Anda di halaman 1dari 8

Salihah

ala 4 Wanita
Penghulu Surga

Ririn Astutiningrum

Penerbit PT Elex Media Komputindo


gelombang penyelewengan terhadap kitab Taurat, Imran
tetap teguh mengajarkan dan mengamalkannya dengan
benar. Ia sama sekali tidak mau berkolaborasi dengan
rahib-rahib lain yang memilih memanfaatkan isi Taurat
untuk mengeruk keuntungan duniawi. Di antara perilaku
para rahib ‘nakal’ itu adalah mereka menarik semacam
infak atau zakat, tetapi nyatanya mereka menggunakannya
untuk kepentingan diri sendiri.
Suatu hari, doa Imran dan Hanah terkabul. Dalam usia
yang tak muda lagi, Hanah hamil. Sungguh, itulah janji Allah
yang akan mengabulkan pinta hamba-hamba-Nya.
“Suamiku, kelak anak ini akan aku serahkan untuk
mengabdi di Baitul Maqdis. Biarlah ia menjadi manusia
yang dekat kepada Allah,” kata Hanah saking senangnya.
Rasa syukur ia ungkapkan dalam sebentuk nazar untuk
menyerahkan anaknya kelak di jalan Allah.
“Mengapa engkau bicara begitu? Baitul Maqdis hanya
dihuni oleh laki-laki. Bagaimana jika anak kita perempuan?”
tanya Imran dengan gusar. Ia adalah seorang pengajar
Taurat di Baitul Maqdis. Ribuan santri yang berada di
majelis ilmu itu semuanya laki-laki.
Nyatanya, anak Imran dan Hanah benar-benar terla-
hir perempuan. Nazar harus ditepati. Bayi mungil yang di-
beri nama Maryam itu pun diserahkan ke Baitul Maqdis.
Tak lama kemudian, Hanah meninggal dunia sedangkan
Imran telah mendahuluinya menghadap Sang Khaliq ketika
Maryam masih berada dalam kandungan.

Sesuci Maryam binti Imran | 3


Maryam kecil berada dalam asuhan pamannya, yaitu
Nabi Zakaria. Beliau adalah salah satu pengajar Taurat
di Baitul Maqdis. Demi keselamatan dan keamanan
Maryam, Nabi Zakaria membuatkan mihrab tersendiri.
Tiada seorang pun boleh masuk ke dalamnya kecuali Nabi
Zakaria dan Yusuf An-Najar yang beliau percayai untuk
mengantarkan makanan.
Begitulah, Ukhti. Sejak kecil, Maryam binti Imran ber-
ada dalam lingkungan yang kental oleh nuansa keimanan
dan ketakwaan kepada Allah. Sehari-hari, Maryam melihat
dengan mata kepala sendiri orang-orang beribadah ke-
pada Allah. Sejak kecil pula, ilmu yang pertama-tama di-
terimanya adalah tentang Allah maka tak heran jika ia pun
tumbuh sebagai remaja yang dekat dengan Allah. Hatinya
suci dari ingar-bingar keburukan dunia. Perilakunya terja-
ga dari perbuatan yang mengundang dosa. Maryam telah
‘mengenal’ Allah sejak ia mulai bisa melihat, mendengar,
berbicara, dan berjalan. Nama Allah terikat kuat dalam
jiwa dan raganya sehingga langkahnya tak pernah lepas
dari aturan-Nya.
***
Subhanallah...
Menelisik kembali sepenggal kisah Maryam di atas
membuat hati saya bergetar. Dunia saat ini telah berubah
dengan sangat cepat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serupa banjir yang tak dapat dibendung. Dunia
kita dijejali dengan segala kesenangan duniawi yang
mengasyikkan.

4 | Salihah ala 4 Wanita Penghuni Surga


Proiil Penulis
enulis adalah seorang ibu rumah tangga yang

P menetap di Kota Kediri, Jawa Timur. Ia tinggal di


desa Setonorejo bersama suami tercinta, Muchid
Zaenal, serta dua permata hati; Rumaisha R. Zahra dan
Rumi A. Maulana. Menulis adalah salah satu jalan bagi
penulis untuk berbagi kebaikan agar kelak menjadi ladang
pahala di hadapan Allah, serta warisan berharga untuk
anak cucunya kelak. Bagi yang ingin bersilaturahmi lebih
dekat, silakan menghubungi akun Facebook Ririn Rahayu
Astutiningrum atau Instagram ririn_astutiningrum.

Anda mungkin juga menyukai