Anda di halaman 1dari 5

14.

Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
Nasabah Penyimpan dan Simpananannya serta Nasabah Investor dan Investasinya.

Bedah UU bab 1 pasal 1 angka 14 :

Yang dimaksud dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya meliputi segala keterangan tentang orang dan badan
yang memperoleh pemberian layanan dan jasa dalam lalu lintas uang, baik dalam maupun
luar negeri, meliputi :
1.Jumlah kredit;
2.Jumlah dan jenis rekening nasabah (Simpanan Giro, Deposito, Tabanas, Sertifikat, dan
surat berharga lainnya);
3.Pemindahan (transfer) uang;
4.Pemberian garansi bank;
5.Pendiskontoan surat-surat berharga; dan
6.Pemberian kredit.
Rahasia bank diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Menurut
ketentuan pasal tersebut :
Ayat (1)
Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,
kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43,
Pasal 44, dan Pasal 44A.
Ayat (2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi pihak terafiliasi.
Berdasarkan ketentuan diatas, jelas bahwa yang wajib dirahasiakan oleh pihak Bank/Pihak
terafiliasi hanya keterangan mengenai nasabah Penyimpan dan simpanannya. Apabila
Nasabah Bank adalah Nasabah Penyimpan yang sekaligus juga sebagai Nasabah debitur,
bank tetap wajib merahasiakan keterangan tentang nasabah dalam kedudukannya sebagai
nasabah penyimpan. Artinya jika nasabah itu hanya berkedudukan sebagai nasabah debitur
maka keterangan tentang nasabah debitur dan hutangnya tidak wajid dirahasiakan oleh
bank/pihak terafiliasi. Dengan demikian, lingkup rahasia bank hanya meliputi keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, keterangan selain itu bukan rahasia bank.
Namun, bank boleh mengungkapkan kerahasiaan bank dalam hal berikut : untuk kepentingan
perpajakan, penyelesian piutang bank, kepentingan peradilan pidana maupun perdata,
keperluan tukar menukar informasi antar bank, dan pemberian keterangan atas persetujuan
nasabah.
15. Pihak Terafiliasi adalah :

a. komisaris, direksi atau kuasanya, pejabat, dan karyawan Bank Syariah atau Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS;

b. pihak yang memberikan jasanya kepada Bank Syariah atau UUS, antara lain Dewan
Pengawas Syariah, akuntan publik, penilai, dan konsultan hukum; dan/atau

c. pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta memengaruhi pengelolaan Bank
Syariah atau UUS, baik langsung maupun tidak langsung, antara lain pengendali bank,
pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, dan keluarga direksi.

Bedah UU Bab 1 Pasal 1 Angka 15 :

Pihak terafiliasi diatas adalah pihak terafiliasi ketiga yang tertuang dalam Pasal 1 Angka 15
UU Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, meliputi :

 Komisaris adalah jabatan tertinggi dalam perusahaan dan terkadang bisa juga
bertindak sebagai pemilik perusahaan/pemilik saham. Posisi ini bekerja sama dengan
direksi dan bertanggung jawab atas kemajuan perusahaan serta membawahi pihak-
pihak di bawahnya secara efektif. Komisaris merupakan jabatan yang ditunjuk atau
dipilih untuk mengawasi seluruh kegiatan perusahaan terutama tentang kebijakan dan
pengelolaan perusahaan. 
 Direksi adalah badan perusahaan yang diberi wewenang dan sesuai dengan tujuan dan
pedoman perusahaan, memikul tanggung jawab penuh atas manajemen perusahaan
untuk kepentingan perusahaan dan mewakili perusahaan baik secara internal maupun
internal di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan undang-undang.
 Pejabat adalah seseorang yang bekerja (fungsi atau mandat, terlepas dari apakah ia
memiliki ruang kerja terkait posisinya) dalam suatu organisasi dan berpartisipasi
dalam pelaksanaan wewenang (baik milik mereka sendiri atau atasan mereka, publik,
atau pribadi).
 karyawan Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS. UUS
(Unit Usaha Syariah) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah
 DPS (Dewan Pengawas Syariah) adalah badan yang bertugas memberi nasihat dan
saran kepada pimpinan serta memonitor aktivitas dari Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) tersebut agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
 Akuntan Publik adalah profesi yang memberikan jasa sebagai profesional yang telah
memiliki izin dari negara untuk melakukan praktik sebagai akuntan swasta yang
bekerja secara independen. Tugas akuntan publik meliputi analisis laporan keuangan,
audit laporan keuangan, audit pajak, dan sebagainya.
 Penilai adalah orang yang melakukan kegiatan pengambilan keputusan dalam
menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik dan buruk serta bersifat kualitatif. 
 Konsultan Hukum adalah orang yang bertugas memberi nasehat atau pendapat
mengenai sebuah tindakan hukum baik yang sedang atau akan dilakukan oleh
kliennya. Tindakan hukum disini memiliki arti perbuatan hukum non litigasi
(perbuatan hukum di luar pengadilan).
 Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta memengaruhi pengelolaan
Bank Syariah atau UUS, baik langsung maupun tidak langsung, antara lain pengendali
bank, pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, dan keluarga direksi.

16. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank Syariah dan/atau UUS.

Bedah UU Bab 1 Pasal 1 No. 16 :

Dalam perbankan, nasabah bank dibagi menjadi dua yaitu nasabah debitur, dan nasabah
penyimpan. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas baik kredit maupun
pembiayaan dari bank dengan melewati proses perjanjian antara bank dengan nasabah bank
yang telah dilakukan sebelumnya. Sedangkan nasabah penyimpan adalah nasabah yang
menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan yang mana biasanya disebut
tabungan, dengan melewati proses perjanjian antara bank dengan nasabah bank sebelumnya.

Dalam hal ini nasabah juga dikatakan sebagai orang yang menggunakan pelayanan yang
disediakan oleh bank. Nasabah adalah seorang atau badan usaha maupun lembaga yang
mempunyai rekening simpanan dan pinjaman. Selain itu, nasabah juga melakukan transaksi
lainnya, baik transaksi online maupun offline.

Biasanya nasabah bank terdiri dari perorangan, perusahaan, instansi pemerintah, yayasan,
organisasi massa, lembaga sosial kemasyarakatan, dan badan usaha lainnya. Ada sejumlah
keuntungan ketika menjadi seorang nasabah bank, di antaranya sistem keamanan berlapis,
lebih praktis dan simpel, kebebasan dalam bertransaksi, mudah mengelola keuangan dengan
terencana, dan mudah diambil jika dalam keadaan mendesak.

Dalam hubungan antara bank dengan nasabah bank timbul hak dan kewajiban antara masing-
masing pihak. Oleh sebab itu, harus ada perjanjian antara bank dengan nasabah bank ketika
memutuskan akan menggunakan fasilitas yang disediakan oleh bank terkait. Perjanjian ini
biasanya akan ditandai dengan kontrak yang ditandatangani oleh kedua pihak. Bila nasabah
bank merasa pihak bank tidak melakukan kewajiban yang ada sesuai dengan perjanjian,
seorang nasabah bank bisa melakukan pengaduan dengan dasar hukum UU No. 10 Tahun
1998 tentang Perbankan.
17. Nasabah Penyimpan adalah Nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah
dan/atau UUS dalam bentuk Simpanan berdasarkan Akad antara Bank Syariah atau UUS dan
Nasabah yang bersangkutan.

Bedah UU Bab 1 Pasal 1 No.17 :

Dalam hal ini nasabah yang bersangkutan menempatkan dananya di Bank syariah / UUS
dalam bentuk simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu., nasabah penyiman dapat melakukan penempatan dananya dalam
produk simpanan bank syariah berdasarkan akad, diantaranya :

 Tabungan adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi dana


berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu
 Giro adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan perintah pemindahbukuan
 Deposito adalah Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah
dan/atau UUS
(Penjelasan lebih lanjut tentang ketiga produk simpanan bank syariah tersebut
dilanjut dalam bedah UU Bab 1 pasal 1 angka 21-23)

18. Nasabah Investor adalah Nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan/atau
UUS dalam bentuk Investasi berdasarkan Akad antara Bank Syariah atau UUS dan Nasabah
yang bersangkutan.

Bedah UU Bab 1 Pasal 1 No.18 :

Dalam hal ini nasabah investor menempatkan dananya di bank syariah / UUS dalam bentuk
Investasi yang syariah yaitu investasi yang dilakukan berdasarkan syariat Islam dimana
sektor pasar modal yang dituju bermain di produk halal. Jadi, dana investor tidak ditempatkan
di perusahaan yang menjual makanan non halal, minuman keras, rokok dan sejenisnya (yang
haram).

Investasi berdasarkan akad akan memberikan keuntungan melalui skema bagi hasil dengan
rasio sesuai akad dan perjanjian. Besarnya return terhadap kontrak investasi berbeda-beda
tergantung pada kondisi bisnis investasi syariah yang dijalankan.

19. Nasabah Penerima Fasilitas adalah Nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan Prinsip Syariah.
Bedah UU Bab 1 Pasal 1 No. 19 :

Anda mungkin juga menyukai