Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENISASI

DISUSUN OLEH

 SUZANTY PUTRI LESTARI (PO713201191047)


KELAS 2.A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


TAHUN AJARAN
2020/2021
A. PENGERTIAN OKSIGENASI
Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan, oksigen sangat
berperan dalam proses metabolisme tubuh. Masalah kebutuhan oksigen
merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini
telah terbukti pada seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia
dan bisa mengalami kematian. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, memulihkan
dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal serta
membebaskka saluran pernafasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen.
Oksigenasi merupakan proses penambahan O₂ ke dalam system (kimia atau
fisika), Oksigen berupa gas tidak berwarna dan tidak berbau yang mutlak
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Akibat oksigenisasi terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Walaupun begitu, penambahan CO₂ yang melebihi
batas normal pada tubuh, akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktivitas ssel. (Andina dan Yuni, 2017)

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


a) Anatomi
Anatomi saluran pernafasan terbagi menjadi dua bagian yaitu saluran
pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bawah.
a. System pernafasan atas
1) Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernafasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Dinding organ
hidung dilapisi oleh mukosa yang berfungsi untuk menyaring,
menghangatkan, dan melembabkan udara yang masuk melalui
hidung. Vestibulum merupakan bagian dari rongga hidung yang
berambut dan berfungsi menyaring partikel-partikel asing berukuran
besar agar tidak masuk kesaluran pernafasan bagian bawah.
2) Faring
Faring (tekak) adalah saluran otot selaput kedudukannya tegak
lurus antara basis krani dan vertebrae servikalis VI. Faring
merupakan saluran yang sama-sama dilalui oleh udara dan
makanan. Faring terbagi menjadi nosofaring dan orafaring yang kaya
akan pasokan jaringan limfe yang menangkap dan menghancurkan
pathogen yang masuk bersamaan dengan udara.
3) Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan
yang dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan
ligamentum. Laring sangat penting untuk mempertahankan
ketepatan jalan nafas bawah dari makanan dan minuman yang
ditelan. Selama menelan pintu masuk ke laring (epiglottis) menutup,
mengarahkan makanan masuk ke esophagus. Epiglottis terbuka
selama bernafas, yang memungkinkan udara bergerak bebas ke
jalan nafas bawah.

b. System pernafasan bawah


1) Trakea ( batang tenggorokan )
Trakea (batang tenggorokan ) adalah tabung terbentuk pipa seperti
huruf C yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan
oleh selaput, terletak diantara vertebra servikalis VI sampai ke tepi
bawah kartilago krikoidea vertebra V. tabung tulang yang
menghubungkan bagian penting pada system pernafasan. Trakea
adalah tabung beroto kaku terletak di depan kerongkongan, yang
sekitar 4,5 inci panjang dan lebar 1 inci. Diameter didlam sekitar 21-
27 mm, panjang 10-16 c, ada sekitar 15-20 inci tulang rawan
berbentuk C tidak lengkap, yang melindungi trakea dan menjaga
jalan nafas. Otot-otot trakea yang berhubungan ke cincin lengkap
dan kontak saat batuk, yang mengerangi ukuran lumen trakea untuk
meningkatkan aliran udara.
2) Bronkus dan bronkiolus
Trekea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri. Bronkus
kanan lebih pendek, lebar, dan lebih vertical dari pada kiri. Bronkus
kiri lebih panjang dan langsing dari yang kanan, dan berjalan
dibawah arteri pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa
cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
Bronkiolus membentuk percabangan bronkiolus terminalis, yang
tidak mempunyai kelenjar bronkiolus respirator yang dianggap
menjadi saluran tradisional antara jalan udara transisional antara
jalan udara kondusi dan jalan udara pertukaran gas.
3) Pulmo (paru)
Pulmo (paru) adalah organ utama dari sistem pernafasan,
merupakan salah satu organ sistem pernafasan yang berada di
dalam kontong yang berbentuk oleh pleura parietalis dan pleura
viseralis. Kedua paru sangat lunak, elastic dan berada dalam rongga
torak. Sifatnya ringan dan terapung di dalam air (Muttaqin, 2012)

b) Fisiologi pernafasan
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan difusi
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas kedalam dan keluar
paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru daan thorak yang
elastic dan pernafasan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah
diagfragma(potter & perry, 2006). Ventilasi adalah proses keluar masuknya
udara dari dank e paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. udara yang masuk
dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleural
lebih negative (752 mmHg) dari pada tekanan atmofer (760 mmHg)
sehingga udara akan masuk ke alveoli.
b. Perpusi
Perpusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dari vertikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran
oksigen dan karbon dioksida di kapiker dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat
dipergunakan jika sewaktu-waktu terjdi penurunan volume atau tekanan
darah sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi
yang lebih tinggi kedaerah yang konsentarsi yang lebih rendah. Difusi gas
pernapasan terjadi di membrane kapiler alveolar dan ketepatan difusi dapat
dipengaruhi oleh ketebalan membrane(Potter & Perryy, 2006)

C. ETIOLOGI
a. Faktor fisiologi
1) Menurunnya kemampuan mengikat O₂ seperti pada anemia
2) Menurunnya konsentrasi O₂ yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran pernapasan bagian atas
3) Hipovolomia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen (O₂)
4) Meningkatkan metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit
kronis seperti TBC paru.
b. Faktor perilaku
1) Nutrisi , misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.
2) Exercise , exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen
3) Meroko , nikotil menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer
dan koroner
4) Alcohol dan obat-obatan menyebabkan intake nutrisi/fe
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
D. MANIFESTASI KLINIK

 Suara napas tidak normal


 Perubahan jumlah pernapasan
 Batuk disertai dahak
 Penggunaan otot tambahan pernapasan
 Dispea
 Penurunan haluaran urin
 Penurunan ekspansi paru
 Takhipnea

E. PATOFISIOLOGI

Spora C , tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Spora yang masuk ke dalam
tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa faktor (kondisi anaerob),
sehingga berubah menjadi bentuk vegetative dan berbiak dengan cepat tetapi hal ini tidak
mencetuskan reaksi inflamasi. Gejala klinis sepenuhnya disebabkan oleh toksin yang
dihasilkan oleh sel vegetative yang sedang tumbuh. C. tetani menghasilkan dua
oksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin menyebabkan hemolisis tetapi
tidak berperan dalam penyakit ini. Gejala klinis tetanus disebabkan oleh tetanospasmin.
Tetanospasmin melepaskan pengaruhnya di keempat sistem saraf: (1) motor end plate di
otot rangka, (2) medulla spinalis, (3) otak, dan (4) pada beberapa kasus, pada sistem saraf
simpatis, setelah pelepasan toksik yang mengakibatkan regitasi otot rangka, sehingga
menurunkan ekspansi dada yang mengakibatkan peningkatan RR sehingga terjadi
gangguang oksigenasi.
Trauma pada tulang rangka yang multiple yang menyebabkan hail chest sehingga
menyebabkan pernapasan paradoksal terjadi gangguan oksigenasi jika tidak teratasi maka
akan terjadi hipoksia tubuh mengompensasi dengan pernapasan yang dalam dan
freakuensi yang cepat serta dipnea

F. PATHWAY

Invasi clostridium tetani Trauma

Pelepasan tetanuspasmik fraktur tulang rangka


mutipe
Dan tetanolisin
Fail chest

Rigiditas otot
Px mengalami
pernapasan
Paradoksal

Penurunan ekspansi dada


Gangguan
oksigenasi

RR meningkat, penggunaan otot


Bantu pernapasan Penurunan kadar oksigen
yang
Diinspirasi, penurunan kadar
Hemoglobin dan
ketidakmampuan
Jaringan untuk mengambil
oksigen

Hipoksia

Peningkatan frekuensi
Dipsnea
Dan kedalam pernapasan

Ketidakefektipan
Pola napas

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Elektrokardiogram
b. Pemeriksaa fungsi paru
c. Pemeriksaan gas darah arteri
d. Oksimetri
e. Pemeriksaan sinar x dada
f. Bronkoskopi
H. KOMPLIKASI

a. Penurunn kesadaran
b. Hipoksia
c. Cemas dan gelisah

I. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan medis
1. Pemantauan hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter,
missal: nebulizer, kanul nasal, masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisioterapi dada

b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
1) Pembersihan jalan napas
2) Latihan batuk efektif
3) Pengisafan lendir
4) Jalan napas bantuan
2. Pola napas tidak efektif
1) Atur posisi pasien (semi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernapas dan relaksasi
3. Gangguan pertukaran gas
1) Atur posisi pasien (posisi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Penghisapan lendir

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
napas ditandai dengan spasme jalan napas, sekresi tertahan, penumpukan
sekret/banyaknya mucus, adanya benda asing dijalan napas.
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi,
kelelahan.
3) Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan perfusi ventilasi,
perubahan membrane kapiler alveolar.

K. INTERVENSI KEPERAWATAN

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan


napas ditandai dengan spasme jalan napas, sekresi tertahan, penumpukan
sekret, adanya benda asing dijalan nafas.
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
masalah bersihan jalan napas efektif teratasi, dengan
 Kriteria hasil : mendemonstrasikan batuk efektif, dan suara nafas
bersih, tidak ada sianosis dan dispnea, menunjukan jalan napas
yang paten.
 Intervensi :
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi misal:
semifowler.
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau section
 Auskultasi suara napas dan catat adanya suara napas
tambahan misalnya ronkhi
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Kolaborasi dalam pemberian terapi O₂.
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi,
kelebihan
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
menunjukkan keefektifan pola napas, dengan
 Kriteria hasil : suara napa bersih, tidak ada sianosis, dispnea,
menunjukkan jalan napas yang paten (tidak merasa tercekik, irama
napas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara
napas abnormal) dan TTV dalam rentang normal
 Intervensi :
 Monitor vital sing
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau section
 Auskultasi suara napas dan catat adanya suara napas
tambahan
 Pertahankan jalan napas yang paten
 Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Kolaborasi dalam pemberian terapi O₂
3) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
perubahan membran kapiler alveolar.
 Tujuan : setelah dilakukan tindakaan keperawatan diharapkan
masalah keperaawatan gangguan pertukaran gas teratasi dengan
 Kriteria hasil : mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat, suara napas bersih, tidak ada sianosis dan
dispneu, TTV dalam rentan normal
 Intervensi :
 Beri posisi ventilaasi maksimal
 Keluarkan sekret dengan batuk atau section
 Auskultasi suara napas, dan catat adanya suara napas
tambahan
 Monitor pola napas bradipnea, takipnea
 Monitor TTV, AGD
 Observasi sianosis
 Kolaborasi bronkodilator, nebulizer, dan terapi oksigenasi
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC , Edisi 7.Jakarta: EGC

Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007 Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.

Jakarta : EGC.

Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta,EGC.

Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.Elisabeth j.corwin,

2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC

Anda mungkin juga menyukai