Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL 3

NAMA : NENG DEWI


NIM : 030954827
MATA KULIAH : HUKUM ISLAM

1. Jelaskan hukum melakukan perkawinan!

Ditinjau dari keadaan yang melaksanakannya, perkawinan dapat dikenai hukum wajib,
sunah, haram, makruh dan mubah.

1) Perkawinan hukumnya Wajib

Perkawinan menjadi wajib hukumnya bagi orang yang telah mempunyai


keinginan kuat untuk kawin dan telah mempunyai kemampuan melaksanakan dan
memikul beban kewajiban dalam hidup perkawinan, serta ada kekhawatiran, apabila
tidak kawin, ia mudah tergelincir untuk melakukan perbuatan zina.

Alasan dari ketentuan tersebut adalah menjaga diri dari. Perbuatan zina adalah
wajib hukumnya, apabila seseorang tertentu penjagaan dari itu hanya akan terjamin
dengan jalannya perkawinan.

2) Perkawinan hukumnya Sunah

Perkawinan hukumnya sunah bagi orang yang telah berkeinginan kuat untuk
kawin dan telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan memikul
kewajiban-kewajiban dalam perkawinan, tetapi bila tidak kawin juga tidak akan ada
kekhawatiran melakukan perbuatan zina.

Alasan hukum sunah ini diperoleh dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis
Nabi. Kebanyakan ulama juga berpendapat bahwa hukum dari perkawinan adalah
sunah.

3) Perkawinan hukumnya Haram

Perkawinan yang haram hukumnya adalah bagi orang yang belum berkeinginan,
serta tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan danmemikul kewajiban-
kewajiban hidup perkawinan sehingga apabila kawin juga akan berakibat
menyusahkan istrinya.

Hadis Nabi mengatakan bahwa agar orang jangan sampai berbuat yang
berakibat menyusahkan diri sendiri dan orang lain. Salah seorang ulama mazhab
Maliki menyatakan bahwa apabila calon suami menyadari tidak akan mampu
memenuhi kewajiban nafkah dan membayar mahar untuk istrinya atau kewajiban lain
yang menjadi hak istri, tidak hal baginya untuk mengawini istri kecuali ia menjelaskan
peri keadaannya kepada calon istri. Atau dengan jalan sabar sampai merasa akan dapat
memenuhi hak-hak istrinya.

4) Perkawinan hukumnya Makhruh

perkawinan menjadi makhruh hukumnya bagi seorang yang mampu dalam segi
materil, cukup mempunyai daya tahan mental, dan agama hingga tidak khawatir akan
terseret kedalam perbuatan zina, tetapi mempunyai kekhawatiran tidak dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap istrinya,meskipun tidak akan berakibat
menyusahkan pihak istri. Misalnya, calon istri tergolong orang kaya, akan tetapi calon
suami belum mempunyai keinginan untuk kawin.

Imam Ghazalı menyatakan bahwa apabila suatu perkawinan dikhawatirkan


akan berakibat mengurangi semangat beribadah kepada Allah dan semangat bekerja
dalam bidang ilmiah, hukumnya lebih makhruh.

5) Perkawinan hukumnya Mubah

Perkawinan menjadi mubah hukumnya bagi orang yang mempunyai harta,


tetapi apabila tidak kawin merasa khawatir akan berbuat zina dan andaikata kawin pun
tidak merasa khawatır akan menyia-nyiakan kewajiban terhadap istri. Perkawinan
dilakukan semata untuk memenuhi syahwat semata dan kesenangan, bukan dengan
tujuan membina keluarga dan menjaga keselamatan hidup beragama.

2. Buat skema penghitungan pembagian waris dengan kondisi sebagai berikut!

Fulan meninggal dunia dengan meninggalkan 1 orang Istri, 2 orang anak laki-laki, 1
orang anak perempuan dan Ibu mertua. Harta yang ditinggalkan adalah Rp. 100jt.

Dengan melihat kasus di atas bahwa yang menjadi ahli waris dengan mengacu pada
ketentuan ahli waris pada Kompilasi Hukum Islam melalui pasal 174 maka
berdasarkan itu pada kasus di atas yang menjadi ahli warisnya hanya 1 orang Istri, 2
orang anak laki-laki, 1 orang anak perempuan. Sedangkan ibu mertua tidak termasuk
kepada ahli waris karena tidak ada hubungan baik menurut hubungan darah, ataupun
hubungan perkawinan dengan pewaris atau juga bisa mahjub

Maka berdasarkan kasus di atas dapat di simpulkan

No Ahli Waris Dzawil Furudh Ashabah


1. 1 orang istri 1/8 karena pewaris -
meninggalkan
anak
2. 2 orang - Sebagai ashabah bil nafsi
anak laki (Ashabah bil nafsi yakni ahli waris
laki yang menerima sisa harta warisan
secara sendirian, biasanya dari garis
laki-laki, seperti; anak-laki, ayah,
kakek.)
3. 1 anak - Sebagai Ashabah bil ghair , yakni ahli
perempuan waris yang sisa harta warisan karena
ditarik oleh ahli waris lain. dalam
kasus di atas karena mewaris bersama
anak laki-laki.

Bahwa nanti hasil akhirnya dibagi


kepada masing-masing dengan
perbandingan anak laki-laki dan anak
perempuan 2:1

Untuk skema perhitungannya

Diketahui

Tirkah : 100.000.000

Asal masalahnya : 8

No Ahli Waris Bagian Siham Harta yang diterima


1. 1 orang istri Ashabul Furudh 1/8 1 1/8 x 100.000.000 =
12.500.000
Asal masalahnya : 8 Sisa =
7 Sisa harta Rp. 87.500.000
Sisa harta warisan dibagikan kepada ashabah ( 2 anak laki-laki dan 1 anak
perempuan )

Sisa harta : 87.500.000

Asal masalah : 5

Suku bagiannya : 17.500.000


2. anak laki Ashabah bi nafsi 2 Sisa harta 87.500.000 maka
laki 1 bagiannya
(sisa) = 2/5
2/5 x 87.500.000 =
35.000.000
3. Anak laki Ashabah bi nafsi 2 Sisa harta 87.500.000 maka
laki 2 bagiannya
(sisa) = 2/5
2/5 x 87.500.000 =
35.000.000
4. Anak Ashabah bil ghair 1 2:1 berarti bagiannya
perempuan 17.500.000
(2:1) = 1/5

Anda mungkin juga menyukai