Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi

Vol. 1, No.1, Oktober 2012 177

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN


PERILAKU AGRESIF REMAJA SISWA KELAS XI SMK BUNDA
KANDUNG JAKARTA SELATAN

Zeni Perdana Rizeki

Jurusan Psikologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Jakarta
Jl. Halimun Kota Madya Jakarta Selatan
DKI Jakarta, Indonesia

zeni.perdana@gmail.com

Abstrack

The purpose of this research was to know the correlation between social skills and student
aggressive behavior at 10th

Jakarta. This research approach quantitative methods and using expost facto design. Samples of
this research is 79 student with sample collection techniques are proportionate random sampling.
The collecting data in this research used two instruments, namely the scale of social skills and the
scale of aggressive behavior. Statistical analysis using the product moment correlation. Based on
the results of data analysis found that there was a negative and significant correlation between
social skills and aggressive behavior. Correlation coefficient values obtained are rxy = (-0.458) and
the significance p = 0.000 <0.05 (significant), which means there is a negative and significant
corelation between two variables.

Keywords: social skills, aggressive behavior, adolescent

1. Pendahuluan peran sosial, menerima keadaan fisik dan


Masa remaja merupakan masa transisi atau menggunakannya secara efektif, mengharapkan dan
peralihan dari masa anak-anak menuju masa mencari perilaku sosial yang bertanggung jawab,
dewasa. Secara umum masa remaja dibagi menjadi mencapai kemandirian emosional dari orang tua
dua bagian. Pertama, masa remaja awal (early dan orang dewasa lainnya, mempersiapkan karier
adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga,
menengah pertama dan mencakup kebanyakan serta memperoleh perangkat nilai dan sistem etnis
pubertas. Kedua, masa remaja akhir (late sebagai pegangan untuk berperilaku
adolescence) menunjukkan pada kira-kira setelah mengembangkan ideologi (Hurlock, 1994). Tugas
usia 15 tahun (Santrock, 2003:26). Pada masa ini perkembangan ini dengan sendirinya akan terjadi
individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik dalam masa remaja dan harus terpenuhi agar
maupun psikis serta kognitif yang kini mulai individu bisa melanjutkan ke masa selanjutnya,
mampu berfikir abstrak seperti halnya orang yaitu masa dewasa.
dewasa. Pada periode ini pula, remaja mulai Remaja dalam kehidupannya ternyata tidak
melepaskan diri secara emosional dari orang tua selamanya bisa mudah melaksanakan tugas
dalam rangka mempersiapkan peran sosial yang perkembangannya tersebut. Bagi sebagian remaja,
selanjutnya sebagai orang dewasa. tugas perkembangan dapat dicapai sebelum mereka
Seperti yang diungkapkan oleh Havighurst, masuk ke masa dewasa, tetapi sebagian remaja
tugas perkembangan seorang remaja mencakup hal lainnya mengalami masalah dalam memenuhi tugas
seperti, mencapai hubungan yang lebih baru dan perkembangannya. Banyak sekali permasalahan
lebih matang dengan teman sebayanya, mencapai yang terjadi dalam memenuhi tugas-tugas tersebut.
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 178

Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Stanley Suatu penelitian menunjukkan bahwa rasa
Hall, bahwa remaja adalah masa yang penuh solidaritas atau setia kawan dan balas dendam
dengan badai dan tekanan (storm-and-stress) merupakan latar belakang siswa melakukan
(Santrock, 2003:10). Remaja sebagai masa kekerasan (Sugiharto, 2003:297). Penyebab
goncangan yang ditandai dengan konflik dan lainnya mungkin adalah rasa bosan dan jenuh
perubahan suasana hati. Hal ini menciptakan akibat kurangnya aktivitas bagi anak usia remaja
perilaku remaja yang mudah berubah-ubah dalam dan kurangnya perhatian dari pihak orang tua.
menjalani kehidupannya. Sebagai contoh suatu Orang tua dengan berbagai cara telah memisahkan
ketika remaja menuruti perintah orang tuanya tapi dan mengalihkan perhatian mereka dari dunia
pada saat lain ia membangkang. remaja, dan mereka lupa bahwa mereka sendiri juga
Sering kali tidak sepahamnya remaja dengan pernah mengalami masa remaja. Adanya pemisahan
orang tua maupun temannya mengakibatkan remaja dan pengalihan ini membuat anak tidak bisa
menjadi lebih mudah frustrasi, tertekan, emosi dan memilih minat dan mengetahui kemampuan yang
menjadi meluap-luap. Frustrasi adalah situasi apa ada dalam dirinya. Sebagai akibatnya ketika remaja
pun dimana individu tidak dapat mencapai bisa sedikit terbebas dari orang tua, mereka
tujuannya (Santrock, 2003:561). Mereka yang mencoba mengekspresikan perilaku sesuka emosi
frustrasi adalah orang yang paling mudah diri remaja.
melakukan tindakan agresi. Dalam penelitiannya, Konflik remaja tidak hanya terjadi dalam ruang
Stephen Worchel menunjukkan bahwa frustrasi lingkup keluarga saja, tapi juga bisa terjadi terhadap
akan menyebabkan kecenderungan agresi paling lingkungannya dan tidak terkecuali di sekolah.
kuat jika hasil yang diperoleh jauh kurang menarik Konflik ini bisa terjadi dalam bentuk perkelahian
dibanding hasil yang diinginkan dan orang itu antar pelajar yang bersifat individu ataupun
mengharapkan kesenangan mencapai tujuan yang perkelahian kelompok yang biasa terlihat dalam
dinginkan (Berkowitz, 1995:48-49). Hasil itu bentuk tawuran pelajar. Tawuran menjadi suatu hal
menunjukkan bahwa suatu kegagalan dalam yang biasa terjadi di Indonesia, tak terkecuali di
memperoleh suatu kepuasan/kesenangan yang kota besar seperti DKI Jakarta. Data Polda Metro
diharapkan bisa menyebabkan suatu dorongan ke Jaya menunjukkan bahwa jumlah angka tawuran
arah agresif. pada tahun 2010 dan 2011 sebagai berikut :
Agresi merupakan reaksi primitif dalam bentuk
kemarahan hebat dan ledakan emosi tanpa kendali, Tabel 1.1
serangan, kekerasan, tingkah laku kegila-gilaan dan Data Peristiwa Tawuran di DKI Jakarta
sadistik, karena seseorang mengalami kegagalan dan Sekitarnya (Suhendi, 2011:1)
(Kartono, 2003:115). Perilaku agresif yang timbul Daerah Jakarta 2010 2011
dari setiap individu mungkin akan berbeda dari satu (Jan - Agst)
individu dengan individu lainnya. Hal ini bisa
terjadi tergantung tujuan dari pelaku agresif Jakarta Timur - 1
tersebut. Apabila tujuannya memang dilakukan Jakarta Barat 2 3
untuk menyakiti, bisa jadi perilaku yang timbul bisa Jakarta Utara - 2
dalam bentuk kekerasan fisik. Lain hal apabila Jakarta Selatan 3 6
tujuan sebenarnya hanya untuk kesenangan, Jakarta Pusat 19 25
perilaku yang ditimbulkan bisa berupa cemoohan
Depok 1 1
ataupun ejekan terhadap orang lain.
Individu akan marah terhadap orang-orang yang Tangerang 3 -
dianggap sebagai penyebab kegagalan dari Bekasi - 1
keinginan mereka sehingga terjadinya rasa sakit.
Mereka kesal dengan apa yang terjadi dan jadilah Pengaruh sosial dan kultural memainkan peran
mereka memukul, menjarah, melempar batu, yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian
mencoret-coret berbagai tempat bahkan sampai tingkah laku kriminal remaja (Kartono, 2003:8).
menggunakan narkoba. Dengan begitu seorang Dalam hal ini, lingkungan memberikan pengaruh
remaja telah melakukan tindakan kriminal dan bisa besar dalam kehidupan remaja. Seiring dengan
dianggap sebagai sebuah kenakalan remaja. Dalam berjalannya waktu, tentu banyak perubahan yang
suatu penelitian di Semarang ditemukan 35% tindak terjadi pada lingkungan remaja, seperti perubahan
kekerasan yang dilakukan siswa adalah mencoret- sikap orang tua atau anggota keluarga lain seperti
coret tempat atau fasilitas umum dan 87% tindak guru, teman sebaya, maupun masyarakat terhadap
kekerasan dalam bentuk penganiayaan (Sugiharto, remaja. Kondisi ini merupakan bentuk reaksi
2003:298). terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut
Remaja melakukan tindak perusakan karena untuk mampu menampilkan tingkah laku yang
mereka mencari perhatian, akibat bergaul dengan dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang
kelompok yang salah, atau ingin menjadi terkenal. seusianya. Adanya perubahan baik di dalam
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 179

maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan alat ukur berbentuk skala psikologi. Dalam
remaja semakin meningkat terutama kebutuhan penelitian ini terdapat satu variabel bebas yaitu
sosial dan kebutuhan psikologisnya. keterampilan sosial (variabel x) dan variabel terikat
Remaja dituntut harus bisa berinteraksi dengan yaitu perilaku agresif (variabel y) dengan pola
baik dalam menghadapi kondisi lingkungannya, hubungan. Pola hubungan dalam variabel tersebut
yaitu beradaptasi. Namun tidak semua remaja bisa merupakan masalah dalam penelitian ini.
melakukannya dengan baik. Hal ini mengakibatkan Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
remaja merasa kesepian dan mengisolasikan diri penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMK
mereka dalam kesendirian. Beberapa remaja merasa Bunda Kandung. Seluruh siswa kelas XI SMK
kesepian karena mereka memiliki kebutuhan yang Bunda Kandung tersebut terdiri dari dua jurusan
kuat akan keintiman, namun belum memiliki yang berbeda, yaitu jurusan teknik mesin dan teknik
keterampilan sosial yang baik atau kematangan elektronika yang masing-masing terdiri dari 6 kelas.
hubungan untuk memenuhi kebutuhan tersebut Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
(Santrock, 2003:353). Salah satu dampak dari teknik Probability Sampling dengan menggunakan
kurang baiknya adaptasi remaja yang cukup penting desain Proportionate Stratified Random Sampling.
mempengaruhi munculnya kenakalan remaja adalah Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini
rendahnya keterampilan sosial remaja. Untuk itu, adalah 20% dari jumlah populasi penelitian.
remaja perlu mengembangkan keterampilan Penentuan sampel dilakukan dengan cara
sosialnya agar tetap bisa beradaptasi dengan penomoran anggota di setiap kelas dengan
lingkungannya serta memenuhi tuntutan tugas menggunakan absensi kelas. Selanjutnya, dilakukan
perkembangannya. Keterampilan sosial adalah pengocokan nomor urut siswa hingga didapat enam
kemampuan seseorang untuk berkenalan, sampai tujuh siswa untuk dijadikan sampel
menyesuaikan diri, serta mengatasi masalah dan penelitian. Jadi jumlah sampel keseluruhan ada 78
berinteraksi dengan lingkungannya (Rosdianah, orang siswa yang diwakili oleh 6-7 orang siswa dari
2009:10). tiap kelas masing-masing.
Rendahnya keterampilan sosial bisa membuat Tabel 2.1
remaja kurang mampu menjalin interaksi secara Teknik Pengambilan Sampel
efektif dengan lingkungannya dan memilih dan Jumlah Sampel Peneltian
tindakan agresif sebagai bentuk pertahanan diri Kelas Data Siswa Jumlah
mereka. Mekanisme pertahanan diri merupakan Sampel
Populasi 20% x
kunci untuk memahami penyesuaian diri remaja
(Santrock, 2005:45). Remaja cenderung Populasi
mengganggap bahwa tindakan agresif merupakan XI TM 1 35 20% x 35 7
perilaku yang paling tepat untuk mengatasi masalah XI TM 2 33 20% x 33 7
sosial dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. XI TM 3 32 20% x 32 6
Masa remaja sesorang terjadi ketika ia berada XI TM 4 30 20% x 30 6
pada saat masih berada ditingkat sekolah
XI TM 5 35 20% x 35 7
menengah. Remaja akhir cenderung sudah berada
pada masa sekolah menengah atas atau kejuruan. XI TM 6 28 20% x 28 6
Pada hakikatnya sekolah menengah sudah mulai XI TK 1 35 20% x 35 7
mengarahkan siswa agar memiliki ketrampilan XI TK 2 35 20% x 35 7
terhadap lingkungannya. Sebagai contoh program XI TK 3 32 20% x 32 6
pemerintah dalam memajukan SMK sebagai salah XI TK 4 34 20% x 34 7
satu alternatif pembelajaran yang memberikan
XI TK 5 33 20% x 33 7
keterampilan siswa dalam beberapa keahlian. Hal
ini terkadang berbanding terbalik dengan apa yang XI TK 6 30 20% x 30 6
terjadi di lingkungan, dimana SMK malah lebih Jumlah Seluruh Sampel 79
cenderung dianggap negatif sebagai sekolah yang
sering melakukan tindak agresif seperti tawuran Teknik pengumpulan data mengenai
dibandingkan dalam pengembangan keterampilan keterampilan sosial dan perilaku agresif
siswanya. menggunakan alat ukur berbentuk skala psikologi.
Data mengenai keterampilan sosial dan perilaku
agresif diperoleh menggunakan skala psikologi
2. Metode Penelitian
yang menghasilkan data rasio berupa frekuensi
perilaku agresif yang dilakukan oleh subyek dalam
Metode dan Desain Penelitian
kehidupan sehari-hari selama satu semester
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
terakhir. Hal ini dibatasi agar responden tidak
adalah metode penelitian kuantitatif dengan desain
kesulitan mengingat intensitas perilakunya dalam
penelitian Ex Post Facto. Untuk mendapatkan data
yang dinginkan, maka penelitian ini menggunakan
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 180

mengisi frekuensi dari keterampilan sosial dan penyebaran atau distribusi data. Berikut ini
perilaku agresifnya. merupakan deskripsi data yang diperoleh dari SMK
Bunda Kandung Jakarta Selatan :
Teknik Pengumpulan Data
Instrumen skala perilaku agresif dibuat
berdasarkan dari dua dimensi perilaku agresif, yaitu
perilaku agresif fisik dan verbal (Berkowitz, Tabel 3.1
1995:20) yang terdiri dari subdimensi sebagai Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin
berikut: Jenis Frekuensi Persentase
1) perilaku agresif fisik secara langsung, Kelamin
2) perilaku agresif fisik secara tidak langsung, Laki-laki 73 92,4%
3) perilaku agresif verbal secara langsung,
4) perilaku agresif verbal secara tidak langsung. Perempuan 6 7,6%
TOTAL 79 100%
Tabel 2.2
Kisi-kisi Instrumen Perilaku Agresif Tabel 3.2
Variabel Dimensi Jumlah Jumlah Siswa Berdasarkan Usia
Item Usia Frekuensi Persentase
Perilaku Fisik 14 15 tahun 6 7,6%
Agresif Verbal 14 16 tahun 22 27,8%
Total Item 28 17 tahun 30 38%
18 tahun 15 19%
Instrumen skala keterampilan sosial disusun 19 tahun 6 7,6%
berdasarkan dimensi keterampilan sosial TOTAL 79 100%
(Caldarella & Merrel, 1997:270) yang terdiri dari:
1) Peer Relations Skills / Keterampilan Tabel 3.3
berinteraksi dengan teman Jumlah Siswa Berdasarkan Kelas
2) Self Management Skills / Keterampilan Kelas Frekuensi Persentase
memanajemen diri
Teknik Mesin 39 49,4%
3) Academic Skills / Keterampilan akademik
4) Compliance Skills / Keterampilan dalam Teknik 40 50,6%
berperilaku patuh Elektronika
5) Assertion Skills / Keterampilan bersikap tegas TOTAL 79 100%

Tabel 2.3 Data Keterampilan Sosial Siswa


Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Sosial Dari hasil penelitian dan pengolahan data
Variabel Dimensi Jumlah diperoleh skor terendah 207, skor tertinggi 291, dan
Item skor rata-rata 257,43.
Keterampila Peer Relations 17
n Sosial Skills Tabel 3.4
Peer Relations 4 Distribusi Data Keterampilan Sosial
Skills N 79
Management 8 Mean 257,43
Skills Skor Minimum 207
Academic Skills 11 Skor 291
Compliance Skills 10 Maksimum
Compliance Skills 3 Standar Deviasi 24,08
Assertion Skills 14
Total Item 67 Perhitungan pengkategorisasian skor
keterampilan sosial dihitung menggunakan mean
teoritik. Berdasarkan data tersebut dapat
3. Hasil & Diskusi disimpulkan bahwa responden memiliki rata-rata
skor total lebih dari 257,43 dikategorisasikan tinggi.
Deskripsi Data Responden yang memiliki rata-rata skor total
Deskripsi data hasil penelitian dimaksudkan kurang dari 257,43 dikategorisasikan rendah.
untuk menyajikan gambaran umum mengenai
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 181

Berikut distribusi pengkategorisasian skor Hasil Uji Korelasi


keterampilan sosial: Keterampilan Sosial dan Perilaku Agresif
Korelasi Koefisien Sig.
Tabel 3.5 Antara Korelasi (rxy) (1
Distribusi Pengkategorisasian Skor
Variabel Keterampilan Sosial
tailed)
Skor Kategori Frek Presentase Keterampilan -0,458 0,000
x> Tinggi 40 50,63% sosial dan
257,43 perilaku
x< Rendah 39 49,37% agresif
257,43
Dari data di atas dapat dilihat bahwa nilai
TOTAL 79 100% koefisien korelasi yang didapat adalah r xy = - 0,458
dan nilai signifikansi yang didapat adalah p =
0,000. Karena nilai p < 0,05 maka hipotesis nol (h0)
ditolak atau dengan seksama hipotesis alternatif
Data Perilaku Agresif Siswa (Ha) diterima, sehingga dengan ini dapat
Dari hasil penelitian dan pengolahan data disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif
diperoleh skor terendah 39, skor tertinggi 126, dan antara keterampilan sosial dengan perilaku agresif
skor rata-rata 85,57. remaja siswa kelas XI SMK Bunda Kandung
Jakarta Selatan.
Tabel 3.6 Hasil yang diperoleh dari pengajuan hipotesis
Distribusi Data Perilaku Agresif dengan menggunakan uji korelasional menunjukkan
N 79 bahwa adanya hubungan antara keterampilan sosial
Mean 85,57 dengan perilaku agresif remaja kelas XI SMK
Skor 39 Bunda Kandung Jakarta Selatan. Hubungan yang
ditunjukkan pun bersifat negatif atau berlawanan
Minimum arah, artinya ada hubungan yang negatif antara
Skor 126 keterampilan sosial dengan perilaku agresif remaja
Maksimum kelas XI SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Hal
Standar 21,91 ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi
Deviasi keterampilan sosial seseorang maka akan diikuti
dengan semakin rendahnya perilaku agresif
Tabel 3.7 seseorang. Begitu pula sebaliknya jika semakin
Distribusi Pengkategorisasian Skor rendah keterampilan seseorang, maka semakin
Variabel Perilaku Agresif tinggi perilaku agresifnya.
Skor Kategori Frek Presentase
4. Kesimpulan
x> Tinggi 41 51,9% Berdasarkan hasil analisis data yang telah
85,57 dibahas sebelumnya, maka dapat diambil
x< Rendah 38 48,1% kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang negatif
85,57 dan signifikan antara keterampilan sosial dengan
TOTAL 79 100% perilaku agresif remaja kelas XI SMK Bunda
Kandung Jakarta Selatan.
Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa ada
Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, hipotesis yang dirumuskan hubungan yang berbanding terbalik antara
adalah hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan keterampilan sosial dengan perilaku agresif. Hal ini
ada hubungan yang negatif antara keterampilan memungkinkan bahwa apabila siswa memiliki
sosial dengan perilaku agresif remaja. Uji hipotesis keterampilan sosial yang tinggi, kemungkinan
dilakukan menggunakan program SPSS 16 dengan perilaku agresifnya rendah. Begitu pula sebaliknya
taraf signifikan sebesar 0,05. Dua variabel apabila seorang siswa memiliki keterampilan sosial
dikatakan memiliki hubungan yang signifikan yang rendah, kemungkinan ia memiliki perilaku
apabila nilai signifikan < 0,05 dan memiliki agresif yang tinggi.
korelasi keduanya apabila nilai koefisien diantara -1
dan 0 (-1 < rxy < 0).

Tabel 3.8
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 182

Daftar Pustaka Priyanto, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSSuntuk


Amriyah, Chairul. 2008. Jurnal: Perilaku Agresif Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta:
Di Masyarakat. Bandar Lampung : IAIN Raden Mediako
Intan Bandar Lampung.
Priliantini, Anastasia. 2008. Hubungan Antara
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Gaya Manajemen Konflik dengan Kecenderungan
Suatu Pendekatan Praktik, edisi revisi VI. Jakarta: Perilaku Agresif Narapidana Usia Remaja di Lapas
PT Rineka Cipta. Anak Pria Tangerang. Jakarta: Jurnal Psiko-
Edukasi volume 6, No. 1.
Berkowitz, Leonard. 1995. Agresi 1, Sebab dan
Akibatnya (penerjemah: Hartatni Woro Susiatmi). Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi.
Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Caldarella, Paul & Merrel, Kenneth. 1997. Common Rangkuti, Anna Armeini. 2012. Statistik Inferensial
Dimentions of Social Skills of Children and Untuk Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
Adolescence: Taxonomy of Positif Behaviors. Utah: Jakarta: Prodi Psikologi FIP UNJ.
Scholl Psicology Review Volume 26, No. 2.
Rosdianah. 2009. Tesis: Hubungan Antara Pola
Chaplin, James P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Asuh Ortu Dan Konsep Diri Dengan Keterampilan
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sosial. Jakarta: Pasca Sarjana UNJ.
Fadilla, Alvin & Soedarjo. 1998. Buletin Psikologi:
Beberapa Perspektif Perilaku Agresif. Yogyakarta: Santrock, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan
Buletin Psikologi Tahun VI No. 2. Remaja), Edisi 6. Jakarta: Erlangga.

Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung : Sarwono, Sarlito W. 1992. Teori-Teori Psikologi
PT Refika Aditama. Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Herlinawati, Nimade. 2010. Jurnal: Perilaku
Agresif Pada Remaja Putri Yang Mengalami Abuse Sugiono. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan,
Oleh Ibu. Jakarta : Universitas Gunadarma. pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Hurlock, Elizabeth B. 1994. Psikologi
Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Taganing, Ni Made. 2008. Jurnal: Hubungan Pola
Rentang Kehidupan), Edisi 5. Jakarta : Erlangga. Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif Pada
Remaja. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Kartono, Kartini. 2003. Patologi Sosial 2
Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Press. Yanti, Desvri. 2005. Jurnal: Keterampilan Sosial
Pada Anak Menengah Akhir Yang Mengalami
Koestyorini. 2007. Mengembangkan Keterampilan Gangguan Perilaku.Yogyakarta: Universitas Gajah
Sosial Bagi Remaja. Malang: Jurnal Likithapradnya Mada.
volume 10.

Koeswara, E..1988. Agresi Manusia. Bandung:


Eresto.

Krahe, Barbara. 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta


: Pustaka Pelajar.

Kuncoro. 2004. Aplikasi Komputer Psikologi.


Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada
Indonesia-YAI.

Muchtar, Desvy Y. & Hadjan, Noor R. 2006.


Efektivitas Art Therapy Untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Pada Anak Yang Mengalami
Gangguan Perilaku. Yogyakarta: Journal
Psikologia volume 2, no. 1.

Anda mungkin juga menyukai