MATERI PEMBELAJARAN
PENDALAMAN MATERI 1. 1
A. Pengertian Bisnis dan Perdagangan
Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris ”Business” yang artinya ”Kegaiatan”,
pekerjaan atau urusan. Dalam dunia usaha, business atau bisnis diartikan sebagai
kegiatan usaha yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan.
Bisnis dapat diartikan sebagai perdagangan atau perniagaan yaitu kegiatan
dagang (niaga) yang dilakukan oleh orang-orang atau badan-badan sebagai kegiatan
utama untuk memperoleh penghasilan yang mempunyai nilai lebih dri apa yang
dikeluarkannya untuk kegiatan itu.
Secara lebih luas bisnis dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang
dijalankan orang-orang atau badan-badan secara teretur dan terus menerus yaitu berupa
kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas yang
dijual, dipertukarkan atau disewagunakan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan
dan keuntungan yang optimal.
Kegiatan bisnis secara garis besar dapt dikelompokkan menjadi lima kelompok
yaitu :
1. Kegiatan dibidang agraris, seperti : Pertanian, perkebunan dll
2. Kegiatan dibidang ekstratif, seperti : Pertambangan, penggalian dll
3. Kegiatan dibidang industri, seperti : pabrik tekstil, radio, mobil, makanan dll
4. Kegiatan dibidang perdagangan, seperti : agen, makelar, grosir, toko dll
5. Kegiatan dibidang jasa, seperti : biro perjalanan, konsultan, perhotelan dll
Disamping pembagian tersebut diatas kegiatan bisnis dikelompokkan menjadi 3
yaitu :
1. Perdagangan (Commerce)
Yaitu keseluruhan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh orang-orang dan badan-
badan baik dalam negeri maupun luar negeri ataupun antar negara untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Contoh : Dealer, agen, grosir, toko dll
Tugas-tugas pokok perdagangan antara lain :
a) Mengumpulkan
b) Memilih/menyortir
1
c) Menyimpan
d) Membagikan/mendistribusikan
e) Memindahkan
2. Industri (Industry)
Yaitu kegiatan memproduksi atau menghasilkan barang-barang yang dinilainya lebih
berguna dari asalnya.
Industri dibagi menjadi :
a) Industri genetik / Asli
b) Industri Ekstratif
c) Industri Kontruksi
d) Industri Pabrik
3. Jasa-Jasa
Yaitu kegaiatan usaha penyediaan jasa-jasa, misalnya : konsultan, asuransi,
perhotelan dll.
2
Metode adalah faktor produksi yang meliputi ide-ide yang bersifat produktif,
pengambilan keputusan, penanggungan resiko yang ada dll.
3
c) Menurut asalnya, dapat dibedakan :
1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri, terjadi karena defisit anggaran
belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal.
2) Inflasi yang berasal dri luar negeri, terjadi karena adanya inflasi diluar
negeri sehingga barang impor jadi ikut naik.
2) Pengangguran
Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sedang mencari
pekerjaan atau sedang tidak bekerja. Adapun macam-macam pengangguran ada
3, yaitu :
a. Pengangguran teknologi, yaitu pengangguran yang terjadi karena kerja
manusia digantikan oleh mesin.
b. Pengangguran musim, yaitu pengangguran yang terjadi karena pergantian
musim, biasanya terjadi pada bidang pertanian.
c. Pengangguran siklus, yaitu pengangguran yang terjadi karena siklus
konjungtur atau gerak gelombang perekonomian. Saat perekonomian dalam
keadaan boom, dibutuhkan banyak tenaga kerja, tetapi saat perekonomian
dalam keadaan resesi banyak pengangguran tenaga kerja.
3) Rendahnya Produktifitas
Produktivitas adalah kemampuan dari faktor produksi untuk menghasilkan suatu
barang atau jasa dalam suatu proses produksi. Rendahnya produktifitas sangat
memperngaruhi kemajuan kegiatan bisnis, sebab tidak dapat menghasilkan
keuntungan yang cukup besar.
Memperbesar hasil produksi secara lebih intensif dapat dilakukan dengan :
a. Rasionalisasi, ialah setiap tindakan untuk mempertinggi efisiensi kerja dan
modal
b. Mekanisasi, ialah pemakaian mesin-mesin untuk menghemat waktu dan
tenaga.
c. Normalisasi, ialah mengadakan keragaman terhadap hasil cabang produksi
dalam ukuran, bentuk, berat, dan kerasnya hasil produksi.
C. Kegiatan-kegiatan Perekonomian
Kebutuhan manusia beraneka ragam, untuk memenuhi kebutuhan manusia guna
mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka manusia melakukan berbagai macam
kegiatan ekonomi, mulai dari pemenuhan kebutuhan sendiri, pertukaran barang sampai
dengan cara-cara modern seperti sekarang ini.
1. Sistem Perekonomian
Sistem Perekonomian yaitu suatu hubungan antara komponen-komponen ekonomi
yang saling mempengaruhi dengan tujuan mencapai tujuan tertentu, Sistem
Perekonomian tiap negara didunia adalah berbeda-beda karena dipengaruhi oleh
faktor iklim alamnya, kebutuhan daerah atau masyarakat dan sistem
pemerintahannya.
4
Secara umum sistem perekonomian dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
a. Sistem Perekonomian kapitalis
Sesuai dengan sistem pemerintahannya yang kapitalis, maka sistem
perekonomiannya juga memakai sistem kapitalis, yaitu sistem yang bebas,
dalam arti setiap orang atau kelompok dibebaskan untuk melakukan kegiatan
ekonomi, bebas memiliki harta kekayaan tanpa ada batas tertentu. Sejarah
sistem ini dikenal dengan sebutan Laisser allen laiser passer, yaitu bebas
berbuat dan bebas bertindak. Dalam negara yang menganut sistem ini,
masyarakat diberi keleluasaan melakukan segala cara untuk mencapai tujuan.
Dalam sistem kapitalis orang yang kaya (berkapital besar) menguasai segala
kegiatan ekonomi, baik segi permodalan maupun pasar, sedangkan rakyat kecil
merasa tertindas hidupnya.
b. Sistem Perekonomian sosialis
Dalam sistem kapitalis, orang bermodal yang disebut konglomerat diberi
kebebasan oleh pemerintah untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Sebaliknya dalam sistem perekonomian sosialis, pemerintah ikut campur tangan
dalam menetukan roda perekonomian, terutama dalam bidang-bidang tertentu,
yang meyangkut kebutuhan pokok masyarakat. Peran serta swasta dalam
memajukan roda ekonomi negara sangat kecil.
c. Sistem Perekonomian Fasisme
Pada sistem ekonomi fasisme ini rakyat pasif, karena negara yang
mengendalikan perekonomian. Kalaupun ada rakyat yang berusaha, hal itu
terjadi setelah mendapat persetujuan dari negara. Bidang usaha yang
dilakukannyapun pada bidang-bidang tertentu saja. Negara yang memakai
sistem ini disebut negara usaha.
d. Sistem Perekonomian komunis
Pada sistem komunis dikenal bahwa semua adalah milik negara ; tata hidup, hak
milik, hak usaha semua ditentukan oleh penguasa; mobil, perumahan adalah
milik negara. Negara yang menetukan, barang apa yang boleh diproduksi atau
dijual sertajumlahnya, dan siapa yang dibolehkan membuka usaha.
5
e. Tujuan akhir dari kebijaksanaan perekonomian adalah menciptakan
kemakmuran masyarakat yang dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat, sehingga dapat mempertahankan kesinambungan kehidupan bangsa
Indonesia.
6
b. Perdagangan
Perdagangan adalah seluruh kegiatan usaha yang dilakukan orang atau badan
dalam penjualan pembelian, dan penukaran barang atau jasa untuk memperoleh
laba.
c. Bisnis (business)
Bisnis adalah keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan orang-orang atau
badan hukum secara teraturdan terus menerus. Kegiatan tersebut berupa
pengadaan (membuat, membeli, atau,menyewa) barang atau jasa maupun
fasilitas-fasilitasnya untuk dijual, dipertukarkan, atau disewagunakan. Tujuannya
untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan optimal. Jadi kegiatan bisnis
merupakan kegiatan yang mencakup kegaiatn industri, perdagangan,
perniagaan.
d. Ban berjalan (lopende band), ialah suatu sistem pelaksanaan proses produksi
terhadap benda-benda yang sedang berada diatas ban, yang sedang berjalan
melalui pekerja yang berada disampingnya
7
4. Dibawah ini yang termasuk industri genetik adalah.............
a. Perkebunan
b. Pertumbuhan
c. Penggalian
d. Pabrik mesin
e. Jembatan
5. Keseluruhan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh orang-orang atau badan-badn
baik didalam negeri maupun diluar negeri ataupun antar negara untuk tujuan
memperoleh keuntungan disebut ..............
b. Industri
c. Bisnis
d. Konsultan
e. Industri
f. Perdagangan
6. Dalam kegaiatan bisnis perlu adanya usaha-usaha yang menekankan prinsip-prinsip
dasar sebagai berikut, kecuali.............
a. Efisiensi
b. Prestasi
c. Penataan
d. Pendekatan yang rasional
e. Manajemen
7. Dibawah ini yang termasuk sumber-sumber pokok ekonomi adalah.......
a. 4 M (men, money, material, dan methode)
b. Faktur-faktur produksi
c. Manusia, uang, manajemen
d. Manusia prestasi, pendekatan rasional
e. Prestasi, produksi, uang dan penataan
8. Kebijakan digunakan untuk mempengaruhi permintaan dengan meningkatkan pajak
atau meningkatkan pengeluaran pemerintah adalah ........
a. Moneter
b. Bisnis
c. Fiskal
d. Perdagangan
e. Fiskal dan moneter
9. Pengelolaan supply untuk meningkatkan atau menurunkan permintaan disebut......
a. Kebijakan moneter
b. Kebijakan fiskal
c. Kebijakan organisasi
d. Kebijakan bisnis
e. Kebijakan dagang
10. Problema bisnis yang dihadapi saat ini adalah..................
b. Inflasi, manusia, uang
c. Inflasi, produktivitas, pengangguran
8
d. Inflasi, method, uang
e. Inflasi, pengangguran, uang
f. Inflasi, manusia, produktivitas
9
MATERI PEMBELAJARAN 1.2
MENJELASKAN DASAR-DASAR HUKUM BISNIS
PENDALAMAN MATERI 1. 2
A. PERANAN PEMERINTAH DALAM KEGIATAN BISNIS DALAM NEGERI
1. Wewenang Pemerintah
a. Pengertian Pemerintah
Pemerintah dapat diartikan sebagai pengusaha yang memegang kekuasaan dan
kebijaksaan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat
yang dipimpinnya.
b. Fungsi Pemerintah
Pemerintah memiliki fungsi, antara lain :
1) Bimbingan, untuk menciptakan iklim dan kondisi umumnya dengan jalan
pendidikan dan penyuluhan.
2) Pengawasan, untuk mengamankan dan menyelematkan kepentingan umum.
3) Fasilitator, untuk memberikan fasilitas baik dalam bentuk pemberian subsidi,
keistimewaan, dan kemudahan-kemudahan.
4) Perlindungan, untuk mengamankan dan menyelamatkan kepetingan umum.
c. Kekuasaan Pemerintah
Pemerintah dalam menjalankan kegaiatnnya memiliki wewenang dan
kekuasaan. Kekuasaan pemerintah terlihat dalam hal membuat kebijaksanaan,
menentukan peraturan, dan undang-undang.
Contoh-contoh bentuk kekuasaan pemerintah antara lain :
1) Dalam pengenaan tarif pajak.
2) Dalam menentukan harga minimum maupun harga maksimum.
3) Dalam menetapkan standart dan perizinan.
4) Dalam menetapkan peraturan ekspor dan impor, serta aturan-aturan lainnya.
2. Kebijaksanaan Pemerintah
Kebijaksaan pemerintah dapat bersifat mendorong, melindungi, mencegah, dan
bahkan menghambat perkembangan dunia usaha.
Kebijaksanaan pemerintah antara lain dalam hal :
a. Kebijaksanaan proteksi
Proteksi adalah kebijaksanaan pemerintah untuk melindungi produksi dalam
negeri terhadap barang-barang dari luar negeri akibat perdagangan
internasional.
Kebijaksanaan proteksi dapat berupa :
1) Pengenaan tarif bea masuk, yaitu cara pemerintah untuk melindungi produk
dalam negeri dengan mengenakan tarif bea masuk tinggi terhadap produk
luar negeri yang masuk dalam negeri.
2) Pelarangan impor, yaitu cara pemerintah untuk melindungi produksi dalam
negeri dengan cara melarang mengimpor barang-barang yang sudah
diproduksi di dalam negeri.
10
3) Kuota, yaitu tindakan pemerintah mengenakan pembatasan atas masuknya
barang-barang dari luar negeri untuk melindungi produksi dalam negeri.
b. Subsidi Pemerintah
Subsidi pemerintah merupakan kebijaksanaan pemerintah untuk melindungi
produsen dalam negeri dengan memberikan bantuan, agar dapat ikut bersaing
dengan barang impor.
Subsidi tersebut dapat berupa :
1) uang yang diberikan secara langsung
2) subsidi per unit produksi.
c. Pembinaan pemerintah terhadap bisnis
Pemerintah melakukan pembinaan terhadap dunia usaha badan-badan maupun
organisasi-organisasi, baik pemerintah maupun kerjasama dengan swasta.
Pembinaan pemerintah terhadap dunia usaha melalui KADIN, antara lain :
1) Menyebar luaskan informasi mengenai kebijaksanaan pemerintah dibidang
ekonomi.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan dalam rangka pengembangan
kemampuan pengusaha Indonesia.
3) Menyelenggarakan peningkatan hubungan antar pengusaha, termasuk
pengembangan keterikatan antar bidang usaha industri dan bidang usaha
sektor lain.
4) Menyelenggarakan promosi dalam dan luar negeri.
5) Membina hubungan kerja yang serasi antara pekerja dan pengusaha.
6) Menyelenggarakan upaya menyeimbangkan dan melestarikan alam serta
mencegah timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan
hidup.
d. Pinjam dan jaminan pemerintah
Untuk mengembangkan dunia usaha, pemerintah juga memberikan jaminan atas
pinjaman yang dilakukan oleh dunia usaha, untuk membantu kelancaran
kegiatan usaha mereka.
Tidakan pemerintah dalam hal memberikan jaminan pinjaman atau permodalan,
antara lain dengan dibentuknya lembaga-lembaga seperti :
1) Badan Pelaksana Pasar Modal
2) PT Danareksa
3) PT Askrindo
11
bisnis, diantaranya :
1) Departemen Perindustrian.
2) Departemen Perdagangan
3) Departemen kesehatan, khususnya Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan
(POM)
4) KADIN
5) BPEN
6) Departemen keuangan, diantaranya Dirjen Pajak
7) Kantor Menteri Lingkungan Hidup.
b) Penetapan standar dan perizinan.
Didalam penetapan standar dan perizinan usaha, ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, antara lain :
1) Seorang yang akan mendirikan usaha harus membuat proposal usaha.
2) Memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
3) Memiliki Surat Izin Usaha perdagangan (SIUP)
4) Memiliki Nomor Wajib Pajak (NPWP)
5) Memiliki Nomor Register Perusahaan (NRP)
6) Memiliki Nomor Rekening bank (NRB)
7) Memiliki Sertifikat ANDAL (Analisa Dampak Lingkungan)
12
PPNo. 22/1986, tentang Kawasan Berikat (Bonded Zone)
PP No. 23/1986, tentang Pembubaran Perusahaan Perseroaan PT Bonded
Warehouse Indonesia dan Perusahaan dalam bidang Perusahaan Bonded
Zone.
PP No. 24/1986, tentang Jangka waktu izin perusahaan penanaman modal
asing.
f. Keputusan bersama Menteri perdagangan, menteri keuangan dan menteri
perindustrian:
No. 135/Kpt/V/1986
No. 316/KMK.01/1986
No. 160/M/SK/5/1986, tentang kemudahan tata niaga bagi peningkatan
ekspor nonmigas.
g. Keputusan bersama menteri keuangan, menteri perdagangan, dan gubernur
bank Indonesia :
No. 315/KMK.01/1986.
No. 134/Kpb/V/1986
No. 19/KEP/GBI, tentang tata cara dan persyaratan pembebasan bea masuk
atas barang dan bahan impor yang dipergunakan dalam pembuatan
komoditas ekspor.
13
pembangunan tersebut.
2) Prosedur birokrasi yang umumnya memerlukan pembiayaan tinggi, menjadi
prosedur yang mantap dan singkat (wajar) sehingga memperingan biaya.
3) Prosedur birokrasi yang bertele-tele, selain sering menimbulkan stagnasi
dalam arus barang, arus jasa, arus dokumen, juga menimbulkan daya serap
yang rendah dari aparatur dalam melaksanakan pembangunan dengan
dilaksanakannya debirokratisasi kendala-kendala tersebut dapat segera
disingkirkan, berubah menjadi ketiadaan stagnasi sehingga pembangunan,
peningkatan pembangunan dapat cepat terwujud dan dirasakan oleh
segenap warga masyarakat.
4) Prosedur birokrasi selain bertele-tele akan memaku para birokratnya
dibelakang meja tulis, komunikasi menjadi sempit, dan laporan yang diterima
hanya sepihak. Dengan dilakukannya debirokratisasi maka pemimpin
instansi, pemimpin perkantoran, dan setiap anggota aparatur pengemban
fungsi dan tugas-tugas tertentu akan turun untuk meluaskan komunikasi
serta melakukan pendekatan-pendekatan dengan masyarakat. Dengan
demikian laporan tidak hanya diperoleh dari satu pihak melainkan dari dua
pihak. Pertimbangan-pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan guna
memperlancar pelaksanaan pembangunan dapat lebih cepat dan lebih
mengena pada sasaran-sasarannya.
14
dalam negaranya.
Dalam usaha memanfaatkan segala potensi yang ada dalam negerinya,
pemerintah juga berusaha mengikutsertakan pengusaha kecil. Untuk
merangsang para pengusaha industri kecil dan agar hasil kerajinan rakyat dapat
meningkat, baik produksi maupun mutunya untuk ekspor, maka pemerintah
membebaskan dari kewajiban menyerahkan 10 % dari hasil ekspornya, sampai
100% hasil devisa ekspor dalam satuan rupiah diterima oleh eksportir. Jadi
dengan perdagangan luar negeri akan mengangkat para pengusaha industri
kecil.
d. Manfaat bisnis internasional
Bisnis internasional dilakukan karena pihak-pihak yang terlibat mempunyai motif-
motif tertentu, yaitu adanya kemungkinan memperoleh manfaat tambahan yang
biasa disebut gains from trade.
Bisnis internasional memungkinkan terjadinya :
1) Tukar menukar barang-barang dan jasa
2) Pergerakan sumber daya melalui batas-batas negara.
3) Pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terlibat dalam
bisnis.
15
c. Necara Pembayaran
Neraca pembayaran dapat diartikan sebagai suatu ikhtisar/catatan yang tersusun
secara sistematik yang memuat transaksi-transaksi ekonomi luar negeri yang
diadakan oleh penduduk negara bersangkutan untuk jangka waktu tertentu (1
Tahun)
Penyusunan neraca pembayaran memerlukan pembedaan,antara lain transaksi
kredit dan transaksi debit.
Semua yang termasuk kategori transaksi menyebabkan timbulnya atau
bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca
pembayaran untuk membayar kepada penduduk negara lain, disebut sebagai
transaksi debit.
16
Uji Kompetensi 1.2
A. Pilihan jawaban a,b,c,d,dan e pada jawaban yang benar !
1. Dibawah ini merupakan fungsi pemerintah dalam kegiatan bisnis dalam negeri
adalah.............
a. Pengenaan tarif dan bea masuk
b. Pelarangan impor
c. Kuota
d. Bimbingan, pengawasan, fasilitator, perlindungan
e. Bimbingan, pengenaan tarif, pelarangan impor dan perlindungan
2. Kebijaksanaan pemerintah untuk melindungi produksi dalam negeri terhadap barang-
barang dari luar negeri kibat perdagangan internasional disebut.............
a. Kebijakan proteksi
b. Kebijakan moneter
c. Kebijakan fiskal
d. Kebijakan deregulasi
e. Kebijakan bisnis
3. Dibawah ini yang merupakan kebijakan proteksi adalah.............
a. Permintaan dengan meningkatkan pajak
b. Pengelolaan supply uang untuk meningkatkan permintaan
c. Pengenaan tarif dan bea masuk
d. Subsidi pemerintah
e. Menciptakan sistem dan kondisi yang baik
4. Dibawah ini yang bukan peraturan yang mengatur bisnis adalah...................
a. Peraturan dibidang ekspor-impor
b. Peraturan tentang kepabean
c. Undang-undang perpajakan
d. Surat izin tempat usaha (SITU)
e. Standar mutu produk
5. Pengurangan aturan maupun kendala yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
mempengaruhi dunia usaha merupakan pengertian deregulasi menurut............
a. Savas
b. Drs. Irfan Syah
c. Waterson
d. Ir. Savas Waterson
e. Adam Smith
6. Bisnis international memungkinan terjadinya..............................
a. Struktur ekonomi dan sosial
b. Keadaan alam
c. Jumlah tenaga manusia/kerja
d. Pergerakan sumber daya melalui batas-batas negara
e. Keterampilan tenaga kerja
17
7. Terjadinya bisnis internasional disebutkan................................
a. Tukar menukarbarang dan jasa
b. Jumlah penduduk
c. Pergerakan sumber daya melalui batas-batas alam
d. Pertukaran teknologi
e. Keuntungan mutlak
8. Teori keuntungan komparatif dalam bisnis internasional diciptakan oleh......................
a. Adam smith
b. Waterson
c. Savas
d. Savas Waterson
e. David Richardo
9. Manfaat bisnis akan diperoleh apabila terjadi pembagian kerja internasional atau
adanya spesialisasi, hal tersebut menurut..........................
a. Adam Smith
b. Waterson
c. Savas
d. Savas Waterson
e. David Richardo
10. Dibawah ini bukan pos-pos dasar yang termuat dalam sebuah negara pembayaran
yaitu..............
a. Transaksi dagang
b. Pendapatan modal
c. Penanaman modal langsung
d. Ongkos pengangkatan dan asuransi
e. Sektor moneter
18
8. Inpres No. V tahun 1984 tentang..................................................................................
9. Tindakan kebijaksanaan yang mengurangi peranan pemerintah atau meningkatkan
peranan swasta merupakan deregulasi menurut...........................................................
10. Penggunaan tarif dan bea masuk merupakan kebijaksanaan......................................
19
MENGIDENTIFIKASI HUKUM PATENT,
HUKUM MERK DAN HUKUM CIPTA
MATERI 2
DI INDONESIA
MATERI PEMBELAJARAN
PENDALAMAN MATERI 2.1
20
Dengan demikian, hukum adalah semua aturan yang dibuat penguasa yang
sifatnya memaksa semua orang supaya kehidupan masyarakat berjalan tertib,
aman sejahtera lahir dan batin.
2. Hukum Patent
Patent adalah suatu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada pihak
yang menemukan hal yang baru, untuk melakukan pembuatan, melakukan
penjualan atau pengawasan terhadap penerimaannya selama jangka waktu
tertentu. Masa penggunaan hak patent dibatasi selama 20 tahun dan setelah habis
masa penggunaannya tidak bisa diperpanjang. Hak patent dapat digunakan sendiri
atau dijual kepada pihak lain.
Hak patent yang diperoleh dengan cara mengadakan riset dan penelitian yang
dilakukan oleh perusahaan sendiri, hanya perolehan yang dicatat adalah semua
pengeluaran untuk biaya yang berhubungan dengan usaha memperolehnya dan
usaha mempertahankannya dari tuntutan pihak lain (jika ada). Dengan demikian
antara lain terdiri atas biaya riset dan penelitian, biaya pendaftaran dan biaya
pengacara, Hak patent yang diperoleh melalui pembelian dari pihak lain, harga
perolehan yang dicatat adalah sebesar harga pembeliannya.
Menimbang :
a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian internasional,
perkembangan teknologi, industri, dan perdagangan yang semakin pesat, diperlukan
adanya Undang-undang Paten yang dapat memberikan perlindungan yang wajar bagi
Inventor;
b. bahwa hal tersebut pada butir a juga diperlukan dalam rangka menciptakan iklim
persaingan usaha yang jujur serta memperhatikan kepentingan masyarakat pada
umumnya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut dalam huruf a dan b serta
memperhatikan pengalaman dalam melaksanakan Undang-undang Paten yang ada,
dipandang perlu untuk menetapkan Undang-undang Paten yang baru menggantikan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor
6 Tahun 1989 tentang Paten;
21
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2) dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945;
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the
World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia),
(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3564);
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PATEN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil
Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.
2. Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
3. Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-
sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi.
4. Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan Paten.
5. Permohonan adalah permohonan Paten yang diajukan kepada Direktorat Jenderal.
6. Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik Paten atau pihak yang menerima hak
tersebut dari pemilik Paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang
terdaftar dalam Daftar Umum Paten.
7. Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual
8. Pemeriksa adalah seseorang yang karena keahliannya diangkat dengan Keputusan
Menteri sebagai pejabat fungsional Pemeriksa Paten dan ditugasi untuk melakukan
pemeriksaan substantif terhadap Permohonan.
9. Menteri adalah menteri yang membawahkan departemen yang salah satu tugas dan
tanggung jawabnya meliputi pembinaan di bidang Hak Kekayaan Intelektual, termasuk
Paten.
10. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di
bawah departemen yang dipimpin oleh Menteri.
22
11. Tanggal Penerimaan adalah tanggal penerimaan Permohonan yang telah memenuhi
persyaratan administratif.
12. Hak Prioritas adalah hak Pemohon untuk mengajukan Permohonan yang berasal dari
negara yang tergabung dalam Paris Convention for the protection of Industrial Property
atau Agreement Establishing the World Trade Organization untuk memperoleh
pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di
negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu selama pengajuan
tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris
Convention tersebut
13. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Paten kepada pihak lain berdasarkan
perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Paten yang diberi
perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
14. Hari adalah hari kerja.
BAB II
LINGKUP PATEN
Bagian Pertama
Invensi yang Dapat Diberi Paten
Pasal 2
(1) Paten diberikan untuk Invensi yang baru dan mengandung langkah inventif serta dapat
diterapkan dalam industri.
(2) Suatu Invensi mengandung langkah inventif jika Invensi tersebut bagi seseorang yang
mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga
sebelumnya.
(3) Penilaian bahwa suatu Invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya
harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat Permohonan
diajukan atau yang telah ada pada saat diajukan permohonan pertama dalam hal
Permohonan itu diajukan dengan Hak Prioritas.
Pasal 3
(1) Suatu Invensi dianggap baru jika pada Tanggal Penerimaan, Invensi tersebut tidak sama
dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya.
(2) Teknologi yang diungkapkan sebelumnya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
teknologi yang telah diumumkan di Indonesia atau di luar Indonesia dalam suatu tulisan,
uraian lisan atau melalui peragaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang
ahli untuk melaksanakan Invensi tersebut sebelum:
a. Tanggal Penerimaan; atau
b. tanggal prioritas.
23
(3) Teknologi yang diungkapkan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup dokumen Permohonan yang diajukan di Indonesia yang dipublikasikan pada
atau setelah Tanggal Penerimaan yang pemeriksaan substantifnya sedang dilakukan,
tetapi Tanggal Penerimaan tersebut lebih awal daripada Tanggal Penerimaan atau
tanggal prioritas Permohonan.
Pasal 4
(1) Suatu Invensi tidak dianggap telah diumumkan jika dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sebelum Tanggal Penerimaan:
a. Invensi tersebut telah dipertunjukkan dalam suatu pameran internasional di
Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi atau dalam suatu
pameran nasional di Indonesia yang resmi atau diakui sebagai resmi;
b. Invensi tersebut telah digunakan di Indonesia oleh Inventornya dalam rangka
percobaan dengan tujuan penelitian dan pengembangan.
(2) Invensi juga tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan sebelum Tanggal Penerimaan, ternyata ada pihak lain yang mengumumkan
dengan cara melanggar kewajiban untuk menjaga kerahasiaan Invensi tersebut.
Pasal 5
Suatu Invensi dapat diterapkan dalam industri jika Invensi tersebut dapat dilaksanakan dalam
industri sebagaimana yang diuraikan dalam Permohonan.
Pasal 6
Setiap Invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis
disebabkan oleh bentuk,
konfigurasi, konstruksi, atau komponennya dapat memperoleh perlindungan hukum dalam
bentuk Paten Sederhana.
Pasal 7
24
Bagian Kedua
Jangka Waktu Paten
Pasal 8
(1) Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tanggal
Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.
(2) Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan diumumkan.
Pasal 9
Paten Sederhana diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal
Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.
Bagian Ketiga
Subjek Paten
Pasal 10
(1) Yang berhak memperoleh Paten adalah Inventor atau yang menerima lebih lanjut hak
Inventor yang bersangkutan
.
(2) Jika suatu Invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atas
Invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor yang bersangkutan.
Pasal 11
Kecuali terbukti lain, yang dianggap sebagai Inventor adalah seorang atau beberapa orang
yang untuk pertama kali dinyatakan sebagai Inventor dalam Permohonan
.
Pasal 12
(1) Pihak yang berhak memperoleh Paten atas suatu Invensi yang dihasilkan dalam suatu
hubungan kerja adalah pihak yang memberikan pekerjaan tersebut, kecuali diperjanjikan
lain
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku terhadap Invensi yang
dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang menggunakan data dan/atau sarana
yang tersedia dalam pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya
untuk menghasilkan Invensi
(3) Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak mendapatkan
imbalan yang layak denganmemperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari Invensi
tersebut.
(4) Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dibayarkan:
1. dalam jumlah tertentu dan sekaligus;
2. persentase;
3. gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau bonus
25
4. gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus; atau
5. bentuk lain yang disepakati para pihak;
6. yang besarnya ditetapkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
(5) Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan penetapan
besarnya imbalan, keputusan untuk itu diberikan oleh Pengadilan Niaga.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) sama sekali tidak
menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam Sertifikat P aten.
Pasal 13
(1) Dengan tunduk kepada ketentuan-ketentuan lain dalam Undang-undang ini, pihak yang
melaksanakan suatu Invensi pada saat Invensi yang sama dimohonkan Paten tetap
berhak melaksanakan Invensi tersebut sebagai pemakai terdahulu sekalipun terhadap
Invensi yang sama tersebut kemudian diberi Paten
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku terhadap Permohonan
yang diajukan dengan Hak Prioritas.
.
Pasal 14
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 tidak berlaku apabila pihak yang
melaksanakan Invensi sebagai pemakai terdahulu melakukannya dengan menggunakan
pengetahuan tentang Invensi tersebut dari uraian, gambar, atau keterangan lainnya dari
Invensi yang dimohonkan Paten.
Pasal 15
(1) Pihak yang melaksanakan suatu Invensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 hanya
dapat diakui sebagai pemakai terdahulu apabila setelah diberikan Paten terhadap
Invensi yang sama, ia mengajukan permohonan untuk itu kepada Direktorat Jenderal
2) Permohonan pengakuan sebagai pemakai terdahulu wajib disertai bukti bahwa
pelaksanaan Invensi tersebut tidak dilakukan dengan menggunakan uraian, gambar,
contoh, atau keterangan lainnya dari Invensi yang dimohonkan Paten
(3) Pengakuan sebagai pemakai terdahulu diberikan oleh Direktorat Jenderal dalam bentuk
surat keterangan pemakai terdahulu dengan membayar biaya
(4) Surat keterangan pemakai terdahulu berakhir pada saat yang bersamaan dengan saat
berakhirnya Paten atas Invensi yang sama tersebut.
(5) Tata cara untuk memperoleh pengakuan pemakai terdahulu diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
26
Bagian Keempat
Hak dan Kewajiban Pemegang Paten
Pasal 16
(1) Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Paten yang dimilikinya dan
melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya:
a. dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,
menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan produk yang diberi Paten;
b. dalam hal Paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk
membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
(2) Dalam hal Paten-proses, larangan terhadap pihak lain yang tanpa persetujuannya
melakukan impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku terhadap impor
produk yang semata-mata dihasilkan dari penggunaan Paten-proses yang dimilikinya.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) apabila
pemakaian Paten tersebut untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau
analisis sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten.
Pasal 17
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Pasal 16 ayat (1), Pemegang Paten wajib
membuat produk atau menggunakan proses yang diberi Paten di Indonesia.
(2) Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila pembuatan
produk atau penggunaan proses tersebut hanya layak dilakukan secara regional.
(3) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat disetujui oleh
Direktorat Jenderal apabila Pemegang Paten telah mengajukan permohonan tertulis
dengan disertai alasan dan bukti yang diberikan oleh instansi yang berwenang.
(4) Syarat-syarat mengenai pengecualian dan tata-cara pengajuan permohonan tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 18
Dalam hal suatu produk diimpor ke Indonesia dan proses untuk membuat produk yang
bersangkutan telah dilindungi Paten yang berdasarkan Undang-undang ini, Pemegang
Paten-proses yang bersangkutan berhak atas dasar ketentuan dalam Pasal 16 ayat (2)
melakukan upaya hukum terhadap produk yang diimpor apabila produk tersebut telah dibuat
di Indonesia dengan menggunakan proses yang dilindungi Paten.
27
Tugas Mandiri 2.1
Datanglah ke perusahaan dengan teman anda 1 kelompok 5 orang untuk
menanyakan, bagaimanakah perusahaan tersebut mengajukan merek kepada direktoral
jenderal !
28
6. Yang berhak memperoleh paten adalah..............
a. Investor
b. Inventor
c. Distributor
d. Badan Usaha
e. Perseorangan
7. Hak dan kewajiban pamegang paten terdapat pada UU. RI
no. 14. tahun 2001 pasal.......
a. 5
b. 10
c. 15
d. 16
e. 20
8. Dibawah ini bukan undang-undang hukum paten
adalah................
a. UU No. 6 Tahun 1989
b. UU No. 13 Tahun 1989
c. UU No. 6 Tahun 1989
d. UU No. 14 Tahun 2001
e. UU No. 7 Tahun 1989
9. Undang-undang tentang pembentukan organisasi
perdagangan dunia adalah.................
a. UU No. 6 Tahun 1989
b. UU No. 13 Tahun 1989
c. UU No. 14 Tahun 2001
d. UU No. 15 Tahun 2001
e. UU No. 7 Tahun 1994
10. Aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan yang
ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat adalah pengertian hukum
menurut..................
a. Prof. Leon Doquid
b. Immanuel kant
c. Prof. Meyer
d. Prof. Van Aspeldoorm
e. Muh. Amir S.H.
B. Isilah titik-titik ini dengan singkat dan benar !
1. Undang-undang No. 7 Tahun 1994 tentang
……………………………………………………
2. Konsultan hak kekayaan intelektual
adalah…………………………………………………….
3. Pihak yang mengajukan permohonan paten
adalah…………………………………………..
4. Direktorat jenderal hak kekayaan intelektual yang berada di
29
bawah departemen dipimpin oleh...............................................
5. Paten diberikan untuk jangka waktu
selama........................................
6. Sedangkan peten sederhana jangka waktunya
adalah........................
7. Subyek paten dalam UU No. 14 Tahun 2001 terdapat pada
pasal...................
8. Membuat, menggunakan, menjual merupakan hak paten
dalam hal.................................
9. Upaya hukum terhadap pelanggaran peten terdapat pada
pasal...................................
10. Ijin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu
paten yang diberi perlindungan dalam jangka tertentu
disebut....................................................
C. Jawablah pertanyaan ini dengan benar !
1. Sebutkan pasal UUD 1945 yang digunakan sebagai dasar
pembentukan UU. RI No. 14 tahun 2001 !
2. Sebutkan undang-undang yang mengatur tentang paten !
3. Apa yang dimaksud dengan paten ?
4. Apa isi Pasal 9 UU No. 14 tahun 2001 ?
5. Apa yang anda ketahui tentang lisensi ?
30
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG
MEREK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing
the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia), (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564);
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
UNDANG UNDANG TENTANG MEREK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda
dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
31
2. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
3. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
4. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum
secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
5. Permohonan adalah permintaan pendaftaran Merek yang diajukan secara tertulis kepada
Direktorat Jenderal.
6. Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan.
7. Pemeriksa adalah Pemeriksa Merek yaitu pejabat yang karena keahliannya diangkat
dengan Keputusan Menteri, dan ditugasi untuk melakukan pemeriksaan terhadap
Permohonan pendaftaran Merek.
8. Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual.
9. Menteri adalah menteri yang membawahkan departemen yang salah satu lingkup tugas
dan tanggung jawabnya meliputi bidang hak kekayaan intelektual, termasuk Merek.
10. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di
bawah departemen yang dipimpin oleh Menteri.
11. Tanggal Penerimaan adalah tanggal penerimaan Permohonan yang telah memenuhi
persyaratan administratif.
12. Konsultan Hak Kekayaan Intelektual adalah orang yang memiliki keahlian di bidang hak
kekayaan intelektual dan secara khusus memberikan jasa di bidang pengajuan dan
pengurusan Permohonan Paten, Merek, Desain Industri serta bidang-bidang hak
kekayaan intelektual lainnya dan terdaftar sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual
di Direktorat Jenderal.
13. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak lain melalui
suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk
menggunakan Merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau
jasa yang didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
14. Hak Prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari
negara yang tergabung dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property
atau Agreement Establishing the World Trade Organization untuk memperoleh
pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di
negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan
tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris
Convention for the Protection of Industrial Property.
15. Hari adalah hari kerja.
BAB II
LINGKUP MEREK
Bagian Pertama
32
Umum
Pasal 2
Merek sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini meliputi Merek Dagang dan Merek jasa
Pasal 3
Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang
terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.
Bagian Kedua
Merek yang Tidak Dapat Didaftar dan yang Ditolak
Pasal 4
Merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang
beriktikad tidak baik
Pasal 5
Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu unsur di
bawah ini:
a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum;
b. tidak memiliki daya pembeda;
c. telah menjadi milik umum; atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan
pendaftarannya.
Pasal 6
(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik
pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-
geografis yang sudah dikenal.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula diberlakukan
terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan
tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
33
diperpanjang selama 28 tahun lagi. Hak cipta dapat digunakan sendiri atau dijual
kepada pihak lain.
Hak cipta (lambang internasional: ©) adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi
tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan".
Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi
penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki
masa berlaku tertentu yang terbatas.Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni
atau karya cipta atau "ciptaan". Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta
karya tulis lainnya, film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan sebagainya),
komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak
komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri.Hak
cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda
secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang
memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta bukan
merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah
orang lain yang melakukannya.Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya
mencakup ciptaan yang berupa perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak
mencakup gagasan umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud
atau terwakili di dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh, hak cipta yang berkaitan
dengan tokoh kartun Miki Tikus melarang pihak yang tidak berhak menyebarkan
salinan kartun tersebut atau menciptakan karya yang meniru tokoh tikus tertentu
ciptaan Walt Disney tersebut, namun tidak melarang penciptaan atau karya seni lain
mengenai tokoh tikus secara umum.Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam
Undang-undang Hak Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 19
Tahun 2002. Dalam undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah "hak
eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku" (pasal 1 butir 1).
34
bukan penerbit. Peraturan tersebut juga mencakup perlindungan kepada konsumen
yang menjamin bahwa penerbit tidak dapat mengatur penggunaan karya cetak
tersebut setelah transaksi jual beli berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga
mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun,
yang kemudian setelah itu karya tersebut menjadi milik umum.
Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works ("Konvensi Bern
tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra" atau "Konvensi Bern") pada tahun 1886
adalah yang pertama kali mengatur masalah copyright antara negara-negara
berdaulat. Dalam konvensi ini, copyright diberikan secara otomatis kepada karya cipta,
dan pengarang tidak harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright.
Segera setelah sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pengarang
otomatis mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan juga
terhadap karya derivatifnya, hingga si pengarang secara eksplisit menyatakan
sebaliknya atau hingga masa berlaku copyright tersebut selesai.
35
mengimpor dan mengekspor ciptaan,
menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan),
menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum,
menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.
Yang dimaksud dengan "hak eksklusif" dalam hal ini adalah bahwa hanya pemegang
hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang atau
pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak
cipta.
Konsep tersebut juga berlaku di Indonesia. Di Indonesia, hak eksklusif pemegang hak
cipta termasuk "kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen,
mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan,
mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan
ciptaan kepada publik melalui sarana apapun"[2].
Selain itu, dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula "hak terkait", yang
berkaitan dengan hak cipta dan juga merupakan hak eksklusif, yang dimiliki oleh
pelaku karya seni (yaitu pemusik, aktor, penari, dan sebagainya), produser rekaman
suara, dan lembaga penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil dokumentasi
kegiatan seni yang dilakukan, direkam, atau disiarkan oleh mereka masing-masing (UU
19/2002 pasal 1 butir 9–12 dan bab VII). Sebagai contoh, seorang penyanyi berhak
melarang pihak lain memperbanyak rekaman suara nyanyiannya.
Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat dialihkan, misalnya
dengan pewarisan atau perjanjian tertulis (UU 19/2002 pasal 3 dan 4). Pemilik hak
cipta dapat pula mengizinkan pihak lain melakukan hak eksklusifnya tersebut dengan
lisensi, dengan persyaratan tertentu (UU 19/2002 bab V).
36
Hak cipta gambar potret "penduduk asli Bengkulu" yang diterbitkan pada tahun 1810
ini sudah habis masa berlakunya.
Pada umumnya, suatu ciptaan haruslah memenuhi standar minimum agar berhak
mendapatkan hak cipta, dan hak cipta biasanya tidak berlaku lagi setelah periode
waktu tertentu (masa berlaku ini dimungkinkan untuk diperpanjang pada yurisdiksi
tertentu).
37
Penanda hak cipta
Dalam yurisdiksi tertentu, agar suatu ciptaan seperti buku atau film mendapatkan hak
cipta pada saat diciptakan, ciptaan tersebut harus memuat suatu "pemberitahuan hak
cipta" (copyright notice). Pemberitahuan atau pesan tersebut terdiri atas sebuah huruf
c di dalam lingkaran (yaitu lambang hak cipta, ©), atau kata "copyright", yang diikuti
dengan tahun hak cipta dan nama pemegang hak cipta. Jika ciptaan tersebut telah
dimodifikasi (misalnya dengan terbitnya edisi baru) dan hak ciptanya didaftarkan ulang,
akan tertulis beberapa angka tahun. Bentuk pesan lain diperbolehkan bagi jenis
ciptaan tertentu. Pemberitahuan hak cipta tersebut bertujuan untuk memberi tahu
(calon) pengguna ciptaan bahwa ciptaan tersebut berhak cipta.
Pada perkembangannya, persyaratan tersebut kini umumnya tidak diwajibkan lagi,
terutama bagi negara-negara anggota Konvensi Bern. Dengan perkecualian pada
sejumlah kecil negara tertentu, persyaratan tersebut kini secara umum bersifat
manasuka kecuali bagi ciptaan yang diciptakan sebelum negara bersangkutan menjadi
anggota Konvensi Bern.
38
pidana hak cipta serta alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana
tersebut dirampas oleh Negara untuk dimusnahkan (UU 19/2002 bab XIII).
39
Pasal 14 Undang-undang Hak Cipta mengatur bahwa penggunaan atau perbanyakan
lambang Negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli tidaklah melanggar
hak cipta. Demikian pula halnya dengan pengambilan berita aktual baik seluruhnya
maupun sebagian dari kantor berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber
sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
40
dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa disebut...........
a. Merek dagang
b. Merek jasa
c. Merek
d. Merek kolektif
e. Merek dagang dan jasa
2. Pejabat yang karena keahliannya diangkat dengan keputusan menteri dan di tugasi
untuk melakukan pemeriksaan terhadap permohonan pendaftaran merek adalah........
a.Merek jasa
b.Pemeriksa merek
c. Pemeriksa paten
d.Pemegang kuasa
e. Direktorat jenderal
3. UU RI yang mengatur tentang merek adalah...................
a. UU No. 15 tahun 2001
b. UU No. 20 tahun 2001
c. UU No. 14 tahun 2001
d. UU No. 19 tahun 2001
e. UU No. 20 tahun 2001
4. Dibawah ini yang menyetujui undang-undang tentang merek adalah..................
a. Presiden
b. Menteri
c. DPR
d. MPR
e. M.A
5. Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
barang-barang sejenis lainnya adalah....................
a. Merek
b. Merek dagang
c. Merek jasa
d. Merek dagang atau jasa
e. Merek kolektif
6. Permintaan pendaftaran merek yang diajukan secara tertulis kepada direktorat jenderal
adalah..............
a. Permintaan
b. Pengajuan
c. Perlindungan
d. Pemberitahuan
e. Permohonan
7. Undang-undang yang mengatur merek adalah..........................
a. UU No. 14 tahun 2001
b. UU No. 15 tahun 2001
41
c. UU No. 16 tahun 2001
d. UU No. 19 tahun 2001
e. UU No. 19 tahun 2002
8. Pendaftaran hak cipta diselengarakan oleh..............................
a. Departemen kehakiman
b. Departemen pengadilan
c. Departemen perindustrian
d. Departemen hukum dan hak asasi manusia
e. Departemen hak asasi menusia
9. Undang-undang hak cipta indonesia yang mengatur hak cipta atas potret terdapat
pada pasal..................
a. Pasal 1-4
b. Pasal 5-9
c. Pasal 10-14
d. Pasal 15-19
e. Pasal 19-23
10. Pelanggaran hak cipta di indonesia secara umum diancam hukum penjara paling lama
adalah....................
a. 1 tahun
b. 3 tahun
c. 5 tahun
d. 7 tahun
e. 9 tahun
42
2. Sebutkan undang-undang yang mengatur tentang merek!
3. Sebutkan penyebab permohonan di tolak !
4. Jelaskan hak cipta di indonesia yang mengenal konsep hak moral !
5. Sebutkan ciptaan yang dilindungi di indonesia!
MENGIDENTIFIKASI HUKUM
MATERI PERLINDUNGAN KONSUMEN
3
MATERI PEMBELAJARAN
43
keputusan-keputusan serta transaksi-transaksi dalam perusahaan.
Manajer perusahaan harus mengambil kebijaksanaan yang tidak bertentangan dengan
hukum yang berlaku. Disamping itu juga perlu mempertimbangkan besarnya
keuntungan yang akan didapat dari resiko yang akan dihadapinya.
UU PERLINDUNGAN KONSUMEN
UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
Menimbang :
a. Bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual dalam era
demokrasi ekonomi berdasarkan undang – undang dasar 1945.
b. Bahwa pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi harus
dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu
menghasilkan beraneka barang dan / jasa yang memiliki kandungan
teknologi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak
dan sekaligus mendapatkan kepastian atas barang dan / jasa yang
diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen.
c. Bahwa semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat dari proses
globalisasi ekonomi harus tetap menjamin peningkatan kesejahteraan
masyarakat serta kespatian atas mutu, atas mutu, jumlah dan keamanan
barang dan/ atau jasa yang di perolehnya di pasar;
d. Bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan
kemandirian konsumen untuk melindunmgi dirinya serta
menumbuhkankembangkan sikap perilaku usaha yang bertanggung
jawab.
44
e. Bahwa ketentuan hukum yang melindungi kepentingan konsumen di
Indonesia belum memadai.
f. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas diperlukan perangkat
perautarn perundang – undangan untuk mewujudkan keseimbangan
perlindungan kepentingan konsumen dan pelaku usaha sehingga tercipta
perekonomian yang sehat.
g. Bahwa untuk itu perlu dibentuk undang – undang tentang perlindungan
konsumen.
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33 Undang –
undang dasar 1945.
DENGAN PERSETUJUAN
DEWAN PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN
PASAL 1
Dalam undang – undang ini yang dimaksud dengan :
A. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
B. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan / jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
C. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk bada hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan
atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik
sendiri maupun bersama – sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi.
D. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak
maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dihabiskan, yang dapat untuk
diperdagangkan. Dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
E. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan
bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
F. Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan
/ jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan / jasa yang akan
sedang diperdagangkan.
G. Impor barang adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah.
H. Impor jasa adalah kegiatan penyediaaan asa asing untuk digunakan di dalam wilayah
Republik Indonesia.
I. Lembaga Perlindungan Konsumen Masyarakat adalah lembaga non – pemerintah
45
yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani
perlindungan konsumen.
J. Klausul baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat – syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang
dituangkan dalam suatu dokumen dan / perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi
oleh konsumen.
K. Badan Penyelesaian Sengketa konsumen adalah badan yang bertugas menangani
dan menyelesaikan masalah sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.
L. Badan perlindungan konsumen nasional adalah badan yang dibentuk untuk membantu
upaya pengembangan perlindungan konsumen.
M. Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
bidang perdagangan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
PASAL 2
Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.
PASAL 3
Perlindungan konsumen bertujuan :
A. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri.
B. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negative pemakaian barang dan / jasa.
C. Meningkatkan pemerdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut
hak – haknya sebagai konsumen.
D. Menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
E. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
F. Meningkatkan kualitas barang dan / jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan / jasa kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
BAGIAN PERTAMA
HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN
PASAL 4
Hak konsumen adalah :
A. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
46
dan / jasa.
B. Hak untuk memilih barang dan / jasa serta mendapatkan barang dan / jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
C. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan / jasa.
D. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan / jasa yang digunakan.
E. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
F. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
G. Hak untuk mendapatklan kompensasi, ganti rugi dan / penggantian, apabila barang
dan / jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
H. Hak – hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang – undangang lainnya.
PASAL 5
Kewajiban konsumen :
A. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atas
pemanfaatan barang dan / jasa, demi keamanan dan keselamatan.
B. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan / jasa.
C. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
D. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
BAGIAN KEDUA
HAK DAN KEWAJIBAN PELAKU USAHA
PASAL 6
Hak pelaku usaha adalah :
A. Hak untuk menerima pembayran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi
dan nilai tukar barang dan / jasa yang diperdagangkan.
B. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
C. Hak utnuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen.
D. Hak untuk rehabilitas nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan / jasa yang diperdagangkan.
E. Hak – hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang – undangan lainnya.
PASAL 7
47
pemeliharaan.
C. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
D. Menjamin mutu barang dan / jasa yang diproduksi dan / diperdagangkan berdasarkan
ketentuan serta memberi jaminan dan / garansi atas barang yang dibuat dan / yang
diperdagangkan.
E. Memberi kompensasi, ganti rugi dan / penggantian apabila barang dan / jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
BAB IV
Perbuatan Yang Dilarang bagi Pelaku Usaha
Pasal 8
48
C. Pelaku usaha dilarang memeperdagangkan persediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi
secara lengkap dan benar.
D. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut dan wajib menariknya dari
peredaran.
Pasal 9
A. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang
dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah :
(a) Barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga
khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu,
gaya atau mode tertentu .
(b) Barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru.
(c) Barang dan/jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki sponsor,
persetujuan, perlengkapan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesori tertentu .
(d) Barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai
sponsor, persetujuan atau afiliasi.
(e) Barang dan/atau jasa tersebut tersedia.
(f) Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi.
(g) Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu.
(h) Barang tersebut berasal dari daerah tertentu.
(i) Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau jasa lain .
(j) Menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tidak
mengandung resiko atau efek samping tanpa keterangan yang lengkap.
(k) Menawarkan sesuatu yang megandung janji yang belum pasti.
B. Barang dan/atau jasa sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dilarang untuk
diperdagangkan :
C. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang melanjutkan
penawaran : promosi, dan pengiklanan barang dan/jasa tersebut.
Pasal 10
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/jasa yang ditunjuk untuk diperdagangkan
dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak
benar atau menyesatkan mengenai :
A. Harga atau tarif suatu barang dn/atau jasa.
B. Kegunaan suatu barang dan/atau jasa ;
C. Kondisi, tanggungan, jaminan, hak untuk ganti rugi atas suatu barang dan atau jasa ;
D. Tawaran atau potongan harga yang menarik yang ditawarkan;
E. Bahaya penggunaan barang dan/atau jasa;
Pasal 11
Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarang
49
mengelabui/menyesatkan konsumen dengan :
A. Menyatakan barang dan/jasa tersebut telah memenuhi standar mutu tertentu;
B. Menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat
tersembunyi;
C. Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan tujuan untuk
menjual barang lain;
D. Tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan/atau jumlah yang cukup dengan
maksud menjual barang yang lain;
E. Tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup dengan
maksud menjual jasa yang lain;
F. Menaikkan tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan obral;
Pasal 12
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan suatu barang
dan/atau jasa dengan harga atau ta’rif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu jika pelaku
usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah
yang ditawarkan, dipromosikan atau diiklankan;
Pasal 13
A. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan suatu barang
dan/atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau
jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan
tidak sebagaimana yang dijanjikannya.
B. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obat
tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan dan jasa pelayanan kesehatan dengan
cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain.
Pasal 14
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan diperdagangkan
dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk :
A. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang telah dijanjikan ;
B. Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa.
C. Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
D. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan ;
Pasal 15
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa dilarang melakukan dengan cara
pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis
terhadap konsumen;
Pasal 16
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk :
A. Tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan
50
yang dijanjikan ;
B. Tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi;
Pasal 17
A. Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang :
(a) Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas bahan kegunaan dan harga
barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang ;
(b) Mengelabui terhadap jaminan barang dan/atau jasa ;
(c) Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau
jasa ;
(d) Tidak memuat informasi tentang resiko pemakaian barang dan/atau jasa;
(e) Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau
persetujuan yang bersangkutan;
(f) Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
periklanan.
B. Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah melanggar
peraturan pada ayat (1);
BAB V
Ketentuan Pencantuman Klausul Baku
Pasal 18
A. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang dipertunjukkan untuk
diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausul baku pada setiap
dokumen dan/atau perjanjian apabila :
(a) Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha ;
(b) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang
yang dibeli konsumen ;
(c) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang
dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen ;
(d) Menyatakan pembelian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang
berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran ;
(e) Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan
jasa yang dibeli oleh konsumen ;
(f) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa ;
(g) Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru,
tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh palaku
usaha dalam masa konsumen pemanfaatan jasa yang dibelinya ;
(h) Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk
pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang
dibeli oleh konsumen secara angsuran.
B. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausul baku yang terletak atau bentuknya sulit
51
terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit
dimengerti .
C. Setiap klausul baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada konsumen atau
pada perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.
D. Pelaku usaha wajib menyelesaikan klausul baku yang bertentangan dengan Undang-
undang ini.
BAB VI
Tangggung Jawab Pelaku Usaha
Pasal 19
A. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang
dihasilkan atau diperdagangkan.
B. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau pengembalian barang dan/atau jasa yang sejenis, atau serta nilainya, atau
perawatan, kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
C. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7(tujuh) hari setelah tanggal
transaksi.
D. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih
lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
E. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak belaku apabila
pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut kesalahan konsumen.
Pasal 20
Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat
yang ditimbulkan oleh iklan tersebut.
Pasal 21
A. Importir barang bertanggung jawab sebagai pembuat barang yang diimpor apabila
importasi barang tersebut tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan produsen luar
negeri.
B. Importir jasa bertanggung jawab sebagai penyedia jasa asing apabila penyediaan jasa
asing tersebut tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan penyedia jasa asing.
Pasal 22
Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam kasusu pidana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 14 ayat (4) pasal 20 dan pasal 21 merupakan beban dan tanggung
jawab pelaku usaha tanpa menutup kemungkinan bagi jaksa untuk melakukan pembuktian.
Pasal 23
52
Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi
ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud pasal 19 ayat (1), (2), (3) dan ayat
(4) dapat digugat melalui badan penyelesaian badan sengketa konsumen atau mengajukan
ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.
Pasal 24
A. Pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain
bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen apabila :
(a) Pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan perubahan
apapun atas barang dan/atau jasa tersebut.
(b) Pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak mengetahui adanya
perubahan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak
sesuai dengan contoh, mutu atau komposisi.
B. Pelaku usaha sebagaimana pada ayat (1) dibebaskan dari tanggung jawab atas
tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain yang
membeli barang dan/atau jasa menjual kembali kepada konsumen dengan melakukan
perubahan atas barang dan/atau jasa tersebut.
Pasal 25
A. Pelaku usaha yang memproduksi barang yang pemanfaatannya berkelanjutan dalam
waktu sekurang-kurangnya (1) tahun wajib menyediakan suku cadang dan/atau
fasilitas purna jual dan wajib memenuhi jaminan atau garansi sesuai dengan yang
dijanjikan.
B. Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas tuntutan
ganti rugi dan atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha tersebut apabila :
(a) Tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas
perbaikan.
(b) Tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi yang diperjanjikan.
Pasal 26
Pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi jaminan dan/atau garansi yang
disepakati dan/atau yang diperjanjikan.
Pasal 27
Pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian
yang diderita konsumen, apabila :
A. Barang tersebut terbukti seharusnya tidak edarkan atau tidak dimaksud untuk tidak
diedarkan.
B. Cacat barang timbul pada kemudian hari;
C. Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang.
D. Kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen;
E. Lewatnya jangka waktu penuntutan (4) tahun sejak barang dibeli atau lewatnya jangka
waktu yang diperjanjikan.
53
Pasal 28
Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti rugi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19, pasal 22 dan pasal 23 merupakan beban dan tanggung jawab
pelaku usaha.
BAB VII
Pembinaan dan Pengawasan
Bagian Pertama Pembinaan
Pasal 29
A. Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembinaan perlindungan
konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta,
dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha.
B. Pembinaan oleh pemerintah atas perlindungan penyelenggaraan perlindungan
konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh menteri dan/atau
menteri terkait.
C. Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan koordinasi atas
penyelenggaraan perlindungan konsumen.
D. Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meliputi maksud :
(a) Terciptanya usaha dan terjalinnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan
konsumen.
(b) Berkembangnya lembaga perlindungan swadaya masyarakat;
(c) Meningkatkan sumberdaya manusia serta meningkatkan kegiatan penelitian dan
pengembangan di bidang perlindungan konsumen.
E. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan penyelenggaran perlindungan konsumen
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
54
BAB VIII
Badan Perlindungan Konsumen Nasional
Bagian Pertama
Nama, Kedudukan, Fungsi, dan Tugas
Pasal 31
Dalam rangka mengembangkan perlindungan konsumen dibentuk Badan Perlindungan
Konsumen Nasional.
Pasal 32
Badan Perlindungan Konsumen Nasional berkedudukan di Ibukota Negara Republik
Indonesia dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Pasal 33
Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai fungsi memberikan saran dan
pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di
Indonesia.
Pasal 34
A. Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pasal 33, Badan Perlindungan
Konsumen mempunyai tugas :
(a) Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka
penyusunan kebijaksanaan di bidang perlindungan konsumen.
(b) Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku di bidang perlindungan konsumen.
(c) Melakukan penelitian terhadap barang danatau jasa yang menyangkut
keselamatan konsumen.
(d) Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat.
(e) Menyebarkan informasi melalui media mengenai perlindungan konsumen dan
memasyarakatkan keberpihakan kepada konsumen.
(f) Menerima pengaduan perlindungan konsumen dari masyarakat, lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat, atau pelaku usaha.
(g) Melakukan survei yng menyangkut kebutuhan konsumen.
B. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan
Perlindungan Konsumen Nasional dapat bekerja sama dengan badan perlindungan
konsumen internasional.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 35
A. Badan Perlindungan Konsumen Nasional terdiri atas seorang ketua merangkap
anggota, seorang wakil merangkap anggota, serta sekurang-kurangnya 15 orang dan
sebanyak-banyaknya 25 orang anggota mewakili semua unsur.
55
B. Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden atas usul Menteri, setelah dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.
C. Masa jabatan ketua, wakil ketua dan anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional
selama 3 tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
D. Ketua dan Wakil ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional dipilih oleh anggota.
Pasal 36
Anggota badan Perlindungan Konsumen Nasional terdiri atas unsur :
a. Pemerintah;
b. Pelaku usaha;
c. Akademi;
d. Tenaga ahli;
e. Lembaga perlindungan konsumen perlindungan masyarakat.
Pasal 37
Persayaratan keanggotaan Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah :
a. Warga Negara Republik Indonesia;
b. Berbadan sehat;
c. Berkelakuan baik
d. Tidak pernah dihukum karena kejahatan;
e. Memiliki pengathuan dan pengalaman di bidang perlindungan konsumen;
f. Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun
Pasal 38
Keanggotaan Badan Perlindungan Konsumen Nasional berhenti karena :
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri;
c. Bertempat tinggal di luar Negara republik Indonesia;
d. Sakit secara terus menerus;
e. Berakhir masa jabatan sebagai anggota;
f. Diberhentikan.
Pasal 39
A. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, Badan Perlindungan Konsumen Nasional dibantu
sekretariat.
B. Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang sekretaris yang
diangkat oleh Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
C. Fungsi, tugas dan tata kerja sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam keputusan Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Pasal 40
A. Apabila diperlukan Badan Perlindungan Konsumen Nasional dapat membentuk
perwakilan di Ibu Kota Daerah Tingkat 1 untuk membantu pelaksanaantugasnya.
B. Pembentukan perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) ditetapkan lebih lanjut
56
dengan keputusan Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Pasal 41
Dalam pelaksanaan tugas, Badan Perlindungan Konsumen Nasional bekerja berdasarkan
tata kerja yang diatur dengan keputusan Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Pasal 42
Biaya untuk pelaksanaan tugas Badan Perlindungan Konsumen Nasional dibebankan
kepada anggaran pendapatan dan belanja negara dan sumber lain yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 43
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Badan Perlindungan Konsumen Nasional
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB IX
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
Pasal 44
A. Pemerintah mengakui badan perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang
memenuhi syarat.
B. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat memiliki kesempatan untuk
berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan konsumen.
C. Tugas lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat meliputi kegiatan:
(a) Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan
kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
(b) Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukanya.
(c) Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan
konsumen.
(d) Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya termasuk menerima keluhan
atau pengaduan konsumen.
(e) Melekukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen.
D. Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB XI
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Pasal 49
A. Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah TK II untuk
penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan.
B. Untuk dapat diangkat menjadi badan penyelesaian sengketa konsumen, seseorang
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
(a) Warga negara Republik Indonesia;
(b) Berbadan sehat;
(c) Berkelakuan baik;
57
(d) Tidak pernah dihukum karena kejahatan;
(e) Memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang perlindungan konsumen;
(f) Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun;
C. Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur pemerintah, unsur
konsumen dan unsur pelaku usaha.
D. Anggota setiap unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berjumlah sedikit-dikitnya 3
orang, dan sebanyak-banyaknya 5 orang.
E. Pengangkatan dan pemberhentian anggota badan penyelesaian sengketa konsumen
ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 50
Badan penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pada pasal 49 ayat (1)
terdiri atas:
Pasal 51
A. Badan penyelesaian sengketa konsumen dalam menyelesaikan tugasnya dibantu oleh
sekretariat.
B. Sekretariat badan penyelesaian sengketa konsumen terdiri atas kepala sekretariat dan
anggota sekretariat.
C. Pemberhentian kepala sekretariat dan anggota sekretariat badan penyelesaian sengketa
konsumen ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 52
Tugas dan wewenang badan penyelesaian sengketa konsumen meliputi:
a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui
mediasi atau argitrase atau konsiliasi.
b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
c. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausul baku;
d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalamundang-
undang ini;
e. Menerima pengaduan tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
f. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen.
g. Memanggil pelaku usaha yang telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan
konsumen;
h. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini;
i. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli atau
setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan h, yang tidak bersedia memenuhi
panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen;
58
j. Mendapatkan, menilai dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan/atau pemeriksaan;
k. Memutuskan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen;
l. Memeberikan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap
perlindungan konsumen;
m. Menjadikan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan
undang-undang.
Pasal 53
ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang badan penyelesaian
sengketa konsumen Daerah TK II diatur dalam surat keputusan Menteri.
Pasal 54
A. Untuk menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen, badan penyelesaian
konsumen membentuk majelis.
B. Jumlah anggota majelis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ganjil dan sedikit-
dikitnya 3 orang yang mewaklili semua unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 49
ayat (3), serta dibantu oleh seorang panitera.
C. Putusan majelis bersifat final dan mengikat.
D. Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas majelis diatur dalam surat
keputusan Menteri.
Pasal 55
Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam
waktu 21 hari kerja setelah gugatan diterima
Pasal 56
A. Dalam waktu paling lambat 7 hari kerja sejak menerima putusan badan penyelesaian
sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pasal 55 pelaku usaha wajib melaksanakan
putusan tersebut.
B. Para pihak dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri paling lambat 14
hari kerja setelah menerima pemberitahuan putusan tersebut.
C. Pelaku usaha yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dianggap menerima putusan badan penyelesaian sengketa
konsumen.
D. Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) tidak dijalankan
oleh pelaku usaha badan penyelesaian sengketa konsumen menyerahkan putusan
tersebut kepada penyidik untuk melakukan penyidikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
E. Putusan badan penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan.
Pasal 57
Putusan majelis sebagaimana dimaksud pada masal 54 ayat (3) dimintakan penetapan
eksekusinya kepada Pengadilan Negeri di tempat konsumen yang dirugikan.
59
Pasal 58
A. Pengadilan Negeri wajib mengeluarkan putusan atas keberatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 56 ayat (2) dalam waktu paling lambat 21 hari sejak diterimanya
keberatan.
B. Terhadap putusan Pengadilan Negeri sebagaiman dimaksud pada ayat (1), para
pihak dalam waktu paling lambat 14 hari dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung
Republik Indonesia.
C. Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib mengeluarkan putusan dalam waktu
paling lambat 30 hari sejak menerima permohonan kasasi.
BAB XII
Penyidikan
Pasal 59
A. Selain Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Negeri Sipil tertentu
dilingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dibidang
konsumen juga diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
B. Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
(a) Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen.
(b) Melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen.
(c) Meminta keterangan dan bahan bukti orang atau badan hukum sehubungan
dengan peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan konsumen.
(d) Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen.
(e) Melakukan pemeriksaan di temapat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti
serta melakukan penyitaan terhadap barang hasil pelanggaran yang dapat
dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang perlindungan konsumen.
(f) Meminta bantuan ahli dlam pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
perlindungan konsumen.
C. Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikanya kepada Penyidik Polisi
Negara Republik Indonesia.
D. Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia.
BAB XIII
60
Sanksi Bagian Pertama
Sanksi Administratif
Pasal 60
A. Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi administratif
terhadap pelaku usaha yang melanggar pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), pasal 20,25 dan
pasal 26.
B. Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah)
C. Tata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan
Bagian Kedua
Sanksi Pidana
Pasal 61
Penuntutan pidana dapat dilakukan kepada pelaku usaha dan atau pengurusnya.
Pasal 62
A. Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8,9,10,13
ayat (2), pasl 15, 17 ayat (1) huruf a, b, c, e, ayat (2) dan pasal 18 dipidana dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp
2.000.000.000,00 (dua milliar rupiah)
B. Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, 12,
pasal 13 ayat (1), pasal 14, 16,17 ayat (10 huruf d, dan huruf f, dipidana dengan pidana
penjara paling lama dua tahun, atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
C. Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau
kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
Pasal 63
Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman
tambahan, berupa :
a. Perampasan barang tertentu;
b. Pengumuman keputusan hakim;
c. Pembayaran ganti rugi;
d. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan terjadinya kerugian
konsumen;
e. Kewajiban penarikan barang dari peredaran;
f. Pencabutan izin usaha.
BAB XIV
61
Ketentuan Peralihan
Pasal 64
Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen
yang telah ada pada saat undang-undang ini telah diundangkan, dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
undang-undang ini.
BAB XV
Ketentuan Penutup
Pasal 65
Undang-undang ini mulai berlaku setelah satu tahun sejak diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya
dalam Negara Republik Indonesia.
62
1) Melaksanakan penagangan dan penyelesaian sengketa konsumen melalui
mediasi, arbitrase atau konsiliasi;
2) Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
3) Melakukan pegawasan terhadap pencantuman klausul baku;
4) Melaporkan kepada penyidik umumapabila terjadi pelanggaran dalam
ketentuan Undang-undang perlindungan konsumen.
5) Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis dari konsumen
tentang terjadinya pelanggaran terhadap undang-undang perlindungan
konsumen.
6) Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;
7) Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
8) Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang
dianggap mengetahui telah terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang
Perlindungan Konsumen.
9) Meminta bantuan penyidik umum untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli atau setiap orang yang sebagaimana dimaksud pada huruf G dan
huruf H, yang tidak bersedia memenuhi panggilan BPSK.
10) Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen atau alat bukti lain
guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan
11) Memutuskan dn/atau menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
konsumen.
12) Memberikan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
terhadap Undang-undang Perlindungan Konsumen.
13) Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
f. Pengaduan konsumen
Setiap konsumen yang dirugikan akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasayang
tidak memenuhi aspek kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan keselamatan
konsumen dapat menuntut ganti rugi kepada pelaku usaha melaluiBPSK.
Pengaduan dilakukan dengan mengisi formulir yang diserahkan BPSK dengan
menyebut nama dan alamat pengadu (konsumen), pelaku usaha yang
melampirkan barang dan/atau jasa yang diadukan, bukti perolehan (bon, faktur,
kwitansi, dan lain-lain)
g. Tata cara penyelesaian sengketa
1) Penyelesaian sengketa di BPSK dapat dilakukan dengan tiga (3) cara, hal ini
tergantung dan pilihan para pihak yang bersengketa yaitu dengan cara
mediasi, arbitrase dan konsiliasi.
2) Jika para pihak memilih mediasi atau konsiliasi, maka BPSK hanya bertindak
sebagai fasilitator mempertemukan para pihak, mendamaikan secara aktif,
memberikan saran/ajuran dan menerangkan hak dan kewajiban konsumen
dan pelaku usaha serta perbuatan dan tanggung jawab pelaku usaha. Bentuk
dan besarnya ganti rugi ditentukan oleh para pihak yang bersengketa bukan
63
oleh BPSK, namun BPSK wjib memberikan masukan yang seimbang kepada
para pihak yang bersengketa. Bilamana tercapai kesepakatan/perdamaian
antar pihak, maka hal itu dituangkan dalam surat perjanjian perdamaian yang
ditanda tangani kedua pihak yang bersengketa, selanjutnya surat pejanjian
perdamaian tersebut dikuatkan oleh majelis BPSK dalam bentuk Surat
Putusan BPSK.
3) Bilamana para pihak memilih dengan cara arbitras, maka konsumen memilih
arbiter dari salah satu unsur konsumen yang ada di BPSK, demikian juga
pelaku usaha dengan cara yang sama. Arbiter dari konsumen dan arbiter dari
pelaku usaha memilih arbiter ketiga dari unsur pemerintah yang akan menjadi
ketua majelis yang menentukan bentuk dan besarnya ganti rugi adalah majelis
BPSK bukan para pihak, karena para pihak telah menyerahkan sepenuhnya
penyelesaian sengketa konsumen kepada majelis BPSK, sehingga
penyelesaian sengketa konsumen dibuat dalam bentuk putusan BPSK.
h. Prinsip penyelesaian sengketa di BPSK
Penyelesaian sengketa konsumen di BPSK dilakukan berdasarkan prinsip ”cepat,
murah dan sederhana”. Waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan
selambat-lambatnya dalam waktu 21 hari kerja terhitung sejak pengaduan
konsumen diterima secara lengkap dan benar oleh Sekretaris BPSK.
64
12. Makanan kadaluwarsa.
13. Bau, warna sudah berubah.
14. BTM yang dilarang atau bukan untuk makanan.
15. Beras dioplos
16. Merk palsu
17. Garam tidak beryodium.
Langkah-langkah Pemecahan Masalah
1. Pemerintah
a. Mengeluarkan peraturan perundang-undangan serta menegakkan hukum dan
wibawa pemerintah.
b. Koordinasi sektoral antar pemerintah.
c. Pembinaan dan pengawasan unit produksi barang dan jasa.
d. Pemberian informasi yang tepat guna, tepat sasaran, dan mudah dimengerti
oleh masyarakat.
2. Produsen
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan.
b. Memiliki tanggung jawab moral dan etika bisnis.
c. Tanggap terhadap keluhan konsumen.
3. Organisasi konsumen
a. Pembinaan konsumen.
b. Advokasi.
c. Pendidikan kelompok swadaya masyarakat.
d. Komunikasi informasi dan induksi.
4. Sanksi
Sanksi diatur dalam bab XIII (pasal 60 s/d pasal 63) terdiri dari sanksi administratif
dan sanksi pidana.
a. Sanksi administratif dapat berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp
200.000.000,00 yang merupakan wewenang dari badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen.
b. Sanksi pidana diatur dalam pasal 62, yaitu :
1) Sanksi pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 atau pidana
penjara paling banyak 2 tahun dikenakan atas pelanggaran pasal 11, 12,
13, ayat (1), 14, 16, 17 ayat (1) huruf D dan F.
2) Sanksi pidana paling banyak Rp 2.000.000.000,00 atau pidana penjara
paling lama lima tahun dikenakan bagi pelanggaran terhadap psal 8, 9, 10,
13 ayat (3), 25, 17 ayat (1) huruf A, B, C, E dan ayat (2) dan asal 16.
terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 62 dapat
dijatuhkan hukuman tambahan berupa :
a) Perampasan barang tertentu.
b) Pengumuman keputusan hakim.
c) Pembayaran ganti rugi.
5. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian
konsumen.
65
6. Kewajiban penarikan barang dari peredaran atau pencabutan izin usaha.
Bagan 6 Pola Perlindungan Konsumen
Pembinaan
Pemerintah
Pembinaan
Pembinaan
Produsen/
Konsumen
Pengusaha
66
d. UU No. 28 Tahun 2003
e. UU No. 48 Tahun 2005
5. Dibawah ini merupakan tujuan perlindungan konsumen adalah……..
a. Kenyaman, keamanan dan keselamatan
b. Informasi yang jelas mengenai kondisi barang / jasa
c. Mendapat kompensasi
d. Mengangkat harkat dan martabat konsumen, dengancara menghindari
ekses negative pemakaian barang / jasa
e. Memilih barang / jasa serta mendapatkan barang / jasa sesuai dengan
nilai bakat dan kondisi barang / jasa.
6. Dibawah ini bukan asas perlindungan konsumen adalah………….
a. Manfaat, keadilan, keseimbangan
b. Keamanan, keselamatan konsumen
c. Keamanan, kepastian hukum
d. Manfaat, keadilan, kepastian hukum
e. Mengangkat harkata dan martabat konsumen.
7. Dalam UU perlindungan konsumen tentang hak dan kewajiban konsumen
terdapat pada pasal………….
a. Pasal 1
b. Pasal 3
c. Pasal 5
d. Pasal 4
e. Pasal 7
8. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut merupakan………..
a. Hak konsumen
b. Kewajiban konsumen
c. Hak pelaku usaha
d. Kewajiban pelaku usaha
e. Asas perlindungan konsumen
9. Pasal UUD 194 yang berhubungan untuk ditetapkan UU perlindungan
konsumen adalah…………..
a. Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), pasal 27 dan pasal 33
b. Pasal 5 ayat(2), pasal 21ayat (1), pasal 33 dan pasal
c. Pasal 10, pasal 5 ayat(1), pasal 27 dan pasal 31
d. Pasal 5 ayat (1), pasal 27 ayat (1), pasal 33 dan pasal 35
e. Pasal 5 ayat (1), pasal 10 ayat (1), pasal 27 dan pasal 33
10. Setiap orang pemakai barang / jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga maupun orang lain dan tidak untuk
diperdagangkan disebut…………….
a. Perlindungan konsumen
b. Pelaku usaha
c. Konsumen
67
d. Impor barang
e. Impor barang dan jasa
68
d. Peraturan dibidang ekspor-impor
e. Peraturan tentang kepabean
3. Teori keuntungan komparatif dalam bisnis internasional diciptakan oleh.................
a. Adam smith
b. David Richardo
c. Waterson
d. Savas
e. Savas Waterson
4. Terjadinya bisnis internasional disebabkan oleh........................................................
a. Tukar menukar barang
b. Jumlah penduduk
c. Pertumbuhan tehnologi
d. Keuntungan mutlak
e. Pergerakan
5. Manfaat bisnis akan diperoleh apabila terjadi pembagian kerja internasional atau
adanya spesialisasi hal tersebut menurut ..............................................................
a. Waterson
b. Savas
c. Adam Smith
d. David Richardo
e. Savas Waterson
6. Bisnis internasional memungkinkan terjadinya.....................................................
a. Struktur ekonomi dan sosial
b. Keadaan alam
c. Jumlah tenaga manusia
d. Pergerakan sumber daya melalui batas-batas negara
e. Keterampilan tenaga kerja.
7. Dibawah ini bukan pos-pos dasar yang termuat dalam sebuah neraca pembayaran
yaitu..........................
a. Transaksi dagang
b. Ongkos pengangkutan dan asuransi
c. Sektormoneter
d. Pendapatan modal
e. Penanaman modal
8. suatu kegiatan jual beli barang atau pertukaran barang dan jasa yang melewati
batas-batas suatu negara adalah.........................
a. Ekspor
b. Impor
c. Bisnis internasional
d. Neraca pembayaran
e. Ekstraktif
9. Standar IMF yang diikuti oleh Bank Indonesia adalah...................................
a. Neraca pembayaran
69
b. Neraca keuangan
c. Neraca saldo
d. Neraca barang
e. Neraca barang dan jasa
10. Teori keuntungan mutlak menurut..................................................................
a. Adam Smith
b. David Richardo
c. Thomas alfa Edison
d. Savas Waterson
e. Muhammad Yamin
11. Kegiatan bisnis dalam bidang ekstratif adalah................................................
a. Agen
b. Makelar
c. Grosir
d. Pertambangan
e. Pabrik makanan
12. Keseluruhan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh orang-orang dari badan-badan
baik didalam negeri maupun diluar negeri ataupun antar negara untuk tujuan
memperoleh keuntungan disebut..............................................
a. Perindustrian
b. Bisnis
c. Konsultan
d. Industri
e. Perdagangan
13. Dibawah ini yang termasuk industri genetik adalah................................
a. Pertambangan
b. Pabrik mesin
c. Perkebunan
d. Penggalian
e. Jembatan
14. Problem bisnis yang hadapi saat ini adalah..................................
a. inflasi, manusia, uang
b. inflasi Methode, uang
c. Inflasi, produktifitas, pengangguran
d. Inflasi, manusia, pengangguran
e. Inflasi, pengengguran, uang
15. Pengelolaan Supply untuk meningkatkan atau menurunkan permintaan disebut .......
a. Kebijakan fiskal
b. Kebijakan organisasi
c. Kebijakan bisnis
d. Kebijakan dagang
e. Kebijakan moneter
16. Dibawah ini yang termasuk sumber-sumber pokok ekonomi adalah.........................
70
a. Faktor produksi
b. Manusia, uang, manajemen
c. Men, money, material, methode
d. Men, alam, iklim
e. Manusia, uang,alam, iklim
17. Dibawah ini yang bukan tugas pokok perdagangan adalah...................
a. Mengumpulkan
b. Memilih
c. Menyimpan
d. Membuat
e. Memindahkan
18. Kegiatan usaha konsulta,asuransi, perhotelan merupakan kegiatan bisnis..............
a. Industri
b. Dagang
c. Manufaktur
d. Pabrik
e. Jasa
19. Prinsip-prinsip dasar dalam kegiatan bisnis adalah.................................
a. Memilih
b. Membuat
c. Menyimpan
d. Manajemen
e. Manufaktur
20. Suatu sistem perekonomian yang rakyatnya pasif, karena negara yang
mengendalikan perekonomian dinamakan.................................
a. Sistem Perekonomian kapitalis
b. Sistem perekonomian sosialis
c. Sistem perekonomian komunis
d. Sistem perekonomian fasisme
e. Sistem perekonomian pancasila
21. Landasan sistem perekonomian Indonesia adalah..............................................
a. UUD 1945
b. Pancasila
c. UUD 1945 dan Pancasila
d. UUD 1945 dan Kepres
e. Pancasila dan UUD 1945
22. Suatu hubungan antara komponen-komponen ekonomi yang saling mempengaruhi
dengan tujuan tertentu adalah.....................................................
a. Sistem barter
b. Sistem pertukaran
c. Sistem perekonomian
d. Sistem penjualan
e. Sistem pemenuhan kebutuhan
71
23. hak yang diberikan pemerintah kepada pemegang pencipta lagu atau musik atau
seniman lainnya adalah..................................
a. Patent
b. Merk
c. Dagang
d. Cipta
e. Franchise
24. Masa penggunaan hak cipta adalah.............................................
a. 20 Tahun
b. 25tahun
c. 28 tahun
d. 30 tahun
e. 35 tahun
25. Kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi merupakan
pengertian hukum menurut.......................
a. Prof. Meyer
b. Leon Duquit
c. Immanuel Kant
d. Muhammad Yamin
e. Prof. Van Aspeldorn
72
6. Apa yang anda ketahui tentang perdagangan dan bisnis ?
7. Jelaskan hukum cipta yang ada di Indonesia ?
8. Jelaskan tentang merk dagang ?
9. Sebutkan tujuan perlindungan konsumen ?
10. Sebutkan kewajiban pelaku konsumen ?
73
6. Industri yang tidak mengubah unsur aslinya adalah............
a.Industri ekstratif
b.Industri konstruktif
c. Industri genetika
d.Industri pabrik
e.Industri analitik
7. Hak yang diberikan pemerintah kepada pengarang, pencipta lagu/musik, atau seniman
lainnya disebut....................
a.Patent
b.Merk
c. Cipta
d.Franchise
e.Dagang
74
b. Menteri
c. DPR
d. MPR
e. MA
13. Permintaan pendaftaran merek yang diajukan secara tertulis kepada
direktorat jenderal adalah.................................
a. Permintaan
b. Pengajuan
c. Permohonan
d. Perlindungan
e. Pemberitahuan
14. Undang-undang yang mengatutr hak cipta adalah.....................
a. UU No. 14 tahun 2001
b. UU No. 15 tahun 2001
c. UU No. 16 tahun 2001
d. UU No. 19 tahun 2001
e. UU No. 19 tahun 2002
15. Pendaftaran hak cipta diselenggarakan oleh..............................
a. Departemen kehakiman
b. Departemen pengadilan
c. Departemen perindustrian
d. Departemen hak asasi manusia
e. Departemen hukum dan hak asasi manusia
16. Pelanggaran hak cipta di indonesia secara umum diasncam dalam penjara
paling lama adalah..........................
a. 1 tahun
b. 3 tahun
c. 5 tahun
d. 7 tahun
e. 9 tahun
17. Sedangkan pelanggaran hak cipta di indonesia paling singkat
adalah..........................
a. 1 bulan
b. 2 bulan
c. 1 tahun
d. 2 tahun
e. 5 tahun
18. Seorang yang secara sendiri atau beberapa orang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi
disebut.....................
a. Inventor
b. Investasi
c. Inventarisasi
75
d. Inventori
e. Investor
19. Undang-undang Republik Indonesia yang mengatur tentang paten
adalah.....................
a. UUD”45
b. UU. RI No. 10 Tahun 2001
c. UU. RI No. 14 Tahun 2001
d. UU. RI No. 15 Tahun 2001
e. UU. RI No. 19 Tahun 2001
20. Di bawah ini merupakan hukum perdata adalah..............................
a. Hukum tata negara
b. Hukum pidana
c. Hukum fiskal
d. Hukum juaa beli
e. Hukum administrasi negara
21. Undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen
adalah.....................
a. UUD”45
b. UU No. 8 tahun 1999
c. UU No. 5 tahun 1999
d. UU No. 28 tahun 2001
e. UU No. 48 tahun 2001
22. Hak eklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya
di bidang tehnologi adalah...........................
a. Merek
b. Cipta
c. Paten
d. Dagang
e. Merek dagang
23. Hak dan kewajiban pemegang paten terdapat pada UU.RI No.14 tahun 2001
pasal........
a. Pasal 5
b. Pasal 10
c. Pasal 15
d. Pasal 16
e. Pasal 20
24. Pelanggaran hak cipta di indonesia secara umum palin lama
adalah...............
a. 1 bulan
b. 2 bulan
c. 1 tahun
d. 2 tahun
e. 5 tahun
76
25. Sedangkan pelanggaran hak cipta paling lama adalah.....................
a. 1 tahun
b. 2 tahun
c. 4 tahun
d. 5 tahun
e. 7 tahun
77
MENGIDENTIFIKASI LARANGAN
MATERI
PRAKTEK MONOPOLI
4
Standar Kompetensi : Memahami prinsip – prinsip bisnis
Kompetensi dasar : Mengidentifikasi larangan praktek monopoli
Tujuan pembelajaran : Menjelaskan praktek monopoli yang ada di pasar
MATERI PEMBELAJARAN
PENDALAMAN MATERI 4. 1
A. PENGERTIAN PASAR
78
Seorang yag membeli suatu barang atau jasa akan terlibat dalam suatu transaksi
pembelian. Transaksi jual beli yang terjadi dilakukan oleh penjual dan pembeli.
Kejadian ini berlangsung pada saat tertentu ditempat tertentu. Sehingga pasar dapat
dianggap sebagai suatu tempat. Pengertian pasar sebagiai tempat ini sebenarnya
sangat sempit dan kurang fleksibel. Oleh karena itu kita akan menggunakan definisi
pasar yang lebih luas yang dikemukan oleh W.J. Staton sebagai berikut :
”Pasar adalah orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan
kemauan untuk membelanjakannya”. Dari definisi tersebut dapat diketahui ada tiga
unsur penting yang terdapat dalam pasar yaitu :
1. Orang dengan segala keinginannya
2. Daya beli mereka.
3. Kemauan untuk membelanjakan uangnya.
Macam-macam Pasar :
Pada pokoknya pasar dikelompokkan menjadi empat macam yaitu :
1. Pasar Konsumen adalah sekelompok pembeli yang membeli barang-barang untuk
dikonsumsikan, bukannya dijual atau diproses lebih lanjut. Termasuk dalam dalam
pasar konsumen ini adalah pembeli-pembeli individu dan atau pembeli rumah
tangga. Barang yang dibeli adalah barang konsumsi.
2. Pasar Industri adalah pasar yang terdiri atas individu-individu dan lembaga atau
organisasi yang membeli barang-barang untuk dipakai lagi baik secara langsung
maupun tidak langsung, dalam memproduksi barang lain yang kemudian dijual.
Barang yang dibeli adalah barang industri.
3. Pasar Penjual adalah suatu pasar yang terdiri atas individu-individu dan organisasi
yang membeli barang-barang dengan maksud untuk dijual lagi atau disewakan
agar mendapatkan laba.
4. Pasar Pemerintah adalah pasar dimana terdapat lembaga-lembaga pemerintah
seperti departemen-departemen, direktorat, kantor-kantor dinas dan instansi lain.
79
Persaingan bebas dapat diartikan sebagai suatu sistem di mana terjadi
persaingan yang tidak menghendaki adanya campur tangan dari pihak
pemerintah. Persaingan bebas dapat menumbuhkan eksploitasi atau
penghisapan terhadap manusia atau pihak lain dalam bentuk persaingan yang
tidak sehat.
b. Ekonomi pasar
Ekonomi pasar merupakan suatu bentuk perekonomian dimana yang
mengatur adalah pasar, yaitu permintaan dan penawaran barang dan jasa
yang ada pada masyarakat. Jadi campur tangan pemerintah dalam mengatur
perekonomian tidak dominan, pemerintah hanya mengawasi mekanisme harga
pasar.
c. Monopoli
Monopoli merupakan sistem di mana dalam pasar hanya terdapat satu
kekuatan penawaran saja. Dalam monopoli dapat terjadi seorang produsen
atau penjual melakukan politik harga dan mengatur pendistribusian barang.
Sehingga timbul ketidak adilan, volume produksi mengecil, dan timbul unsur –
unsur eksploitasi terhadap manusia.
Monopoli bisa timbul karena beberapa sebab, di antaranya :
a) Penguasaaan bahan mentah strategis
b) Hak paten
c) Terbatasnya pasar
d) Pemberian hak oleh pemerintah
d. Permintaaan
Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah kesatuan yang akan di beli dengan
berbagai macam harga, selama jangka waktu tertentu. Ada beberapa faktor
yang menentukan permintaan, antara lain :
a) Selera konsumen
b) Penghasilan konsumen
c) Harga barang lain yang berhubungan dengannya.
d) Perkiraan konsumen tentang harga dan penghasilan masa yang akan
datang
e) Jumlah konsumen di pasar
Permintaa berasal dari konsumen / pembeli, yang biasanya dalam melakukan
pembelian menggunakan prinsip ekonomi, sehingga bila harga mahal
permintaan sedikit, sedangkan bila harga murah jumlah barang yang diminta
banyak. Dari hal tersebut dapat ditarik suatu hukum yaitu Hukum Permintaan
di mana “Permintaan berbanding terbalik dengan harga “.
e. Penawaran
Penawaran diartikan sebagai keseluruhan jumlah suatu barang yang
ditawarkan di pasar, pada waktu tertentu dengan berbagai macam harga.
Penawaran berasal dari seorang penjual, di mana penjual pada dasarnya
menginginkan keuntungan besar, sehingga semakin tinggi harga barang,
semakin banyak penawaran, dan sebaliknya semakin rendah harga barang
80
semakin sedikit barang yang di tawarkan. Kesimpulannya bahwa penawaran
berbanding lurus dengan harga. Inilah yang disebut Hukum Penawaran.
Penawaran dapat dibedakan menjadi :
a) Penawaran perseorangan
b) Penawaran pasar / kolektif
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran adalah :
a) Teknik produksi
b) Harga sumber - sumber / bahan – bahan
c) Harga barang – barang lain
d) Perkiraan naik-turunnya harga di masa mendatang
e) Jumlah penjual di pasar
f. Harga
Harga diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang diukur dengan uang. Ada beberapa macam harga, antara lain :
a) Harga subjektif, yaitu taksiran seseorang terhadap nilai suatu barang.
b) Harga objektif atau harga pasar, yaitu harga yang telah disetujui oleh
pembeli dan penjual. Dengan kata lain keseimbangan antara permintaan
dengan penawaran
c) Harga pokok, yaitu nilai yang diberikan produsen terhadap barang hasil
produksi
d) Harga jual, yaitu perhitungan harga pokok ditambah laba yang diharapkan
e) Mengenai harga pasar atau harga objektif, terjadi bila permintaaan dan
penawaran seimbang (equilibrium).
g. Tantangan – tantangan ekonomi terhadap kegiatan bisnis
Dalam kegiatan bisnis, seorang pengusaha harus mewaspadai tantangan –
tantangan ekonomi yang akan dihadapi untuk menuju apada keberhasilan.
Tantangan – tantangan ekonomi tersebut di antaranya :
a) Persaingan bebas
b) Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi
c) Kebijakan di bidang perpajakan
d) Mutu barang
e) Merek barang
f) Promosi/periklanan
g) Pembungkusan/pengemasan
h) Pendistribusian
2. Jenis – jenis Usaha
a. Lingkungan dalam bisnis
kalau kita memperhatikan dalam perusahaan, maka lingkungan perusahaan
meliputi :
a) Kantor pusat perusahaan (corporate headquater), adalah induk organisasi
yang memegang kebijakan umum dalam kegiatan usaha.
b) Bagian – bagian perusahaan (company divisions), adalah bagian
organisasi perusahaan pusat yang menjalankan kegiatannya selaku unit
81
operasional dengan berpedoman pada kebijakan umum kantor pusat.
c) Saluran – saluran perusahaan (company channels), adalah unit organisasi
perusahaan yang secara langsung berkaitan denan pasar penjualan.
b. Lingkungan luar bisnis
Selain lingkungan perusahaan, di luar perusahaan terdapat lingkungan yang
lebih luas, yaitu :
a) Lingkungan pasar, merupakan pasar dari suatu produk, yang meliputi
keseluruhan konsumen, baik yang bersifat nyata maupun potensial dalam
melakukan pembelian suatu produk.
Berdasarkan pelakunya, pasar di kelompokkan menjadi :
(a) Pasar konsumen
(b) Pasar produsen atau pasar industri
(c) Pasar pedagang perantara
(d) Pasar pemerintah
Sedangkan faktor yang perlu di perhatikan dalam lingkungan pasar, antara
lain :
(a) Daya beli
(b) Kebutuhan
(c) Keingingan
(d) Kebiasaan membeli.
b) Lingkungan makro, merupakan lingkungan yang lebih luas lagi yang juga
memberikan pengaruh cukup besar, antara lain :
(a) Lingkungan ekonomi, yang terdiri dari penghasilan perseorangan
(personal income) dan saluran distribusi (channel of distribution)
(b) Lingkungan teknologi
(c) Lingkungan politik dan hukum
(d) Lingkungan kebudayaan.
c. Cara pengembangan perusahaan
Mengembangkan usaha dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a) Cara intensif, ialah menambah daya kemampuan berproduksi dengan alat
– alat yang tersedia.
b) Cara ekstensif, ialah menambah dan memperluas faktor produksi yang
ada.
Selain mengetahui cara untuk mengembangkan usaha tersebut, perlu juga kita
memperhatikan faktor pendukung dan penghambat kegiatan usaha, sehingga
dapat mengembangkan usaha dengan lebih tepat.
Faktor – faktor pendukung keberhasilan usaha, antara lain :
a) Manusia
b) Keuangan
c) Permodalan
d) Organisasi
e) Perencanaan
f) Mengatur bisnis
82
g) Pajak dan asuransi
h) Fasilitas pemerintah
i) Catatan bisnis
Adapun faktor – faktor yang menghambat kegiatan usaha, di antaranya :
a) Kurangnya pengalaman di dalam usaha
b) Tidak tepat memilih jenis usaha
c) Tidak ada perencanaan usaha yang tepat
d) Keuangan atau permodalan usaha kurang sekali
e) Tidak ada interest pada bidang usaha yang sedang digelutinya.
f) Tidak ada dukungan dari pemerintah daerah
g) Tidak mempunyai keahlian di dalam usaha
h) Tidak mempunyai semangat kewiraswastaan
i) Tidak percaya kepada kemampuan diri sendiri.
Dengan mengetahui cara pengembangan usaha, faktor pendukung
keberhasilan serta faktor penghambat, maka kunci utama keberhasilan terletak
pada pengelola usaha.
83
e. Jumlah konsumen dipasar
4. Dibawah ini yang bukan faktor penentuan permintaan adalah……………..
a. Selera konsumen
b. Penghasilan konsumen
c. Harga barang
d. Pemberian hak oleh pemerintah
e. Jumlah konsumen
5. Taksiran seseorang terhadap nilai suatu barang disebut………..
a. Harga objektif
b. Harga subjektif
c. Harga pokok
d. Harga jual
e. Harga pasar
6. Undang – undang yang melarang praktek monopoli dan persaingan usaha yang
tidak sehat adalah……….
a. UU RI No.4 Tahun 1999
b. UU RI No.5 Tahun 1999
c. UU RI No.8 Tahun 1999
d. UU RI No.14 Tahun 1999
e. UU RI No.48 Tahun 1999
7. Pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau
jasa tertentu sehingga terjadi persaingan usaha yang tidak sehat disebut……….
a. Pasar
b. Pelaku usaha
c. Monopoli
d. Persaingan usaha
e. Praktek monopoli
8. Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya
berasaskan……….
a. Demokrasi liberal
b. Demokrasi kapitalis
c. Demokrasi sosialis
d. Demokrasi ekonomi
e. Demokasi pancasila
9. Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atas satu kelompok pelaku
usaha disebut………..
a. Demokrasi pancasila
b. Aligopali
c. Persaingan usaha
d. Pemusatan ekonomi
e. Monopoli
84
10. Dibawah ini bukan factor yang benar diperhatikan dalam lingkungan pasar
adalah………..
a. Daya beli
b. Kebutuhan
c. Keinginan
d. Pasar konsumen
e. Kebiasaan membeli
85
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran
atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
c. Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu
pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat
menentukan harga barang dan atau jasa.
d. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha.
e. Pasar adalah lembaga ekonomi dimana para pembeli dan penjual baik secara
langsung maupan tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan
barang dan atau jasa.
f. Harga pasar adalah harga yang dibayar dalam transaksi barang dan atau jasa
sesuai kesepakatan antara para pihak di pasar bersangkutan.
g. Konsumen adalah setiap pemakai dan atau pengguna barang dan jasa baik
untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain.
h. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.
i. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjan atau prestasi yang
diperdagangkan dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau
pelaku usaha.
j. Komisi pengawas persaingan usaha adalah komisi yang dibentuk mengawasi
pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak sehat.
2. Asas dan tujuan undang – undang larangan praktek monopoli
a. Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara
kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.
b. Tujuan pembentukan undang – undang praktek monopoli :
a) Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
b) Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha bagi usaha kecil, menengah, besar.
c) Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha
d) Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
3. Kegiatan di Lapangan
Kegiatan di lapangan dalam undang – undang praktek monopoli yang terdapat
pada pasal 17 adalah :
a. Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas
86
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Sedangkan penguasaan pasar terdapat pada pasal 19 tentang pelaku usaha di
larang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama
pelaku usaha lain yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat berupa :
a. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan.
b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha persaingan untuk tidak
melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya.
c. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar
bersangkutan.
d. Melakukan praktek diskriminatif terhadap pelaku usaha tertentu.
TENTANG
87
Mengingat :
Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), pasal 27 ayat (2), dan pasal 33 Undang-Undang
Dasar 1945.
Dengan Persetujuan
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN
PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau
atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha.
2. Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang
dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan
dapat merugikan kepentingan umum.
3. Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu pasar
bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan
harga barang dan atau jasa.
4. Posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing
yang berarti dipasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang
dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya
dipasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan
akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan
pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu.
5. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
6. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menhambat
persaingan usaha.
88
7. Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk
meningkatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama
apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis.
8. Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang dilakukan
oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai
pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol.
9. Pasar adalah lembaga ekonomi dimana para pembeli dan penjual baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang
dan atau jasa.
10. Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaiatan dengan jangkauan atau daerah
pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau
sejenis atau subtitusi dari barang dan atau jasa tersebut.
11. Struktur pasar adalah keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang aspek-
aspek yang memiliki pengaruh penting terhadap perilaku usaha dan kinerja pasar,
antara lain jumlah penjual dan pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar,
keragaman produk, sistem distribusi, dan penguasaan pangsa pasar.
12. Perilaku pasar adalah tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam
kapasitasnya sebagai pemasok atau pembeli barang dan atau jasa untuk
mencapai tujuan perusahaan, antara lain pencapaian laba, pertumbuhan aset,
terget penjualan dan metode persaingan yang digunakan.
13. Pangsa pasar adalah presentase nilai jual atau beli barang atau jasa tertentu yang
dikuasai oleh pelaku usaha pada pasar bersangkutan dalam tahun kalender
tertentu.
14. Harga pasar adalah harga yang dibayar dalam transaksi barang atau jasa sesuai
kesepakatan antara para pihak dipasar bersangkutan.
15. Konsumen adalah setiap pemakai dan atau pengguna barang dan atau jasa baik
untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain.
16. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak
maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau
dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.
17. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang
diperdagangkan dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau
pelaku usaha.
18. Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah komisi yang dibentuk untuk
mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak
melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
19. Pengadilan Negeri adalah pengadilan, sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku, ditempat kedudukan hukum usaha pelaku
usaha.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
89
Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku
usaha dan kepentingan umum.
Pasal 3
Tujuan pembentukan undang-undang ini adalah untuk :
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang
sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama
bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
c. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha ; dan
d. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
BAB III
PERJANJIAN YANG DILARANG
Bagian Pertama
Oligopoli
Pasal 4
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara
bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan
penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, sebagaimana
maksud ayat (1), , apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku
usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu.
Bagian Kedua
Penetapan Harga
Pasal 5
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh
konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi :
a. Suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan ; atau
b. Suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.
Pasal 6
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang satu
harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh
90
pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama.
Pasal 7
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga dibawah harga pasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 8
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat
persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa tidak akan menjual atau memasok
kembali barang dan atau jasa diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada
harga yang telah diperjanjikan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat.
Bagian Ketiga
Pembagian Wilayah
Pasal 9
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang
bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan
atau jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
Bagian Keempat
Pemboikotan
Pasal 10
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang
dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik
untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
(2) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya,
untuk menolak menjual setiap barang dan atau jasa dari pelaku usaha lain
sehingga perbuatan tersebut :
a. merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain; atau
b. membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap barang dan
atau jasa dari pasar yang bersangkutan
Bagian Kelima
Kartel
Pasal 11
Pelaku dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha psaingnya, yang bermaksud
untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu
barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
91
Bagian Keenam
Trust
Pasal 12
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan
kerjasama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih
besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-
masing perusahaan atau peseroaan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa. Sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya praktekmonopoli dan atau persaingan usaha tidak tetap.
Bagian Ketujuh
Oligopsoni
Pasal 13
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan
pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan atau jasa dalampasar
bersangkutan. Yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
perdagangan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama menguasai
pembelian atau penerimaan pasokan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
apabila 2 (dua), atau 3(tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai
lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu.
Bagian Kedelapan
Integrasi Vertikal
Pasal 14
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan
untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi
barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil
pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak
langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat atau
merugikan masyarakat.
Bagian Kesembilan
Perjanjian Tertutup
Pasal 15
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan usaha lain yang memuat
persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan
memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada
pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu.
(2) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat
persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu harus
92
bersediamembeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok.
(3) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga
tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku
usaha yang menerima barang dan atau jasa dari pelaku usaha pemasok:
a. Harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha
pemasok; atau
b. Tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku
usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.
Bagian Kesepuluh
Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri
Pasal 16
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain diluar negeri yang
memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
BAB IV
KEGIATAN YANG DILARANG
Bagian Pertama
Monopoli
Pasal 17
(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinta praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi
dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
apabila :
a. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada subtitusinya; atau
b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam persaingan
usaha barang dan atau jasa yang sama ; atau
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50
% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Bagian Kedua
Monopsoni
Pasal 18
(1) Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau
menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila satu
93
pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima
puluh persen) pangs pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Bagian Ketiga
Penguasaan Pasar
Pasal 19
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun
pelaku usaha lain yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat berupa :
a. menolak dan atau menhalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan
usaha yang sama pada pasar bersangkutan ; atau
b. menhalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak
melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu : atau
c. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar
bersangkutan ; atau
d. melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
Pasal 20
Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara
melakukan jual rugi atau menempatkan harga yang sangat rendah dengan maksud
untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya dipasar bersangkutan
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
Pasal 21
Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menempatkan biaya produksi
dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan atau jasa
yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Bagian Keempat
Persekongkolan
Pasal 22
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat.
Pasal 23
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi
kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
94
Pasal 24
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi
dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud
agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok dipasar bersangkutan
menjadi berkurang baik dari jumlah, kwalitas, maupun ketepatan waktu yang
dipersyaratkan.
BAB V
POSISI DOMINAN
Bagian Pertama
Umum
Pasal 25
(1) Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk :
a. menempatkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan
atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang
bersaing, baik dari segi harga maupun kwalitas ; atau
b. membatasi pasar dan pengembangan teknologi ;atau
c. menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan
(2) Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud ayat (1)
apabila :
a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50% (lima
puluh persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu ;
atau
b. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75%
(tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu.
Bagian Kedua
Jabatan Rangkap
Pasal 26
Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu
perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau
komisaris pada perusahaan lain, apabila perusahaan-perusahaan tersebut :
a. berada dalam pasar bersangkutan yang sama ; atau
b. memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha ;atau
c. secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa tertentu;
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.
Bagian Ketiga
95
Pemilikan Saham
Pasal 27
Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis
yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan
yang sama. Atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang
sama pada pasar bersangkutan yang sama, apabila kepemilikian tersebut
mengakibatkan :
a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu ;
b. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75
% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu .
Bagian Keempat
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan
Pasal 28
(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila
tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan atau peleburan badan usaha yang
dilarang sebagaimana dimaksud ayat (1), dan ketentuan mengenai
pengambilalihan saham perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diatur
dalam peraturan pemerintahan.
Pasal 29
(1) Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilai
penjualannya melebihi jumlah terteutu, wajib diberitahukan kepada Komisi,
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan, peleburan,
atau pengambilalihan tersebut.
(2) Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan serta tata cara
pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
BAB VI
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
Bagian Pertama
Status
Pasal 30
96
Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut Komisi.
(2) Komisi adalah suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan
kekuasaan Pemerintah serta pihak lain.
(3) Komisi bertanggung jawab kepada Presiden.
Bagian Kedua
Keanggotaan
Pasal 31
(1) Komisi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua
merangkap anggota, dan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang anggota.
(2) Anggota Komisi dianggkat dan diberhentikan oleh Presiden atas persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Masa jabatan anggota Komisi adalah 5 (llima) tahun dan dapat dianggkat kembali
untuk ! (satu) kali masa jabatan berikutnya.
(4) Apabila karena berakhirnya masa jabatan akan terjadi kekosongan dalam
keanggotaan Komisi, maka masa jabatan anggota dapat diperpanjang sampai
penggangkatan anggota baru.
Pasal 32
Persyaratan keanggotaan Komisi adalah :
a. warga negara Republik Indonesia, berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh)
tahun dan setinggi-tingginya 60 (enam puluh) tahun pada saat pengangkatan;
b. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c. beriman dan bertakwa kepasa Tuhan Yang Maha Esa;
d. jujur, adil, dan berkelakukan baik;
e. bertempat tinggal diwilayah negera Republik Indonesia ;
f. berpengalaman dalam bidang usaha atau mempunyai pengetahuan berkeahlian
dibidang hukum dan atau ekonomi ;
g. tidak pernah dipidana;
h. tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan ; dan
i. tidak terafiliasi dengan suatu badan usaha.
Pasal 33
Keanggotaan Komisi berhenti, karena :
a. Meninggal dunia ;
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri ;
c. Bertempat tinggal diluar wilayah negara Republik Indonesia ;
d. Sakit jasmani atau rohani terur menerus;
e. Berakhirnya masa jabatan keanggotaan komisi ; atau
f. Diberhentikan.
Pasal 34
(1) Pembentukan komisi serta susunan organisasi, tugas, dan fungsinya ditetapkan
dengan Keputusan Presiden.
97
(2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, komisi dibantu oleh sekretariat.
(3) Komisi dapat membentuk kelompok kerja.
(4) Ketentuan mengenai susunan organisasi, tugas, dan fungsi sekretariat dan
kelompok kerja diatur lebih lanjut dengan keputusan komisi.
Bagian Ketiga
Tugas
Pasal 35
Tugas komisi meliputi :
a. melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur
dalam pasal 4 sampai dengan pasal 16 ;
b. melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 17 sampai dengan pasal 24 ;
c. melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalah gunaan posisi
dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 25 sampai dengan
pasal 28 ;
d. mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi sebagaimana diatur dalam
pasal 36;
e. memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang
berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat ;
f. menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undang-undang ini;
g. memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada Presiden dan
Dewan Perwakilan Rakyat.
Bagian Keempat
Wewenang
Pasal 36
Wewenang komisi meliputi :
a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan
terjadi praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat ;
b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat ;
c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat
atau pelaku usaha atau yang ditemukan oleh komisi sebagai hasil dari
98
penelitiannya ;
d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dn atau pemeriksaan tentang ada atau tidak
adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat ;
e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan undang-undang ini ;
f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini ;
g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli,
atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak bersedia
memenuhi panggilan komisi ;
h. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitan dengan penyelidikan
dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-
undang ini ;
i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan atau pemeriksaan ;
j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian dipihak pelaku
usaha lain atau masyarakat ;
k. Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat ;
l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang
melanggar ketentuan undang-undang ini.
Bagian Kelima
Pembiayaan
Pasal 37
Biaya untuk pelaksanaan tugas komisi dibebankan kepada anggaran pendapatan dan
Belanja Negara dan atau sumber-sumber lain yang diperbolehkan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
TATA CARA PENANGANAN PERKARA
Pasal 38
(1) Setiap orang yang mengetahui telah terjadi atau patut diduga telah
terjadi pelanggaran terhadap undang-undang ini dapat melaporkan secara tertulis
kepada komisi dengan keterangan yang jelas tentang telah terjadinya pelanggaran,
dengan menyertakan identitas pelapor.
(2) Pihak yang dirugikan sebagai akibat terjadinya pelanggaran terhadap
undang-undang ini dapat melaporkan secara tertulis kepada komisi dengan
keterangan yang lengkap dan jelas tentang telah terjadinya pelanggaran serta
kerugian yang ditimbulkan, dengan menyertakan identitas pelapor.
(3) Identitas pelapor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
99
dirahasiakan oleh komisi.
(4) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh komisi.
Pasal 39
(1) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (1)
dan ayat (2), komisi wajib melakukan pemeriksaan pendahuluan, dan dalam waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima laporan, komisi wajib
menetapkan perlu atau tidaknya dilakukan pemeriksaan lanjutan.
(2) Dalam pemeriksaan lanjutan, komisi wajib melakukan pemeriksaan
terhadap pelaku usaha yang dilaporkan.
(3) Komisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari
pelaku usaha yang dikategorikan sebagai rahasia perusahaan.
(4) Apabila dipandang perlu komisi dapat mendengar keterangan saksi,
saksi ahli dan atau pihak lain.
(5) Dalam melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dan ayat (4), anggota komisi dilengkapi dengan surat tugas.
Pasal 40
(1) Komisi dapat melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha apabila
ada dugaan terjadi pelanggaran undang-undang ini walaupun tanpa adanya
laporan.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilaksanakan
sesuai dengan tata cara sebagaimana diatur dalam pasal 39.
Pasal 41
(1) Pelaku usaha dan atau pihak lain yang diperiksa wajib menyerahkan
alat bukti yang diperlukan dalam penyelidikan dan atau pemeriksaan.
(2) Pelaku usaha dilarang menolak diperiksa, menolak memberikan
informasi yang diperlukan dalam penyelidikan dan atau pemeriksaan, atau
menghambat proses penyelidikan dan atau pemeriksaan.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (2), oleh komisi diserahkan
kepada penyidik untuk dilakukan penyelidikan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Pasal 42
Alat-alat bukti pemeriksaan komisi berupa :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat dan atau dokumen
d. Petunjuk
e. Keterangan pelaku usaha.
Pasal 43
(1) Komisi wajib menyelesaikan pemeriksaan lanjutan selambat-
100
lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak dilakukan pemeriksaan lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 ayat (1).
(2) Bilamana diperlukan jangka waktu pemeriksaan lanjutan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat diperpanjang paling lama 30 (tigapuluh) hari.
(3) Komisi wajib memutuskan telah terjadi atau tidak terjadi pelanggaran
terhadap undang-undang ini selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak selesainya pemeriksaan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau
ayat (2).
(4) Putusan komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus
dibacakan dalam suatu sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum dan segera
diberitahukan kepada pelaku usaha.
Pasal 44
(1) Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pelaku usaha menerima
pemberitahuan putusan komisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (4),
pelaku usaha wajib melaksanakan putusan tersebut dan menyampaikan laporan
pelaksanaannya kepada komisi.
(2) Pelaku usaha dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan Negeri
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah menerima pemberitahuan
putusan tersebut.
(3) Pelaku usaha yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalamayat (2) dianggap menerima putusan komisi.
(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
tidak dijalankan oleh pelaku usaha, komisi menyerahkan putusan tersebut kepada
penyidik untuk dilakukan penyelidikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(5) Putusan komisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (4)
merupakan bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan
penyelidikan.
Pasal 45
(1) Pengadilan Negeri harus memeriksa keberatan pelaku usaha
sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 ayat (2), dalam waktu 14 (empat belas)
hari sejak diterimanya keberatan tersebut.
(2) Pengadilan Negeri harus memberikan putusan waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak dimulainya pemeriksaan keberatan tersebut.
(3) Pihak yang keberatan terhadap putusan Pengadilan Negeri
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dalam waktu 14 (empat belas) hari dapat
mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.
(4) Mahkamah Agung harus memberikan putusan dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak permohonan kasasi diterima.
Pasal 46
101
(1) Apabila tidak terdapat keberatan, putusan komisi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 43 ayat (3), telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
(2) Putusan komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimintakan
penetapan eksekusi kepada Pengadilan Negeri.
BAB VIII
SANKSI
Bagian Pertama
Tindakan Administratif
Pasal 47
(1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
berupa :
a. penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 sampai dengan pasal 13, pasal 15, dan pasal 16 ; dan atau
b. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi
vertikal sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ; dan atau
c. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan
yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan
persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat ; dan atau
d. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
penyalahgunaan posisi dominan ; dan atau
e. penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan
badan usaha dan pengambil alihan saham sebagaimana dimaksud dalam
pasal 28 ; dan atau
f. penetapan pembayaran ganti rugi ; dan atau
g. pengenaan denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh
lima milyar rupiah).
Bagian Kedua
Pidana Pokok
Pasal 48
102
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 41 undang-undang ini
diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) atau
pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
Bagian Ketiga
Pidana Tambahan
Pasal 49
Dengan menunjuk ketentuan pasal 10 kitab undang-undang hukum pidana, terhadap
pidana sebagaimana diatur dalam pasal 48 dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha ; atau
b. larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran
terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris
sekurang-kurangnya 2(dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun ; atau
c. penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya
kerugian pada pihak lain.
BAB IX
KETENTUAN LAIN
Pasal 50
Yang dikecualikan dari ketentuan undang-undang ini adalah :
a. perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berlaku ; atau
b. perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi,
patent, merk dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik
terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaiatan dengan waralaba ;
atau
c. perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak
mengekang dan atau menghalangi persaingan ; atau
d. perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk
memasok kembali barang dan atau jasa dengan harga yang lebih rendah daripada
harga yang telah diperjanjikan ; atau
e. perjanjian kerjasama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar hidup
masyarakat luas ; atau
f. perjanjian internasional yang telah diratipikasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia ; atau
g. perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak menganggu
kebutuhan dan atau pasokan pasar dalam negeri ; atau
h. pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil ; atau
i. kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani
anggotanya.
Pasal 51
Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta
103
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara diatur dengan undang-undang dan
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau badan atau lembaga yang
dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 52
(1) Sejak berlakunya undang-undang ini, semua peraturan
perundang-undangan yang mengatur atau berkaitan dengan praktek monopoli dan
ataun persaingan usaha dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan undang-undang ini .
(2) Pelaku usaha yang telah membuat perjanjian dan atau
melakukan kegiatan dan atau tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan
undang-undang ini diberi waktu 6 (enam) bulan sejak undang-undang ini
diberlakukan untuk melakukan penyesuaian.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 53
Undang-undang ini mulai berlaku terhitung 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya. Memerintahkan pengundangan undang-undang ini
dengan penempatannya dalam lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 5 Maret 1999
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 5 Maret 1999
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
AKBAR TANDJUNG
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1999 NOMOR 33
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 1999
TENTANG
104
LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI
DAN PERSAINGAN USAHA
TIDAK SEHAT
UMUM
Pembangunan ekonomi pada Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah
menghasilkan banyak kemajuan, antara lain dengan meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Kemajuan pembangunan yang telah dicapai diatas, didorong oleh kebijakan
pembangunan diberbagai bidang, termasuk kebijakan pembangunan dibidang ekonomi
yang tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Rencana Pembangunan
Lima Tahunan, serta berbagai kebijakan ekonomi lainnya.
Meskipun telah banyak kemajuan yang dicapai selama Pembangunan Jangka
Panjang Pertama, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi
masih banyak pula tantangan atau persoalan, khususnya dalam pembangunan
ekonomi yang belum terpecahkan, seiring dengan adanya kecenderungan globalisasi
perekonomian serta dinamika dan perkembangan usaha swasta sejak awal tahun
1990-an.
Peluang-peluang usaha yang tercipta selama tiga dasawarasa yang lalau dalam
kenyataannya belum membuat seluruh masyarakat mampu dan dapat berpartisipasi
dalam pembangunan diberbagai sektor ekonomi. Perkembangan usaha swasta selama
periode tersebut, di satu sisi diwarnai oleh berbagai bentuk kebijakan Pemerintah yang
kurang tepat sehingga pasar menjadi terdistorsi. Di sisi lain, perkembangan usaha
swasta dalam kenyataannya sebagaian besar merupakan perwujudan dari kondisi
persaingan usaha yang tidak sehat.
Fenomena diatas telah berkembang dan didukung adanya hubungan yang terkait
antara pengambil keputusan dengan para pelaku usaha, baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga lebih memperburuk keadaan Penyelenggaraan ekonomi
nasional kurang mengacu kepada amanat Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945, serta
cenderung menunjukkan corak yang sangat monopolistik.
Para pengusaha yang dekat dengan elit kekuasaan mendapatkan kemudahan-
kemudahan yang berlebihan sehingga berdampak kepada kesenjangan sosial.
Munculnya konglomerasi dan sekelompok kecil pengusaha kuat yang tidak didukung
oleh semangat kewirausahaan sejati merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan
ketahanan ekonomi menjadi sangat rapuh dan tidak mampu bersaing.
Memperhatikan situasi dan kondisi tersebut diatas menuntut kita untuk mencermati
dan menata kembali kegiatan usaha di Indonesia,agar dunia usaha dapat tumbuh serta
berkembang secara sehat dan benar, sehingga tercipta iklim persaingan usaha yang
sehat, serta terhindarnya pemusatan kekuatan ekonomi pada perorangan atau
kelompok tertentu, antara lain dalam bentuk praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat yang merugikan masyarakat, yang bertentangan dengan cita-cita keadilan
sosial.
Oleh karena itu, perlu disusun Undang-Undang tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dimaksudkan untuk menegakkan
105
aturan hukum dan memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha di
dalam upaya untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat.
Undang-Undang ini memberikan jaminan kepastian hukum untuk lebih mendorong
percepatan pembangunan ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umum,
serta sebagai implementasi dari semangat dan jiwa Undang-Undang Dasar 1945.
Agar implementasi undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya dapat
berjalan efektif sesuai asas dan tujuannya, maka perlu dibentuk Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha, yaitu lembaga idependen yang terlepas dari pengaruh pemerintah
dan pihak lain, yang berwenang melakukan pengawasan persaingan usaha dan
menjatuhkan sanksi. Sanksi tersebut berupa tindakan administratif, sedangkan sanksi
pidana adalah wewenang pengadilan.
Secara umum, materi dari Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ini mengandung 6 (enam) bagian pengaturan yang
terdiri dari :
1. perjanjian yang dilarang ;
2. kegiatan yang dilarang ;
3. posisi dominan ;
4. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha ;
5. penegakan hukum ;
6. ketentuan lain-lain ;
106
d. Instruksi Presiden
e. BPK
2. Lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual baik secara langsung
maupun tak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan jasa
adalah………….
a. Struktur pasar
b. Harga pasar
c. Pasar
d. Barang
e. Perilaku pasar
3. Pelaku usaha di indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya
berasaskan…………..
a. Manfaat
b. Mufakat
c. Musyawarah
d. Demokrasi ekonomi
e. Demokrasi indonesia
4. Berikut bukan tujuan dibentuk undang-undanmg monopoli
adalah……………..
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif
c. Mencegah praktek monopoli
d. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha
e. Mewujudkan perjanjian yang mengakibatkan persaingan bebas.
5. Dalam undang-undang monopoli isinya tentang perjanjian dengan luar
negeri terdapat pada pasal………..
a. Pasal 5
b. Pasal 10
c. Pasal 16
d. Pasal 20
e. Pasal 26
6. Undang – undang yang melarang praktek monopoli dan persaingan usaha
yang tidak sehat adalah……….
a. UU RI No.4 Tahun 1999
b. UU RI No.5 Tahun 1999
c. UU RI No.8 Tahun 1999
d. UU RI No.14 Tahun 1999
e. UU RI No.48 Tahun 1999
7. Komisi pengawasan persaingan usaha bertanggungjawab kepada……….
a. MPR
b. BPK
c. Menteri
d. Presiden
107
e. MA
8. Masa jabatan komisi adalah..................
a. 5 tahun
b. 6 tahun
c. 7 tahun
d. 8 tahun
e. 10 tahun
9. Anggota komisi diangkat dan diberhentikan oleh presiden atas
persetujuan.......
a. MA
b. BPK
c. DPR
d. Menteri
e. MPR
10. Berikut Merupakan sebab keanggotaan komisi diberhentikan adalah………..
a. Tidak pernah dipenjara
b. Berpengalaman
c. Setia kepada pancasila
d. Mengundurkan diri
e. Berpengalaman dalam bidang usaha
108
C. Jawablah pertanyaan ini dengan benar!
1. Sebutkan materi dari undang-undang larangan praktek monopoli dan persaingan
tidak sehat secara umum!
2. Sebutkan sebab-sebab keanggotaan komisi berhenti!
3. Alat apa yang digunakan bukti pemeriksaan komisi !
4. Tujuan apa yang hendak dicapai dalam undang-undang larangan praktek monopoli!
5. Apa yang dimaksud dengan konsumen dalam undang-undang praktek monopili!
109
MENGIDENTIFIKASI PERATURAN
MATERI
HUKUM DAGANG
5
Standar Kompetensi : Memahami prinsip – prinsip bisnis
Kompetensi dasar : Mengidentifikasi peraturan hukum dagang
Tujuan pembelajaran : Dapat mengidentifikasi peraturan hukum dagang
MATERI PEMBELAJARAN
PENDALAMAN MATERI 5.I
A. HUKUM DAGANG
1. Pengertian Hukum Dagang
Hukum dagang merupakan bagian dari hukum perdata yang mengatur
hubungan hukum antara orang satu dengan orang lain atau antara seorang
dengan badan hukum dalam hal perniagaan.
Hukum dagang adalah hukum yang memuat peraturan – peraturan yang
mengatur hubungan hukum antara orang – orang atau pihak – pihak yang
bergerak dalam dunia perniagaan.
Hukum dagang diatur dalam Kitab Undang – undang hukum Dagang (KUHD)
dan diatur dalam undang – undang lainnya seperti dalam undang – undang
kepailitan.
2. Sumber Hukum Dagang
a. Yang berasal dari perjanjian, semua perjanjian yang diadakan oleh dua pihak
seperti :
a) Perjanjian asuransi
b) Perjanjian ekspeditur
c) Perjanjian pembayran utang
d) Perjanjian lainnya (wesel, cek, obligasi, perantara dalam perdagangan,
misalnya makelar, komisioner)
b. Yang berasal dari Undang – undang adalah :
a) KUHD dan KUHPerdata
b) Peraturan – peraturan khusus diluar KUHD
(a) Peraturan tentang pengangkutan dengan kereta api (STB Tahun 1927
No. 262)
(b) Peraturan tentang pengangkutan dengan kapal terbang (STB Tahun
1939 No. 100 dan No. 101).
(c) Undang – undang failisemen
(d) Peraturan tentang perusahaan ausransi jiwa (STB tahun 1941 no.
101).
(e) Usance atau kebiasaan – kebiasaan dalam perdagangan
(f) Yurisprudensi yaitu kumpulan keputusan – keputusan hakim terutama
110
yang menyangkut masalah perdagangan.
3. Menjelaskan Riwayat hukum Dagang
Sejarah hukum dagang tidak dapat dipisahkan dengan sejarah hukum
perdata yang asal mulanya dari hukum Romawi. Pada zamannya Yulius Caesar,
hukum romawi tersebar ke Negara – Negara Eropa, termasuk Negara Prancis, kira
– kira tahun 360.
Pada waktu Napoleon Bonaparte berkuasa di Prancis tahun 1800, hukum
Prancis dikembangkan dengan nama Code Napoleon. Code Napoleon dibagi
menjadi 3 buku :
a. Code Civil artinya hukum Sipil atau hukum perdata
b. Code De Commerce artinya hukum dagang.
c. Code penal artinya hukum pidana.
Pada waktu negeri belanda dikuasai Prancis, hukum Perancis diterapkan di
belanda dan namanya diganti menurut bahasa Belanda.
a. Code Civil menjadi BW (Burgerlijk Wetboek)
b. Code de Commerce menjadi W.v.K (Wetboek Van Koophandel)
c. Code Penal menjadi W.v.S (Wetboek Van Strafrecht)
Setelah Indonesia merdeka, BW dan WvK masih tetap berlaku berdasarkan
pasal 2 aturan peralihan UUD 1945. selanjutnya agar sesuai dengan suasana alam
kemerdekaan serta kepribadian bangsa Indonesia yang didasarkan Pancasila dan
UUD 1945, maka hukum BW dan WvK diganti namanya menjadi KUHPerdata
(KUHS) dan KUHD. Isinya juga disesuaikan, bahkan ada beberapa pasal diganti
atau dicabut.
Adapun susunan hukum dagang terdiri atas 2 macam buku, yaitu :
a. Buku 1 (pertama) mengatur perihal perniagaan pada umumnya, misalnya :
perihal pembukuan, persekutuan, bursa, komisioner, ekspeditur, surat – surat
berharga, reklame, asuransi, cek, wesel.
b. Buku 2 (kedua) mengatur tentang hak – hak dan kewajiban yang timbul dari
pelayanan, misalnya : kapal laut dan muatannya, pengusaha kapal, nahkoda,
anak buah kapal, penumpang, dan bahaya – bahay di laut.
111
keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara tidak terputus-putus dengan terang-
terangan dalam kedudukan tertentu dan untuk mencari laba bagi diri-sendiri.
Menurut Profesor Moleng Raff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan
yang dilakukan secara terus-menerus,bertindak luar, untuk mendapatkan
penghasilan, dengan cara perniagaan barang-barang, menyerahkan barang-
barang, atau mengadakan perjanjian – perjanjian perdagangan. Menurut POLA
bahwa yang di sebut perusahaan apabila ada perhitungan rugi laba yang dapat
diperkirakan dan segala sesuatunya dicatat dalam pembukuan
Semua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan adalah
segala usaha yang secara terus-menerus dilakukan untuk mendapatkan laba bagi
diri-sendiri dengan memakai perhitungan yang dicatat dalam pembukuan yang
teratur.
Pengusahaan adalah orang yang melakukan suatu usaha atau orang yang
menyuruh orang lain yang mengerjakannya untuk mendapatkan laba bagi dirinya.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah tindakan seseorang atau beberapa orang untuk melakukan
suatu kegiatan secara terus – menerus untuk mencari keuntungan seoptimal
mungkin, baik dikerjakan sendiri atau dikerjakan oleh orang lain.
Umumnya suatu pekerjaan berbentuk suatu perikatan antara dua pihak yang
salah satunya berkewajiban memenuhi prestasinya sebagaimana yang telah
diperjanjikan, sedangkan pihak lain mempunyai hak untuk menuntut apabila tidak
berprestasi (wanprestasi). Contohnya perjanjian kerja antara pengusaha dengan
karyawan, antara majikan dengan buruh.
Tugas Mandiri 5.1
Buatlah kelompok, 1 kelompok 5 orang. Daftarlah pengusaha yang dekat dengan rumah
anda dan jenis usaha apa yang dilakukan!
Dengan format sebagai berikut:
No Nama pengusaha Jenis usaha keterangan
1
2
3
4
112
2. Keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus,
bertindak luar, untuk mendapatkan penghasilan dengan cara perniagaan barang-
barang merupakan pengertian perusahaan menurut...................
a. Van toelich Ting
b. Van de bosh
c. Muhammad Amir S.H
d. Profesor Moleng Raff
e. Valas Waterson
3. Berikut merupakan sumber hukum dagang yang berasal dari
perjanjian, kecuali.......
a. Perjanjian asuransi
b. Perjanjian ekspeditur
c. Perjanjian pembayaran uang
d. Perjanjian perdagangan
e. Perjanjian perdata
4. Undang-undang yang mengatur hukum dagang
adalah.......................
a. Kitab undang-undang hukum Dagang
b. KUHP
c. Yurisprudensi
d. KUHPerdata
e. Undang-undang
5. Kumpulan keputusan-keputusan hakim terutama yang
menyangkut masalah perdagangan adalah..............................
a. Usance
b. KUHD
c. Yurisprudensi
d. KUHP
e. Hukum dagang
6. Code civil dalam buku code Napoleon artinya.....................
a. Hukum dagang
b. Hukum perdata dagang
c. Hukum Pidana
d. Hukum perjanjian
e. Hukum sipil atau hukum perdata
7. Arti kode penal adalah................
a. Hukum dagang
b. Hukum perdata
c. Hukum pidana
d. Hukum perjanjian
e. Hukum sipil
8. Peraturan tentang perusahaan asuransi jiwa diatur
dalam......................
113
a. STB Tahun 1927 No. 262
b. Undang-undang failisemen
c. STB Tahun 1941 No. 101
d. Usance
e. Yurisprudensi
9. Dibawah ini merupakan perusahaan kerjasama
adalah..........................
a. Holding company
b. Perusahaan sindikat
c. Pedagang eceran
d. Saham-Obligasi
e. Joint Venture
10. Segala usaha yang secara terus menerus dilakukan untuk
mendapatkan laba bagi diri sendiri dengan memakai perhitungan yang di catat dalam
pembukuan yang teratur di sebut.............................
a. Pengusaha
b. Perantara
c. Pekerjaan
d. Pengusahaan
e. Perusahaan
114
Napoleon Bonaparte?
2. Bagaimanakah susunan hukum dagang ?
3. Sebutkan sumber hukum dagang berasal dari perjanjian ?
4. Sebutkan peraturan-peraturan khusus di luar KUHD ?
5. Jelaskan riwayat hukum dagang ?
B. AGEN DAGANG
1.Tugas dan Fungsi Agen Dagang sebagai wakil pengusaha
Di dalam dunia perusahaan, agen dagang sangat dibutuhkan sebagai peran
115
membantu memajukan usaha. Pada umumnya agen atau perantara itu
menghubungkan produsen dengan pedagang, pedagang dengan pedagang lain,
dan pedagang dengan konsumen.
Perantara dagang adalah pihak ketiga yang sehari – hari melakukan perbuatan
hukum, yang menyangkut masalah jual beli atas namanya sendiri maupun atas
nama orang lain untuk kepentingan orang lain. Sebagaimana diatur dalam pasal
1792 KHUPerdata : agen atau perantara adalah persetujuan seseorang untuk
memberi kuasa kepada orang lain yang menerimanya unuk seseorang untuk
memberi kuasa kepada orang lain yang menerimanya untuk menyelenggarakan
suatu urusan dari orang lain yang menyuruhnya. Menurut statusnya perantara itu
dibedakan menjadi 2 macam, sebagai perantara / agen dagang yang
kedudukannya sebagai wakil pengusaha dan perantara dagang yang berdiri
senidri.
a. Perantara / agen sebagai wakil pengusaha, yang tugas dan fungsinya sebagai
bawahan, mempunyai hubungan kerja tetap dengan pengusaha, ikut
bertanggungjawab memajukan perusahaan dengan menawarkan barang –
barang produksi perusahaan dimana ia mempunyai hubungan tetap kepada
pihak konsumen. Biasanya tugas yang dijalankan berdasarkan perjanjian kerja
yang disepakati sebelumnya. Misalnya : karyawan, pemegang prokurasi.
b. Perantara / agen dagang yang berdiri – sendiri, yaitu perantara / agen yang
membuka usahanya bebas sendiri yang tidak terkait pada satu pengusaha
yang menyuruhnya. Ia menjalankan tugas sebagai agen hanya sewaktu –
waktu saja apabila ada objekan, setelah selesai hubungannya akan berakhir
dengan sendirinya. Misalnya : para makelar, ekspeditur,komisioner.
2.Menjelaskan hubungan agen dagang dengan principal
Hubungan hukum antara agen dengan principal ditentukan dalam surat
perjanjian kerja sama, kemungkinan disebutkan tentang pemberian kuasa dari
principal kepada agen untuk melakukan suatu perbuatan hukum, misalnya
menawarkan barang atau membeli barang atas nama principal. Agen sebagai
principal dapat berbuat apa saja sebatas yang diperjanjikan dan biaya – biaya dan
kerugian adalah tanggung jawab principal.
a. Mengungkapkan besarnya upah agen
b. Berakhirnya hubungan agen dagang dengan principal
Berakhirnya hubungan kerjasama antara agen dengan prinsipal tergantung dari
bagaimana kesepakatannya, karena kontrak kerja sama itu bermacam – macam :
a. Waktu ditentukan, yang disebutkan selama 2 tahun, jika sudah 2
tahun, maka hubungan kerjanya menjadai hapus.
b. Waktunya tidak ditentukan, artinya bersifat bebas, agentidak terikat
akan waktu, sewaktu – waktu ia dapat berhenti karena tidak ada hubungan
yang tetap.
c. Salah satu pihak meninggal
d. Salah satu pihak sepakat mengakhiri perjanjian
e. Hubungannya dibatalkan salah satu pihak karena tidak memenuhi isi
116
perjanjian
f. Berakhirnya karena dibatalkan penguasa yang berwenang.
C. PEDAGANG KELILING
1. Tugas dan Fungsi Pedagang Keliling
Adalah orang yang pekerjannya menawarkan barang dari satu tempat ke
tempat lain atas perintah dari pihak barang, dan antara pedagang dengan pemilik
barang sudah ada perjanjian untuk mennetukan untung rugi serta resiko lain bila
terjadi. Tugas dan fungsi pedagang adalah menjual barang atau jasa – jasa
kepada konsumen dengan menerima upah yang telah disepakati sebelumnya.
2. Hubungan pedagang keliling dengan Majikan
Hubungan antara pedagang keliling dengan majikan (pemilik barang adalah
tetap seperti disepakati dalam surat perjanjian khusus. Semua tindakan pedagang
keliling harus dipertanggungjawabkan secara hukum kepada pemilik barang atau
pihak yang memberi kuasa.
3. Besarnya Upah pedagang Keliling
Mengenai upah telah disebutkan dalam perjanjian sebelumya yang besarnya
omzet penjualan. Adakalanya diberikan secara tetap, tidak berdasarkan
persentase hasil.
D. MAKELAR
1.Menjelaskan tugas dan Fungsi Makelar
Dalam pasal 26 KUHD disebutkan bahwa makelar adalah seorang pedagang
perantara yang berwenang menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan
pekerjaan – pekerjaan penjualan pembelian bagi majikan kapal, andil, efek – efek,
dan lainnya dan ia meneriima upah tertentu dari orang yang ada hubungannnya
jual beli yang tidak tetap.
Seorang makelar harus bertanggung jawab atas kerugian akibat
kesalahannya. Tugas makelar adalah :
a. Mengadakan pembukuan atau catatan harian tentang perbuatan atau usaha –
usahanya.
b. Menyampaikan salinan surat – surat kepada hakim / pengadilan apabila
diminta
c. Menyimpan contoh – contoh barang – barang dalam hal jual beli dengan
contoh, sampai pada penyerahan barang yang dijualnya atau dibelinya.
d. Menyampaikan catatan dan surat – surat bukti kepada pihak – pihak yang
bersangkutan.
e. Menjalankan tugas dan kewajiban dengan baik, jujur, dan penuh rasa
tanggung jawab.
f. Bertindak sebagai pemisah yang adil, apabila terjadi perselisihan antara
penjual dengan pembeli.
2.Penetapan Jabatan Makelar
Seorang makelar adalah pedagang perantara yang membuka usahanya di bidang
117
perantara atas izin pengusaha setempat atas nama Presiden. Seorang makelar
sebelum membuka usahanya terlebih dulu disumpah di muka hakim. Isi sumpah
menyatakan kesanggupan untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik – baiknya,
jujur, bertanggung jawab.
3.Macam – macam Makelar Pekerjaan Makelar
Macamnya pekerjaan makelar diatur dalam pasal 65 KUHD :
a. Pengangkatan para makelar ada yang umum, yaitu untuk segala jenis mata
perusahaan (tidak terbatas satu bidang saja)
b. Ada juga yang dalam aktenya ditentukan untuk jenisnya usahanya. Karena
didalam undang – undang hukum dagang tidak membedakan jenis usahanya,
maka seorang makelar dapat bebas untuk menjalankan usahanya baik untuk
benda bergerak ataupun benda tetap.
4.Kewajiban makelar
Didalam pasal 26 KUHD disebutkan bahwa kewajiban makelar adalah :
a. Tiap – tiap kali setelah menutup suatu perbuatan segera mencatat dalam buku
sakunya. Tanpa sela – sela kosong serta menyebutkan nama pihak yang
bersangkutan, tentang waktu penyerahan, macam, jumlah, dan syarat – syarat
yang bersangkutan, tentang waktu penyerahan, macam, jumlah, dan syarat –
syarat perbuatan yang ditutupnya.
b. Pasal 67 KUHD menyebutkan, tiap – tiap makelar diwajibkan, kepada pihak –
pihak yang berkepentingan, sewaktu – waktu dan apabila yang belakang ini
menghendakinya, memberi kutipan dari bukunya, yang memuat segala
perbuatan yang menyangkut pihak tersebut.
c. Hakim berhak memerintahkan tiap – tiap makelar untuk menyelenggarakan
pembukuan buku – bukunya dimuka pengadilan, agar kutipan yang telah
diberikan dapat dicocokkan dengan yang asli.
d. Pasal 69 KUHD, setiap contoh barang harus disimpan sampai selesai
penyerahan.
e. Pasal 180 KUHPerdata menyebutkan kewajiban makelar sebagai penerima
kuasa, menjalankan tugasnya sebaik – baiknya.
5.Risiko Jabatan Makelar
Makelar adalah jabatan resmi yang diakui, baik oleh pemerintah atau masyarakat
sendiri. Dalam profesinya para makelar mempunyai hak istimewa yaitu hak
mendapat provisi dan hak mendapat menahan barang milik orang lain. Makelar
bahkan berhak menjual untuk mengambil haknya, baik hak provisi dan hak lain
seperti biaya – biaya yang dikeluarkan karena makelar bukan pegawai negeri yang
mendapat gaji.
6.Perlarangan yang tidak boleh dijalankan makelar
a.Pasal 65 poin 2 menyebutkan bahwa “ dalam jenis atau jenis – jenis mata
perusahaan dalam mana mereka diangkat menjadi makelar itu, atas tanggungan
sendiripun tak bolehlah mereka, baik dengan diri sendiri maupun dengan
perantaraan atau penanggung jawab (penerima jaminan utang) atas perbuatan
yang dilakukan dengan perantara mereka”.
118
E. KOMISIONER
1. Tugas dan Fungsi Komisioner
Dalam pasal 76 KUHD disebutkan bahwa komisioner adalah orang yang
menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan perbuatan menutup
persetujuan atas nama atau firmanya sendiri tetapi atas amanat dan tanggungan
orang lain dan dengan menerima upahan atau provisi tertentu.
2. Ciri – ciri khas Komisioner
Seorang komisioner dalam proses pengangkatan sebagai komisioner berbeda
sekali dengan makelar yang harus diangkat dan disumpah oleh pengadilan.
Komisioner tidak perlu disumpah dan tidak perlu ada surat pengangkatan dari
pejabat. Ia sebagai wakil tidak langsung dari pihak yang bersangkutan, dapat
bertindak atas namanya sendiri, tetapi ia menanggung risiko keuangan.
3. Perjanjian komisi
Hak komisioner adalah hak yang didasrkan atas perjanjian dekomitmen. Secara
tepat besarnya komisi tidaklah sama, terutama bagi perantara pada perusahaan
asuransi. Namun pada umumnya ditentukan dengan persen (%) :
a. x% dari bruto provencue, yaitu harga barang / premi
setelah ditambah dengan ongkos – ongkos yang dikeluarkan jika disuruh
prinsipal/majikan.
b. x% dari netto provenue, yaitu harga barang belum
ditambah ongkos – ongkos yang dikeluarkan. Dalam hal ini komisioner menjual
untuk komitmen.
c. ketentuan berdasarkan atas kelayakan atau kepatutan
saja
d. perhitungan yang umumnya di perusahaan tertentu.
4. Pengertian del-creder
Del – creder adalah suatu perjanjian khusus antara komisioner dengan komiten
tentang komisi istimewa di luar komisi yang biasa diterima komisioner. Perjanjian
komisi yang istimewa ini biasanya sebagai hadiah atas prestasinya, yang menurut
perusahaan tertentu sangat tepat diberikan, misalnya ia dapat melampaui target
bahkan mendapat ranking. Jadi si pemberi kuasa merasa mendapat untung besar
sehingga atas usahanya tersebut ia berikan tambahan (bonus).
5. Hak – hak khusus Bagi Komisioner
Dalam undang – undang disebutkan tentang besarnya tanggung jawab seorang
komisioner, untuk itu undang – undang memberikan hak – hak istimewa (bonus),
seperti hak retensi dan hak privilige.
Hak retensi adalah hak komisioner untuk menahan barang – barang komiten
sampai haknya dibayar oleh komiten, seperti belum dibayarnya komisi atau biaya –
biaya pada waktu komisioner melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
komiten.
Hak privilege yaitu hak istimewa yang dimiliki seorang komisioner untuk memotong
bagian haknya (komisi dan biaya lain – lain) yang harus dibayarnya, termasuk
119
uang persekot (voorschat), bunga dan ongkos – ongkos perikatan yang sedang
berjalan. Kalau sampai waktu ditentukan belum dibayar, komisioner berhak
menjual barang milik komiten, atau ditahan atau dijadikan jaminan untuk
terbayarnya hak – hak komisioner.
6. Persamaan dan Perbedaan makelar dan komisioner
Persamaannya :
a. Sebagai pedagang perantara
b. Bertindak pesanan orang lain
c. Mendapat hak provisi / komisi
Perbedaannya adalah :
No Makelar Komisioner
1 Merupakan jabatan tertutup Merupakan jabatan terbuka
2 Diangkat resmi oleh pejabat Tidak perlu diangkat
3 Disumpah dimuka hakim Tidak perlu disumpah
4 Merupakan wakil langsung Merupakan wakil tidak langsung
5 Bertindak atas nama prinsipal Bertindak atas nama sendiri
6 Tdk menanggung resiko Menanggung resiko keuangan
7 Upahnya disebut provisi/kurtasi Upahnya disebut komisi
F. EKSPEDITUR
1. Tugas dan fungsi ekspeditur
Pasal 86 KUHD menyebutkan bahwa ekspeditur adalah orang yang pekerjannya
menjadi menyuruhkan kepada orang lain untuk menyelenggarakan pengangkatan
barang – barang dagangan dan lainnya melalui daratan atau perairan
Ekspeditur mempunyai tanggung jawab atas pengiriman barang sampai ke tujuan
(alamat)
2. Tanggung jawab ekspeditur
a. Bertanggung jawab atas kelancaran dan
keselamatan barang sampai ketangan penerima.
b. Bertanggung jawab membayar ganti rugi apabila
terjadi kehilangan atau kerusakan akibat kesalahan pihaknya.
c. Membuat surat angkut yang diperlukan oleh
pengangkut, harus mengadakan buku harian untuk mencatat segala sesuatu
yang berkaitan dengan pengangkutan.
3. Pengertian dan manfaat surat pengangkutan
Surat muatan adalah segala catatan yang meliputi :
a. Perjanjian kerjasama antara penyelenggara pengangkutan ekspeditur dengan
pihak pengangkut (pemilik angkutan) tentang tanggungjawab dalam
pengangkutan terhadap barang – barang muatan serta besarnya upah /
ongkos angkut.
b. Catatan tentang barang – barang muatan yang diangkut tentang jenis barang,
jumlah barang, risiko barang, serta tujuan barang. Tujuan untuk mengetahui
120
rasa tanggung jawab masing – masing pihak untuk membayar kerugian
selama dalam perjalanan dalam pengangkutan, disebut konsumen.
G. BURSA
1. Menjelaskan pengertian bursa
Bursa adalah pasarnya para pengusaha untuk mengadakan perikatan jual beli
surat – surat berharga dan jasa – jasa. Bursa merupakan standar bagi perusahaan
pada waktu itu. Bursa biasanya menempati ruang terbuka dalam mengadakan
transaksi jual beli. Bursa di tanah air baru diadakan di beberapa kota besar saja ,
seperti Jakarta dan medan.
2. Membedakan Bursa Valuta Asing, Bursa Efek, dan Bursa Komodita
a. Bursa valuta asing
Bursa khusus untuk transaksi jual beli mata uang asing. Tinggi rendahnya
harga kurs valuta asing sangat tergantung padafaktor permintaan dan
penawaran. Mata uang asing yang diperdagangkan beragam seperti mata
uang dollar, poundsterling dan Yen.
b. Bursa efek
Selain mata uang asing, bursa efek juga memperdagangkan :
1. Saham
Saham adalah surat tanda bukti serta menanamkan modal dalam suatu
badan hukum atau membeli saham yang dijual oleh perusahaan yang
gopublic.
2. Obligasi
Obligasi adalah surat bukti pinjaman yang diterbitkan oleh bank Indonesia
atau badan hukum tertentu yang dipegang oleh pemilik modal. Pemilik
modal (uang) dapat membeli surat obligasi dari bank Indonesia atau badan
hukum yang sudah diakui oleh pemerintah, seperti PT Jasa Marga.
3. Sertifikat
Sertifikat termasuk surat – surat berharga yang dapat diperdagangkan
seperti surat – surat berharga lainnya. Sertifikat merupakan surat yang
berbentuk akte tentang adanya peristiwa hukum tertentu.
4. Bursa komoditas
Berdasarkan peraturan pemerintah no.35 tahun 1982 dan kepres no. 80
Tahun 1982 tentang dibukanya bursa komoditas non money yaitu berupa
komoditas hasil bumi, hasil hutan, tambang yang laku di pasaran dunia,
tujuannya agar masyarakat terangsang menanamkan modalnya pada
komoditas – komoditas tersebut.
121
UJI KOMPETENSI 5.2
A. PILIHLAH JAWABAN A, B, C,D ATAU E YANG BENAR!
1. Hukum yang memuat peraturan – peraturan yang mengatur hubungan hukum
antar orang – oranng atau pihak – pihak yang bergerak dalam dunia perniagaan
disebut…………..
a. Sumber hukum dagang
b. Hukum perdata
c. Hukum pidana
d. Perjanjian
e. Hukum dagang
2. Dibawah ini yang bukan peraturan – peraturan khusus di luar KUHD
adalah…………..
a. Peraturan tentang pengangkutan dengan kereta api
b. Peraturan tentang pengangkutan dengan kapal api
c. Undang – undang failisemen.
d. KUHD dan KUHP perdata
e. Yurisprudensi
3. Sejarah hukum dagang tidak dapat dipisahkan dengan sejarah hukum perdata
yang berasal dari hukum………..
a. Belanda
b. Romawi
c. Eropa
d. Asia
e. Inggris
4. Siapa yang berkuasa di prancis tahun 1808 hukum perancis dikembangkan
dengan nama code napoleon :
a. Yulius Caesar
b. Prof. maleng craf
c. Napoleon Bonaparte
d. Code civil
e. Wetboek van koophandel.
5. Arti code civil adalah………..
a. Hukum sipil
b. Hukum dagang
c. Hukum pidana
d. Hukum asuransi
e. Hukum perjanjian
6. KUHD yang menyebutkan tentang kewajiban makelar tedapat pada
pasal……….
a. Pasal 50
b. Pasal 55
c. Pasal 60
122
d. Pasal 66
e. Pasal 70
7. Hak – hak khusus komisioner adalah………….
a. Hak retensi dan hak ongkos
b. Hak privilege dan hak angkut
c. Hak retensi dan hak privilege
d. Hak privilege dan hak paten
e. Hak privilege dan hak cipta
8. Dibawah ini yang merupakan persamaan makelar dan komisioner adalah……….
a. Jabatan tertutup
b. Jabatan terbuka
c. Disumpah dimuka hakim
d. Pedagang perantara
e. Tidak menanggung resiko keuangan
9. Orang yang pekerjaannya menjadi tukang menyuruhkan orang lain untuk
menyelenggarakan pengangkatan barang – barang dagangan melalui darat dan
atau perairan disebut………….
a. Ekspeditur
b. Makelar
c. Komisoner
d. Perantara
e. Makelar
10. Hak komisoner untuk menahan barang – barang komiten sampai haknya di
bayar oleh komiten disebut………
a. Hak privilege
b. Hak istimewa
c. Del – creder
d. Hak retensi
e. Hak patent
123
10. Ekspeditur tugas dan fungsinya diatur dalam KUHD pasal………….....................
MATERI PEMBELAJARAN
PENDALAMAN MATERI 6.1
A. Pengertian Etika
Etika berasal dari kata ethos, salah satu cabang ilmu filsafat oksiologi membahas
bidang etika yaitu tentang nilai keutamaan dan bidang estetika, nilai-nilai keindahan,
pemilihan nilai-nilai kebaikan.
Etika berasal dari bahasa Inggris yaitu ethics yaitu Etik = etika adalah ilmu
tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam
masyarakat. Jadi etika merupakan alat yang diberikan kepada seseorang yang mampu
berfikir/menentukan sendiri.
Ada pengertian antara etika dan moral, moralitas adalah segala macam
pandangan atau norma-norma atau pendapat, kebiasaan, ajaran baik dan buruk
sebagai manusia, sedangkan etika adalah ilmu atau filsafat moralitas atau pemikiran
tentang moralitas.
124
satu sama lain, yang pada khirnya akan terjalin kerjasama yang erat saling
menguntungkan. Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang
benar-benar menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen.
Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang
sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama
akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya
moral dalam berbinis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule)
yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang
dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Etika Dalam Dunia Bisnis
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan
kebaikan etika bertindak sebagi rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan
secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan
mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis
yang seimbang, selaras, dan serasi.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat
membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good
conduct) yang harus selalu dipatuhi dn dilaksanakan.
Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha, tetapi
mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentunya dalam hal ini, untuk
mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua
pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan
hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada
apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan
menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan
bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain ialah :
1. Pengendalian diri
Artinya pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri
mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan
dalambentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan
keuntungan dengan jalan lain curang dan menekan pihak lain dan menggunakan
keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain menggunakan
keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis
tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya.
Inilah etika bisnis yang ” ETIS”.
2. Pengembangan diri
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk ”Uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan
lebih komplek lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku
bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excees
125
demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak
memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda.
Jadi, dalam keadaan excees demand pelaku bisnis harus mampu
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya.
3. Mempertahankan jati diri dan tidak usah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan tehnologi
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi
informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian
bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat
adanya transformasi informasi dan teknologi.
4. Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas ,
tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus
terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah
kebawah sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu
memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam
menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia
bisnis tersebut.
5. Menerapkan konsep ”Pembangunan berkelanjutan ”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang,
tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang.
Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng- ”eksploitasi” lingkungan
dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan
lingkungan dan keadaan dimasa mendatang walaupun saat sekarang merupakan
kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
6. Menghindari sifat 5 K ( Kata belece, Kongkalikong, Koneksi, kolusi dan komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala
bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang
mencemarkan nama bangsa dan negara.
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan
”katabelece” dari ”koneksi” serta melakukan ”kongkalikong” dengan data yang
salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan ”kolusi” serta memberikan
”komisi” kepada pihak yang terkait.
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha kebawah.
Untuk menciptakan kondisi bisnis ”kondusif” harus ada saling percaya (trust)
antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar
pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang
sudah besar dan mapan.
126
9. Konsekwen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana
apabila setiap orang tidak mau konsekwen dan konsisten dengan etika tersebut.
Mengapa ? sendainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada
”oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk
melakukan ”kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika
bisnis itu akan ”gugur” satu demi satu.
10. Menumbuh kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu
ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis. Perlu adanya sebagian etika bisnis
yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-
undangan. Hal itu untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut,
seperti ”proteksi” terhadap pengusaha lemah.
D. Dunia Bisnis
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang
tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-
hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika
bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya.
Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum
sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pamakai dan lain-lain. Sebagai bagian dari
masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata
hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-
etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis
maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak
langsung.
Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa
prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif.
Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang
terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah.
Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika
bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal
dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha
dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu komplek. Akibatnya, ketika dunia usaha
melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena piranti hukum dan
aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.
127
A. Pilihlah jawaban a,b,c,d atau e yang benar !
1. Etika berasal dari kata........................
a. Etik
b. Tika
c. Ethos
d. Ethics
e. Estetika
2. Ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana patutnya
manusia hidup dalam masyarakat....................
a. Moral
b. Susila
c. Etika
d. Moral bisnis
e. Etika bisnis
3. Dibawah ini bukan manfaat etika adalah....................
a. Etika sangat diperlukan pada saat terjadi perubahan atau pergeseran nilai.
b. Ketika masyarakat mengalami masa transisi dari suatu keadaan tertentu.
c. Manusia mengalami keterbatasan untuk memahami ajaran agama.
d. Karena banyak dipengaruhi tradisi dan kebiasaan
e. Alat yang diberikan kepada seseorang yang mampu berpikir.
4. Etika Deontalogi berasal dari Yunani yaitu Deon yang
artinya.....................
a. Hak
b. Harkat
c. Martabat
d. Kewajiban
e. Perilaku
5. Suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum
disebut............
a. Etika bisnis
b. Dunia bisnis
c. Usaha bisnis
d. Moral bisnis
e. Perilaku bisnis
6. Dibawah ini merupakan akibat pelanggaran etika bisnis
adalah.....................
a. Kuatnya perdagangan internasional
b. Maju perusahaan yang dipimpin
c. Melemahkan daya saing hasil industri dipasar internasional
d. Mampu bersaing dalam perdagangan internasional
e. Mengembangkan produk
7. Dalam perusahaan atau pengusaha yang tidak memperhatikan
etika bisnis akan....
128
a. Mandapat penghargaan
b. Mengahncurkan nama perusahaan/pengusaha sendiri
c. Mengembangkan perusahaan/pengusaha yang lemah
d. Menghidupkan perusahaan yang sedang berkembang
e. Memajukan perusahaan yang baru berjalan.
8. Dibawah ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan
etika bisnis kecuali...........
a. Pengendalian diri
b. Pengembangan tanggung jawab sosial
c. Menciptakan persaingan yang sehat
d. Mengembangkan peusahaan yang lemah
e. Mampu mengatakan yang benar itu benar
9.Sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan disebut..................
a. Etika
b. Bisnis
c. Moral
d. Etis
e. Prinsip
10. Dibawah ini bukan pihak terkait dengan etika dalam dunia bisnis
adalah ...............
a. Pengusaha
b. Pemerintah
c. Masyarakat
d. Bangsa lain
e. Perusahaan
129
3. Apakah etika dalam bisnis masih diperlukan ?
4. Bagaimanakah pengertian etika dalam bahasa Inggris ?
5. Jelaskan tujuan etika ?
B. KODE ETIK
1. Umum
1.1. Ruang Lingkup
Kode etik sedunia (selanjutnya disebut ”Kode Etik”) diterbitkan oleh federasi
Sedunia Asosiasi-Asosiasi Penjualan Langsung (WFDSA) bagipara anggota
asosiasi nasional penjualan langsung yang tergabung dalam WFDSA. Kode Etik
ini menyangkut hubungan antara perusahaan-perusahaan Penjualan Langsung
dan para Penjual Langsung di satu pihak dan para konsumen di lain pihak, antara
perusahaan Penjualan Langsung dengan anggota dan calon anggota
idependen/mandiri, dan juga di antara perusahaan-perusahaan Pengjualan
Langsung sendiri. Kode Etik ini bertujuan memberikan kepuasan dan perlindungan
kepada semua pihak yang berkepentingan, memajukan kompetensi yang sehat
dalam rangka sistem dunia usaha bebas, dan peningkatan citra umum dari
kegiatan Penjualan Langsung.
130
Langsung di Indonesia, dan satu-satunya di Indonesia yang diakui oleh WFDSA.
Perusahaan : Perusahaan Penjualan Langsung adalah suatu kesatuan usaha
yang menggunakan sistemPenjualan Langsung untuk memasarkan produk-produk
yang berhubungan dengan merk dagang atau merk jasa mereka atau simbol
identifikasi lain dan yang menjadi anggota APLI.
Penjual Langsung : Penjual Langsung adalah seorang yang menjadi anggota
sistem distribusi suatu perusahaan Penjualan Langsung. Seorang Penjual
Langsung mungkin saja seorang agen komersial yang idependen, seorang
kontraktor independen, seorang dealer atau distributor independen, seorang wakil
yang dipekerjakan oleh perusahaan atau yang mandiri, pemegang hak waralaba
atau yang semacamnya.
Produk : Produk mencakup barang-barang dan jasa-jasa, baik yang berwujud
maupun yang tak berwujud.
Konsumen : Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, mauoun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Penjualan : Penjualan meliputi kegiatan menghubungi calon-calon pelanggan
(customer), menawarkan dan memperagakan produk, menerima order dan
mengirimkan atau menghantarkan barang serta menagih pembayaran.
Penjualan Arisan : Penjualan melalui penjelasan dan peragaan produk kepada
sekelompok calon pelanggan oleh seorang Penjual Langsung biasanya di rumah
seseorang yang sengaja mengundang orang-orang ini.
Formulir pesanan: Termasuk order-order tercetak atau tertulis (dengan tangan)
tanda terima dan surat-surat perjanjian.
Perekrutan : Suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mengajak seseorang
untuk menjadi seorang Penjual Langsung.
Administrator Kode Etik : Seseorangatau sesuatu badan independen yang ditunjuk
oleh APLI guna memantau ketaatan perusahaan-perusahaan angota Kode Etik
APLI dan merupakan sarana guna menyelesaikan pengaduan atas pelanggaran
Kode Etik.
1.3. Asosiasi
APLI berjanji untuk menganut suatu Kode Etik yang mencakup subtansi dari
ketentuan-ketentuan di dalam Kode Etik WFDSA, UUPK dan instansi Pemerintah
yang terkait, sebagai suatu syarat untuk diterima dan dipertahankan sebagai
anggota WFDSA.
1.4. Perusahaan
Setiap perusahaan anggota APLI berjanji akan menaati Kode Etik sebagai syarat
diterima menjadi dan dipertahankan sebagai anggota APLI. Setiap perusahaan
penjualan berjenjang harus berbentuk Badan Hukum (Perseroan Terbatas) dan
wajib memiliki Izin Usaha sebagaimana diatur oleh Pemerintah dan tidak
menjalankan usaha melebihi izin yang berlaku.
131
1.5. Penjual Langsung
Penjual langsung tidak terikat secara langsung oleh Kode Etik ini, tapai
perusahaan harus mewajibkan para Penjual Langsung untuk berpegang teguh
pada ketentuannya ataupun pada aturan-aturan perilaku yang memenuhi standar
syarat keanggotaan pada perusahaan tersebut.
1.8. Standar
Kode Etik ini memuat standar perilaku etis bagi perusahaan Penjualan langsung
dan para Penjual Langsung. APLI dapat mengubah standar ini asalkan subtansi
Kode Etik tetap terpelihara atau tetap seperti yang dipersyaratkan oleh hukum
nasional. Dianjurkan Kode Etik ini digunakan sebagai patokan dari standar etika
industri Penjualan Langsung.
2.2. Identifikasi
Sejak awal presentasi penjualan, Penjual Langsung wajib, tanpa diminta,
memperkenalkan diri secara jujur kepada calon pelanggan, dan juga harus
memperkenalkan perusahaan mereka, produk-produk mereka dan maksud dari
penawaran mereka. Dalam penjualan arisan, Penjual Langsung wajib
menerangkan dengan jelas maksud pertemuan tersebut kepada tuan rumah dan
hadirin.
132
terutama sehubungan dengan harga, kondisi barang, syarat-syarat pembayaran,
masa penyejukan dan/atau hak mengembalikan barang, syarat-syarat jaminan
serta pelayanan purna jual, dan waktu penyerahan.
2.9. Literatur
Literatur promosi, iklan, surat penawaran via pos atau label produk tidak boleh
memuat keterangan, pernyataan atau gambar yang mengecoh, menyesatkan,
atau tidak benar dan harus menyebutkan nama dan alamat atau nomor telepon
133
Perusahaan atau Penjual Langsung. Semua material tertulis tidak boleh memuat
klausal buku yang bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen.
2.10.Kesaksian
Perusahaan dan Penjual Langsung tidak boleh mengacu pada kesaksian atau
pernyataan apapun yang tidak resmi, tidak benar, yang kedaluwarsa atau tidak
dapat diterapkan lagi, yang tidak berkaitan dengan penawaran mereka atau yang
dipergunakan dengan cara yang dapat menyesatkan konsumen.
2.13.Kewajaran (Keadilan)
Penjual Langsung tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan seorang
konsumen, harus menyadari kurangnya pengalaman dagang para konsumen dan
tidak akan memanfaatkan usia, penyakit, kurangnya pengertian atau kurangnya
pengetahuan bahasa seorang konsumen.
2.14.Penyerahan Barang
Perusahaan dan Penjual langsung wajib memenuhi pesanan pelanggan secara
tepat waktu sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya.
2.15.Daftar Harga
Perusahaan dan Penjual Langsung harus menyediakan daftar harga tertulis yang
berlaku dalam rupiah atas barang dan/atau jasa yang ditawarkan.
134
aturan-aturan perilaku yang memenuhi standar Kode Etik.
3.2. Perekrutan
Perusahaan dan para Penjual Langsung tidak diperbolehkan melakukan praktek-
praktek perekrutan yang menyesatkan, mengecoh atau tidak adil.
3.5. Hubungan
Perusahaan harus memberikan kepada para Penjual Langsung persetujuan
tertulis untuk ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu perusahaan dan
Penjual Langsung atau suatu pernyataan tertulis, yang berisikan semua rincian
yang penting dari sifat hubungan antara penjual Langsung dengan perusahaan
seprti klausal mengenai : Nama, Alamat dan tempat kedudukan para pihak,
Barang dan/atau jasa serta spesifikasinya yang akan dipasarkan, Program
pemasaran barang dan/atau jasa, Hak dan kewajiban para pihak, Program
pembinaan, bantuan pelatihan dan fasilitas yang diberikan perusahaan, Jangka
waktu perjanjian, Pemutusan dan perpanjangan perjanjian, Tata cara penghentian
kegiatan penjualan, Ketentuan tentang komisi, bonus, dan penghargaan lainnya
dan penyelesaian perselisihan. Perusahaan harus memberitahukan kepada para
Penjual Langsung berbagai kewajiban hukum mereka, termasuk lisensi yang
harus ada, registrasi dan pajak-pajak.
135
3.6. Iuran
Perusahaan dan para Panjual Langsung tidak boleh meminta pihak Penjual
Langsung lain untuk memikul secara tak masuk akal iuran-iuran keanggotaan
yang tinggi, biaya pelatihan, iuran waralaba, iuran untukbahan promosi ataupun
iuran lain yang hanya berkaitan dengan hak untuk ikut serta dalam bisnis
Penjualan Langsung.
136
3.11.Praktek-praktek Terlarang
Perusahaan tidak boleh membujuk Penjual Langsung mereka secara tidak etis
untuk mengumpulkan uang dalam jumlah besar dari konsumen dengan
menjanjikan kompensasi yang tidak wajar.
4.2. Bujukan
Perusahaan dan para Penjual Langsung dilarang mengajak atau membujuk
secara sistematis Penjual Langsung lain agar beralih ke perusahaan mereka.
5.4. Tindakan
Tindakan yang akan di ambil oleh Perusahaan atau Administrator Kode Etik
terhadap suatu perusahaan mengenai satu pengaduan dari Penjual Langsung
mengenai Pelanggaran Kode Etika dapat meliputi pembatalan pesanan,
pengembalian barang yang dibeli, pengembalian uang pembayaran atau tindakan
lain yang sesuai, termasuk peringatan terhadap Penjual Langsung dengan,
pembatalan atau penghentian kontrak atau jenis hubungan lain antara Penjual
Langsung dengan Perusahaan, peringatan kepada perusahaan, pengucilan
137
perusahaan dari keanggotaan APLI. Setiap tindakan yang diambil dapat
dipublikasikan oleh Administrator.
5.6. Publikasi
APLI harus menerbitkan naskah Kode Etik ini dan menyebar luaskannya seluas
mungkin. Cetakan salinan naskah itu harus di sediakan secara Cuma-cumauntuk
masyarakat.
138
d. Melakukan tindakan yang tidak menyesatkan
e. Menjawab pertanyaan dengan ihklas
4. Di bawah ini bukan informasi bisnis yang diberikan oleh perusahaan kepada
para penjual alangsung adalah........................
a. Identitas perusahaan
b. Mutu barang
c. Program pemasaran
d. Pernyataan penghasilan
e. Perjanjian penjualan langsung
5.Setiap perusahaan anggota APLI akan berjanji mentaati kode etik sebagai syarat
anggota APLI perusahaan harus berbentuk............................
a. Perseorangan
b. Komanditer
c. Dagang
d. Jasa
e. Perseroan Terbatas
6.Di bawah ini yang termasuk perilaku terhadap konsumen dalam APLI adalah.........
a. Praktek-praktek terlarang,Identifikasi,Formulir pesanan
b. Perekrutan, pernyataan penghasilan, hubungan
c. Ketaatan penjual langsung, informasi bisnis
d. Hubungan, pemutusan hubungan
e. Azas, Bujukan, pencemaran nama baik
7.Sedangkan yang merupakan perilaku antar perusahaan dalam APLI adalah............
a. Praktek-praktek terlarang, Identifikasi, Formulir pesanan
b. Perekrutan, pernyataan penghasilan, hubungan
c. Ketaatan penjual langsung, informasi bisnis
d. Azas, Bujukan, pencemaran nama baik
8.Pengadaan perusahaan mengenai satu anggota asosiasi penjualan langsung
diselesaikan oleh.....................
a. Derektur jenderal
b. Manajer
c. Administrator kode etik
d. Kode etik APLI
e. Komunikator
9.Penegakan kode etik merupakan tanggungjawab...............................
a. Konsumen
b. APLI
c. Pengusaha
d. Pekerja
e. Perusahaan
10. Lembaga independen dalam APLI adalah.........................
a. Perusahaan
139
b. Penjual langsung
c. Administrator Kode Etik
d. Pelanggan
e. Komunikan
B. Isilah itik-itik di bawah ini dengan singkat dan benar !
1. Perusahaan-perusahaan anggota APLI dituntut untuk berperilaku
secara etis dan wajar satu terhadap yang lainnya
merupakan...........................................
2. APLI menunjuk seorang petugas lembaga Independen
sebagai..........................
3. Setiap perusahaan anggota APLI berjanji akan
menaati.................................sebagai syarat diterima menjadi anggota.
4. Kode etik menyangkut hubungan amtara perusahaan penjualan
langsung dengan.....
5. Pengadaan perusahaan mengenai perusahanan lain anggota APLI
diselesaikan oleh.................................
6. APLI harus menerbitkan naskah kode etik disediakan dengan Cuma-
Cuma kepada..................................
7. Produk-produk yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan konsumen
akan dikembalikan dalam waktu.....................
8. Literatur promosi,Iklan, Surat penawaran via pos, tidak boleh
memuat pernyataan yang tidak benar dan menyesatkan dan tidak boleh
bertentangan dengan..................
9. Penjual langsung tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan
seorang.................
10. Kode etik sedunia diterbitkan
oleh.............................................................................
C. Jawablah pertanyaan ini dengan benar !
1. Sebutkan praktek-praktek yang terlarang dalam perilaku terhadap konsumen ?
2. Dalam kode etik APLI perilaku antar perusahaan mencakup apa saja ?
3. Jelaskan perekrutan tentang perilaku terhadap penjual langsung ?
4. Sebutkan tujuan kode etik menurut APLI ?
5. Jelaskan perilaku terhadap konsumen dalam kewajaran ( keadilan ) pada APLI ?
140
2. Dibawah ini yang bukan peraturan yang mengatur bisnis adalah............
a. Peraturan dibidang ekpor-impor
b. Surat izin tempat usaha
c. Standar mutu produksi
d. Undang-undang perpajakan
e. Peraturan tentang kepabean
3. Teori keuntungan komparatif dalam bisnis internasional diciptakan oleh............
a. Adam Smith
b. David Richardo
c. Savas
d. Waterson
e. Savas Waterson
4. Undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen adalah..........
a. UUD ’45
b. UU No 5 Th 1999
c. UU No 8 Th 1999
d. UU No 28 Th 2003
e. UU No 48 Th 2005
5. Dibawah ini merupakan hukum perdata adalah..........
a. Hukum tata negara
b. Hukum fiskal
c. Hukum pidana
d. Hukum administrasi negara
e. Hukum jual beli
6. Pasal UUD”45 yang berhubungan untuk ditetapkan UU perlindungan konsumen
adalah................
a. Pasal 5 ayat (1)
b. Pasal 5 ayat (2)
c. Pasal 10 ayat (1)
d. Pasal 21 ayat (2)
e. Pasal 30 ayat (1)
7. Dalam UU perlindungan konsumen tentang hak dan kewajiban konsumen terdapat
pada pasal................
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
8. Setiap orang pemakai barang/jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga maupun orang lain dan tidak untuk diperdagngkan
disebut....................
a. Perlindungan konsumen
b. Konsumen
141
c. Import ekspor
d. Pelaku usaha
e. Perusahaan
9. Problema bisnis yang dihadapi saat ini adalah..........
a. Inflasi, manusia, uang
b. Manusia, metode, material
c. Inflasi, metode, material
d. Inflasi, produktifitas, pengangguran
e. Inflasi, manusia, pengangguran
10. Dibawah ini yang tidak termasuk sumber-sumber pokok ekonomi adalah.......
a. Manusia
b. Uang
c. Pengangguran
d. Material
e. Method
11. Dibawah ini yang merupakan kebijakan proteksi adalah...............
a. Permintaan dengan meningkatkan pajak
b. Subsidi pemerintah
c. Menciptakan sistem dan kondisi yang baik
d. Pengenaan tarif dan bea masuk
e. Pengelolaan supply
12. Manfaat bisnis akan diperoleh apabila terjadi pembagian kerja internasional atau
adanya spesialisasi, hal tersebut..........
a. Waterson
b. Adam smith
c. Savas
d. Savas Waterson
e. David Richardo
13. Bisnis internasional memungkinkan terjadinya..........
a. Standart ekonomi dan sosial
b. Keadaan alam
c. Jumlah penduduk
d. Keterampilan tenaga kerja
e. Pergerakan sumber daya malalui batas-batas negara
14. Dibawah ini merupakan fungsi pemerintah dalam kegiatan bisnis dalam negeri
kecuali...............
a. Bimbingan
b. Pengawasan
c. Pertarungan impor
d. Fasilitator
e. Perlindungan
15. Suatu peraturan yang ditetapkan oleh presiden bersama DPR disebut................
a. Undang-undang
142
b. Ketetapan MPR
c. Keputusan Presiden
d. Peraturan pemerintah
e. Peraturan lainnya
16. Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen disebut.........
a. Konsumen
b. Pelaku konsumen
c. Perlindungan kosumen
d. Lembaga perlindungan konsumen
e. Badan perlindungan konsumen
17. Dibawah ini bukan atas perlindungan konsumen adalah.............
a. Manfaat
b. Keamanan
c. Keseimbangan
d. Harkat dan martabat
e. Kepastian hukum
18. Keseluruhan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh orang-orang dan badan baik
dalam negeri maupun diluar negeri ataupun antar negara untuk tujuan memperoleh
keuntungan disebut...........
a. Industri
b. Perdagangan
c. Konsultan
d. Bisnis
e. Niaga
19. Kata bisnis berasal dari Bahasa Inggris yaitu..........
a. Urusan
b. Bisnis
c. Nilai lebih
d. Business
e. Trade
20. Dibawah ini yang termasuk industri genetik adalah..........
a. Pertambangan
b. Jembatan
c. Pabrik mesin
d. Pertambangan
e. Perkebunan
21. Kebijakan digunakan untuk mempengaruhi permintaan dengan meningkatkan pajak
atau meningkatkan pengeluaran pemerintah adalah ...............
a. Moneter
b. Bisnis
c. Perdagangan
d. Fiskal
143
e. Organisasi
22. Hukum yang melindungi para pencipta, baik seni atau teknologi adalah............
a. Hak patent
b. Hukum cipta
c. Good will
d. Merk dagang
e. kebiasaan
23. Dibawah ini bukan termasuk hukum perdata adalah.............
a. Hukum jual beli
b. Perkawinan
c. Hukum administrasi negara
d. Sewa menyewa
e. Perjanjian kerja
24. Hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur hubungan hukum antara
orang-orang atau pihak-pihak yang bergerak dalam dunia perniagaan adalah.............
a. Hukum pidana
b. Hukum perdata
c. Hukum perjanjian
d. Sumber hukum
e. Hukum dagang
25. Dibawah ini yang merupakan persamaan makelar dan komisioner
adalah......................
a. Jabatan terbuka
b. Jabatan tertutup
c. Sebagai pedagang perantara
d. Disumpah dimuka hakim
e. Upahnya komisi
26. salah satu ciri makelar adalah..................
a. Diangkat secara remi oleh pejabat
b. Jabatan terbuka
c. Tidak perlu diangkat
d. Upahnya disebut komisi
e. Tidak perlu diangkat
27. Pasal KUHP yang menyebutkan tentang ekspeditur adalah ..............
a. Pasal 82
b. Pasal 83
c. Pasal 84
d. Pasal 85
e. Pasal 86
28. Pasarnya pengusaha untuk mengadakan perikatan jual beli surat-surat berharga dan
jasa-jasa disebut................
a. Bursa efek
b. Valuta
144
c. Bursa
d. Valuta asing
e. Obligasi
29. Dibawah ini bukan kurs di perdagngkan adalah.......................
a. Kurs pinjam
b. Kurs beli
c. Kurs jual
d. Kurs tengah
e. Kurs langsung
30. Sejarah hukum dagang tidak dapat dipisahkan dengan sejarah hukum perdata yang
berasal dari ...........................
a. Hukum pidana
b. Hukum romawi
c. Hukum perdata
d. Hukum jual beli
e. Hukum waris
31. Keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara tidak terputus-putus dengan terang-
terangan dalam kedudukan tertentu dan untuk mencari laba bagi diri sendiri
merupakan anti perusahaan menurut...................
a. Van de Bas
b. Westerfan
c. Valas
d. Memorie Van Toelich Ting
e. Proffesor Moleng Raff
32. Undang-undang tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat adalah...................
a. UU RI No 5 Tahun 1999
b. UU RI No 10 Tahun 1999
c. UU RI No 15 Tahun 1999
d. UU RI No 20 Tahun 1999
e. UU Ri No 25 tahun 1999
33. Ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup
dalam masyarakat adalah.....................
a. Moral
b. Susila
c. Etika
d. Moral bisnis
e. Etika bisnis
34. Etika Deontalogi dari Yunani Deon artinya ................
a. Hak
b. Harkat
c. Martabat
d. Perilaku
145
e. Kewajiban
35. Dibawah ini bukan pihak terkait dengan etika dalam dunia bisnis adalah ..............
a. Pengusaha
b. Pemerintah
c. Perusahaan
d. Masyarakat
e. Bangsa lain
146
e. Ethios
2. Kekuasaan yang memaksa, hukum mengarahkan tingkah laku para anggota
masyarakat di dalam hubungan satu dengan yang lainnya supaya tertib merupakan
pengertian hukum menurut............
a. Prof. Meyer
b. Prof. Leon Duquit
c. Immanuel Kant
d. Prof. Van Aspeldoorn
e. Waterson
3. Berikut yang bukan merupakan hukum cipta adalah..........
a. Karya ilmiah
b. Lukisan
c. Menemukan suatu teori
d. Membuat suatu produk barang
e. Perjanjian kerjasama
4. Hak-hak khusus yang dimiliki komisioner adalah..........
a. Hak retensi dan privilige
b. Hak privilige dan cipta
c. Hak retensi dan patent
d. Hak retensi dan good will
e. Hak privilige dan merk
5. Tugas dan fungsi komisioner diatur dalam........
a. Pasal 70 KUHP
b. Pasal 72 KUHP
c. Pasal 74 KUHP
d. Pasal 76 KUHP
e. Pasal 78 KUHP
6. Terjadinya bisnis internasional disebabkan ............................
a. Jumlah penduduk
b. Tukar menukar barang
c. Keuntungan mutlak
d. Pengeluaran
e. Keamanan
7. Dibawah ini bukan pos-pos dasar yang termuat dalam sebuah neraca pembayaran...
a. Transaksi dagang
b. Sektor moneter
c. Pendapatan modal
d. Ongkos pengangkutan dan asuransi
e. Penanaman modal langsung.
8. dibawah ini bukan problema bisnis adalah.............................................
a. Inflasi
b. Men
c. Produktifitas
147
d. Pengengguran
e. Inflasi dan pengangguran
9. Fungsi pemerintah dalam kegiatan bisnis kecuali..................................
a. Membimbing
b. Pengawasan
c. Manajemen
d. Fasilitator
e. Perlindungan
10. Tugas pokok dari perdagangan adalah.....................................................
f. Mengumpulkan
g. Pengendalian
h. Pembuatan
i. Pembimbing
j. Perlindungan
11. Agen, makelar, grosir merupakan kegiatan bisnis dibidang.......................
a. Agraris
b. Ekstratif
c. Perdagangan
d. Jasa
e. Industri
12. Sedangkan konsultan, perhotelah merupakan kegiatan bisnis dibidang...................
a. Agraris
b. Ekstratif
c. Perdagangan
d. Jasa
e. Industri
13. Masa penggunaan hak petent adalah..............
a. 15 tahun
b. 17 tahun
c. 20 tahun
d. 25 tahun
e. 28 tahun
14. Hak yang diberikan pemerintah kepada seniman disebut......................................
a. Patent
b. Merk
c. Dagang
d. Cipta
e. Franchise
15. Landasan sistem perekonomian Indonesia adalah.............................................
a. Peraturan Presiden
b. Peraturan Menteri
c. Undang-undang
d. Pancasila
148
e. UUD ’45dan Pnacasila
16. Undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen adalah.......................
a. UU no. 5 tahun 1999
b. UU no 5 tahun 2000
c. UU no. 8 tahun 1999
d. UU no. 8 tahun 2000
e. UU no. 21 tahun 2000
17. Suatu peraturan yang ditetapkan oleh Presiden bersama DPR disebut............
a. Undang-undang
b. Peraturan pemerintah
c. Peraturan menteri
d. Instruksi menteri
e. Peraturan negara
18. Jabatan resmi yang diakui baik oleh pemerintah atau masyarakat sendiri disebut......
a. Komisioner
b. Makelar
c. Jasa
d. Ekspeditur
e. Penjual keliling
19. KUHD yang mengatur kewajiban makelar adalah pasal.........................................
a. Pasal 20 KUHD
b. Pasal 22 KUHD
c. Pasal 24 KUHD
d. Pasal 26 KUHD
e. Pasal 28 KUHD
20. Dibawah ini yang bukan merupakan bentuk perencanaan adalah........................
a. Tujuan
b. Kebijakan
c. Strategi
d. Keuntungan
e. Program
21. Tindakkan penyesuaian dan rencana yang telah dibuat adalah.................................
a. Prosedur
b. Aturan
c. Strategi
d. Tujuan
e. Program
22. Dibawah ini yang bukan tujuan perencanaan adalah ......................................
a. Mengurangi ketidak pastian
b. Mengarahkan perhatian pada tujuan
c. Memperingan biaya
d. Menyusun anggapan-anggapan
e. Merupakan sarana untuk mengadakan pengawasan
149
23. Hubungan yang timbul didalam organisasi dapat berbentuk..................................
a. informal
b. Formal
c. Pemerintahan
d. Dinas
e. Internal dan formal
24. Dibawah ini yang merupakan prinsip-prinsip struktur organisasi adalah................
a. Keseimbangan dalam organisasi
b. Luasnya daerah operasi
c. Banyaknya jenis barang
d. Jenis langganan
e. Didasarkan pada waktu
25. Dibawah ini termasuk industri genetik adalah...................................................
a. Perkebunan
b. Pertambangan
c. Pabrik mesin
d. Jembatan
e. Perusahaan
26. Kegiatan bisnis dalam bidang ekstratif adalah.....................................................
a. Perkebunan
b. Pertambangan
c. Pabrik mesin
d. Jembatan
e. Perusahaan
27. Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen disebut...........................................
a. Konsumen
b. Produsen
c. Perlindungan konsumen
d. Kebijakan fiskal
e. Perekonomian
28. Kemampuan dari struktur organisasi untuk menyesuaikan diri terhadap semua
perubahan-perubahan yang terjadi disebut...................................
a. Keseimbangan
b. Kegiatan
c. Kerjasama
d. Operasi
e. Fleksibilitas
29. Dibawah ini merupakan bentuk motivasi adalah..................................
a. Positif
b. Negatif
c. Terencana
d. Positif dan negatif
150
e. Dorongan yang membangun
30. Orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan
kemauan untuk membelanjakannya disebut...............................................
a. Perusahaan
b. Organisasi
c. Pengarahan
d. Pasar
e. Penjualan
31. Dibawah ini yang merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam pasar adalah.........
a. Organisasi dengan segala keinginannya
b. Daya beli mereka
c. Kemauan untuk membelanjakan uang
d. Keinginan dan kemauan bersama
e. Daya beli mereka dan kemauan untuk membelanjakan uangnya.
32. Sekelompok pembeli yang membeli barang-barang untuk dikonsumsi bukan dijual
kembali disebut..........................................................
a. Pasar monopoli
b. Pasar bebas
c. Pasar produsen
d. Pasar industri
e. Pasar konsumen
33. Suatu kegiatan jual beli barang atau pertukaran barang dan jasa yang melewati
batas-batas suatu negara adalah........................................................
a. Impor
b. Ekspor
c. Genetika
d. Bisnis internasional
e. Neraca pembayaran
34. Bisnis internasional memungkinkan terjadinya........................................
a. Pergerakkan sumber daya melalui batas-batas negara
b. Keterampilan tenaga kerja
c. Jumlah tenaga kerja
d. Keadaan alam
e. Struktur ekonomi dans sosial
35. Kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem
pemasaran perusahaan misalnya produk, promosi disebut.....................
a. Pasar
b. Marketing mix
c. Segmentasi pasar
d. Produk
e. Pasar monopoli
151
1. Apa arti perusahaan menurut professor Maleng Raff?
2. Sebutkan persamaan makelar dan komisioner?
3. Apa yang dimaksud hak retensi?
4. Apa yang di maksud saham dan obligasi?
5. Sebutkan tanggungjawab ekspeditur?
6. Sebutkan Manfaat Etika ?
7. Sebutkan pihak-pihak yang terkait dengan etika dalam dunia bisnis
?
8. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan etika
bisnis ?
9. Jelaskan pengendalian diri merupakan bentuk dari etika bisnis ?
10. Sebutkan sifat-sifat yang perlu dihindari dalam dunia bisnis ?
152
KUNCI JAWABAN
B.
1. Industri
153
2. Konsumen
3. Produktif
4. inflasi
5. kebijakan fiskal
6. mekanisasi
7. kegiatan , pekerjaan, urusan
8. perdagangan/perniagaan
9. dalam negari dan luar negeri
10.pengangguran teknologi.
C.
1. a. Kegiatan dibidang agraris
b. Kegiatan dibidang ekstraktif
c. Kegiatan dibidang industri
d. Kegiatan dibidang perdagangan
e. Kegiatan dibidang jasa
2. a. Perdagangan adalah keseluruhan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh orang –
orang dan badan – badan baik dalam negeri maupun diluar negeri ataupun antar
Negara untuk tujuan memperoleh keuntungan.
b. Industri adalah kegiatan memproduksi atau menghasilkan barang – barang yang
nilainya lebih berguna dari asalnya.
3. a. Mengupulkan
b. Memilih / menyortir
c. Menyimpan
d. Membagikan / mendistribusikan
e. Memindahkan
4. keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan orang – orang atau badan – badan
secara teratur dan terus – menerus yaitu berupa kegiatan mengadakan barang –
barang atau jasa – jasa maupun fasilitas yang dijual, dipertukarkan dengan tujuan
untuk memperoleh penghasilan dan keuntungan yang optimal.
5. a. Efisiensi
b. Prestasi
c. Pendekatan yang rasional
d. Manajemen
e. Hubungan – hubungan yang formal
154
5. C 10. D
B.
1. Impor
2. Bisnis Internasional
3. Adanya Kemungkinan memperoleh manfaat yang biasa disebut dengan gains From
trade
4. Barang – barang dan jasa – jasa
5. Catatan – catatan tentang besarnya ekspor dan impor yang dijumlahkan yang dimiliki
oleh suatu Negara.
6. Neraca pembayaran
7. David Richardo
8. Penyederhanaan dan pengendalian dibidang usaha
9. Savas
10.Proteksi
C.
1. a. Bimbingan
b. Pengawasan
c. Fasilitator
d. Perlindungan
2. a. Pengenaan tarif dan bea masuk.
b. Pelarangan Impor
c. Kuota
3. Kebijaksanaan pemerintah untuk melindungi produksi dalam negeri terhadap barang –
barang dan jasa – jasa dari luar negeri akibat perdagangan international
4. a. Menyebarluaskan informasi mengenai kebijaksanaan pemerintah dibidang
ekonomi.
b. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan dalam rangka pengembangan
kemampuan pengusaha Indonesia
c. Menyelenggarakan peringatan hubungan antar pengusaha
d. Menyelenggarakan promosi dalam dan luar negeri
e. Membina hubungan kerja yang sesuai antara pekerja dan pengusaha
f. Menyelenggarakan upaya mengimbangkan dan melestarikan alam serta
mencegah timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup
5. Manfaat bisnis akan diperoleh apabila pembagian kerja internatsional atau adanya
spesifikasi.
155
MENGIDENTIFIKASI HUKUM PATEN, HUKUM MERK DAN HKUM
MATERI CIPTA DI INDONESIA
2
B.
1. Pengesahan Agreement Establishing the wold trade organization
2. Kuasa
3. Pemohon
4. Menteri
156
5. 20 tahun
6. 10 tahun
7. Pasal 10
8. Produk
9. Pasal 19
10. Lisensi
C.
1. a. pasal 5 ayat 1
b. Pasal 20 ayat 2
c. Pasal 33
2. a. UU No.6 tahun 1989
b. UU No. 13 tahun 1997
c. UU No. 14 tahun 2001
3. Hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada invebtor atas hasil invensinya
dibidang tehnologi.
4. a. Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun terhitung sejak tanggal
penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.
b.Tangggal mulai dan berakhir jangka waktu paten di catat dan diumumkan.
5. Ijin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain berdasarkan perjanjian
pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu paten yang diberi
perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
B.
1. Satu bulan
2. 7 Tahun
3. UU No.19 tahun 2002
4. Pemberitahuan hak cipta
5. Hak ekonomi dan hak moral
6. Pasal 24-26
7. UU No. 15 tahun 2001
8. Pemohon yang beritikad tidak baik
9. Merek dagang dan merek jasa
157
10. Pasal 6
C.
1. Tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
2. Undang-undang yang mengatur merek :
a. Undang-undang No. 19 tahun 1992
b. Undang-undang No. 14 tahun 1997
c. Undang-undang No. 15 tahun 2001
3. Penyebab permohonan merek di tolak oleh derektorat jenderal :
a. Mempunyai persamaan dengan merek milik orang lain yang sudah terdaftar
untuk barang atau jasa yang sejenis.
b. Mempunyai persamaan dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk
barang atau jasa yang sejenis.
c. Mempunyai persamaan dengan indikasi geografis yang sudah dikenal.
4. Hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan
dengan alasan apapun walaupun hak cipta telah dialihkan.
5. Buku, program komputer, karya tulis yang diterbitkan, lagu, musik, seni, drama dll.
A.
1. C 6. E
2. D 7. D
3. C 8. B
4. B 9. A
5. D 10. C
B.
1. Jasa
2. Hukum publik dan hukum perdata
3. Hukum perdata
4. Badan perlindungan konsumen nasional
5. Impor jasa
158
6. pasal 7
7. Tidak diskriminatif
8. manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen serta
kepastian hukum.
9. UU no 8 tahun 1999
10.Kewajiban konsumen.
C.
1. a. Perlindungan hukum konsumen adalah segala upaya yang menjamin kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
b. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga maupun orang lain tidak untuk
diperdagangkan.
2. Manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen serta
kepastian hukum.
3. a. Ketetapan MPR
b. Undang – undang / PERPU
c. Peraturan Pemerintah
d. Keputusan Presiden
e. Peraturan – peraturan lain : peraturan menteri dan instruksi menteri.
4. a. Hukum umum / hukum public adalah hukum yang mengatur hubungan antara
Negara dan warga Negara, antara Negara dengan alat perlengkapan Negara atau
semua peraturan yang sifatnya mengatur kepentingan umum seperti hukum tata
Negara, hukum pidana fiscal, administrasi Negara dll.
b. Hukum perdata / hukum Sipil adalah hukum yang mengatur hubungan hukum
antara orang dengan orang atau pihak satu dengan pihak lain atau pihak kedua
tentang suatu objek bersifat keperdataan dengan menitikberatkan pada
kepentingan perorangan. Misalnya : hukum jual beli, perkawinan dll.
5. a. Membaca / mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian / pemanfaatan
barang / jasa, demi keamanan dan keselamatan.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang / jasa.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
d. Mengikuti supaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
159
MENGIDENTIFIKASI LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI
MATERI
4
B.
1. Monopoli
2. Harga subjektif
3. Harga objektif/pasar
4. Penawaran perseorangan dan penawaran pasar/kolektif
5. Konsumen
6. UU RI no 5 tahun 1999
7. Persaingan bebas
8. Demokrasi Pancasila
160
9. Badan usaha
10.Kantor pusat perusahaan
C.
1. a. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau
atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha.
b. Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi / pemasaran atas barang / jasa
dll. Sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum.
2. Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang / jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat.
3. a. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud baik bergerak
maupun tidak bergerak yang dapat diperdagangkan, dipakai, dimanfaatkan oleh
konsumen atau pelaku usaha.
b. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasinya yang
diperdagangkan dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau
pelaku usaha.
4. a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional.
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif.
c. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
d. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
5. a. Cara Intensif adalah menambah daya kemampuan berproduksi dengan alat – alat
yang tersedia.
b. Cara ekstentif adalah menambah dan memperluas faktor produksi yang ada.
B.
1. Pasal 4 sampai dengan pasal 16
2. Anggaran pendapatan dan belanja negara
3. Pancasila dan undang-undang dasar 1945
4. UU RI No. 5 tahun 1999
5. Komisi
6. Presiden
161
7. 7 orang anggota
8. Kelompok kerja
9. Pasal 36
10. 60 hari sejak dilakukan pemeriksaan
C.
1. Materi UU tentang larangan praktek monopoili dan persaingan usaha tidak sehat
secara umum adalah :
a. Perjanjian yang dilarang
b. Kegiatan yang dilarang
c. Posisi dominan
d. Komisi pengawas persaingan usaha
e. Penegak hukum
f. Ketentuan lain-lain
2. Sebab keanggotaan komisi berhenti :
a. Meninggal dunia
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri
c. Bertempat tinggal diluar wilayah negara RI
d. Sakit jasmani atau rohani terus menerus
e. Berakhirnya masa jabatan keanggotaan komisi
3. Alat bukti pemeriksaan pemeriksaan komisi :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat dan atau dokumen
d. Petunjuk
e. Keterangan pelaku usaha
4. Tujuan yang hendak dicapai dalam UU larangan praktek monopoli :
a. Menjaga kepentingan umum dan melindungi konsumen
b. Menumbuhkan iklim yang kondusif
c. Menjamin kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang
d. Mencegah praktek-praktek monopoli
e. Menciptakan efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha
5. Konsumen adalah Setiap pemakai atau pengguna barang dan atau jasa baik untuk
kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain.
162
MENGIDENTIFIKASI PERATURAN HUKUM DAGANG
MATERI
5
B.
1. Usance
2. STB Tahun 1939 N0. 100 dan NO. 101
3. Perjanjian dan Undang-undang
4. Hukum Romawi
5. Tahun 360
6. Hukum dagang
7. Pasal 2 aturan peralihan UUD `45
8. Perniagaan pada umumnya
9. STB. No. 276 tahun 1938, tanggal 17 juli 1938
10. Hukum sipil atau hukum dagang
163
C.
1. Isi hukum prancis :
a. Hukum sipil atau hukum perdata
b. Hukum dagang
c. Hukum pidana
2. Susunan hukum dagang :
a. Buku 1 mengatur perihal perniagaan misalnya : perihal pembukuan,
persekutuan, Ekspeditur, surat berharga, reklame, asuransi, cek, wesel.
b. Buku 2 mengatur tentang hak-hak dan kewajiban yang timbul dari pelayanan,
misalnya : kapal laut dan muatannya, pengusaha kapal, nahkoda, anak buah
kapal, penumpang dan bahya-bahaya laut.
3. Sumber hukum dagang yang berasal dari perjanjian :
a. Perjanjian asuransi
b. Perjanjian ekspeditur
c. Perjanjian pembayaran utang
d. Perjanjian lainnya ( Wesel, cek, obligasi, peraturan dalam perdagangan )
4. Peraturan khusus di luar KUHD :
a. Peraturan tentang pengangkutan dengan kereta api
b. Peraturan tentang pengangkutan dengan kapal terbang
c. Undang-undang failisemen
d. Peraturan tentang perusahaan asuransi jiwa
e. Usance
f. Yurisprudensi
5. Sejarah hukum dagang tidak dapat dipisahkan dengan sejarah hukum perdata yang
asal mulanya dari hukum romawi yaitu pada zaman Yulius Caesar, hukum Romawi
tersebut tersebar ke negara-negara Eropa termasuk perancis tahun 360
B.
1. Penjahat
2. komisi
3. kitab – kitab hukum dagang (KUHD)
4. Yurisprudensi
5. hukum pidana
6. pengusaha
7. Provisi atau Kurtasi
164
8. Hak mendapat provisi dan hak mendapat menahan barang milik orang lain.
9. keuangan
10.pasal 36 KUHD
C.
1. Hukum yang memuat peraturan – peraturan yang mengatur hubungan hukum antara
orang – orang atau pihak – pihak yang bergerak dalam dunia perniagaan.
2. a. KUHD dan KUHPerdata
b. Peraturan – peraturan diluar KUHD
i. Peraturan tentang pengangkutan dengan kereta api.
ii. Peraturan tentang pengangkutan dengan kapal terbang
iii. Undang – undang trilisement
iv. Peraturan tentang asuransi jiwa.
v. Usume / kebiasaan – kebiasaan dalam perdagangan.
vi. Yurisprudensi.
3. Sejarah hukum dagang tidak dapat dipisahkan dengan sejarah hukum perdata yang
asal mulanya dari hukum Romawi, pada zamannya Yulias Caesar, hukum Romawi
Tersebar di Negara – Negara Eropa, termasuk Negara Prancis, kira – kira tahun 360.
4. a. Merupakan jabatan terbuka
b. Tidak perlu diangkat
c. Tidak perlu disumpah
d. Merupakan wakil tidak langsung
e. Bertindak atas nama sendiri
f. Menanggung resiko keuangan
g. Upahnya disebut komisi.
5. Pasarnya para pengusaha untuk mengadakan perikatan jual beli surat – surat
berharga dan jasa – jasa.
165
KUNCI JAWABAN
B.
1. Ethics
2. Etika
3. Tingkat kepuasan
4. Etika bisnis
5. Melemahkan daya saing hasil industri dipasar internasional
6. untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
7. uang
8. pembangunan berkelanjutan
9. persaingan bebas
10. katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi dan komisi
C.
166
1. Etika berasal dari kata ethos, salah satu cabang ilmu filsafat oksiologi yang
membahas bidang etika yaitu tentang nilai keutaman dan bidang estetika, nilai-nilai
keindahan, pemilihan dan nilai-nilai kebaikan.
2. Moralitas adalah segala macam pandangan atau norma-norma atau pendapat,
kebiasaan, ajaran baik dan buruk sebagai manusia, sedangkan etika adalah ilmu
atau filsafat tentang moralitas atau pemikiran tentang moralitas.
3. Maih diperlukan yaitu mengindikasikan masih banyak orang dan kelompok
msyarakat yang menghendaki dalam bisnis dijalankan secara baik dan tetap
mengindahkan norma-norma moral.
4. Etika berasal dari bahasa inggris yaitu ethics yang artinya ilmu tentang kesusilaan
yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat.
5. Untuk orientasi ketika seseorang dihadapkan sesuatu hal yang harus diputuskan
baik untuk meniai maupun bertindak.
B.
1. Asas perilaku antar perusahaan
2. Administrator kode etik
3. Kode etik
4. Konsumen
5. Administrator kode etik
6. Konsumen
7. 7 hari
8. Undang-undang perlindungan konsumen
9. Konsumen
10. Federasi sedunia asosiasi penjualan langsung yang tergabung dalam WFPSA
C.
1. Praktek yang terlarang dalam perilaku terhadap konsumen :
a. Penjual langsung secara tidak etis mengumpulkan uang dari konsumen.
b. Menjanjikan kompensasi yang tidak wajar.
c. Melakukan praktek-praktek penjualan yang menyesatkan.
d. Mengecoh atau tidak pantas kepada konsumen.
167
2. Kode etik APLi perilaku antar perusahaan :
a. Asas
b. Bujukan
c. Pencemaran nama baik
3. Perusahaan dan para penjual langsung tidak diperbolehkan melakukan praktek-
praktek perekrutan yang menyesatkan, mengecoh atau tidak adil.
4. Tujuan kode etik menurut APLI :
a. Memberikan kepuasan dan perlindungan kepada semua pihak yang
berkepentingan
b. Memajukan kompetisi yang sehat dalam rangka sistem dunia usaha bebas.
c. Peningkatan citra umum dari kegiatan penjualan langsung.
5. Penjual langsung tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan seorang konsumen,
harus menyadari kurangnya pengalaman dagang para konsumen dan tidak akan
memanfaatkan usia, penyakit, kuran gnya pengertian atau kurangnya pengetahuan
bahasa seorang konsumen.
B.
1. Industri ekstratif
2. 17 tahun
3. Hak cipta
4. Uud ’45 dan Pancasila
5. Perlindungan konsumen
6. UU no. 8 tahun 1999
7. Undang-undang
8. Kebijakan fiskal
9. Inflasi, produktifitas, pengangguran
10. Kebijakan moneter
C.
1. a. Manusia
b. Uang
168
c. Material
d. Method
2. a. Investasi
b. Tabungan
c. Pemerintah
3. a. Inflasi
b. Pengangguran
c. Rendahnya produktifitas
4. a. Letak Geografis
b. Keadaan iklim
c. Keadaan sumber alam
d. Jumlah penduduk
e. Jumlah tenaga kerja
f. Keahlian / keterampilan kerja
g. Tingkat teknologi
h. Struktur ekonomi dan sosial
5. a. Peraturan dibidang ekspor – impor
b. Peraturan tentang kepabean
c. Peraturan / undang-undang perpajakan
d. Peraturan dibidang standar mutu produk
e. Peraturan dibidang perkreditan
f. Peraturan dibidang ketenagakerjaan
g. Peraturan tentang penanaman modal
6. a. Perdagangan adalah seluruh kegiatan usaha yang dilakukan orang atau badan
dalam penjualan, pembelian dan penukaran barang atau jasa untuk memperoleh
laba
b. Bisnis adalah keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan orang-orang atau
badan hukum secara teratur dan terus menerus.
7. Hukum cipta dalam hukum yang melindungi para pencipta, hasilseni atau teknologi,
hasil ciptaan/ karya seseorang dijamin oleh hukum atas keberadaannya dan
kegunaannya yang tidak dibenarkan ditiru atau diperbanyak pihak lain tanpa
mendapat ijin dari pencipta terlebih dahulu.
8. Merk dagang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang
menggantungkan produknya pada permintaan konsumen, bagi konsumen merk
dagang memberikan diri dan jaminan kualitas yang membedakan dari produk
dagang lainnya.
9. a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari enses negative pemakaian barang/jasa
c. Meningkatkan pemberdayan konsumen dalam memilih, menetukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
169
hukum
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen, sehingga sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam usahanya
f. Meningkatkan kualitas barang / jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang / jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselatan
konsumen.
10. a. Beritikad baik dalam melakukan kegaiatan usaha
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
d. Menjamin mutu barang/jasa
e. memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan mencoba
barang/jasa serta memberi jaminan/garansi atas barang yang diperdagangkan
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan pemanfaatan barang/jasa yang
diperdagangkan.
g. Memberi kompensasi ganti rugi apabila barang/jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian.
KUNCI ULANGAN TENGAH SEMESTER PAKET 2
A.
1 B 11 A 21 B
2 B 12 C 22 C
3 D 13 C 23 D
4 D 14 E 24 A
5 C 15 E 25 E
6 C 16 D
7 C 17 A
8 C 18 A
9 D 19 C
10 E 20 D
B.
1. Hukum cipta
2. Muhammad Amir, S.H.
3. Departemen Kehakiman melalui direktorat patent.
4. permintaan konsumen
5. Pancasila dan UUD’45
6. Industri genetika
7. Laisser Allen Laisser Passer
8. Ekonomi, sosial dan moral
9. Soko guru perekonomian
10. 17 tahun
C.
1. Sistem perekonomian dibedakan menjadi empat macam yaitu :
1) Sistem perekonomian kapitalis
2) Sistem perekonomian sosialis
170
3) Sistem perekonomian fasisme
4) Sistem perekonomian komunis
2. a. Roda perekonomian digerakkan dengan rangsangan ekonomi, sosial dan moral
b. Adanya keinginan yang kuat dari seluruh masyarakat untuk memperoleh
kemerataan sosial yang sesuai dengan asas-asas kemanusiaan.
c. Kebijakan ekonomi diprioritaskan untuk menciptakan perekonomian yang
tangguh.
d. Unit usaha berbentuk koperasi dipandang sebagai soko guru perekonomian.
e. Adanya keselarasan serta perimbangan yang jelas dan tegas antara
perencanaan ditingkat nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan
kegiatan ekonomi.
3. a. Industri asli adalah industri yang tidak mengubah unsur aslinya.
b. Industri ekstratifadalah industri yang mengalah apa yang diambil dari alam.
4. a. Kebiasaan-kebiasaan
b. Tradisi.
c. Peraturan-peraturan
d. Konstitusi dan keputusan suatu negara
5. Hukum Indonesia dikelompokkan menjadi 2 yaitu hukum publik dan hukum perdata.
6. a. Pasal 5 ayat (1).
b. Pasal 21 ayat (2).
c. Pasal 27.
d. Pasal 33.
7. Segala yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen.
8. a. Membaca petunjuk informasi dan prosedur pemakaian barang.
b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang/jasa.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
d. Mengikuti perlindungan penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
9. a. Mengumpulkan
b. Memilih / menyortir
c. Menyimpan
d. Membagikan / mendistribusikan
e. Memindahkan.
10. Umur 16 tahun sampai 55 tahun
171
17. D 22. B 27. D 32. A
18. B 23. C 28. C 33. C
19. D 24. E 29. A 34. E
20. E 25. C 30. B 35. C
21. D 26. A 31. D
B.
1. Terbuka
2. sendiri
3. pejabat
4. provisi/kurtasi
5. UU RI no 5 tahun 1999
6. Harga subjektif
7. produksi
8. Demokrasi Pancasila
9. Efisiensi dan kualitas
10. Pembangunan berkelanjutan
C.
1. a. Efisiensi
b. Prestasi
c. Pendekatan yang rasional
d. Manajemen
e. Hubungan-hubungan yang formal
2. a. Investasi
b. Tabungan
c. Pemerintah
3. a. Inflasi
b. Pengangguran
c. Rendahnya produktifitas
4. a. Manfaat
b. Keadilan
c. Keseimbangan
d. Keamanan
e. Keselamatan
f. Kepastian hukum
5. a. Beritikat baik dalam melakukan kegiatan usahanya
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan jasa.
c. memperlakukan / melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
d. Menjamin mutu barang/jasa yang diproduksi/diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang/jasa yang berlaku.
172
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan mencoba
barang/jasa serta memberi jaminan barang yang diperdagangkan.
f. Memberi kompensasi/ganti rugi/penggantian atas kerugian akibat pengguaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang/jasa yang diperdagangkan.
g. Memberi kompensasi, ganti rugi atas barang/jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian.
6. a. Ketetapan MPR
b. Undang-Undang/PERPU
c. Peraturan Pemerintah
d. Keputusan Presiden
e. Peraturan-peraturan lain, peraturan menteri dan instruksi menteri.
7. Kebijaksanaan pemerintah untuk melindungi produksi dalam negeri terhadap
barang-barang dari luar negeri perdagangan internasional.
8. Manfaat bisnis akan diperoleh apabila terjadi pembagian kerja internasional atau
adanya spesialisasi, keuntungan mutlak akan diperoleh apabila suatu negara
mampu memproduksi suatu barang dengan jam per hari kerja lebih sedikit
171
dibandingkan dengan negara lain.
9. a. Peraturan dibidang ekspor-impor
b. Peraturan tentang kepabean.
c. Peraturan / Undang-Undang perpajakan
d. Peraturan dibidang standar mutu produk
e. Peraturan / Perudangan dibidang perkreditan.
f. Peraturan / Perundangan dibidang ketenaga kerjaan
g. Peraturan tentang penaman modal
10. a. Letak geografis
b. Keadaan iklim
c. Keadaan sumber alam
d. Jumlah penduduk
e. Jumlah tenaga kerja
f. Keahlian / keterampilan tenaga kerja
g. Tingkat teknologi
h. Struktur ekonomi dan sosial
173
25. A 29. D 33. D
26. B 30. D 34. A
27. C 31. E 35. B
28. E 32. E
B.
1. Keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak luar untuk
mendapatkan penghasilan dengan cara perniagaan barang-barang menyerahkan
barang-barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan.
2. a. Sebagai pedagang perantara
b. Bertindak untuk pesanan orang lain
c. mendapat hak provisi/komisi
3. Hak komisioner untuk
menahan barang-barang komiten sampai haknya dibayar oleh komiten. Seperti
belum dibayarnya komisi atau biaya-biaya pada waktu komisioner melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan komiten.
172
4. a. Saham adalah surat bamela bukti ikut serta menanamkan modal dalam suatu
badan hukum, atau membeli saham yang dijual oleh perusahaan yang go public.
b. Abligasi yaitu surat bukti pinjaman yang diterbitkan oleh bank Indonesia atau
badan hukum tertentu yang dipegang oleh pemilik modal.
5. a. Bertanggung jawab atas kelancaran dan keselamatan barang sampai ke tangan
penerima.
b. Bertanggung jawab membayar ganti rugi apabila terjadi kehilangan atau
kerusakan akibat kesalahan pihaknya.
c. Membuat surat angkut yang diperlukan oleh pengakut, harus mengadakan buku
harian untuk mencatat segala sesuatu yang berkaitan dengan pengangkutan.
6. a. Etika sangat diperlukan pada saat terjadi perubahan atau pergeseran nilai.
b. Ketika masyarakat mengalami masa transisi dari suatu keadaan tertentu.
c. Manusia banyak dipengaruhi tradisi dan kebiasaan.
7. a. Pengusaha.
b. Pemerintah
c. Masyarakat
d. Negara
e. bangsa lain
8. a. Pengendalian diri
b. Pengembangan tanggung jawab sosial
c. mempertahankan jati diri dan tidakmudah terombang ambing
d. Menciptakan persaingan yang sehat
e. Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan.
f. Menghindari 5 K (katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi, dan komisi)
g. mampu menyatakan yang benar- itu benar
h. Menumbuhkan sikap saling percaya.
i. Konsekwen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.
174
j. Menumbuh kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang
disepakati.
9. Pelaku-pelaku bisnis
dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk
tidak memperoleh apapun, dari siapapun dan dalambentuk apapun dan tidak
melakukan kecurangan untuk mandapatkan keuntungan.
10. a. Katabelece
b. Kongkalikong
c. Koneksi
d. Kolusi
e. Komisi.
C.
1. a. Persaingan bebas
b. Ekonomi pasar
c. Monopoli
d. Permintaan
e. Penawaran.
f. Harga
173
g. Tantangan-tantangan ekonomi
2. a. Penguasaan bahan mentah strategis
b. Hak patent
c. terbatasnya pasar.
d. Pemberian hak oleh pemerintah
3. a. Harga subjektif
b. Harga objektif
c. Harga pasar
d. Harga jual
4. a. Persaingan bebas
b. Kebijaksanaan pemerintah dibidang ekonomi
c. Kebijaksanaan pemerintah dibidang perpajakan
d. Mutu barang
e. Merk barang
f. Promosi/periklanan
g. Pembungkusan/pengemasan
h. Pendistribusian
5. a. Daya beli
b. Kebutuhan
c. Keinginan
d. Kebiasaan membeli
6. bagian dari hukum perdata yang mengatur hubungan hukum antara satu dengan
orang lain.
7. a. Perjanjian asuransi
b. Perjanjian ekspeditur
175
c. Perjanjian pembayaran utang
d. Perjanjian lainnya (wesel, cek, dll)
8. Perusahaan yang dikelola oleh dua orang atau lebih dengan tanggung jawab modal
dan manajemen dikelola secara bersama.
9. a. Pengendalian diri
b. Pengembangan diri
c. Mempertahankan diri
d. Menciptakan persaingan yang sehat
e. Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
f. Menghindari sifat 5 K (katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi, komisi)
g. Mampu menyatakan yang benar itu benar.
176
175