari concrete mixer truck ke dalam bucket pada concrete pump

truck dan disalurkan dengan pipa baja.

f. Setelah beton keluar dari pipa baja, langkah selanjutnya adalah

meratakan beton ready mix dengan penggeruk, pengecoran dilakukan

selapis demi selapis dan dipadatkan dengan menggunakan concrete

vibrator.

g. Pengecoran dihentikan pada batas cor/ stop cor.


79

h. Setelah itu adukan diratakan dengan kayu perata sesuai dengan tinggi peil

yang sudah ditentukan.

i. Untuk memastikan kembali apakah tinggi plat sudah sesuai dengan

ketentuan, ketinggian plat diukur kembali dengan waterpass yang

ditembakkan ke bak ukur pada titik yang dinilai perlu dilakukan

pengukuran,

Gambar 3.2.20 Persiapan Pengecoran


80

Gambar 3.2.21 Pengecoran Plat Lantai

Gambar 3.2.22 Slump Test

3.2.3 Pekerjaan Tangga

1. Pemasangan Scaffolding

a. Pemasangan scaffolding pada tangga dimulai pada posisi bordes,

kemudian dipasang frame lainnya berjajar semakin pendek ke arah tangga

terendah.
81

b. Untuk tangga dari bordes ke lantai atasnya, scaffolding dipasang di arah

yang berbeda, dimana scaffolding dipasang semakin tinggi menyesuaikan

alur tangga.

c. Pada dasarnya sistem pemasangan scaffolding ini hampir sama dengan

plat, hanya saja untuk tangga, scaffolding dipasang dengan ketinggian

yang berbeda pada setiap framenya, mengikuti alur ketinggian tangga.

2. Pemasangan bekisting

a. Setelah scaffolding dipasang, papan multipleks dipotong sesuai ukuran

tangga dan sesuai dengan kebutuhan bagian-bagian tangga.

b. Papan multipleks dipasang diatas suri-suri kayu kaso

c. Pada bagian bagian tepi dari tangga dipasang subcoat untuk memperkuat

tepi bekisting agar tidak jebol pada saat dicor.

d. Anak-anak tangga dipasang setelah bekisting dimarking oleh surveyor

untuk menyamakan peil ketinggian dengan gambar kerja.

3. Marking

a. Proses pemarkingan tangga dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu

ketinggian ujung-ujung tangga, yaitu titik ujung tangga bagian bawah,

pertemuan dengan bordes dan ujung atas.

b. Setelah ditentukan, tarik ujung-ujung tadi dengan sipatan untuk

membentuk garis bantu.

c. Untuk marking ketinggian tiap anak tangga tinggal mengukur sesuai

gambar berapa dimensi yang disyaratkan, kemudian dengan adanya garis


82

bantu tadi pembuatan marking anak tangga bisa dilakukan dengan metode

yang sama.

4. Pemasangan tulangan

a. Tulangan tangga dipasang menyesuaikan dengan stek tulangan pondasi

tangga yang sudah ada untuk lantai dasar, dan tulangan stek disetiap lantai

yang telah ditanam sebelumnya dan disambung dengan tulangan yang

telah difabrikasi sesuai bentuk tangga. Panjan penyaluran ±40 cm.

b. Tulangan-tulangan tadi dijadikan tulangan pokok yang ada di dasar/

bagian bawah anak tangga. Untuk tulangan anak tangga bibuat dari

fabrikasi tulangan yang dibentuk sesuai gambar karja.

c. Untuk tulangan bordes hampir sama dengan tulangan pada pelat. Hanya

saja tidak menggunakan wire mesh tetapi menggunakan tulangan besi ulir

biasa.

Gambar 3.2.23 Penulangan Tangga


83

5. Pengecoran

a. Pengecoran pada tangga dilakukan dengan bucket yang diangkat dengan

tower crane

b. pipa tremie panjang digunakan untuk menyalurkan beton ke tangga

dengan melalui sela-sela lobang cahaya.

c. Pipa tremie tersebut dihubungkan dengan corong yang berfungsi untuk

menampung pasta beton yang dituang dari bucket.

d. Setelah beton dituang, pasta tadi diarahkan ke cetakan tangga dan

diratakan.

e. Pasta beton akan terlebih dahulu mengisi bagian tangga yang lebih rendah

dari bagian yang lain.

Gambar 3.2.24 Skema Pengecoran Tangga


84

3.3 Gambar (Dokumentasi)

Gambar 3.3.1 Fabrikasi Tulangan Kolom

Gambar 3.3.2 Pemasangan Tulangan Kolom dan Sepatu Kolom

Gambar 3.3.3 Pemasangan Beton Decking

Gambar 3.3.4 Pemasangan Bekisting


85

Gambar 3.3.5 Pekerjaan Pengecoran Kolom

Gambar 3.3.6 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Kolom

Gambar 3.3.7 Pemasangan Playwood

Gambar 3.3.8 Pekerjaan Pemasangan Bekisting Balok dan Plat Lantai


86

Gambar 3.3.9 Pemasangan Beton Decking pada Plat Lantai

Gambar 3.3.10 Penulangan Plat Lantai

Gambar 3.3.11 Tulangan Cakar Ayam

Gambar 3.3.12 Persiapan Pengecoran


87

Gambar 3.3.13 Pengecoran Plat Lantai

Gambar 3.3.14 Slump Test

Gambar 3.3.15 Penulangan Tangga


88

BAB IV

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

4.1 Tugas dan Tanggung Jawab Pengawas

Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang

diharapkan. Hasil yang diharapkan yaitu berupa kualitas konstruksi sesuai

dengan yang disyaratkan, biaya sesuai dengan yang direncanakan dan dalam

waktu yang dijadwalkan. Strategi tersebut dimanifestasikan dalam bentuk

pangawasan dan pengendalian proyek.

Pengawasan (supervising) adalah suatu proses pengevaluasian atau

perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan dengan pedoman pada standar dan

peraturan yang berlaku dengan bertujuan agar hasil dari kegiatan tersebut

sesuai dengan perencanaan proyek. Sedangkan yang dimaksud pengendalian

(controlling) adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang

sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,

membandingkan pelaksanaan dengan sistem standar, menganalisis

kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar,

kemungkinan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan agar sumber

daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.

Di dalam organisasi kontraktor terdapat bagian-bagian yang mempunyai

tugas dan wewenang masing-masing. Dengan adanya susunan organisasi dan

manajemen yang baik dan teratur, maka dapat menjamin kualitas kerja dan
89

sekaligus mempertahankan nama baik perusahaan. Berikut ini akan

menjelaskan mengenai uraian tugas dan tanggung jawab dari unsur-unsur yang

terlibat dalam organisasi pihak kontraktor.

Pengawas Lapangan adalah orang yang melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan pekerjaan apakah sesuai dengan ketentuan yang telah

disepakati agar dapat memberikan laporan mengenai kualitas material dan

peralatan yang digunakan sesuai dengan rencana atau belum. Tugas dan

tanggung jawab pengawas adalah melaksanakan pengawasan pekerjaan di

lapangan, sehingga tetap terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana kerja.

Menampung segala persoalan di lapangan dan menyampaikannya kepada

pemimpin proyek. Membantu survei dan mengumpulkan data di lapangan.

Pelaksana teknis adalah seseorang/pihak yang diberikan tugas untuk

mengendalikan pelaksanaan kegiatan, melaporkan perlembagaan pelaksanaan

kegiatan, dan menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran

pelaksanaan kegiatan.

4.2 Pengendalian

Pengendalian proyek adalah suatu proses kegiatan dari awal sampai akhir

yang bersifat menjamin adanya kesesuaian antara suatu rencana dengan hasil

kerja serta melakukan tindakan-tindakan korektif terhadap penyimpangan yang

dijumpai dalam pelaksanaan baik mengenai mutu, waktu, maupun biaya.

Maksud diadakan pengawasan dan pengendalian proyek adalah :

a. Menekan dan mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan.


90

b. Lebih jeli dan peka dalam mengamati masalah yang mungkin timbul pada

pelaksanaan pekerjaan.

c. Lebih mudah dalam memilih metode yang paling baik dan sesuai untuk

memecahkan masalah yang terjadi.

Beberapa hal yang ditinjau dalam pengendalian proyek ini adalah :

a. Pengendalian mutu.

b. Pengendalian waktu.

c. Pengendalian teknis.

d. Pengendalian biaya.

e. Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Pengendalian di atas di dalam setiap proyek harus selalu ada, dan harus

diutamakan sebab menyangkut keberhasilan proyek tersebut.

Secara umum pengendalian meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Penentuan standar, yaitu penentuan tolak ukur dalam menilai hasil

pekerjaan dari segi kualitas dan ketepatan waktu.

b. Pemeriksaan, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan

untuk mengetahui sejauh mana kemajuan hasil pekerjaan.

c. Perbandingan, yaitu membandingkan hasil pekerjaan yang telah diketahui

dan dicapai dengan rencana yang ditentukan. Dari perbandingan ini dapat

diketahui apakah pelaksanaan proyek berjalan lancar atau mengalami

keterlambatan (deviasi).
91

d. Tindakan korektif, yaitu mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan

proyek. Bila ada kesalahan atau penyimpangan maka perlu dipikirkan

pemecahannya dan pelaksanaan selanjutnya.

4.2.1 Pengendalian mutu

Untuk memperoleh hasil pekerjaan struktur yang sesuai dengan standar dan

dapat dipertanggung jawabkan, maka mutu bahan untuk struktur dan finishing

bangunan tersebut harus sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan.

Pengendalian terhadap mutu sangat penting untuk menjamin kekuatan struktur

yang telah dirancang serta direncanakan oleh Konsultan Perencana.

Pengendalian mutu meliputi :

a. Pengendalian mutu bahan.

b. Pengendalian mutu pekerjaan.

c. Pengendalian mutu peralatan.

d. Pengendalian mutu tenaga kerja.

4.2.2 Pengendalian Mutu Bahan

Pengendalian mutu bahan sangat erat kaitannya dengan mutu material

yang digunakan dalam suatu proyek. Untuk mengetahui mutu material tersebut

sesuai atau tidak dengan spesifikasi bahan yang telah disepakati dalam

dokumen kontrak, maka perlu dilakukannya pengawasan terhadap pengadaan

dan kualitas bahan tersebut.

Pada Proyek Apartemen Casa De Parco, pengadaan material yang

dibutuhkan sangat diperhatikan waktunya. Pengadaan tersebut selalu


92

dijadwalkan oleh bagian material kontrol (logistik). Sebagai contoh, untuk

semua material yang dibutuhkan dalam pekerjaan selalu dibuatkan Surat

Permintaan Barang (SPB) yang ditujukan ke kantor pusat, pembuatan SPB ini

biasanya dibuat seminggu sebelum material akan digunakan, dengan demikian

peluang terjadinya kehabisan material semakin kecil dan jarang terjadi. Namun

terkadang, keterlambatan kedatangan material juga masih terjadi dikarenakan

faktor cuaca yang tidak menentu.

Pendatangan material juga harus memperhatikan kapan material itu akan

digunakan, jangan sampai material yang sudah datang terlalu lama disimpan di

dalam gudang. Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas dari material tersebut.

Misalnya saja semen, jika semen terlalu lama disimpan dalam gudang, maka

kualitas semen tersebut akan turun, semen akan lebih lembab. Penyimpanan

material pun harus diperhatikan. Penyimpanan semen harus diletakkan di atas

alas papan dan kayu agar semen tidak bersentuhan langung dengan tanah.

Sehingga kelembaban semen akan tetap terjaga.

Pengendalian kualitas bahan sangat erat kaitannya dengan spesifikasi

yang telah disyaratkan, misalnya untuk material agregat halus dan agragat

kasar, persyaratan dan ketentuannya.

Pengendalian mutu bahan di lapangan meliputi inspeksi dan test,

pengendalian produk yang tidak sesuai, serta pengendalian catatan mutu.

Pengendalian mutu bahan dapat dilakukan dengan mengadakan pengawasan

mutu terhadap material-material berikut :

1. Beton
93

a. Pengujian di Lapangan

Anggapan kekentalan beton ready mix dalam praktek sangatlah

relatif, seseorang dapat berpendapat beton itu terlalu kental atau terlalu

encer tanpa pembanding yang jelas. Untuk mencegah perbedaan pendapat

mengenai kekentalan beton, perlu dilakukan pengujian sederhana guna

menilai kelecakan beton tersebut. Pengujian tersebut adalah pengujian

slump test. Dalam proyek pembangunan Apartemen Casa De Parco.

2. Besi

Besi beton merupakan komponen utama struktur beton bertulang,

penggunaannya yang sangat banyak dan kontinuitas pekerjaannya yang tinggi

menyebabkan pengawasan yang dilakukan juga harus sebanding.

Adapun syarat-syaratnya yaitu meliputi :

a. Semua besi yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sbb:

 Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung

(SKSNI T-15-1991-03)

 Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak retak atau

mengelupas.

 Mempunyai penampang yang sama rata.

 Ukuran disesuaikan dengan shop drawing.

b. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dengan ketentuan-

ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Perencana.

c. Pemasangan besi dilakukan sesuai dengan shop drawing atau mendapat

persetujuan Pengawas.
94

d. Tempat menyimpan baja tulangan diusahakan tidak lembab dan terlindung

dari air dan kotoran, tidak berhubungan langsung dengan tanah (diletakkan

diatas bantalan kayu).

Gambar 4.2.1 Penyimpanan Tulangan Di atas Kayu

4.2.3 Pengendalian Mutu Pekerjaan

Pengendalian ini untuk mengontrol apakah hasil pelaksanaannya telah

memenuhi standar dan spesifikasi yang telah ditentukan. Sehingga bila terjadi

kesalahan atau kekurangan bisa diperbaiki, dan untuk mencegah kesalahan yang

bisa terjadi selanjutnya.

Metode-metode yang dapat dilakukan dalam melakukan pengawasan mutu

pekerjaan antara lain :

a. Pengawasan langsung secara visual.

b. Pengukuran langsung di lapangan.

c. Kontrol dengan hitungan.

d. Pengujian di lapangan.

Pengendalian terhadap mutu pekerjaan meliputi tiga hal, yaitu :


95

a. Pengendalian terhadap kualitas fisik, meliputi kepadatan, stabilitas, kuat

tekan, dan sebagainya, dimana apabila tidak memenuhi persyaratan harus

dilakukan perbaikan.

b. Pengendalian mutu tentang dimensi, misalnya panjang, lebar, dan tebal

yang tidak sesuai rencana atau tidak memenuhi persyaratan harus

diperbaiki.

c. Pengendalian terhadap pekerjaan terpasang, seperti agregat yang telah

tergelar padat, bila setelah dilakukan pengujian tidak memenuhi syarat

maka dilakukan usaha perbaikan atau penggantian, baik material maupun

peralatan.

Pemeriksaan mutu pekerjaan di lapangan dilakukan setiap satu bagian

pekerjaan selesai dilaksanakan. Selama masa pelakasanaan proyek, pihak

kontraktor membuat gambar-gambar, catatan perhitungan mengenai proses

kemajuan pekerjaan. Hasil tersebut diperiksa oleh konsultan pengawas. Dari

hasil pengukuran dan perhitungan volume pekerjaan yang telah dilaksanakan

dapat diketahui sampai sejauh mana prestasi kerja kontraktor. Prestasi kerja ini

merupakan dasar untuk pembayaran.

4.2.4 Pengendalian Mutu Peralatan

Pengendalian mutu peralatan terutama ditujukan kepada pengawasan

terhadap peralatan yang ada. Pengawasan peralatan berupa pencatatan kondisi

alat tiap hari, pengecekan terhadap fungsi alat karena alat yang dipakai lebih

dari umur kerjanya dapat menurunkan produktivitas.


96

Peralatan adalah bagian terpenting dari pelaksanaan pekerjaan suatu

struktur, kerusakan pada alat dapat mengakibatkan tertundanya pekerjaan, oleh

karena itu mekanik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam

menjaga dan mengatur penggunaannya.

Semua peralatan pada proyek ini menjadi tanggung jawab dari pihak

kontraktor. Sehingga setiap kerusakan yang terjadi adalah tanggung jawab dari

pihak kontraktor, termasuk service rutin dan perbaikan-perbaikan bila ada

kerusakan.

Kerusakan yang masih dapat ditangani oleh mekanik dapat dikerjakan

sendiri, sedangkan jika tingkat kerusakannya cukup parah, misalnya pada

concrete pump, diserahkan pada bengkel pusat. Untuk penggunaan peralatan

pengganti perlu dipertimbangkan lebih lanjut agar efisiensi waktu bisa tercapai.

4.2.5 Pengendalian Mutu Tenaga Kerja

Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya

dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek (the right

man in the right place). Oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu

tenaga kerja. Pada proyek ini, seluruh pengadaan tenaga kerja diserahkan pada

tim Kontraktor Pelaksana. Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan tenaga

kerja yang cakap, terampil dan berpengalaman yang diperlukan untuk

melaksanakan pekerjaan.

Tenaga kerja pada suatu proyek dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Tenaga Ahli
97

Tenaga Ahli adalah tenaga yang mempunyai keahlian khusus dan

mempunyai latar belakang pendidikan untuk suatu bidang tertentu. Pada

proyek ini contohnya adalah Pimpinan Proyek, Manajer Lapangan, Manajer

Teknik dan Manajer Keuangan.

2. Tenaga Menengah

Tenaga Menengah adalah tenaga yang mempunyai keahlian menengah,

terdiri dari tenaga teknik dan administrasi. Dalam proyek ini, contohnya

logistik, administasi, operator mesin, pelaksana.

3. Tenaga Pekerja

Tenaga Pekerja adalah tenaga yang terlibat secara langsung di dalam

lapangan. Tenaga Pekerja biasanya tidak memiliki latar belakang

pendidikan. Mereka biasanya berada di bawah seorang mandor.

Tingkatan dalam Tenaga Pekerja pada proyek ini, adalah :

a. Kepala Tukang atau Mandor

Mandor adalah tenaga yang mengawasi langsung dan mengkoordinir

para pekerja di lapangan sesuai dengan bidangnya.

b. Tukang

Tukang adalah tenaga yang mempunyai keterampilan dalam bidang

tertentu pula. Misalnya tukang besi, tukang kayu. Jumlah tenaga kerja

yang digunakan selalu disesuaikan besar kecilnya volume pekerjaan yang

dilaksanakan. Pada saat ada keterlambatan pekerjaan.


98

4.2.6 Pengendalian Waktu

Pengendalian waktu ini didasarkan pada time schedule dan kurva S.

Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada anggaran

proyek. Agar dapat berlangsung tepat waktu, time schedule disusun sebagai alat

kontrol untuk mengukur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya

pelaksanaan.

Pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai

dapat terlihat dengan jelas pada time schedule, sehingga keterlambatan

pekerjaan sebisa mungkin dihindari. Manfaat dari time schedule adalah :

a. Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan-

batasan untuk masing-masing pekerjaan.

b. Sebagai alat koordinasi bagi pimpinan.

c. Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan yang dapat dipantau setiap saat

dengan bantuan time schedule ini.

d. Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap kegiatan pekerjaan yang

dilaksanakan.

Untuk itu, dalam membuat time schedule diperlukan hal-hal sebagai berikut ini

a. Jenis Pekerjaan

Fungsinya untuk menetapkan urutan-urutan pekerjaan .

b. Network Planning

Fungsi terpenting dari network planning yaitu mengorganisasikan dan

menentukan urutan dari pekerjaan yang beraneka ragam dengan waktu


99

dan biaya yang terbatas. Dalam pembuatan network planning, sangat perlu

diperhatikan logika ketergantungan.

c. Volume Pekerjaan

Volume pekerjaan berguna untuk menentukan durasi atau lamanya

pekerjaan. Selain itu bagi pihak owner, perhitungan volume pekerjaan

berguna untuk mengontrol pemesanan beton, tulangan dan bahan lainnya.

Jadi perhitungan volume juga dapat dijadikan alat pengontrol.

d. Harga Satuan Pekerjaan

Berguna untuk menentukan bobot atau prestasi masing-masing

pekerjaan. Dengan dasar inilah kemajuan proyek dihitung untuk

pembayaran tiap termin.

e. Survey Kemampuan Tenaga Kerja.

Berguna untuk menentukan jumlah tenaga kerja sehubungan dengan

durasi waktu yang diperlukan.

Time schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis

pekerjaan, mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga komulatif

presentasi bobot pekerjaan ini akan membentuk kurva S realisasi.

Fungsi kurva S ini antara lain adalah :

a. Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian pekerjaan proyek.

b. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.

c. Menentukan waktu untuk mendatangkan material, alat, dan tenaga kerja

yang akan dipakai untuk pekerjaan tertentu.


100

4.2.7 Pengendalian Teknis

Pengendalian teknis di lapangan ini dimaksudkan untuk mengetahui

perkembangan dan permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan

koordinasi proyek. Laporan dibuat dalam bentuk harian, mingguan, dan bulanan

untuk mengetahui sejauh mana kemajuan proyek itu.

1. Laporan harian

Merupakan laporan mengenai seluruh pekerjaan dalam satu hari kerja

meliputi pekerjaan fisik, catatan atau perintah-perintah yang diberikan oleh

pengawas. Biasanya dibuat pada akhir jam kerja.

2. Laporan mingguan

Berisi laporan tentang kegiatan yang dilakukan selama satu minggu

meliputi catatan prestasi kerja dalam satu minggu, prestasi kerja selama

minggu tersebut, jumlah tenaga kerja dan peralatan serta bahan yang

digunakan.

3. Laporan bulanan

Laporan bulanan dibuat dari hasil rekapan laporan mingguan dan harus

dibuat setiap bulan, berisi tentang :

a. Catatan jenis pekerjaan selama satu bulan.

b. Presentasi pekerjaan selama satu bulan serta kemajuan proyek yang

dicapai sampai saat laporan itu dibuat.

c. Nilai pekerjaan yang telah dilakukan selama satu bulan.


101

Laporan bulanan ini harus disahkan dahulu oleh pengawas dan

ditandatangani oleh pimpinan proyek sebagai bukti nilai pekerjaan yang

telah dilakukan selama satu bulan.

4. Rapat Koordinasi

Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek masalah-masalah yang tidak

terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak bisa saja muncul, untuk itu

maka diperlukan rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan

masalah secara bersama. Dalam Proyek Apartemen Casa de parco, rapat

koordinasi dengan mandor dilaksanakan setiap hari Rabu, sedangkan rapat

koordinasi gabungan dengan owner dilaksanakan setiap hari Kamis.

4.2.8 Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang

telah dikeluarkan dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai. Besarnya

biaya ini dapat dibandingkan dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan

Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) yang telah disusun. Dari pembandingan

ini, dapat diketahui apabila pada pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut

terjadi pembengkakan biaya sehingga dapat dilakukan evaluasi biaya.

Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi

biaya yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian

logistik mencatat jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang

digunakan. Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan

memeriksa daftar presensi pekerja selama satu minggu dan besarnya biaya yang
102

dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya inilah yang akan

selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total

biaya yang telah dikeluarkan ini juga dapat digunakan untuk menyusun kurva S

realisasi dan untuk memperkirakan presentasi pekerjaan proyek yang telah

dicapai.

4.2.9 Pengendalian Biaya Material

Kebutuhan barang dalam proyek ditangani oleh bagian logistik.

Pengendalian harga tergantung pada kecakapan logistik untuk memperoleh

barang dengan harga serendah mungkin dengan kualitas yang diharapkan tanpa

terlepas dari RAP yang telah disusun. Pelaksana dalam mengadakan

pengendalian biaya material dengan cara:

a. Membuat daftar kebutuhan material dan meminta persetujuan Konsultan

Pengawas.

b. Pelaksana menyerahkan daftar kebutuhan material tersebut kepada bagian

logistik.

c. Bagian logistik memesan dan menyediakan barang sesuai dengan

kebutuhan.

4.2.10 Pengendalian Biaya Peralatan

Karena sebagian besar peralatan yang digunakan dalam Proyek

Pembangunan ini merupakan milik dari pihak kontraktor dan sub

kontraktornya, maka uang sewa yang digunakan untuk menyewa peralatan

sudah tidak diperlukan.


103

4.2.11 Pengendalian Upah Pekerja

Untuk pengendalaian terhadap upah tenaga kerja maka dalam penyusunan

RAB maupun RAP maka dalam analisa harga satuan pekerjaan dicantumkan

berapa kebutuhan tenaga kerja dan upah yang harus dibayarkan.

Cara pembayaran gaji tenaga kerja dan karyawan pada proyek ini

dibedakan menjadi tiga kategori tergantung dari status dan kedudukan

karyawan dan tenaga kerja :

a. Gaji Bulanan

Yaitu sistem pembayaran yang dilakukan setiap bulan. Cara pembayaran

ini berlaku untuk karyawan tetap PT. Jagat konstruksi abdipersada.

Fasilitas dan insentif lain diberikan sesuai dengan ketentuan perusahaan.

b. Upah Mingguan

Upah ini dibayarkan dua minggu sekali ,biasanya pada hari Sabtu. Upah

ini berlaku bagi karyawan harian, tenaga tak tetap dan buruh borongan.

c. Upah Lembur

Upah ini dibayarkan bagi karyawan atau pekerja baik karyawan tetap

maupun harian yang melakukan kerja lembur.

4.2.12 Pengendalian K3

Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar tenaga

kerja dapat secara aman melakukan pekerjaannya sehari-hari sehingga dapat

meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas pekerjaan. Triyanto (2004)

menyatakan bahwa perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup

luas, yaitu perlindungan dari segi fisik yang mencakup perlindungan kesehatan
104

dan keselamatan dari kecelakaan kerja serta adanya pemeliharaan moral kerja

dan perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama,

sebagaimana telah ditegaskan pada pasal 9 Undang-Undang Nomor 14 tahun

1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja. UU

Ketenagakerjaan

Setiap perusahaan yang memiliki > 100 pekerja, atau < 100 pekerja tetapi

dengan tempat kerja yang berisiko tinggi (termasuk proyek konstruksi) wajib

mengembangkan SMK3 dan menerapkannya di tempat kerja.

SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu

perusahaan secara keseluruhan.

SMK3 mencakup hal-hal berikut:

a. Struktur organisasi, perencanaan,

b. Pelaksanaan, tanggung jawab,

c. Prosedur,

d. Proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,

pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja

Komponen utama Sistem Manajemen K3 (OHSAS) :

a. Sistem Manajemen Keselamatan

b. Kebijakan Keselamatan & Kesehatan Kerja

c. Perencanaan dan Organisasi untuk K3

d. Penilaian resiko dan implementasinya, kegiatan operasional dan

pemeliharaan langkah-langkah pengendalian resiko.


105

e. Mengukur kinerja K3 dan prosedur untuk tindakan koreksif sebagai

respon atas kejadian yang ada.

f. Audit dan Manajemen review dari kinerja yang dihasilkan

Sistem Manajemen K3 (SMK3)

1. Harus ada penanggung jawab K3 (safety manage / safety officer)

2. Harus ada sistem yang menjamin keselamatan kerja pekerja konstruksi

a. Rencana penanggulangan terhadap kecelakaan

b. Peta evakuasi bila terjadi kebakaran

c. Sistem untuk mencegah kecelakaan kerja

d. rambu-rambu, jaring pengaman, pagar

e. Sosialisasi & training K3, dll

3. Penyediaan alat pelindung diri (APD)

Untuk proyek apartemen Casa De parco, selama KKP ini berlangsung

system manajemen K3 tidak berjalan dengan baik. Masih terdapatnya pekerja

yang tidak memakai APD (alat pelindung diri), tidak ada rambu-rambu K3,

tidak ada instruksi yang jelas tentang manajemen K3 kepada para pekerja.

4.3 Pembayaran Termin dan Serah Terima Pekerjaan


Termin adalah pembayaran yang dilakukan dengan cara dan syarat yang

sudah ditentukan ketika akad jual secara kredit. Biasanya pembayaran termin

ini dilakukan ketika barang/jasa sudah diterima oleh pembeli. Termin bisa juga
106

disebut dengan cicilan karena dilakukan beberapa tahap. Maka muncul istilah

termin pertama, kedua, dan seterusnya.

Pembayaran sistem termin ini terbagi atas empat tahap yang dibayar sesuai

dengan perkembangan atau progres proyek. Sebelum memulai proyek,

pelaksana bisa mengajukan uang muka/down payment (DP) sebesar 20% –

30% dari nilai kontrak. dari situ, pekerjaan akan dimulai dan setelah

mendapatkan Surat Perintah Mulai Kerja (SMPK). Pada saat pekerjaan sudah

mencapai 50%, pembayaran harus dilakukan. Jumlah yang dibayarkan adalah

30%. Pembayaran berikutnya, sebesar 20%, harus dibayar saat pekerjaan

selesai 80%. Setelah pekerjaan benar-benar selesai, sisa pembayaran sebesar

20% dapat dibayarkan. Pembayaran/penagihan selanjutnya bisa dilakukan juga

progres di lapangan sudah mencapai 100% dari nilai kontrak dan juga setelah

dilakukan PHO yaitu pengecekan kembali pekerjaan proyek di lapangan yang

dilakukan oleh tim Badan Pemeriksa dan pengecekan hasil Pekerjaan

(BP2HP), dan itu penagihan/pembayaran hanya bisa sebesar 95% dari nilai

kontrak. Untuk penagihan/pembayaran 5% bisa dicairkan setelah serah terima

pekerjaan dan dalam masa pemeliharaan.

Untuk prosedur serah terima pekerjaan bisa dilakukan jika Pelaksana

mengajukan surat untuk Provision Hand Over (PHO) dan dilakukan

pengecekan lapangan oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (P2HP), setelah

itu P2HP membuat kertas kerja yang dimana kertas kerja tersebut sebagai

rekomendasi untuk progress di lapangan 100%, barulah setelah itu bisa

dilaksanakan serah terima pekerjaan.


107

Provision Hand Over (PHO) adalah penyerahan sementara pekerjaan,

dimana penyedia jasa/kontraktor dapat mengajukan permintaan secara tertulis

kepada pengguna jasa/perintah untuk penyerahan pertama setelah pekerjaan

selesai 100%. Penggunaan jasa.


108

BAB V

TUGAS KHUSUS

5.1 Uraian Umum

Plat lantai adalah bagian dari elemen gedung yang berfungsi sebagai tempat

berpijak. Perencanaan elemen plat lantai tidak kalah pentingnya dengan

perencanaan balok, kolom, dan pondasi. Plat lantai yang tidak direncanakan dengan

baik bisa menyebabkan lendutan dan getaran saat ada beban yang bekerja pada plat

tersebut.

Dalam pelaksanaannya pada proyek ini ketika mengamati beberapa proses

pekerjaan pada pelat lantai pembangunan apartemen Casa De Parco. Pada saat

mengamati proses pekerjaan plat lantai. Sebelum plat lantai dilaksanakan hal utama

yang harus diselesaikan adalah struktur kolom dan balok sebagai penopang plat

lantai tersebut, apabila kolom balok telah selesai dicor/beton, maka pemasangan

perancangan dan begesting sebagai penopang sekaligus pembentuk struktur plat

lantai. Pekerjaan ini sangatlah memiliki peran penting, karena apabila dalam

pengerjaan perancangan dan begisting tidak sesuai hal yang bisa terjadi pada saat

pengecoran plat begisting akan jebol yang mengakibatkan molornya waktu

pengerjaan plat lantai.

Apabila perancangan dan begisting sudah baik dan kuat maka tahap

selanjutnya pemasangan pembesian plat pada lantai. Besi yang digunakan pada

pekerjaan plat lantai adalah besi polos diameter 10 jarak 17,5 cm sampai 50 cm

setiap besinya, yang mengacu pada gambar desain.


109

Setelah pemasangan besi sudah selesai maka plat lantai siap untuk

dicor/beton, pada proyek ini saya menemukan pengecoran dilakukan pada malam

hari dan dengan mutu beton K-350, hal ini sangatlah baik untuk kualitas dan faktor

air semen beton tersebut. Karena jika pengecoran dilakukan pada saat terik matahari

air yang terdapat pada beton tersebut akan mudah menguap dan saat beton kering

akan mengalami keretakan.

Perhitungan pelat lantai sebagai berikut:

 Mutu beton : Fc’ 20-40

 Sisi bentang panjang Ly : 12.1 m

 Sisi bentang pendek Lx : 43,8 m

 Tulangan leleh baja tulangan, fy : 240 MPa

 Diameter tulangan : D 10

Denah plat lantai yang didesain ditunjukan pada gambar berikut :

Gambar 5.1 Denah Plat Lantai

1. Menentukan syarat-syarat dan bentang plat lantai ?


110

2. Menentukan luasan plat lantai ?

3. Menentukan tebal plat lantai ?

4. Menghitung beban plat lantai ?

5. Menentukan nilai momen yang bekerja pada plat lantai ?

6. Menghitung penulangan plat lantai dan kebutuhan pembesian plat lantai ?

7. Menghitung kebutuhan papan bekisting plat lantai ?

8. Menentukan kebutuhan beton ?

5.2 Menentukan Syarat-Syarat Batasan Bentang Plat Lantai

Perbandingan nilai bentang panjang dengan bentang pendek


1𝑦 43800
β = 1𝑥 = 12100 = 3>2 ( one way slab )

5.3 Menentukan Luasan Plat Lantai 26 Sampai 28

Rumus menghitung luasan plat lantai

P×L

43800 mm × 12100 mm = 529.980.000 mm²

529.980.000 𝑚𝑚²
= 529,98 m²
106

Jadi luasan untuk plat lantai pada lantai 26 sampai 28 itu 529,98 m²

5.4 Menetukan Tebal Plat Lantai 26 sampai 28

Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 15.3.6. rasio kekakuan

lentur balok terhadap pelat lantai ditentukan dengan langkah sebagai berikut :

 Sisi balok induk B1


111

o h = 700 mm

o b = 400 mm

o L = 12100 mm

o Tebal plat lantai = 120 mm

1
𝐸 ch 𝐼𝑏 4700 × √30 × × 400 × 7003
𝐸𝑐𝑏 = 4700 × √30 × 112×12100 × 1203 = 33,082 m
𝐸𝑐𝑃 𝐼𝑃 12

 Sisi balok BA

o h = 600 mm

o b = 400 mm

o L = 43800 mm

o Tebal plat lantai = 120 mm

1
𝐸 cb 𝐼𝑏 4700 × √30 × × 400 × 6003
𝐸𝐵𝐴 = 4700 × √30 × 112× 43800 × 1203 = 6,94 m
𝐸𝑐𝑝 𝐼𝑃 12

 Rasio kekakuan rata-rata

𝑎𝐵1+ 𝑎𝐵2 + 𝑎𝐵3 + 𝑎𝐵𝑎 43,8+12,1+33,082+6,94


𝑎𝑚 = = = 23.9805m
4 4

Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.(3).(c)

mengatur tebal plat lantai minimum dengan balok yang menghubungkan

tumpuan pada semua sisinya tidak boleh kurang dari h min, di mana

minimum plat lantai dengan am dihitung sebagai berikut :

𝑓𝑦
1𝑛 (0.8+ 1500)
h=
36+9𝛽
112

240
43800 (0.8+ 1500)
ℎ𝑚𝑖𝑛 = = 120 mm
36+9×3

Maka digunakan tebal plat lantai 26 sampai 28 itu 120 mm

5.5 Menghitung Beban Plat Lantai

Pembebanan struktur meliputi beban mati (Dead Load) dan beban hidup

(Live Load) yang mengacu pada peraturan pembebanan dari SNI 03-1727-1989-

F mengenai pembebanan untuk gedung.

1. Beban Mati (Dead Load)

Tabel 5.1 Beban Mati (Dead Load) SNI 03-1727-1989-F

NO Konstruksi Berat satuan

1 Baja 7.850 kg/m²

2 Beton Bertulang 2.400 kg/m²

3 Beton 2.200 kg/m²

4 Dinding pas bata 1 ½ bt 250 kg/m²

5 Dinding pas bata 1 bt 450 kg/m²

6 Curtain wall + rangka 60 kg/m²

7 Pasangan batu kali 2.200 kg/m²

8 Finishing lantai (tegel) 2.200 kg/m²

9 Plafon + penggantung 20 kg/m²

10 Mortar 2.200 kg/m²

11 Tanah pasir 1.700 kg/m²

12 Air 1.000 kg/m²


113

13 Kayu 900 kg/m²

14 Aspal 1.400 kg/m²

15 Instansi plumbing 50 kg/m²

16 Cladding + rangka 20 kg/m²

Total beban mati : 2.400 kg/m²

2. Beban hidup (Live Load)

Tabel 5.2 Beban hidup (Live Load) SNI 03-1727-1989-F

NO Lantai Bangunan Beban Hidup Satuan

1 Hall Coridor Balconv 300 kg/m²

2 Tangga dan bordes 400 kg/m²

3 Lantai bangunan 250 kg/m²

4 Lantai atap bangunan 100/m²

Total beban hidup : 1.050 kg/m²

3. Beban rencana = 1,2d + 1,6 L = 1,2 × 24 + 1,6 × 2,5 = 32,8 kN/m²

5.6 Menetukan Nilai Momen Yang Bekerja Pada Plat Lantai

1. Perhitungan Momen

Menentukan momen yang bekerja akibat beban berfaktor

Clx = 21 Cly = 21 Ctx = 52 Cty = 52

Mu = 0,001 × qU × Lx² × C

Mulx = 0,001 × 32,8 × 43,8² × 21 = 1.321,42 kN/m

Muly = 0,001 × 32,8 × 43,8² × 21 = 1.321,42 kN/m


114

Mutx = 0,001 × 32,8 × 43,8² × 52 = 3.272,09 kN/m

Muty = 0,001 × 32,8 × 43,8² × 52 = 3.272,09 kN/m

Jadi momen yang dipakai :

Mulx = 1.321,42 kN/m²

Muly = 1.321,42 kN/m²

Mutx = 3.272,09 kN/m²

Muty = 3.272,09 kN/m²

Mtix = 1.950,67 kN/m²

Mtiy = 1.950,67 kN/m²

Tebal plat = 12 cm = 120 mm

Tebal penutup = 20 mm

Diameter tulangan = 10 mm

Tinggi efektif

dx = h– p - 1/2ᴓ

= 120 - 20 – 0,5 x 10

= 95 mm

dy = h– p -ᴓ-1/2ᴓ

= 120 – 20 – 10 – 0,5 x 10

= 85 mm

Besarnya momen yang bekerja pada plat lantai hasil analisa software ETABS

v.9.7.2 ditunjukan pada tabel


115

Tabel 5.3 Output momen plat lantai

Jenis Gaya dalam Nilai (kNm)

Mulx 1.210,23 kN/m²

Muly 1.210,23 kN/m²

Mutx 3.099,95 kN/m²

Muty 3.099,95 kN/m²

Mtix 1.819,11 kN/m²

Mtiy 1.819,11 kN/m²

Diagram momen tumpuan dan lapangan yang bekerja pada plat lantai adalah

pada

Gambar 5.2 Momen Plat Lantai Di Daerah Tumpuan Dan Lapangan

5.7 Menghitung Penulangan Plat Lantai Dan Kebutuhan Pembesian Plat

Lantai

Rekapitulasi tulangan

 Tulangan lapangan arah x = D10 – 250 mm

 Tulangan lapangan arah y = D10 – 250 mm


116

 Tulangan tumpuan tengah arah x = D10 – 175 mm

 Tulangan tumpuan tengah arah y = D10 – 175 mm

 Tulangan tumpuan tepi arah x = D10 – 250 mm

 Tulangan tumpuan tepi arah y = D10 – 250 mm

2. Tulangan tipe 1

Gambar 5.3 Tulangan Tipe 1

Luas 7,5 × 12,1 = 90,75 m²

Jarak pembesian arah y = 175 mm

Jarak pembesian arah x = 225 mm

Jumlah pembesian yang dibutuhkan arah y adalah

12,1 : 0,175 = 69 batang

69 × 2 = 138 batang

138 × 7,5 m = 1035 m

0,617 kg × 1035 = 638 kg

Jumlah pembesian yang dibutuhkan arah x adalah

7,5 : 0,225 = 33 batang


117

33 × 2 = 66 batang

66 × 12,1 = 798,6 m

0,617 kg × 798,6 = 492 kg

3. Tulangan tipe 2

Gambar 5.4 Tulangan Tipe 2

Luas 7,55 × 7,2 = 54 m²

Jarak pembesian arah y = 175 mm

Jarak pembesian arah x = 225 mm

Jumlah pembesian yang dibutuhkan arah y adalah

7,55 : 0,175 = 43 batang

43 × 2 = 86 batang

86 × 7,2 m = 619,2 m

0,617 kg × 619,2 = 382 kg

Jumlah pembesian yang dibutuhkan arah x adalah

7,2 : 0,225 = 32 batang

32 × 2 = 64 batang
118

64 × 7,55 = 483,2 m

0,617 kg × 483,2 m = 298 kg

4. Tulangan tipe 3

Gambar 5.5 Tulangan Tipe 3

Luas 7,55 × 7,2 = 54 m²

Jarak pembesian arah y = 175 mm

Jarak pembesian arah x = 225 mm

Jumlah pembesian yang dibutuhkan arah y adalah

7,55 : 0,175 = 43 batang

43 × 2 = 86 batang

86 × 7,2 m = 619,2 m

0,617 kg × 619,2 = 382 kg

Jumlah pembesian yang dibutuhkan arah x adalah

7,2 : 0,225 = 32 batang

32 × 2 = 64 batang

64 × 7,55 = 483,2 m
119

0,617 kg × 483,2 m = 298 kg

5. Tulangan tipe 4

Gambar 5.6 Tulangan Tipe 4

Luas 10,8 × 12,1 = 130,68 m²

Jarak pembesian arah y = 250 mm

Jarak pembesian arah x = 250 mm

Jumlah pembesian yang dibutuhkan arah x adalah

12,1 : 0.250 = 48 batang

48 × 2 = 96 batang

96 × 10,8 = 1036,8 m

0,617 kg × 1036,8 = 693 kg

Jumlah pembesian yang dibutuhkan arah y adalah

10,8 : 0,250 = 43,2 batang

43,2 × 2 = 86,4 batang

86,4 ×12,1 = 1045,4 m

0,617 kg × 1045,4 = 645 kg


120

6. Tulangan tipe 5

Gambar 5.7 Tulangan Tipe 5

Luas 7,55 × 7,2 = 54 m²

Jarak pembesian arah y = 175 mm

Jarak pembesian arah x = 225 mm

Jumlah pembesian yang dibutuhkan arah y adalah

7,55 : 0,175 = 43 batang

43 × 2 = 86 batang

86 × 7,2 m = 619,2 m

0,617 kg × 619,2 = 382 kg

Jumlah pembesian yang dibutuhkan arah x adalah

7,2 : 0,225 = 32 batang

32 × 2 = 64 batang

64 × 7,55 m = 483,2 m

0,617 kg × 483,2 m = 298 kg

Jumlah kebutuhan pembesian pada lantai 26 sampai 28 adalah

Pembesian pada arah y


121

138 + 86 + 86 + 86,4 +86 = 482,4 batang

482,4 × 3 = 1.447,2 batang

1.447,2 × 12,1 = 17.511,12 m

0,617 × 17.511,12 = 10.804,361 kg

Pembesian pada arah x

66 + 64 + 64 + 96 + 64 = 354 batang

354 × 3 = 1.062 batang

1.062 × 48,3 = 51.294,6 m

0,617 × 51.294,6 = 31.648,76 kg

Jumlah keseluruhan pembesian pada lantai 26 sampai 28 adalah

836,4 × 3 = 2.509,2 batang

2.509,2 × 529,98 = 1.329.825,816 m

0.617 × 1.329.825,816 = 820.502,52 kg


122

Gambar 5.8 Penulangan Plat Lantai Di Daerah Tumpuan Dan Lapangan

5.8 Menghitung Kebutuhan Papan Bekisting Plat Lantai

1. Tipe 1

Luas 12,1 × 7,5 = 90,75 m²

Triplek ukuran = 1,22 m × 2,44 m = 2,9768 m²

Jadi 90,75 :2,9768 = 30,485 lembar

2. Tipe 2

Luas 7,55 × 7,2 = 54 m²

Triplek ukuran = 1,22 m × 2,44 m = 2,9768 m²

Jadi 54 : 2,9768 = 18,14 lembar

3. Tipe 3

Luas 7,55 × 7,2 = 54 m²

Triplek ukuran = 1,22 m × 2,44 m = 2,9768 m²

Jadi 54 : 2,9768 = 18,14 lembar

4. Tipe 4

Luas 10,8 × 12,1 = 130,68


123

Triplek ukuran = 1,22 m × 2,44 m = 2,9768 m²

Jadi 130,68 : 2,9768 = 43,9 lembar

5. Tipe 5

Luas 7,55 × 7,2 = 54 m²

Triplek ukuran = 1,22 m × 2,44 m = 2,9768 m²

Jadi 54 : 2,9768 = 18,14 lembar

Jumlah kebutuhan bekisting plat lantai keseluruhan adalah

30,485 + 18,14 + 18,14 + 43,9 +18,14 = 128,805 lembar

128,805 × 3 = 386,415 lembar

Jadi total keseluruhan kebutuhan papan bekisting untuk plat lantai dari lantai 26

sampai 28 itu adalah 386,415 lembar

5.9 Menentukan Kebutuhan Beton

Rumus P× L× T

Panjang = 43,8 m

Lebar = 12,1 m

Tebal = 1,2 m

43,8 × 12,1 × 1,2 = 635,976 mᴣ


124

BAB VI

PEMBAHASAN

PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN

6.1 Permasalahan

Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan suatu proyek pasti akan ditemukan

berbagai permasalahan dan kendala-kendala yang dapat menghambat jalannya

proyek, lebih-lebih apabila permasalahan dan kendala yang ditemukan di

lapangan cukup banyak, hal tersebut akan menyebabkan keterlambatan

proyek. Permasalahan itu bukan untuk dihindari, melainkan untuk dicari solusi

yang solutif. Hal ini juga terjadi pada proses pelaksanaan proyek pembangunan

Apartemen Casa De Parco.

Selama pelaksanaan pekerjaan, timbul beberapa masalah yang

menyebabkan progres proyek tersebut mengalami keterlambatan. Masalah-

masalah tersebut dipegaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

6.1.1 Faktor Cuaca

Faktor cuaca pasti akan ditemukan di lapangan. Faktor cuaca yang

menyebabkan kemajuan proyek terhambat diantaranya adalah hujan. Hujan

merupakan faktor cuaca yang tidak dapat diprediksi. Hujan dapat

mengakibatkan genangan air pada galian dan memperlambat pekerjaan

lainnya, seperti misalnya pengecoran. Selain itu, hujan juga dapat

menyebabkan suatu pekerjaan berhenti dengan alasan keamanan, maupun

untuk menghindari penurunan mutu bahan.


125

6.1.2 Faktor K3 (Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan kerja)

Faktor K3 merupakan faktor yang sangat mempengauhi keberhasilan suatu

proyek. Pada umumnya, proyek-proyek di Indonesia kurang memperhatikan

keselamatan kerja untuk para pekerja. Permasalahan pada Proyek Apartemen

Casa De Parco yang dipengaruhi oleh faktor K3 diantaranya :

a. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) yang tidak merata oleh para

pekerja. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran dari para

pekerja akan pentingnya pemakaian APD, selain itu ketegasan dari pihak

kontraktor dan owner yang kurang sehingga menyebebkan pekerja tidak

mematuhi peraturan penggunaan APD.

b. Rambu-rambu keselamatan belum sepenuhnya dipasang pada Proyek

Apartemen Casa De Parco.

c. Banyaknya sampah bekisting di setiap lantai.

d. Toilet pekerja hanya tersedia dua, dan terletak di lantai dasar, sehingga

mempengaruhi produktifitas dari pekerja.

6.1.3 Faktor Koordinasi/ Komunikasi

Koordinasi dan komunikasi merupakan hal yang sangat vital dalam proyek.

Apabila koordinasi dalam proyek tersebut tidak sehat, maka akan

menimbulkan perbedaan persepsi. Permasalahan yang muncul pada Proyek

Apartemen Casa De Parco karena faktor koordinasi diantaranya :


126

a. Adanya perubahan gambar shop drawing, tetapi orang di lapangan masih

menggunakan gambar lama, sehingga akan menambah pekerjaan dan

mengeluarkan biaya lagi.

b. Adanya perubahan gambar shop drawing dari pihak owner yang mendadak

dan merupakan pekerjaan tambah.

c. Kurang adanya koordinasi antara kantor pusat dengan pihak kontraktor

pelaksana di lapangan, sehingga solar yang digunakan sempat diduga illegal

oleh polisi.

d. Adanya perbedaan persepsi mengenai progres kerja, dimana perhitungan

progres oleh kontraktor menyebutkan sebesar X%, tetapi dari pihak owner

mempunyai perhitungan sendiri sebesar Y% yang mana hasilnya lebih

sedikit dari hitungan kontraktor. Progres tersebut berpengaruh terhadap

opname keuangan (biaya yang dibayarkan owner kepada kontraktor setelah

mencapai progres tertentu pada bulan tertentu). Hal serupa juga terjadi

antara subkontraktor dengan main kontraktor.

6.1.4 Faktor Teknis Pelaksanaan

Permasalahan teknis yang ditemukan pada Proyek Apartemen Casa De

Parco adalah :

a. Listrik kerja mengalami penurunan yang disebabkan karena penggunaan

tegangan listrik yang melebihi kemampuan genset, sehingga terjadi

kerusakan pada komputer dan mesin fotocopy proyek.

b. Bekisting jebol pada saat pengecoran karena belum kuat suri-suri

scaffolding penyangga bekisting dan posisi suri-suri dari scaffolding belum


127

dapat menopang momen yang terjadi pada bekisting plat akibat penambahan

beban pada beton.

c. Kekurangan air kerja yang disebabkan karena jangkauan pompa untuk

mendorong air ke atas kurang.

d. Pembersihan bekisting balok dan plat sebelum dicor kurang baik, sehingga

banyak sampah seperti potongan kayu, potongan bendrat, bungkus

makanan, maupun puntung rokok tercetak dengan beton.

e. Lahan kerja yang sempit, sehingga mempengaruhi produktifitas pekerja.

f. Hasil pengecoran tidak rapi, dikarenakan pekerja bekisting kurang

memperhatikan kelurusan/ kerataan bekisting dalam pemasangannya,

khususnya pada titik sambungan bekisting.

g. Adanya beton keropos pada balok dan kolom karena bekisting kurang

bersih, masih ada beton lama menempel pada permukaannya dan

pemadatan kurang sempurna saat pengecoran.

h. Adanya kolom melintir karena kurangnya ketelitian dari para pekerjanya.

6.1.5 Faktor Manajemen Tenaga Kerja

Permasalahan yang terjadi pada Proyek Apartemen Casa De Parco karena

faktor manajemen tenaga kerja adalah :

a. Subkontraktor bekisting tidak dapat memenuhi kebutuhan man power.

Alasan yang mendasarinya adalah masalah gaji yang nunggak dan belum

dibayarkan oleh subkontraktor.

b. Adanya double job pada staf, yaitu sebagai site engineer sekaligus

merangkap sebagai administrasi.


128

c. Hanya ada satu orang drafter di proyek, hal itu sangat berpengaruh pada

progres kemajuan proyek mengingat fungsi seorang drafter sangat penting.

6.1.6 Faktor Manajemen Keuangan

a. Adanya pekerjaan tambah yang belum termasuk dalam Bill of Quantity

proyek, sehingga mempengaruhi RAP.

b. Gaji pekerja tidak dibayarkan tepat waktu/ nunggak oleh subkontraktor.

c. Masih adanya tagihan antara main kontraktor dengan supplier (sewa mesin

fotocopy), namun hal tersebut tidak begitu berpengaruh.

6.2 Penyelesaian Masalah

6.2.1 Faktor Cuaca

Faktor cuaca merupakan kejadian alam yang dimana manusia tidak bisa

mengubahnya. Untuk itu maka apabila suatu pekerjaan proyek terkendala

masalah cuaca seperti hujan, maka pekerjaan dihentikan atau ditunda

sementara sampai hujan reda. Sedangkan untuk pengerjaan pengecoran,

sebelum memutuskan untuk mengecor Site Manager terlebih dulu mencermati

keadaan cuaca. Bila cuaca cerah, maka bisa dilakukan pengecoran. Tapi

apabila mendung, pekerjaan pengecoran ditunda atau dibatalkan.

6.2.2 Faktor K3

Perlu adanya ketegasan dan kesadaran akan pentingnya K3 baik dari pihak

owner, kontraktor dan para pekerja. Memang benar untuk menyelenggarakan

K3 itu mahal, tapi akan lebih mahal lagi bila terjadi kecelakaan terhadap
129

pekerja yang dalam hal ini akan merugikan bagi pekerja itu sendiri dan pihak-

pihak yang terlibat dalam proyek tersebut. Selain itu, untuk rambu-rambu K3

yang belum terpasang untuk segera dipasang. Adanya pengadaan tempat

sampah di sudut-sudut tertentu. Pemasangan toilet portable per dua atau tiga

lantai.

6.2.3 Faktor Koordinasi/ Komunikasi

a. Diadakan rapat koordinasi antara kontraktor dengan mandor-mandor setiap

hari Rabu, dan rapat koordinasi gabungan dengan owner pada hari Kamis.

b. Untuk kasus solar yang sempat diduga illegal oleh polisi, dilakukan

konfirmasi ke kantor pusat mengenai solar tersebut.

c. Pada kasus perbedaan persepsi mengenai kemajuan progres, maka perlu

adanya kesepakatan yang jelas dalam menentukan nilai bobot suatu

pekerjaan antara owner dan kontraktor. Seharusnya aturan atau kesepakatan

ini disampaikan atau diterakan dalam dokumen kontrak. Tapi bila belum

ada, perlu diadakan rapat koordinasi antara kontraktor dan owner agar

pembagian nilai bobot suatu pekerjaan tidak saling bersimpangan persepsi.

6.2.4 Faktor Teknis Pelaksanaan

a. Untuk masalah listrik kerja, dilakukan pembagian pemakaian genset, yaitu

untuk tower crane, alimak, dan kantor. Pembagian pemakaian genset

tersebut pada pukul 07.00-12.00 WIB dikhususkan untuk pemakaian tower

crane dan alimak, sedangkan untuk kantor difokuskan siang hari.


130

b. Untuk kasus bekisting jebol, ada beberapa penyelesaian masalah, antara

lain:

 Pertama adalah tindakan pencegahan yaitu sebelum pengecoran dimulai,

cek terlebih dahulu posisi suri-suri dari scaffolding, apakah sudah dapat

menopang momen yang terjadi pada bekisting plat akibat penambahan

beban pasta beton, cek kelayakan bekisting, bila tidak layak maka perlu

diganti.

 tindakan penanggulangan yaitu bila bekisting sudah terlanjur jebol. Yaitu

dengan terlebih dahulu menghentikan proses pengecoran, setelah itu

segera lakukan perbaikan terhadap bagian bekisting yang jebol tadi,

perkuat suri-suri scaffolding penyangga bekisting, tambah support untuk

memperkuat bekisting. Kemudian pastikan bekisting sudah aman dan

mampu menampung pasta beton agar pengecoran dapat kembali di

lakukan.

c. Penyelesaian untuk air kerja yaitu dengan pembagian ketinggian, untuk

elevasi +0,00 m sampai +20,00 m dipasang pompa, dan elevasi selanjutnya

+20,00 m sampai +49,20 m dipasang terminal dengan bak tom, dan

dipasang pompa lagi pada elevasi tersebut.

d. Untuk masalah hasil pengecoran yang tidak rapi dan terdapat sampah, maka

perlu adanya pengawasan yang lebih dari pihak kontraktor, selain itu

pastikan perkuatan scaffolding sudah benar-benar kuat sebelum dilakukan

pekerjaan pengecoran.
131

e. Untuk masalah lahan kerja yang sempit, dari pihak kontraktor melakukan

peminjaman lahan sebelah, berhubung lahan sebelah masih kosong,

sehingga bias digunakan sebagai lahan material.

f. Untuk beton keropos, maka solusinya dilakukan grouting terhadap beton

yang keropos tersebut.

g. Untuk kasus kolom melintir, dari pihak kontraktor solusinya pada pekerjaan

finishing. Yaitu dilakukan expose kolom.

6.2.5 Faktor Manajemen Tenaga Kerja

a. Perlu adanya teguran dan sikap yang tegas dari main kontraktor kepada

sub kontraktor agar tidak terjadi hal seperti kasus keterlambatan gajian

pekerja lagi di kemudian hari.

b. Mengajukan permohonan ke kantor pusat untuk ditambahkan staf sebagai

site engineer atau administrasi dan sebagai drafter.

6.2.6 Faktor Manajemen Keuangan

a. Perhitungan kembali RAP dan segera dimajukan ke pihak owner mengenai

pekerjaan tambah tersebut.

b. Perlu adanya tindakan tegas kepada subkontraktor terkait masalah keuangan

dan para pekerja.

c. Segera dilakukaan pembayaran terhadap tagihan-tagihan yang masuk.


132

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Uraian Umum

Kerja praktek yang dilakukan selama 2 bulan (60HK) dimulai sejak

tanggal 10 Oktober 2016 sampai dengan 10 Desember 2016 di Proyek

Apartemen Casa De Parco BSD city Tanggerang Selatan, banyak memberikan

manfaat, pengetahuan, dan pengalaman yang berarti. Ilmu-ilmu yang belum

dipelajari pada bangku perkuliahan justru didapatkan pada saat kuliah kerja

praktek. Teori-teori yang dipelajari saat kuliah bisa diaplikasikan langsung di

lapangan. Menariknya, pada saat melakukan kuliah kerja praktek, banyak

menemukan permasalahan-permasalahan baik permasalahan teknis maupun

nonteknis yang akan menjadi pembelajaran tersendiri. Permasalahan-

permasalahan tersebut akan membuat aktif untuk mencari penyebabnya, dan

memecahkannya dengan solusi yang baik. Dengan melakukan kuliah kerja

praktek, diharapkan nantinya sudah memiliki pengalaman di lapangan, dan

saat sudah lulus dari Teknik Sipil, sudah tidak canggung atau asing lagi pada

kondisi lapangan. Banyak pelajaran yang dapat diterima baik yang

menyangkut teknis di lapangan Dalam kesempatan ini, pada saat kuliah kerja

praktek ini sedikit mencoba untuk memberikan saran dan kesimpulan yang

dapat diambil dari pengalaman kuliah kerja praktek di PT.jagat Konstruksi

Abdipersada pada Protek Apartemen Casa De Parco.


133

7.2 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang telah diperoleh selama

pelaksanaan kerja praktek, banyak hal-hal yang bisa ambil beberapa kesimpulan

bahwa:

a. Manajemen Proyek Apartemen Casa De Parco Tangerang sedikit kacau,

dikarenakan banyaknya double job pada stafnya, yaitu site engineer

merangkap sebagai administrasi.

b. Proyek belum sepenuhnya mengikuti metode pelaksanaan yang benar, yaitu

adanya pondasi gondola jebol karena kesalahan dalam metode pelaksanaan,

seharusnya angkur dipasang terlebih dahulu baru dicor, tetapi pada

pelaksanaan di lapangan, beton dicor terlebih dahulu dan setelah itu angkur

baru dipasang. Hal itu dikarenakan keterlambatan kedatangan angkur, dan

dari pihak kontraktor ingin mengejar progress yang terlambat.

c. Banyak terjadi waste. Yaitu pada saat pelaksanaan pengecoran kurang hati-

hati sehingga banyak beton yang terbuang.

d. Penerapan K3 pada proyek belum sepenuhnya dilakukan, toilet hanya ada 3

dan itu terletak di bawah, sehingga mempengaruhi produktifitas dari pekerja.

e. Banyak dijumpai pekerja yang beristirahat sebelum jam istirahat dan selesai

istirahat lebih lama.


134

7.3 Saran

a. Mengajukan permohonan penambahan staf kepada kantor pusat agar tidak

terjadi double job dan pembagian pekerjaannya pun jelas, sehingga staf akan

lebih fokus dalam pekerjaannya.

b. Pengawasan dan pengecekan ulang harus benar-benar teliti, sebagai contoh

apabila akan melakukan pekerjaan pengecoran, maka sebelumnya harus

benar-benar dicek mengenai perkuatan dari scaffolding dan bekisting, serta

tulangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk pengendalian mutu.

c. Metode-metode yang telah dilaksanakan di lapangan, sebaiknya tetap

mengacu pada keamanan dan syarat-syarat teknis.

d. Penggunaan peralatan kerja dalam pelaksanaan proyek perlu ditingkatkan,

baik dalam segi jumlah maupun kemampuan alat.

e. Dalam suatu proyek, disarankan agar perawatan dan pemeliharaan struktur

bangunan yang sudah selesai dilaksanakan lebih ditingkatkan sehingga dapat

dihasilkan suatu struktur yang kokoh dan kuat.

f. Time schedule proyek tersebut perlu diperbaiki secepat mungkin, sehingga

tidak mengakibatkan keterlambatan bagi pekerjaan proyek secara

keseluruhan. Realisasi progres hendaknya selalu diupdate pada s-curve.

g. Pendisiplinan K3 pada proyek sehingga meminimalisasikan kecelakaan di

proyek atau biasa disebut zero accident.

Anda mungkin juga menyukai