Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI SOLUSI MORALITAS ELIT POLITIK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kelompok Semester Genap

Dosen Pembimbing :

Prof. Dr. Suharyono, MA

Disusun Oleh :

Musyaffa Ariq H. 185030200111068

Erza Mahendra S 185020300111069

Ziehan Harhida 185030200111070

Sausan Nabillah Salmaa 185030207111095

Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya

APRIL 2019

1
Kata pengantar

Puji dan syukur kami


panjatkan kehadirat Allah SWT
karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah tentang
Pancasila sebagai Solusi
Moralitas Elit Politik dengan
baik meski banyak kekurangan
didalamnya.

Makalah ini diharapkan


dapat memberikan informasi
dan gambaran jelas mengenai
Pancasila sebagai Sistem Etika
serta pandangan Pancasila
sebagai Solusi Moralitas Elit
Politik.

Semoga makalah ini


dapat bermanfaat dalam rangka
menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai
Pancasila sebagai Solusi
Moralitas Elit Politik . Makalah
ini kami buat untuk membantu
memenuhi kebutuhan pembaca.
Mohon maaf apabila dalam
penulisan terdapat kekurangan
dan salah kata atau sebagainya.
Semoga bermanfaat.

Malang, 21 April 2019

2
Daftar isi

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………1

Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………2

Bab I ……………………………………………………….……………………………………………….2

1. Latar Belakang ………………………………………………………………………………………….2

2.Rumusan Masalah………………………………….…………………………………………………….3

3. Tujuan Makalah…………………………………………………………………………………………3

Bab II………………………………………………………………………………………………………..4

Pembahasan…………………………………………………………………………………………………4

Etika dan Moral……………………………………………………………………………………………4

Elit Politik………………………………………………………………………………………………….4

Gambaran Moral Elit Politik………………………………………………………………………………6

Pancasila sebagai etika Politik…………………………………………………………………………….7

Bab III…………………………………………………………..…………………………………………10

3
Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………10

Daftar Pustaka……………………………………………….……………………………….………… 11

Bab I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Diawali tentang pengertian etika dan moral bahwa kebanyakan orang beranggapan bahwa
keduanya memiliki pengertian yang sama, namun faktanya bahwa keduanya memiliki arti yang
sangat berbeda. Moral dapat di artikan suatu pengetahuan atau wawasan yang masih ada
hubungannya dengan budi pekerti manusia beradab. Dengan kata lain Moral adalah sebuah
ajaran yang baik serta buruknya perilaku seseorang. Sedangkan etika ialah ilmu yang
mempelajari tentang kebiasaan manusia. Tetapi dalam perkembangannya, ilmu etika tidak hanya
membahas tentang kebiasaan manusia saja tetapi lebih membahas tentang kebiasaan (adat) yang
berdasarkan pada sesuatu yang melekat pada kodrat manusia.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggraaan negara, segala kebijkan, kekuasaan, kewenangan serta
pembagian senantiasa harus berdasarkan atas hukum yang berlaku. Gambaran elit politik
diIndonesia sangatlah beragam. Kompleksitas politik semakin mendominasi isu masional saat ini
yang dapat digambarkan dari etika dan moral elit politik itu sendiri.

4
2. RumusanMasalah

1) Pengertian etika dan moral ?


2) Apa itu elite politik?
3) Bagaimana gambaran moral elit politik?
4) Bagaimana Pancasila sebagai etika politik ?

2. TujuanMasalah

1) Dapat mengetahui pengertian dari etika dan moral.

2) Mengengetahui elit politik

3) Mengetahui bagaimana gambaran moral elit politik

4) Mengetahui fungsi pancasila sebagai etika politik

BAB II

Pembahasan

1.Etika dan Moral

Kebanyakan orang beranggapan bahwa pengertian dari etika dan moral keduannya memiliki
pengertian yang sama, namun faktanya jelas bahwa keduanya memiliki arti yang berbeda.
Menurut ahmad Amin etika adalah ilmu pengetahuan yang menjelaskan arti baik atau buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dailakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus
dicapai oleh manuisa dalam perbuatan dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat oleh manusia. Sedangkan menurut Soegarda Poerbakawatja mengartikan
etika sebagai filsafat nilai, pengetahuan tentang nilia-nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan
dan keburukan di dalam hidup manusia terutama mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang
merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuan dari bentuk perbuatan. Setelah
pengertian etika, berikutnya pengertian apa itu moral, menurut Caplin bahwa moral mengacu
pada ahlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan
yang mengatur tingkah laku. Sedangkan menurut Hurlock bahwa moral adalah tata cara,
kebiasaan, dan adat perturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.

5
Hal tersebut merupakan pengertian etika dan moral menurut para ahli, sedangkan pengertiannya
secara umum, etika adalah pemikiran secara sistematis tentang moral atau berdasarkan akal budi,
sedangkan moral adalah penjelasan baik buruknya tingkah laku secara keseluruhan yang
bersumber dari otoritas wahyu.

2.Elite Politik

Elit berasal dari bahasa Latin, eligere yang berarti “memilih”. dalam bahasa Indonesia kata elit
berarti “orang-orang terbaik atau pilihan dalam suatu kelompok” atau “kelompok kecil orang-
orang terpandnang atau berderajat tinggi”. Sedangkan politik merupakan seni proses membentuk
dan membagi-bagi kekuasaan melalui pengambilan keputusan. Politik berkaitan erat dengan
kehidupan bermasyarakan atau kehidupan bernegara. Politik digunakan dalam penyelenggaran
masyarakat (negara) dengan tujuan mendapatkan dan mempertahankan tahta dan membuat
kebijakan publik. Laswell berpendapat bahwa elite politik meliputi seluruh pemegang kekuasaan
dalam suatu bangunan politik, dan elit politik juga terdiri dari mereka yang mencapai kedudukan,
kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Sedangakan pengertian elit politik secara luas adalah
orang tertentu yang berkuasa dan mengemban tugas dengan kedudukan tinggi dalam masyarakat.

Dalam pelaksaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan dalam
negara di jalankan sesuai dengan :

a) Asas legalitas (legimitasi hukum)

b) Di sahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokrasi)

c) Dilaksankan berdasarkan prinsip-prinsip moral/tidak bertentangan dengannya (legimitasi


moral)

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut. Sila 1 ‘Ketuhanan yang
Maha Esa’ serta sila 2 ‘Kemanusiaan yang Adil dab Beradab’ adalah merupakan sumber nilai-
nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Dalam pelaksaan dan penyelenggraan
negara, baik menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang menyangkut publik, pembagian serta
kewenangan harus berdasarkan legitimasi moral religius yang didasarkan pada sila 1, serta moral

6
kemanusiaan didasarkan pada sila 2. Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh karena itu
‘keadilan’ dalam hidup bersama (keadilan sosial) sebagai mana terkandung dalm sila 5, adalah
merupakan tujuan dalam kehidupan negara, oleh karena itu dalam pelaksaan dan
penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan, serta pembagian senantiasa
harus berdasarkan hukum yang berlaku. Negara adalah berasal dari rakyat dan segala
kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat yang terkandung dalam
sila 4. oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara. Oleh karena itu
pelaksaan dan penyelenggaraan negara segala kebijaksanaan, kekuasaan, serta kewenangan harus
dikembalikan pada rakyat sebagai pendukung pokok negara.

3.Gambaran Moral Elit Politik di Indonesia

Bagaimana gambaran elit politik di Indonesia sangatlah beragam. Kompleksitas politik semakin
mendominasi isu nasional saat ini yang dapat digambarkan dari etika dan moral elite politik itu
sendiri. Publik semakin tidak percaya dengan perilaku moral elit politik. Sebagian besar publik
menilai para elit politik tak dapat menjadi teladan bagi masyarakat. Demikian riset Lingkaran
Survei Indonesia (LSI) terhadap 1.200 responde, pada 3-5 juli 2013. Hasil tersebut juga
dilengkapi riset kualitatif melalui focus group disscussion (FGD) dan analisis media masaa
nasionla. Peneliti LSI, Rully Akbar di Jakarta, mengatakan sebanyakn 51,5 persen responden
ragu atau kurang dipercaya tasa komitmen moral perilaku elit politik, hanya 37,5 persen
responden yang percaya dengan komitmen perilaku elit politik, sedangkan sisanya 11,0 persen
tidak menjawab. Rully menjelasakan, persepsi publik atas ketidakpercayaaan komitmen moral
para elit politik meningkatn 17 persen dibandingkan survei LSI 8 tahun silam. Ada 3 penyebab
ketidakpercyaan publik atas moral elit politik. Sebanyakn 51,10 persen responden menyatakan
lebih banyak elit politik yang tidak bisa menjadi teladan masyarakat, hanyak 47,10 persen
responden yang menyatakanelit politik bisa menjadi teladan, dan 0,80 persen tidak menjawab.
Publik juga menilai banyak politisi yang hhiproktif, apa yang diucapkan tidak sesuai dengan
perbuatannya. Dalam survei, hanya 26,70 persen responden menyatakan ucapan elit sesuai

7
perbuatannya, sebanyak 65,30 persen responden manyatakan berbeda dengan perbuataanya,
sedang 8,00 persen responden tidak menjawab. Sebagian responden menilia jarak klaim agama
dan perilaku para elit politik, sebanyak 37,5 persen menilai politisi bertindak bertentnagn dengan
ajaran agamanya, hanya 36,5 persen yang menilai perilaku mereka sesaui agama, sedangkan 26,0
persen responden tidak menjawab.

Etika atau filsafat moral mempunyai tujuan menerangkan kebaikan dan kejahatan.
Etika politik yang demikian, memiliki tujuan menjelaskan mana tingkah laku politik yang baik
dan mana yang jelek. Pemaparan problematika bangsa terkait mulai dari komitmen moral elite
politik yang dipercayai publik, pantas atau tidakkah para elite politik dijadikan teladan, apakah
ucapannya sesuai dengan perbuatannya, serta apakah tingkah laku elite politik bertentangan atau
tidak terhadap agama. Namun berdasarkan hasil penelitian kapasitas persentase sikap
menyimpang elite politik lebih banyak daripada sifat positifnya. Standar baik dalam konteks
politik adalah bagaimana politik diarahkan untuk memajukan kepentingan umum. Jadi kalau
politik sudah mengarah pada kepentingan pribadi dan golongan tertentu, itu etika politik yang
buruk dan itulah yang terjadi di negeri ini. Etika politik bangsa Indonesia dibangun melalui
karakteristik masyarakat yang berdasarkan Pancasila sehingga amat diperlukan untuk
menampung tindakan-tindakan yang tidak diatur dalam aturan secara legal formal. Karena itu,
etika politik lebih bersifat konvensi dan berupa aturan-aturan moral. Akibat luasnya cakupan
etika politik itulah maka seringkali keberadaannya bersifat sangat longgar, dan mudah diabaikan
tanpa rasa malu dan bersalah. Akibatnya ada dua hal yang akanterjadi, pertama pudarnya nilai-
nilai etis yang sudah ada, dan kedua tidak berkembangnya nilai-nilai tersebut sesuai dengan
moralitas publik. Tanpa disadari, nilai etis politik bangsa Indonesia cenderung mengarah pada
kompetisi yang mengabaikan moral. Buktinya, semua harga jabatan politik setara dengan
sejumlah uang dan semua jabatan memiliki harga yang harus dibayar si pejabat.

4, Pancasila sebagai Etika politik

Pancasila sebagai etika politik maka mempunyai lima prinsip itu berikut ini disusun menurut
pengelompokan Pancasila, karena Pancasila memiliki logika internal yang sesuai dengan
tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern .

8
1. Pluralisme

Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup dengan positif,
damai, toleran terhadap warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat.
Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir,
kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian
seseorang dan sekelompok orang.

2. Hak Asasi Manusia

Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusian yang adil dan beradab. Karena hak-hak
asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan.
Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia.
Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual dalam pengertian
sebagai berikut.
a. Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat, melainkan
karena pemberian Sang Pencipta .
b. Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, diambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan sebaliknya diancam oleh
Negara modern.

3. Solidaritas Bangsa

Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi orang
lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut harkatnya
apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusia-

9
manusia lain. Sosialitas manusia berkembang secara melingkar yaitu keluarga, kampung,
kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini
termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu
dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.

4. Demokrasi

Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah elit atau
sekelompok ideologi berhak untuk menentukan dan memaksakan orang lain harus atau boleh
hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan
siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Jadi demokrasi memerlukan
sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.

Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar yaitu :

1. Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip

mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.

2. Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara hukum

demokratis). Maka kepastian hukum merupakan unsur hakiki dalam demokrasi.

5. Keadilan Sosial

Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Moralitas
masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Tuntutan keadilan sosial tidak boleh
dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide, ideologi-ideologi, agama-agama
tertentu, keadilan sosial tidak sama dengan sosialisme. Keadilan sosial adalah keadilan yang
terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-
ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Ketidakadilan adalah diskriminasi di semua bidang
terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya. Untuk itu tantangan
etika politik paling serius di Indonesia sekarang adalah:

10
1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.

2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralisme, pertama-tama ekstremisme agama dimana


mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat mereka
pada masyarakat.

3. Korupsi.

BAB III

Penutup

Kesimpulan

Etika atau filsafat moral mempunyai tujuan menerangkan kebaikan dan kejahatan. Etika
politik yang demikian, memiliki tujuan menjelaskan mana tingkah laku politik yang baik dan
mana yang jelek. Pemaparan problematika bangsa terkait mulai dari komitmen moral elite politik
yang dipercayai publik, pantas atau tidakkah para elite politik dijadikan teladan, apakah
ucapannya sesuai dengan perbuatannya, serta apakah tingkah laku elite politik bertentangan atau
tidak terhadap agama.

11
Daftar Pustaka

Acmat, H. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jogjakarta : Paradigma.

Ms, Kaclan, 2004. Pendidikan Pancasila. Jakarta : Paradigma offset.

Wiwoho, Laksono Hari., “Publik Kian Tak Percaya Perilaku Moral Elite Politik”. Kompas 7
Juli, 2013.

12

Anda mungkin juga menyukai