Materi Tentang :
1. Kerja Keras & Tanggung Jawab
2. Perkembangan Islam di Indonesia/Nusantara
3. Indahnya Membangun Mahligai Rumah Tangga
DISUSUN OLEH
NAMA : NADIRA BAENARTI
KELAS : XII IPS 2
BIDANG STUDY : Pendidikan Agama Islam
& Budi Pekerti
Pengertian Kerja Keras Kerja keras artinya melakukan suatu usaha atau pekerjaan secara terus
menerus tanpa mengenal lelah. Kerja keras juga dapat diartikan suatu tindakan atau perbuatan
yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan serius sampai tercapai suatu tujuan.
Kerja keras merupakan sikap terpuji yang perlu dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan
kesuksesan dalam hidupnya. Kerja keras adalah kunci dalam mencapai kesuksesan dan tujuan
yang dicita-citakan manusia.
Dengan kerja keras semua pekerjaan bisa cepat selesai dan sebuah pekerjaan bisa
terselesaikan dengan cepat, rapi dan maksimal sesuai yang diharapkan
Islam menganjurkan umatnya agar mau bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebaliknya, islam membenci umatnya yang hanya berpangku tangan, malas-malasan dan tidak
mau bekerja mencari nafkah. Selain bekerja keras, kita juga harus berdoa kepada Allah SWT,
agar apa yang diinginkan dapat terkabul.
Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja keras adalah
bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita. Bekerja keras tidak
mesti “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi sikap bekerja keras
juga dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian
disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan
akhirat. Firman Allah SWT.
Yang artinya sebagai berikut: “ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (Al-Qashash: 77)
Dengan demikian, sikap kerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki, dan
menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing.
Dalam Fenomena Kehidupan Kerja keras, selain memiliki peranan penting bagi kehidupan
manusia, juga mengandung nilai-nilai positif yang dapat mendatangkan manfaat bagi pelakunya. Di
antara nilai-nilai positif kerja keras adalah sebagai berikut:
a. Memiliki keimanan yang kuat dalam hati, sehingga tidak mudah tergoda oleh bisikan dan rayuan
setan, ketika menjalankan suatu pekerjaan.
b. Memiliki kesabaran yang kuat sehingga tidak tergesa-gesa. Tergesa-gesa merupakan perbuatan
setan yang harus dihindari. Selain itu, setiap pekerjaan memerlukan ketekunan dan ketelitian, agar
mendapatkan hasil yang baik.
c. Memiliki keyakinan dalam hati bahwa bekerja yang baik sesuai ajaran Islam termasuk ibadah, yang
kelak akan mendapat pahala dari Allah SWT.
d. Senantiasa berusaha sebisa mungkin agar pekerjaan tidak akan menyimpang dari ajaran islam,
sehingga selain mendapatkan hasil yang bagus juga tidak melanggar aturan agama.
e. Selalu waspada dan bersikap hati-hati dalam bekerja, agar tidak mendatangkan kerugian, baik bagi
diri sendiri maupun orang lain.
Setiap Muslim yang beriman, hendaknya berusaha membiasakan diri bersikap perilaku kerja
keras. Sebagaimana diketahui, Islam telah mengajarkan kepada umatnya agar mau bekerja keras dalam
meraih kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat dan berusaha membiasakan diri bersikap
perilaku kerja keras dalam hidupnya sehari-hari. Untuk dapat membiasakan diri bersikap perilaku kerja
keras, ada baiknya diperhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut ini.
1. Biasakan bergaul dengan orang-orang yang mempunyai perilaku kerja keras. Sebaliknya,
hindari pergaulan dengan mereka yang memiliki perilaku pemalas dan penghayal berat.
2. Selalu ingat dan berpegang teguh pada aturan tata cara bekerja yang baik menurut ajaran
Islam, agar dalam melakukan suatu pekerjaan tidak menyimpang atau melanggar
ketentuan agama.
3. Biasakan bersikap terbuka akan masukan, kritikan, teguran atau nasihat dari pihak
manapun yang tujuannya baik, terutama yang mengingatkan kita ketika lupa atau salah.
4. Selalu menjaga diri dari sikap perilaku tercela, baik ketika bekerja maupun di luar waktu
bekerja, sehingga akhlak seorang beriman akan tetap terjaga dari perbuatan keji dan
mungkar.
5. Selalu bersedia mengingatkan orang lain yang sedang lupa atau salah melanggar aturan
bekerja, seraya melakukannya dengan cara-cara yang santun dan terhormat.
6. Panjatkan doa kepada Allah SWT agar diberi kekuatan dapat bersikap perilaku kerja
keras dalam menjalani kehidupan. Sebab tidak ada kebahagiaan yang dating dari langit
tanpa ada usaha dan kerja keras.
7. Mulailah membiasakan diri bersikap perilaku kerja keras dari sekarang, agar kelak
setelah dewasa menjadi orang yang sukses.
Allah SWT memerintahkan supaya kita bekerja keras karena banyak himah dan
manfaatnya, baik bagi orang yang bekera keras maupun terhadap lingkungannya. Di antara
hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan, maupun keterampilan.
3. Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
8. Mendapat pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan bagian dari ibadah.
Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia/Nusantara
A. Teori Masuknya Islam Di Indonesia/Nusantara
1. Teori Gujarat, Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat-India melalui peran para
pedagang india muslim pada sekitar abad 13 M
2. Teori Mekah, Islam dipercayai datang dari wilayah langsung dari Timur Tengah melalui jasa
para pedagang Arab pada sekitar abad 7 M
3. Teori Persia, Islam dipercayai datang dari Persia melalui peran para pedagang yang dalam
perjalananya singah ke Gujarat sebelum ke nusantara pada sekitar abad 13 M
Pernikahan adalah Sunnatullah bagi semua makhlukNya dalam firman Allah SWT.
Dalam QS An-Nahl/16:72
َت هّٰللا ِ هُ ْم يَ ْكفُرُوْ ۙن ِ ۗ َّج َع َل لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْز َوا ِج ُك ْم َبنِ ْينَ َو َحفَ َدةً و ََّر َزقَ ُك ْم ِّمنَ الطَّيِّ ٰب
ِ ت اَفَبِ ْالبَا ِط ِل ي ُْؤ ِمنُوْ نَ َوبِنِ ْع َم
هّٰللا
َ َو ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا و
“Allah menjadikan dari kamu istri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadukan bagimu dan isteri2 kamu
itu anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rezeki dari yang baik-baik, maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah”
1. Pengertian Pernikahan
>> KBBI, Nikah adaUntuklah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami isteri (dengan
resmi)
>> Secara syariah, nikah adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.
>> Undang-Undang Peraturan RI NO.1 Th 1974, perkawinan/pernikahan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.
(QS. Adz-Dzariyat : 49)
2. Tujuan Pernikahan
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Muhammad SAW Bersabda wanita dinikahi karena empat hal :
karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Nikahilah wanita karena
agamanya, kalau tidak kamu akan celaka (HR Al-Bukhari dan Muslim)
b. Untuk Mendapatkan ketenangan hidup
c. Untuk Membentengi akhlak
3. Hukum Pernikahan
a. Wajib, yiatu bagi orang yang mampu secara fisik, mental dan ekonomi maupun akhlak
b. Sunnah, yaitu bagi orang yang telah memiliki keinginan untuk menikah namau tidak dikhawatrkan
dirinyay akan jatuh kepada maksiat.
c. Mubah, jika telah lanjut usia, tidak mampu menafkahi, dan hanya untuk bersenang-senagng.
e. makruh, yaitu apabila mampu menikah tetapi dia khawatir akan menyakiti wanita yang dinikahinya
karena buruknya pergaulan yang dia miliki.
Orang yang idak boleh dnikahi disebut mahram Nikah , Sebagaimana dalam QS An-Nisa/4:23-24
Dilahat dari kondisinya dibedakan menjadi
1. mahram muabbad(wanita dilarang untuk dinikahi selama-amanya, seperti satu turunan, satu susuan,
mertua perempuan, anak tiri, bekas menantu perempuan dan bekas ibu tiri.
2. Gairu Muabbad, mahram sebab menghimpun dua perempuan yang statusnya bersaudara, misalnya
saudara sepersusuan kakak dan adiknya, hal lini boleh dinikahi tetapi setelah yang satu statusnya sudah
bercerai atau mati. Yang lain dengan sebab isteri orang dan sebab iddah.
b. Calon Istri :
1. Bukan mahram si laki2
c. Wali, yaitu bapak kandung mempelai wanita, penerima wasiat atau kerabat terdekat
syarat wali :
1. Bukan orang yang dibennci
2. laki-laki
3. mahram si wanita
4. baligh
5. berakal
6. adil
8. tidak buta
10. merdeka
d. Dua Orang Saksi
SYARAT :
1. Berjumlah dua orang, bukan wanita, bukan budak dan bukan orang fasik.
e. Sigah (ijab kabul) yaitu perkataan dari mempelai laki-laki atau wakilnya ketika akad nika.
Syarat shigah :
1. Tidak tergantung dengan syarat lain
4. dengan menggunakan kata “tajwiz” atau “nikah” tidak boleh dalam bentuk sindiran.
5. Qabul harus dengan ucapan “qabiltu nikahaha/tajwizaha” dan boleh didahulkan dari ijab.
1. Pernikahan mut’ah yaitu pernikahan yang dibatasi untuk jangka waktu tertentu
3. Pernikahan muhallil yaitu pernikahan seorang wanita yang telah ditalak tiga oleh suaminya
4. Pernikahan orang yang ihram,yaitu rang yang sedang emlaksanakan ihram haji
8. menikahi mahram
Penacatatan pernikaha sebagaimana BAB 2 PASAL 2 adalah dilakukan oleh Pegawai Pencatatat Nikah
(PPN) Artinya siapapun yang ingin Melangsungkan kawin berdasrakan hukum islam, berada di bawah
pengawasan PPN.
D. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI
b. nafkah
E. HIKMAH PERNIKAHAN