Anda di halaman 1dari 6

SYAHRUNI

4520060067
KELAS III/B

Hukum Perikatan Dan Waris

A. Perjanjian Jual Beli


Menurut Pasal 1457 KUHPerdata, jual beli adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu
kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.
Jual beli adalah suatu persetujuan atau perjanjian yang mengikat penjual dan
pembeli.
Pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”)
yang berbunyi: Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera
setelah orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta
harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar.
➢ Unsur-unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan
harga, dimana antara penjual dan pembeli harus ada kata sepakat
tentang harga dan benda yang menjadi objek jual beli. 15 Seperti
yang di atur di dalam Pasal 1465 KUHPerdata yang berbunyi,
“harga beli harus ditetapkan oleh kedua belah pihak.
B. Perjanjia Sewa Menyewa
Menurut Pasal 1548 KUH Perdata, menyatakan bahwa sewa menyewa
adalah suatu perjanjian dengan dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari sesuatu barang,
selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh
pihak tersebut.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
1994, Sewa menyewa rumah adalah keadaan dimana rumah dihuni oleh bukan
pemilik berdasarkan perjanjian sewa menyewa.
➢ Unsur pokok pada perjanjian sewa menyewa adalah barang, harga
dan jangka waktu sewa. Barang adalah kekayaan berupa material
baik bergerak maupun tak yang diatur dalam hukum kebendaan.
Sementara harga yaitu biaya sewa sebagai imbalan atas pemakaian
objek yang disewakan

C. Perjanjian Hibah
Hibah diatur dalam Pasal 1666 – Pasal 1693 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUH Perdata”). Hibah adalah suatu persetujuan dengan mana seorang
penghibah menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya
kembali, untuk kepentingan seseorang yang menerima penyerahan barang.
Menurut Peraturan Bupati Lamongan No. 35 tahun 2016, Hibah adalah
pemberian uang/barang atau jasa dari pmerintah Daerah kepada Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah Lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, Badan, Lembaga dan Organisasi Kemasyarakatan, yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang
penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah.

Beberapa ketentuan yang mengatur mengenai pemberian hibah diantaranya:


1. Pemberian hibah harus dilakukan secara otentik dengan Akta
Notaris. Pasal 1682 KUHPerdata “Tiada suatu penghibahan pun
kecuali termaksud dalam Pasal 1687 dapat dilakukan tanpa akta
notaris, yang minut (naskah aslinya) harus disimpan pada notaris
dan bila tidak dilakukan demikian maka penghibahan itu tidak sah.”
Yang termasuk sebagai hal yang dikecualikan dalam Pasal 1687
adalah hibah atas benda-benda bergerak yang berwujud atau surat
piutang yang akan dibayar atas tunduk, tidak memerlukan akta
notaris dan adalah sah bila pemberian tersebut diserahkan begitu
saja kepada penerima hibah
➢ 2. Pemberian hibah hanya boleh dilakukan bagi mereka yang sudah
dewasa yaitu mencapai umur 21 tahun ataupun belum 21 tahun
tetapi sudah pernah menikah (Pasal 1677 KUHPerdata)
➢ 3. Pemberian hibah kepada istri dari suami atau sebaliknya hanya
diperbolehkan apabila pemberian tersebut berupa hadiah atau
pemberian barang bergerak yang berwujud da harganya tidak
mahal apabila dibandingkan dengan besarnya kekayaan penghibah.
(Pasal 1678 KUHPerdata)
4. Suatu hibah tidak dapat ditarik kembali namun dapat menjadi
batal demi hukum dalam hal melanggar satu atau lebih ketentuan
KUHPerdata diantaranya sebagai berikut:
• Hibah yang mengenai benda-benda yang baru akan ada di
kemudian hari (Pasal 1667 KUHPerdata
• Hibah dengan mana si penghibah memperjanjikan bahwa ia tetap
berkuasa untuk menjual atau memberikan kepada orang lain suatu
benda yang termasuk dalam hibah, dianggap batal. Yang batal
hanya terkait dengan benda tersebut. (Pasal 1668 KUHPerdata)
• Hibah yang membuat syarat bahwa penerima hibah akan melunasi
utang atau beban-beban lain di samping apa yang dinyatakan dalam
akta hibah itu sendiri atau dalam daftar dilampirkan (Pasal 1670
KUHPerdata)

D. Perjanjian Tukar Menukar


Menurut Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 13 tahun 2008
Pasal 1, Tukar menukar barang milik daerah/tukar guling adalah pengalihan
kepemilikan barang milik daerah yang dilakukan antara Pemerintah Daerah
dengan Pemerintah Pusat, antar Pemerintah Daerah, atau antara Pemerintah
Daerah dengan pihak lain, dengan menerima penggantian dalam bentuk barang,
sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang.
➢ Hukum perjanjian tukar menukar merupakan perjanjian dimana
keduabelah pihak mengikatkan dirinya untuk saling menukarkan
suatu barang secara timbal balik, sebagai ganti suatu barang lain.
Dimana dalam perjanjian tersebut terdapat unsur-unsur, hak dan
kewajiban, risiko, serta ada masa
dimana perjanjian tersebut dapat berakhir dikarenakan ketentuan
yang disepakati bersama.
Contoh beberapa perjanjian tukar menukar:
- perjanjian tukar menukar kendaraan
- perjanjian tukar guling tanah
- perjanjian tukar menukar barang

E. Pinjam Meminjam
Pinjam meminjam uang merupakan bentuk khusus dari perjanjian
pinjam meminjam yang diatur dalam Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769,
bab XII Buku III KUH Perdata yang bersifat mengatur (aanvullendrecht), dan
tidak norma yang mengharuskannya dibuat secara tertulis dan suatu perjanjian
pinjam meminjam uang secara lisan adalah sah dan berharga serta memiliki
kekuatan hukum yang mengikat, apabila didahului adanya persesuaian
kehendak antara pihak yang meminjamkan uang (kreditor) dan pihak yang
meminjam (debitor), serta tidak bertentangan dengan atau tidak dilarang oleh
Undang-Undang, kesusilaan yang baik, dan ketertiban umum.

F. Pinjam Pakai
Menurut PP Nomor 27 Tahun 2014, Pinjam Pakai adalah penyerahan
Penggunaan barang antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah atau antar
Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan
setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola
Barang.
Pada Pasal 1740 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(“KUHPerdata”) Pinjam pakai adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang
satu menyerahkan suatu barang untuk dipakai dengan cuma-cuma kepada
pihak lain, dengan syarat bahwa pihak yang menerima barang itu setelah
memakainya atau setelah lewat waktu yang ditentukan, akan mengembalikan
barang itu.
➢ perlu diingat bahwa kewajiban seorang yang menerima pinjaman
sebagai berikut :
• Menyimpan dan memelihara barang yang dipinjamnya sebagai
seorang bapak rumah yang baik ( pasal 1744 KUHPerdata ).
• Mengembalikan barang yang di pinjamnya tepat waktu, sesuai dengan
kesepakatan.
Apabila barang yang dipinjam oleh yang menerima pinjaman itu
musnah atau rusak maka ia
bertanggung jawab atas musnahnya barang tersebut.
Kemudian Kewajiban dari si pemberi Pinjaman sebagai berikut :
• Tidak dapat meminta kembali barang yang di pinjamnya kecuali lewat
waktu yang ditentukan ( Pasal 1750 KUHPerdata ).
• Menyerahkan barang yang dipinjamnya.
Hak si pemberi pinjaman adalah menerima kembali barang yang telah
di pinjamnya

G. Utang Piutang
Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”)
menentukan:“Segala kebendaan si berutang baik bergerak maupun tak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari,
menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur itu.”
Dalam perjanjian utang piutang ini pelaksanaan perjanjian terdiri atas:
cara penyerahan pinjaman, cara pembayaran, jaminan, sanksi dan denda,
penyelesaian perselisihan, syarat administrasi dan waktu pelaksanaan

H. Sewa Beli
Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menentukan bahwa
sewa beli adalah semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal ini mengandung asas
kebebasan berkontrak.
Dasar penerapan perjanjian sewa beli yaitu, Pasal 1 huruf a Keputusan
Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 Tentang Perijinan
Sewa beli (Hire Purchase) Jual Beli Dengan Angsuran, Dan Sewa (Renting)
Pengertian Sewa beli adalah Sewa beli adalah jual beli barang dimana penjual
melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap
pembayaran yang di lakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga yang
telah di sepakati bersama dan di ikat dalam suatu perjanjian, suatu hak milik
atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli setelah harganya di
bayar lunas oleh pembeli kepada penjual.

Anda mungkin juga menyukai