Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

T G1P0A0 HAMIL 10 MINGGU


DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO

Di Susun Oleh :
Novi Purnama Sary
161201013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mual muntah
yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari sehingga
membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Selain itu, mual muntah juga berdampak negatif bagi ibu hamil, seperti aktivitas
sehari-hari menjadi terganggu. Biasanya mual muntah sering terjadi saat pagi hari,
bahkan dapat timbul kapan saja maupun terjadi kadang dimalam hari. Gejala tersebut
40-60% biasa terjadi pada multigravida (Rocmawati, 2011).
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah suatu yang wajar pada
ibu hamil trimester 1. Kondisi ini akan berubah jika mual muntah terjadi >10 kali
dalam sehari, sehingga dapat mengganggu keseimbangan gizi, cairan elektrolit, dan
dapat memengaruhi keadaan umum serta menganggu kehidupan sehari-hari (Morgan,
2009).
Kehamilan menurut Morgan (2009) adalah merupakan proses produksi yang
memerlukan perawatan yang khusus agar persalinan dapat berjalan dengan lancar dan
aman, sehingga bayi terlahir dengan sehat, selamat sesuai keinginan keluarga.
Sedangkan menurut Hutaean (2009), kehamilan merupakan peristiwa yang sangat
ditunggu bagi perempuan yang sudah menikah. Saat perempuan tidak lagi mendapat
menstruasi dan setelah melakukan pemeriksaan urin serta ditandai dengan hasil
positif maka bisa dikatakan hamil. Perempuan tersebut akan merasa senang begitu
juga dengan keluarganya.
Word Health Organizatition (WHO) (2013) menyatakan bahwa perempuan
meninggal selama mengandung atau melahirkan sebanyak 585.000 orang.
Sedangkan kematian ibu hamil akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi
dinegara-negara berkembang sebanyak 99%. Rasio kematian kematian ibu dinegara-
negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu
kelahiran bayi yang hidup jika dibandingkan dengan dengan rasio kematian ibu di 9
negara dan 51 negara persemakmuran (Depkes, 2014).
Komplikasi tersebut mengakibatkan lebih dari setengah juta ibu yang
mengalami kematian di setiap tahunnya, dari jumlah tersebut terjadi di Asia dan
Afrika subsahara diperkirakan mencapai 90%, kemudian terjadi pada negara
berkembang lainnya mencapai 10%, dan di Negara maju mencapai kurang dari 10%
(Prawirohardjo, 2009). Pada tahun 2011 data dinas kesehatan provinsi Sulawesi Utara
menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil, yaitu 42.097 orang dengan presentase KI
88,62 % dan K4 80,12% (Sumai, Keintjem, &Manueke, 2014).
Masalah terbesar yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia adalah
angka kematian dan kesakitan pada perempuan hamil. Diperkirakan 15 % kehamilan
dapat mengalami resiko tinggi dan komplikasi obstretic apabila tidak segera ditangani
maka dapat membahayakan janin maupun ibunya. Menurut survey demografi
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, angka kematian ibu di Indonesia tergolong
masih tinggi yaitu mencapai 100/100.00 kelahiran hidup. Pada tahun 2013 target yang
akan dicapai adalah 102 per tahun untuk mewujudkan hal tersebut Departemen
kesehatan (Depkes) mengembang program Making Pregnancy Safer (MPS) dengan
program perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) (Depkes, 2010).
Di Indonesia berdasarkan total kasus program Jamkesda tahun 2008 mengenai
kasus hiperemesis gravidarum mencapai sebesar 1,13%. Berdasarakan data dari Dinas
Kesehatan Kota Jambi diketahui jumlah hiperemesis gravidarum pada tahun 2011
sebanyak 384 orang dan dari kota 20 puskesmas paal X tertinggi jumlah dalam kasus
hiperemesis gravidarum, pada tahun 2009 pada kasus hiperemsis gravidarum
sebanyak 64 orang, dan pada tahun 2010 mencapai sebanyak 162 orang, sedangkan
pada tahun 2011 mencapai sebanyak 200 orang dari jumlah kunjungan ibu hamil
mencapai sebanyak 459 orang ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum.
Morgan (2009); Fitriana (2014) menyatakan bahwa kondisi hiperemesis
gravidarum yang dijumpai pada kehamilan 16 minggu pertama yaitu mual dan
muntah, perempuan hamil pada trimester 1 mengalami mual muntah kurang lebih
66%, sedangkan mual disertai muntah mencapai 34%. Apabila semua makanan yang
dimakan dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan akan menurun, turgor kulit
berkurang, dan timbul asetonuria.Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan pada
kehamilan. Hiperemesis gravidarum juga berdampak negatif, seperti anemia.
Sedangkan anemia sendiri dapat mengakibatkan syok disebabkan kekurangan asupan
gizi yang dimakan dan diminum semua dimuntahkan semua.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa ibu hamil menurut Hutaean
(2009), yaitu perubahan pada sistem pencernaan, mengalami penurunan nafsu makan,
ibu hamil trimester 1 sering mengalami mual muntah yang merupakan perubahan
saluran cerna dan kenaikan kadar ekstrogen, progesterone, dan human chorionic
gonadotropin (HCG) dapat menjadi pencetus terjadinya mual dan muntah pada ibu
hamil. Meningkatnya hormone progesterone dapat mengakibatkan otot polos pada
sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan
pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung dan
menurunnya sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terjadinya mual dan muntah.
Selain itu, mual muntah juga diperberat adanya faktor lain, seperti faktor psikologis,
lingkungan, spiritual, dan sosiokultural (Runiari, 2010).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan kebidanan Ny. T G1 P0 A0 hamil 10 minggu dengan
hiperemesis gravidarum di RSUD Wongsonegoro
2. Tujuan Khusus
a. Dilakukannya pengkajian data subjektif pada Ny. T G1 P0 A0 hamil 10 minggu
dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Wongsonegoro di RSUD
Wongsonegoro
b. Dilakukannya pengkajian data objektif pada Ny. T G 1 P0 A0 hamil 10 minggu
dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Wongsonegoro di RSUD
Wongsonegoro
c. Dilakukannya diagnosis pada Ny. T G1 P0 A0 hamil 10 minggu dengan
hiperemesis gravidarum di RSUD Wongsonegoro di RSUD Wongsonegoro
d. Dapat melakukan asuhan kebidanan pada Ny. T G1 P0 A0 hamil 10 minggu
dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Wongsonegoro di RSUD
Wongsonegoro

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Aplikatif (Manfaat Bagi RSUD Wongsonegoro)
Dapat menjadi sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pengelola program
kesehatan RSUD Wongsonegoro
2. Manfaat Bagi Penulis
Penulisan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis karena
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan baru tentang hiperemesis
gravidarum.
3. Manfaat Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswi
kebidanan di Universitas Ngudi Waluyo dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan
pada hiperemesis gravidarum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Pengertian Hiperemes Gravidarum
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu
(Wiknjosastro, 2007 hal 98).
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10
kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,
penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas
sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan. Mual dan muntah berlebihan
yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat
badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi
pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik
pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut
sampai pada kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010 hal 65).
Pada umumnya hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke 6-12 masa
kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa kehamilan. Mual dan
muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada kehamilan triwulan pertama.
Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari sehingga sering dikenal dengan
morning sickness. Sementara setengah dari wanita hamil mengalami morning
sickness, antara 1,2 - 2% mengalami hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang
lebih serius (Huliana, 2001 hal 78).
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual ini mulai
dialami sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil muda sering disebut morning
sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat. Pada
beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan trimester kedua dan ketiga, tapi ini
jarang terjadi (Ratna, 2010 hal 45).
B. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum
Runiari (2010 hal 58) menyatakan bahwa tidak ada batasan yang jelas antara
mual yang bersifat fisiologis dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan
umum ibu hamil terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Menurut berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga
tingkatan sebagai berikut :
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini
ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan
merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit,
tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor
kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.
2. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun,
hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa
pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan
dalam urine.
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu
meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia, dan
perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya
payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung,
dan retina.

C. Akibat Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien, namun dapat
menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat badan lahir rendah,
kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir (Gross dalam Runiari, 2010 hal
61). Penelitian yang dilakukan oleh Paawi (2005) didapatkan bahwa hiperemesis
gravidarum merupakan faktor yang signifikan terhadap memanjangnya hari rawat
bagi bayi yang dilahirkan. Ada peningkatan angka kematian Intrauterin Growth
Retardation (IUGR) pada klien hiperemesis gravidarum yang mengalami penurunan
berat badan lebih dari 5%.
Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya, hiperemesis
gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis, sosial, spiritual dan
pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah
dan marah. Jika mual dan muntah menghebat, maka timbul self pity dan dapat terjadi
konflik antara ketergantungan dan kehilangan kontrol. Berkurangnya pendapatan
akibat berhenti bekerja mengakibatkan timbulnya ketergantungan terhadap pasangan
(Simpson, et. Al., 2001).
Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena klien mengalami
perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya. Media yang berkembang
menjelaskan bahwa kehamilan merupakan keadaan fisiologis dan psikoemosional
yang optimal, sehingga jika wanita mengalami mual dan muntah yang menghebat
dianggap sebagai kegagalan perkembangan wanita (Runiari, 2010 hal 62).

D. Patofisiologi Hiperemesis Gravidaraum


Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan
Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung
menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil
muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidak- seimbangan
elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi. (Winkjosastro, 2007 hal 185)
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya non protein nitrogen, asam
urat, dan penurunan klorida dalam darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat
mengakibatkan terjadinya anemia (Mitayani, 2009 hal 56).
E. Etiologi Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan Hiperemesis Gravidarum
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Dulu
penyakit ini dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena
diduga adanya semacam “racun” yang berasal dari janin atau kehamilan. Penyakit ini
juga digolongkan ke dalam gestosis bersama pre-eklampsi dan eklampsi. Nama
gestosis dini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk
hipertensi (pre-eklampsi dan eklampsi) dalam kehamilan (Runiari, 2010 hal 63).
Runiari (2010) dan Guyton (2004) menjelaskan beberapa teori penyebab terjadinya
hiperemesis gravidarum namun tidak ada satupun yang dapat menjelaskan proses
terjadinya secara tepat. Teori tersebut antara lain adalah (Runiari, 2010 hal 63):
1. Teori Endokrin
Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar progesteron,
estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor
pencetus mual muntah. Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot
polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan
penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat.
Refleks esofagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan sekresi dari asam
hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain itu
HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan mual dan
muntah.
Hormon progesteron ini dihasilkan oleh korpus luteum pada masa awal
kehamilan dan mempunyai fungsi menenangkan tubuh ibu hamil selama
kehamilan, termasuk saraf ibu hamil sehingga perasaan ibu hamil menjadi
tenang. Hormon ini berfungsi untuk membangun lapisan di dinding rahim untuk
menyangga plasenta di dalam rahim. Hormon ini juga dapat berfungsi untuk
mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim. Hormon ini dapat
"mengembangkan" pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, itu
penyebab mengapa Anda sering pusing saat hamil. Hormon ini juga membuat
sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau sembelit. Hormon
ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu tubuh,
meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya gairah berhubungan intim
selama hamil.
Seseorang dalam kondisi stress akan meningkatkan aktifitas saraf
simpatis, untuk melepaskan hormon stress berupa adrenalin dan kortisol
(Guyton, 2004 hal 46). Sistem imun merupakan komponen penting dan
responden adaptif stress secara fisiologis.
Stress menggunakan adrenalin dalam tubuh untuk meningkatkan
kepekaan, prestasi dan tenaga. Peningkatan adrenalin akan memperkecil
kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan
pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah terial dan menambah
volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah
pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah (Guyton, 2004
hal 46).
Tekanan darah yang tinggi dan peningkatan denyut jantung akan dapat
meningkatkan HCG. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) adalah hormone
yang dihasilkan selama kehamilan, yang dapat dideteksi dari darah atau air seni
wanita hamil sesudah kurang lebih 10 hari sesudah pembuahan. HCG ini dapat
menstimulasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil (Guyton, 2004 hal 47).
2. Teori Metabolik
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat
mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan.
3. Teori Alergi
Adanya histamin sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung
ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum. Mual dan
muntah berlebihan juga dapat terjadi pada ibu hamil yang sangat sensitif
terhadap sekresi dari korpus luteum.
4. Teori Infeksi
Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara infeksi
Helicobacter pykori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum, sehingga
dijadikan dasar dikemukakannya teori infeksi sebagai penyebab hiperemesis
gravidarum.
5. Teori Psikosomantik
Menurut teori psikomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan
gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang
tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan
menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta konflik dan hal
tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab hiperemesis gravidarum.

Gejala mual dan muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus digestif
seperti pada penderita diabetes mellitus (gastroparesis diabeticorum). Hal ini
disebabkan oleh gangguan motilitas usus atau keadaan pasca operasi vagotomi.
Selain merupakan reflesi gangguan intrinsik dari lambung, gejala mual dan muntah
dapat disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral pada pusat muntah
(chemoreceptor trigger zone). Perubahan metabolisme hati juga dapat menjadi
penyebab penyakit ini, oleh karena itu pada kasus yang berat harus dipikirkan
kemungkinan akibat gangguan fungsi hati, kantung empedu, pankreatitis, atau ulkus
peptikum (Runiari, 2010 hal 69).
Mitayani (2009 hal 57) menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian hiperemesis gravidarum meliputi :
1. Faktor predisposisi terdiri dari primigravida, molahidatidosa dan kehamilan
ganda
2. Faktor organik seperti alergi masuknya vilikohirialis sirkulasi, perubahan
metabolik akibat kehamilan dan resistensi ibu yang menurun.
3. Faktor psikologis, meliputi pengetahuan, sikap, umur, paritas, pekerjaan, stress,
peningkatan hormon progesteron, estrogen dan HCG, alergi, infeksi dan diabetes
melitus.

F. Cara Mengatasi Hiperemesis Gravidarum


1. Pengaturan Pola makan
Ketika lambung kosong, asam lambung tidak memiliki apapun untuk dicerna
kecuali lapisan dndingnya sendiri, begitu juga kadar gula yang rendah akibat
tenggang waktu antara makan yang terlalu panjang. Hal ini dapat memicu terjadinya
mual. Dan seluruh ibu hamil dengan emesis gravidarum makan lebih dari 3 kali
sehari. Apabila makan 3 kali sehari dalam porsi besar, dapat menurunkan kerja
traktus digestivus karena perut yang kosong menyebabkan memproduksi asam yang
tidak dapat digunakan untuk mengolah makanan, tetapi asam terus dihasilkan.
Akibatnya timbul rasa mual. (Murkoff, 2006). Sedangkan menurut Deepak (2007),
rasa mual asam lambung yang meningkat akibat pola makan yang salah misalnya
sering terlambat makan, mengonsumsi makanan terlalu pedas dan asam, minum
minuman bersoda.
2. Pengobatan Herbal/Alamiah
Wanita yang mual sering kali secara spontan mencari permen peppermint
untuk dihisap, begitu pula jahe merupakan pengobatan efektif untuk meredakan
mual dan muntah dalam kehamilan (Tiran, 2009).

3. Istirahat dan Tidur


Istirahat dan tidur sangat penting untuk mengurangi dampak keletihan bagi
wanita hamil. Banyak wanita hamil secara spontan melakukan tidur siang, termasuk
libur dari kerja jika memungkinkan dan pengaturan rekreasi untuk meredakan stres
yang terkait harus dianjurkan (Tiran, 2009).
4. Dukungan Psikologis
Peran dan dukungan suami sangat penting bagi ibu hamil. Dukungan suami
merupakan bentuk interaksi sosial yang nyata, yang didalamnya terdapat hubungan
saling memberi dan menerima bantuan yang pada akhirnya akan dapat memberikan
cinta dan perhatian (Fatimah, 2009). Sedangkan menurut Varney (2006), emosional
yang berlipat ganda merupakan salah satu pencetus terjadinya emesis gravidarum.
5. Pola Hidup
Rasa mual saat menggosok gigi umumnya pada pagi hari. Rasa ingin muntah
juga sering muncul secara tiba-tiba. Menurut pendapat Ayu (2008), sebaiknya tidak
menyikat gigi begitu selesai makan untuk mencegah stimulasi refleks gag/gagging
reflex (refleks muntah). Menghindari memakai pakaian yang ketat karena dapat
memberikan tekanan yang tidak nyaman pada perut dikarenakan asam lambung naik
ke kerongkongan sehingga dapat menimbulkan rasa mual.
6. Konsumsi Obat-obatan Anti Mual
Obat-obatan yang sering diberikan bidan/dokter pada wanita hamil yang
mengalami mual muntah. terutama obat yang mengandung efek anti mual seperti
vitamin B6. Akan tetapi obat ini juga memiliki efek samping seperti sakit kepala,
diare, dan mengantuk (Laura, 2009).
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian Dilakukan Pada


a. Hari, Tanggal : Selasa, 04 Mei 2021
b. Pukul : 14.25 WIB
c. Tempat : RSUD Wongsonegoro
d. No. Medrec :

I. DATA SUBJEKTIF
a. Biodata
Nama Ibu : Ny. “T” Nama Suami : Tn. “A”
Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Kariyawan swasta
Alamat : Semarang

b. Alasan Datang
Ibu datang ke RSUD Wongsonegoro rujukan dari RS Panti Wilasa, ibu mengatakan
mual muntah.

c. Data Kebidanan
1. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun Warna : merah kehitaman
Siklus : ±28 hari Jumlah : 2x ganti pembalut
Lamanya : 5 hari Dismenorhoe : Tidak ada

2. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 kali
Lamanya : 6 bulan
Umur waktu kawin : 23 tahun
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Tabel 4.1

Umur Jenis Ditolong Tahun Nifas/ Anak


No. Penyulit
Kehamilan Persalinan Oleh Persalinan Laktasi JK BB PB Keadaan
1 Ini
2

4. Riwayat Kehamilan Sekarang


HPHT : 23 Februari 2021
TP : 30 November 2021
ANC : 1 kali di bidan
Tablet Fe :-
Usia Kehamilan : 10 minggu
Keluhan selama hamil : TM I : Mual, Muntah, Nyeri diatas simpisis
Obat yang dikonsumsi : B6, B.comp

Gerakan Janin pertama kali dirasakan :-


Berapa kali gerakan dalam 24 jam :-
Durasi Gerakan :-
Screening imunisasi TT : 1 kali

d. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : Pernah
Pernah menjadi akseptor KB : Tidak Pernah
Jenis Kontrasepsi yang digunakan :-
Lamanya menjadi Akseptor KB :-
Alasan berhenti menjadi akseptor KB :-

e. Data Kesehatan
1.Riwayat penyakit yang diderita pasien
 Penyakit menular (AIDS, TBC, Sifilis) : Tidak ada
 Penyakit keturunan (Hypertensi, jantung, ginjal) : Tidak ada
 Penyakit yang pernah diderita pasien : Tidak ada
2. Riwayat penyakit keluarga/ keturunan
 Penyakit menular (AIDS, TBC, Sifilis) : Tidak ada
 Penyakit keturunan (Hypertensi, jantung, ginjal) : Tidak ada
3. Riwayat operasi yang pernah dijalani : Tidak ada
4. Riwayat penyakit keluarga/ keturunan yang lainya : Tidak ada

f. Data kebiasaan sehari-hari yang mempengaruhi kesehatan


1. Pola nutrisi
 Makan : 3 x sehari
Porsi : sedang
Jenis makan
 Pagi : Nasi uduk tapi ibu jarang sarapan
 Siang : 1 porsi nasi putih, sayur dengan tahu atau tempe,
atau sayur dengan ikan
 Malam : 1 porsi nasi putih, sayur dengan tempe atau sayur
dengan ikan asin
 Pantangan makan : Tidak ada
 Minum : : 8 Gelas/Hari
Jenis Minum : Air putih

Pola istirahat dan aktivitas


 Tidur malam : + 8 Jam/hari
 Tidur siang : + 1 Jam/hari
 Aktivitas : Melakukan pekerjaan rumah tangga

2. Pola Eliminasi
 BAB
 Frekuensi : 1 x/hari Penyulit : Tidak ada
 Warna : kuning Konsistensi : Lunak
 BAK
 Frekuensi : ± 5 x/hari Penyulit : Tidak ada
 Warna : Kuning jernih

3. Personal Hygiene
Mandi : 2 kali/hari
Ganti pakaian : 2 kali/hari

g. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Baik
Tanggapan ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan : Senang
Pengambilan keputusan keluarga : Musyawarah
Rencana tempat persalinan : Bidan
Adat/ kebiasaan yang dilakukan yang mempengaruhi kehamilan : Tidak ada
Kebiasaan Minum alkohol/Nafza dan obat terlarang lainya : Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Fisik
a. TB : 155 cm
b. BB
Sebelum hamil : 45 kg
Saat hamil : 53 kg
c. Lila : 24 cm
d. Tanda-tanda Vital
 KU : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 TD : 90/70 mmhg
 Pulse : 104 x/menit
 Suhu : 37,70 C
 RR : 24 x/menit

2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
 Kepala
Rambut : Rambut hitam bersih, lurus, tidak rontok, tidak ada ketombe
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mata : Simetris, konjungtiva pucat, dan cekung
Mulut : Bersih, tidak ada sariawan, tidak ada caries gigi
Muka : Bersih, pucat, tidak ada chloasma gravidarum, tidak ada odem
 Leher
Pembengkakan kelenjar Tiroid : Tidak ada
Pembengkakan vena jugularis : Tidak ada
Pelebaran linfe : Tidak ada
 Dada
Mamae : Simetris
Areola mamae : Hyperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Colostrums : Belum keluar
 Abdomen
Pembesaran : Sesuai usia kehamilan
Striae livide : Tidak ada
Linea nigra : Ada
Striae albicans : Tidak ada
Luka bekas operasi : Tidak ada
 Genitalia Eksterna : Bersih, tidak ada varises, tidak ada odema
 Genitalia Interna (Jika ada indikasi) : Tidak di lakukan pemeriksaan
 Ekstremitas : Tidak ada varises, tidak ada odema

b. Palpasi
Leopold : TFU 1 jari diatas px.

c. Auskultasi
DJJ :-
Frekuensi :-
Sifat :-
Lokasi :-

d. Perkusi
Refleks patella: Kanan (+) /kiri (+)

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
HB : Tidak dilakukan
Golongan darah :B
b. Urine
Protein : Tidak dilakukan
Glukosa : Tidak dilakukan

III. ANALISA DATA


1. Diagnosa
G1P0A0 hamil 10 minggu, janin tunggal hidup dengan hiperemesis gravidarum.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2. Observasi TTV mual muntah
3. Melakukan kolaborasi dengan Dokter SpOG
4. Advice Dokter SpOG untuk pemebrian terapi obat-obatan
5. Pemberian terapi cairan infus untuk mengembalikan kekurangan cairan dalam tubuh.
6. Anjurkan ibu untuk makan sedikit tapi sering untuk mengurangi rasa mual.
7. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil tinjauan kasus
pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. T G1 P0 A0 hamil 10 minggu
dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Wongsonegoro pada 04 Mei 2021. Untuk
memudahkan pembahasan, maka penulis akan membahas berdasarkan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan dengan SOAP uraian sebagai berikut:
1. Data Subjektif
Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesa pada Ny. T Pada tahap ini
disebabkan karena respon ibu dalam memberikan informasi begitu pula dengan keluarga,
bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang
diinginkan. Ny. T G1 P0 A0 hamil 10 minggu dengan hiperemesis gravidarum di RSUD
Wongsonegoro pada 04 Mei 2021.
Pada kasus Ny. T ibu mengeluhkan sering mual dan muntah hingga ibu merasa
lemas dan pusing. Menurut teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar
progesteron, estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi
faktor pencetus mual muntah. Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot
polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan
penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat. Refleks
esofagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid
juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain itu HCG juga
menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan mual dan muntah.
Hormon progesteron ini dihasilkan oleh korpus luteum pada masa awal
kehamilan dan mempunyai fungsi menenangkan tubuh ibu hamil selama kehamilan,
termasuk saraf ibu hamil sehingga perasaan ibu hamil menjadi tenang. Hormon ini
berfungsi untuk membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga plasenta di
dalam rahim. Hormon ini juga dapat berfungsi untuk mencegah gerakan
kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim. Hormon ini dapat "mengembangkan"
pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa
Anda sering pusing saat hamil. Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi
lambat, perut menjadi kembung atau sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi
perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan,
mual, dan menurunnya gairah berhubungan intim selama hamil.
2. Data Objektif
Pengumpulan data objektif dilakukan melalui pemeriksaan fisik dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Data diperoleh secara terfokus pada masalah
klien sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan ibu lemas, muka dan konjungtiva pucat, mata
terlihat cekung. Menurut teori Runiari (2010 hal 58) menyatakan bahwa tidak ada
batasan yang jelas antara mual yang bersifat fisiologis dengan hiperemesis
gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu hamil terpengaruh sebaiknya dianggap
sebagai hiperemesis gravidarum. Muntah terus menerus yang mempengaruhi
keadaan umum. Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada,
berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar
100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu
tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.

3. Diagnosa
Ny. T G1 P0 A0 hamil 10 minggu dengan hiperemesis gravidarum. Pasien mual
muntah yang berlebihan dan didapatkan hasil pemeriksaan ibu lemas, nadi 104 x/m,
koncungtiva pucat, mata cekung. Menurut teori Runiari (2010 hal 58) menyatakan
bahwa tidak ada batasan yang jelas antara mual yang bersifat fisiologis dengan
hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu hamil terpengaruh sebaiknya
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Muntah terus menerus yang
mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu
makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai
peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung. Pada
studi kasus Ny. T tidak ditemukan adanya kesenjangan.

4. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan


Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanaan rencana
tindakan harus efesien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi dapat
dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan ibu serta kerjasama
dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.
Pada kasus Ny. T G1 P0 A0 hamil 10 minggu dengan hiperemesis gravidarum
penatalaksanaanya yaitu pemberian terapi cairan infus untuk menegembalikan cairan
dalam tubuh dan pemberian obat anti mual. Obat-obatan yang sering diberikan
bidan/dokter pada wanita hamil yang mengalami mual muntah. terutama obat yang
mengandung efek anti mual seperti vitamin B6. Akan tetapi obat ini juga memiliki efek
samping seperti sakit kepala, diare, dan mengantuk (Laura, 2009).
Menganjurkan ibu untuk makan lebih sering dengan porsi yang sedikit. Ketika
lambung kosong, asam lambung tidak memiliki apapun untuk dicerna kecuali lapisan
dndingnya sendiri, begitu juga kadar gula yang rendah akibat tenggang waktu antara
makan yang terlalu panjang. Hal ini dapat memicu terjadinya mual. Dan seluruh ibu
hamil dengan emesis gravidarum makan lebih dari 3 kali sehari. Apabila makan 3 kali
sehari dalam porsi besar, dapat menurunkan kerja traktus digestivus karena perut yang
kosong menyebabkan memproduksi asam yang tidak dapat digunakan untuk mengolah
makanan, tetapi asam terus dihasilkan. Akibatnya timbul rasa mual. (Murkoff, 2006).
Sedangkan menurut Deepak (2007), rasa mual asam lambung yang meningkat akibat
pola makan yang salah misalnya sering terlambat makan, mengonsumsi makanan terlalu
pedas dan asam, minum minuman bersoda.
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Istirahat dan tidur sangat penting
untuk mengurangi dampak keletihan bagi wanita hamil. Banyak wanita hamil secara
spontan melakukan tidur siang, termasuk libur dari kerja jika memungkinkan dan
pengaturan rekreasi untuk meredakan stres yang terkait harus dianjurkan (Tiran, 2009).
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek melalui
presus tentang asuhan kebidanan pada Ny. T G1 P0 A0 hamil 10 minggu dengan hiperemesis
gravidarum di RSUD Wongsonegoro, maka bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran
sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Telah dilaksanakan pengkajian dan Analisa data pada Ny. T G1 P0 A0 hamil 10
minggu dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Wongsonegoro.
2. Telah dilaksanakan diagnosa / masalah aktual pada Ny. T G1 P0 A0 hamil 10 minggu
dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Wongsonegoro.
3. Melaksanakan Tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada Ny. T G1 P0 A0
hamil 10 minggu dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Wongsonegoro dengan
hasil yaitu semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya
dengan baik tanpa adanya hambatan.
4. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny. T G1 P0 A0 hamil 10
minggu dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Wongsonegoro dengan hasil yaitu
semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa saran yaitu:
1. Untuk Pasien
a. Menganjurkan ibu untuk makan sedikit namun lebih sering agar tidak
menambah rasa mual dan muntah.
b. Diharapkan ibu untuk menjaga asupan nutrisi terutama protein, karna hal ini
sangat mempengaruhi perkembangan janin
c. Diperlukan keterlibatan dari suami dan keluarga dalam perawatan untuk
memberikan dukungan secara psikologis hal ini juga akan berpengaruh terhadap
kehamilan.
2. Untuk Bidan
a. Sebagai bidan diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih professional
berdasarkan manajemen kebidanan sebagai pertanggung jawaban apabila ada
gugatan.
b. Sebagai tenaga bidan yang professional harus dapat memberikan dukungan,
motivasi agar ibu senantiasa semangat dalam menjalani masa kehamilannya.
c. Perlunya bukti pertanggung jawaban petugas kesehatan terhadap semua asuhan
yang diberikan maka setiap tindakan yang dilakukan harus didokumentasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineke Cipta.

Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Klinik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Cunningham, F, Gary. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Chopra, Deepak. 2006. Panduan Holistik Kehamilan & Kelahiran. Kaifa.

_____________, dkk. 2007. Mual Dan Muntah. Health, Mind & Body.

Fauziah, Utami. April 2013. Cara Penanganan Mual Muntah Saat Hamil. 04
November 2014, http://mualmuntah.blogspot.com/2013/04/cara
-penanganan-mual-muntah-saathamil.html?m=1

Hidayat, A.A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Isa, A dan Hairunisa, A. 2008. Ensiklopedi Kehamilan Panduan Lengkap Hamil


Sehat. Yogyakarta: Familia.

Kusmiyati, Yuni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Laksmi. Juli 2012. Tatalaksana Morning Sickness pada Ibu Hamil. 04


November 2014, http://laksmipage.wordpress.com/tag/mualmuntah/

Murkoff, H. 2006. Kehamilan Apa Yang Anda Hadapi Bulan Per Bulan. Jakarta:
Arcan.

Neil, Wendy Rose. 2007. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan, Jakarta:


Dian Rakyat.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, T. 2012. OBSGYN: Obstetri dan Gynekologi (Untuk Kebidanan dan


Keperawatan). Yogyakarta: Nuha Medika.

Putri, A. 2014. Buku Harian Ibu Hamil. Banguntapan Jogjakarta: Saufa.

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.


Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Riwidikdo, H. 2009. Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rihama


Pustaka.

Saifuddin, A.B. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Neonatal. Jakarta: YBPSP.

Saiffudin, 2011. http://www.infokedokteran.com

Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kehamilan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.

Tiran, D. 2009. Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta: EGC.

Varney H, Kriebs JM., Gegor CL. 2006. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan.
Jakarta: EGC.

Varney H, Kriebs JM., Gegor CL. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:
EGC.

Waryono, SKM, M.Kes. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana.

Wibisono H, Dewi ABFK. 2008. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta:


AgroMedia Pustaka.

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.

Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai