Hadits Tarbawi Kewajiban Belajar Amp Mengajar
Hadits Tarbawi Kewajiban Belajar Amp Mengajar
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena
bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak
pula begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali
belajar dengan megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami
tanda-tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah
mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak
terhenti pada satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1) Apa itu yang dimaksud dengan belajar dan mengajar.
2) Mengapa menuntut ilmu (belajar) sebagai kewajiban.
3) Kapan proses belajar berlangsung dan sampaikan kapan
4) Bagaiamana kaitan hadis dengan kewajiban belajar mengajar
1
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1) Ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar dan mengajar
2) Ingin mengetahui mengapa menuntut ilmu itu suatu kewajiban bagi
muslim laki-laki maupun perempuan.
3) Ingin mengetahui kapan proses belajar maupun mengajar dimulai
4) Ingin menambah wawasan atau pengetahuan mengenai hal ini.
D. Metode Penulisan
E. Ruang Lingkup
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Alasan Msenuntut Ilmu (Belajar)
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu
manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan
mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih
baik. Karena menuntut ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting dan
merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dari urian tadi sudah menjadi
keseharusan dalam menuntut ilmu.
Mengingat hal diatas sangat tepat jika wahyu pertama turun kepada nabi
SAW mengisyaratkan tentang perintah membaca (menuntut ilmu). Yakni Surat
Al-Alaq ayat 1
Artinya
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.”
Kata Iqra’ terambil dari kata kerja kara’a yang pada mulanya berarti
menghimpun. Apabila kita merangkai huruf kemudian mengucapkan rangkaian
tersebut maka kita sudah menghimpunnya yakni membacanya. Dengan
demikinan, realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks
tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh
orang lain. Karena dalam kamus-kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata
tersebut adalah bisa menyampaikan, menela’ah, membaca, meneliti, mendalami.
D. Hadits-Hadits
4
Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik
persoalan yang berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang
berhubungan dengan kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena
ilmu memiliki pungsi sebagai petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi
orang yang ada dalam kegelapan.
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.s. al-Mujadalah : 11)
Selain itu banyak hadits Nabi Saw yang mendorong agar umat Islam
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Di bawah ini terdapat hadits Nabi
Saw yang berkenaan dengan kewajiban menuntut ilmu diantaranya:
5
Arti Harfiah Cara Membaca Tulisan Arab
Janganlah hasud Laa hasada الَ َح َس َد
kecuali seperti dua orang ini. Illa fitsnataini إِالَ فِي ْاثنَتَ ْي ِن
orang yang diberi Allah Rojulun ataahullohu أَتَاهُ هللاُ َر ُج ٌل
kekayaan berlimpah Malaan ًَما ال
dan ia membelanjakannya Fasullitho Vَفَ ُِ ّسلط
Dengan benar Fil Haqqi في الحق
Hikmah Al-Hikmata ْال ِح ْكمة
ia berprilaku sesuai
Fa Huwa Yaqdhi ِ فَهُ َو يَ ْق
ضى
dengannya
dan mengajarkannya Wayu’allimuha Vَويُ َعلِ ُمهَا
Artinya :
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah
ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi
Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang
yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan
mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari)
6
Dan kedua hukumnya menjadi fardu kifayah untuk mempelajari ilmu
pengetahuan umum seperti : ilmu sosial, kedokteran, ekonomi serta teknologi.
Fardu Kifayah artinya tidak semua orang dituntut untuk memahami serta
mempraktekkan ilmu-ilmu tersebut, boleh hanya sebagian orang saja.
Artinya :
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”
(HR. Ibnu Abdil Bari)
Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu
itu diwajibkan bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada
perbedaan bagi laki-laki ataupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya
wajib. Hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu harus tetap sesuai dengan
ketentuan Islam.
Kewajiban menuntut ilmu waktunya tidak ditentukan sebagimana dalam
shalat, tetapi setiap ada kesempatan untuk menuntutnya, maka kita harus
menuntut ilmu. Menuntut ilmu tidak saja dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga
formal, tetapi juga dapat dilakukan lembaga non formal. Bahkan, pengalaman
kehidupanpun merupakan guru bagi kita semua, di mana kita bisa mengambil
pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di sekeliling kita. Begitu juga masalah
tempat, kita dianjurkan untuk menuntut ilmu dimana saja, baik di tempat yang
dekat maupun di tempat yang jauh, asalkan ilmu tersebut bermanfaat bagi kita.
Nabi pernah memerintahkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu walaupun
sampai di tempat yang jauh seperti negeri China.
7
Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia, sejak kita terlahir
sampai kita masuk kuburpun kita senentiasa mengambil pelajaran dalam
kehidupan, dengan kata lain Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu sepanjang
hayat dikandung badan. Sebagaimana tercantum dalam hadits nabi :
ْ ُأ
( طلُبُ ْال ِع ْل َم ِمنَ ْال َمحْ ِد إِلَى اللَّهْد (رواه مسلم
Artinya
“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim)
َ َمن َسلَكَ طَ ِريقًا َْيلتَ ِمسُ فِ ْي ِه ِع ْل ًما َسه ََّل هللاُ لَهُ طَ ِر ْيقًا ِإل َى ْا
(لجنَّ ِة (رواه مسلم
Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga itu akan
didapat. Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah
8
Swt dan dengan ilmu pula seorang muslim dapat berbuat kebaikan. Oleh karena
itu orang yang menuntut ilmu adalah orang yang sedang menuju surga Allah.
Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas tempat, dan juga tidak
mengenal batas usia, baik anak-anak maupun orang tua. Kewajiban menuntut ilmu
dapat dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis ta’lim, pengajian anak-anak,
belajar sendiri, penelitian atau diskusi yang diselenggrakan oleh para remaja
mesjid.
Artinya :
Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki ilmu,
dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus
9
dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus
dengan ilmu (HR. Thabrani)
Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih dengan syarat memiliki
ilmu yang dimanfa’tkan. Manfa’at ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia,
antara lain :
10
Nama beliau adalah Yusuf bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil Barr
bin Ashim An-Namri Al-Andalusi Al-Qurthubi Al-Maliki, sang penyusun karya-
karya besar.
Ia juga mempelajari Sunan Abi dawud dari Abu Muhammad Abdullah bin
Muhammad bin Abdil Mukmin dengan sanad dari Ibnu assah. Abu Muhammad
juga meriwayatkan hadits kepadanya dari riwayat Ismail bin Muhammad Ash-
Shaffar, mengajarkan kepadanya kitab An-Nasikh wa Al-Mansukh karya Abu
Dawud dengan sanad dari Abu Bakar An-Najjad dan meriwayatkan kepadanya
Musnad Ahmad bin Hambal dengan riwayat dari Al-Qathi’i.”
11
Abu Abdillah bin Abi Al-Fath mengatkan, “Semula ia adalah pengikut
madzhab Zhahiri dalam waktu yang lama. Kemudian ia kembali menggunakan
qiyas tanpa bertaqlid kepada siapapun. Hanya saja ia seringkali cenderung
mengikuti madzhab Asy-syafi’i. Demikianlah yang dikatakan orang. Adapun yang
masyhur dia adalah pengikut madzhab Maliki.
Guru-Gurunya:
Adz-Dzahabi mengatakan, “Guru-guru Ibnu Abdil Barr adalah Khalaf bin Al-
Qasim, Abdul Warits bin Sufyan, Abdullah bin Muhammad Abdul Mukmin,
Muhammad bin Abdul Malik bin Shafwan, Abdullah bin Muhammad bin Asad
Al-Juhani, Yahya bin Wajh Al-Jannah, Ahmad bin Fath Ar-Rassan, Said bin
Nashr, Al-Husain bin Ya’qub Al-Yamani, Abu Umar Ahmad bin Al-Hasur, dan
sejumlah ulama lainnya.
Ia mendapat ijazah hadits dari Al-Musnid Abu Al-Fath bin Saibakht dan Al-
Hafidz Abdul Ghani dari Mesir. Ia juga memperoleh Ijazah hadits dari Abu Al-
Qasim Ubaidillah As-Saqthi dari Makkah. Ia telah melebihi ulama zamannya
dalam hafalan dan ketelitian.”
Murid-muridnya:
12
Fatuh Al-Anshari, Abu Dawud, Sulaiman bin Abi Al-Qasim Najjah, Abu Imran
Musa bin Abi Talid dan sejumlah murid-murid yang lain.”
Kitab-Kitab Karyanya
Al-Ajwibah Al-Mu’ibah
Al-Kuna
Al-Maghazi
13
Wafat Beliau
Abu Dawud Al-Muqri mengatakan, “Abu Umar meninggal pada malam Jum’at,
akhir bulan Rabi’ul Akhir tahun 463 H. ia hidup selama 95 tahun lebih lima hari.”
Nama lengkapnya adalah Al-Imam Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-
Qusyairi An-Naisaburi. Ia lahir pada tahun 202 H dan meninggal dunia pada sore
hari Ahad bulan Rajab tahun 261 H dan dikuburkan di Naisaburi.
Ia juga sudah belajar hadits sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah
mendengar dari guru-guru Al Bukhari dan ulama lain selain mereka. Orang yang
menerima hadits dari Imam Muslim, termasuk tokoh-tokoh ulama pada masanya.
Ia juga telah menyusun beberapa karangan yang bermutu dan bermanfaat. Yang
paling bermanfaat adalah kitab sahihnya yang dikenal dengan Shahih Muslim.
Kitab ini disusun lebih sistematis dari Shahih Bukhari. Kedua kitab hadits sahih
ini, Shahih Muslim dan Shahih Bukhari, biasa disebut dengan Ash-Shahihain.
Kedua tokoh hadits ini biasa disebut Asy-Syakhani atau Asy-Syakhaini, yang
berarti dua orang tua, yang maksudnya dua tokoh ulama ahli hadits. Imam Al-
Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat istilah akhraja hu yang berarti
mereka berdua meriwayatkannya.
14
kepada Sa’id bin Mansur dan Abu Mas’Abuzar; di Mesir, ia berguru kepada ‘Amr
bin Sawad, Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadits lainnya.
Imam Muslim wafat pada Minggu Sore dan dikebumikan di kampung Nasr
Abad, salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei
875 M dalam usia 55 tahun.
Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di
antaranya: Al-Jami’ Ash-Shahih (Shahih Muslim), Al-Musnad Al-Kabir (kitab
yang menerangkan nama-nama para rawi hadits), Al-Asma wal-Kuna, Al-Ilal, Al-
Aqran, Su’alat Ahmad bin Hanbal, Al-Intifa’ bi Uhubis-Siba’, Al-Muhadramin,
Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid, Auladish-Shahabah, Auham Al-Muhadditsin.
15
3. Imam Ath-Thabrani
Ath-Thabrani lahir di kota Akka pada bulan Safar tahun 260 H. di tengah
keluarga yang terhormat dari kabilah Lukham suku Yaman dan kemudian
berimegrasi ke Quds, Palestina dan menetap di sana. Dia meninggal di Isfahan
pada tanggal 28 Dzul Qa'dah tahun 360 pada usia seratus tahun sepuluh bulan;
dikebumikan di samping kubur Hamamah Ad-Dausi, salah seorang sahabat Nabi.
Perjalanan
Ath-Thabrani pada tahun 273 H. mulai belajar hadits, atau pada usianya
yang ke-13 tahun, dan pada tahun 274 H. dia berkelana ke Quds Palestina, juga ke
Syiria dan Qaisariyah untuk menghafal Al-Qur'an dan memperdalam ilmu agama,
dilanjutkan kemudian dengan mengunjungi Hijaz, Yaman, Mesir, Irak, Iran,
Semenanjung Saudi Arabia, Afganistan, dan lain-lain dalam rangka mempelajari
hadits Nabi, selama kurun kurang lebih 30 tahun. Selain itu, pada tahun 290 H. ia
mengunjungi Isfahan dan menetap di sana hingga akhir hayatnya.
16
Guru dan Murid
Guru :
Hastim bin Mursi Ath-Thabrani, Ahmad bin Mas'ud Al-Khayyar, Idris bin Ja'far,
Yahya bin Abi Ayyub Al-'Allaq, Ishaq bin Ibrahim Ad-Dabiri, Hafshah bin Umar,
Miqdam bin Dawud Ar-Ru'yani, Ali Al-Baghawi, Amr bin Tsaur, Ahmad bin
Abdillah Al-Lihyani, Ahmad bin Ibrahim Al-Busri, Abdullah bin Muhammad bin
Sa'id bin Abi Maryam, dan Ahmad bin Ishaq bin Ibrahim Al-Asja'i.
Murid :
Ibnu Mandah, Abu Bakar bin Abi Ali, Muhammad bin Ahmad Al-Jarudi, Ibnu
Mardawaih, Abu Sa'id An-Naqqas, Ahmad bin Abdirrahman Al-Azdi, dan Abu
Nu'aim Al-Ashbahani
Karya-karya
1. Musnadul Asy'ari;
2. Musnadusy Syamiyyin;
11. Al-Manasik;
3. An-Nawadir;
12. Manaqibu Ahmad;
4. Musnad Abi Hurairah;
13. Kitabul Asyribah;
5. Musnad 'Aisyah;
14. Al-'Ilmu;
6. At-Tafsir;
15. Ahaditsul Munkadir 'alar
7. Dalailun Nubuwwah;
Rasul;
8. Ar-Raddu 'alal Mu'tazilah;
16. Hadits Syaiban;
9. Ahaditsuz Zuhri 'An Anas;
17. Ma'rifatush Shahabah; dan
10. Kitabus Sunnah;
lain-lain
17
Selain yang sudah disebutkan, berikut ini adalah tiga karya besar Ath-Thabrani
yang terkenal dan mendapat banyak apresiasi dari pada ulama:
Mu'jamul Kabir
Terdiri dari dari 12 jilid dan merupakan kitab hadits yang berbentuk
ensiklopedis, tidak hanya memuat hadits Nabi, melainkan juga memuat
beberapa informasi sejarah; dan secara keseluruhan memuat 60.000 hadits,
karenanya, Ibnu Dihyah mengatakan bahwa Mu'jamul Kabir ini
merupakan karya ensiklopedis hadits terbesar di dunia.
Mu'jamul Ausath
Karya ini terdiri dari 2 jilid besar, memuat 30.000 hadits, baik yang
berkualitas shahih, atau pun yang tidak, disusun berdasarkan nama-nama
guru Ath-Thabrani yang hampir mencapai 2000 orang.
Mu'jamush Shaghir
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
2002.
Azzam. 2003.
2009.
Umar, Bukhari, M.Ag. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakarta
Tambahan :
20