PROPOSAL
Oleh :
YANTONIUS HALAWA
NIM : 160205067
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Pelaksanaan Pelayanan
Informasi Obat Oleh Tenaga Farmasi Di Rumah Sakit Umum Bethesda
Gunungsitoli-Nias”yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program S1 Farmasi di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun
2020.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian...................................................................3
1.3 Hipotesis Penelitian.................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................4
1.6 Kerangka Pikir Penelitian........................................................................5
ii
3.2.2 Waktu penelitian..........................................................................18
3.3 Variabel Penelitian...................................................................................18
3.4 Bahan atau Materi Penelitian...................................................................18
3.5 Alat dan Instrumen Penelitian..................................................................19
3.6 Tahap Pengolahan Data...........................................................................19
3.7 Pengolahan Data......................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................21
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah
bagian yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien . sebagai upaya untuk menjamin
Tahun 2014 (1). Dalam struktur kesehatan, rumah sakit termasuk salah satu pilar
memiliki tujuan pokok agar pasien mendapatkan obat yang bermutu baik dengan
penggunan obat secara rasional, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dan bertanggung jawab demi tercapainya peningkatan kualitas hidup manusia (2).
pharmaceutical care secara nyata dapat dilihat dari kualitas pelayanan informasi
obat di apotek (3). Obat adalah produk khusus yang memerlukan pengamanan bagi
memadai untuk mengkonsumsi suatu produk obat. ldealnya petugas apotek baik
1
diminta ataupun tidak harus selalu pro aktif memberikan pelayanan informasi obat
sehingga dapat membuat pasien merasa aman dengan obat yang dibeli. lnformasi ini
meliputi dosis, cara pakai tentang cara dan waktu menggunakan obat, jumlah
pemakaian dalam sehari, cara menyimpan perbekalan farmasi di rumah (kantor), cara
Selain itu, bagi apoteker, pelayanan informasi obat dapat digunakan untuk
berhubungan dengan obat (drug related problems) sehingga tujuan terapi yaitu
Belum semua pasien tahu dan sadar akan apa yang harus dilakukan tentang
adanya interaksi obat yang tidak di kehendaki. Pelayanan informasi obat dirasa sangat
dengan cara memberikan edukasi dan konseling pada pasien untuk menyiapkan dan
memotivasi pasien agar menaati aturan farmakoterapi dan kegiatan monitori. Edukasi
dan konseling merupakan hal yang paling efektif ketika diselenggarakan di dalam
ruangan tempat yang menjamin privasi dan memiliki kesempatan untuk menjaga
Bila peran dan tanggung jawab ini dijalankan dengan benar, akan membentuk
suatu penilaian di mata masyarakat. Salah satu bentuk penilaian tersebut dapat
dilihat dari tingkat kepuasan pasien yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam
2
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
ppenelitian ini yang bertujuan untuk mengevaluasi pelayanan informasi obat yang
3
1.4 Tujuan Penelitian
peratuaran yang berlaku, supaya pasien dapat mengerti dan tidak akan terjadi
4
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Pemberian
Informasi Obat
pada pasien
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah
bagian yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien . sebagai upaya untuk menjamin
menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah sub system pelayanan
menurut Levey dan Loomba (1973), pelayanan ksehatan adalah upaya yang
masyarakat (9).
6
Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang
promosi kesehatan
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun-
7
temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai
kualitas hidup pasien. Salah satu bentuk pelayanan kefarmasian adalah pemberian
informasi obat kepada pasien. Pemberian informasi merupakan salah satu tahap
pada proses pelayanan resep (11). Manfaat dari pemberian informasi antara lain
untuk menghindari masalah yang berkaitan dengan terapi obat (Drug Therapy
Problem) yang dapat mempengaruhi terapi obat dan dapat mengganggu hasil yang
2.4 Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan
dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian,
8
para Apoteker Indonesia dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara
sendiri. (20)
obat namun juga mengambil keputusan mengenai penggunaan obat pada pasien.
sedangkan yang dimaksud dengan care yaitu, apoteker tidak hanya melayani jual
beli obat namun juga harus peduli pada pasiennya seperti menggali informasi
tentang kebiasaan pasien dalam menjaga kesehatan serta cara penggunaan obat
(21).
kefarmasian yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi klinis pasien, dengan cara
menjamin semua terapi yang diterima oleh pasien adalah terapi yang aman, paling
efektif, paling sesuai dan praktis. Selain itu, Apoteker harus memberikan
pasien (21).
9
Pharmaceutical Care dapat menurunkan kejadian yang merugikan pasien dalam
meningkatkan kesadaran pasien akan efek yang merugikan dari obat (21).
oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. (15)
Salah satu manfaat dari konseling adalah meningkatkan kepatuhan pasien dalam
penggunaan obat, sehingga angka kematian dan kerugian (baik biaya maupun
karena tidak sempat bertanya, malu bertanya, atau tidak dapat mengungkapkan
pasien. Kualitas hidup dan pelayanan bermutu dapat menurun akibat adanya
salah satunya disebabkan kurangnya informasi tentang obat. Selain itu, cara
10
pengobatan. Selain masalah kepatuhan, pasien juga dapat mengalami efek yang
kepada pasien maka masalah terkait obat seperti penggunaan obat tanpa indikasi,
indikasi yang tidak terobati, dosis obat terlalu tinggi, dosis subterapi, serta
yang didasarkan pada kepentingan pasien, dimana salah satu bentuk pelayanan
informasi obat yang wajib diberikan oleh tenaga farmasis adalah pelayanan
informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien
dan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat
(20).
pencapaian penggunaan obat secara rasional di rumah sakit itu sendiri. Indicator
kesulitan
11
2.6.1 Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit
antara lain:
pelayanan kefarmasian
2009) (21)
12
b) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
Terapi
rasional. (22)
call.
b) Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, sedang
diluar jam kerja dilayani oelh apotekerinstalasi farmasi yang sedang tugas
jaga.
c) Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, dan tidak
d) Tidak ada petugas khusus pelayanan informasi obat, dilayani oleh semua
apoteker instalasi farmsi baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja.
apoteker semua instalsi farmasi di jam kerja dan tidak ada pelayanan
13
2.6.3 Kegiatan Pelayanan Informasi Obat
obat meliputi:
a) Menjawab pertanyaan
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.
kesehatan lainnya.
deskriptif.
14
sekunder sangat membantu dalam proses pencarian informasi yang
c) Pustaka tersier yaitu berupa buku teks atau database, kajian artikel,
referensi yang berisi materi yang umum, lengkap dan mudah dipahami
(23).
studi atau makalah penelitian sudah absah dan telah dipublikasikan. Hal yang
sebagai berikut:
a) Bagian bahan dan metode (bagian dari suatu artikel yang menguraikan
c) Desain studi (atau bagian yang memerlukan penelitian yang seksama) (23)
15
2.8.2 Evaluasi Pustaka Sekunder
(kepustakaan) dan pustaka sekunder berisi abstrak yang berguna sebagai pemandu
a) Waktu (jarak waktu artikel itu diterbitkan dalam majalah ilmiah dan dibuat
pustaka sekunder)
kebutuhan pengguna)
d) Harga (perbedaan harga terjadi untuk sumber yang tersedia dalam bentuk
Pustaka tersier banyak tersedia sebagai sumber informasi medik dan obat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sumber pustaka tersier, antara
lain:
b) Tanggal publikasi dan edisi dari pustaka tersier terutama buku teks harus
tahun terbaru.
16
d) Daftar pustaka berisi daftar rujukan pendukung sesuai judul buku.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
dilakukan tanpa ada manipulasi maupun intervensi dari peneliti terhadap subyek
uji, subyek uji diobservasi menurut keadaan apa adanya (in nature) (Pratiknya,
2001) (25)
Gunungsitoli – Nias.
yang disampaikan apoteker di instalasi farmasi rawat inap dan rawat jalan Rumah
18
diwawancara dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek penelitian
rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit Umum Bethesda Gunungsitoli-Nias yang
eksklusi adalah Apoteker yang tidak bersedia menjawab pertanyaan atau tidak
disusun, serta melakukan pengamatan langsung dalam bentuk rekaman suara dan
mencatat pada saat apoteker memberikan pelayanan informasi obat pada pasien.
responden. Pada saat peneliti meminta izin untuk melakukan wawancara dengan
apoteker
19
3.7 Pengolahan Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara tematik dengan membaca tabel-
tabel, grafik atau angka yang tersedia lalu dilakukan penguraian. Gambar dan
3.8
20
DAFTAR PUSTAKA
21
12) Cipolle, RJ, Strand, LM, Morley, PC. 1998. In Pharmacetical Care Partice,
identifying resolving and preventing drug therapy problem : The
pharmacist’s Responsibility.
13) Depatermen Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
14) Cipolle dkk. 2004, Pharmaceutical Care Practice: The Clinicalis Guide, 2
ed, Mc Graw Hill Companies, USA, pp. 2, 69-76, 252-256.
15) Kepmenkes No.1197/Menkes/SK/X/2004 Masduki. A., 1993. Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kepatuhan Berobat Penderita Kusta
di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, Tesis Program Pascasarjana Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
16) Jepson, M.H., 1990. Patient Compliance and Counselling. In: D.M.
Collett and M.E. Aulton (Eds.). Pharmaceutical Practice, Edinburgh:
Churchill Livingstone, p.339-341.
17) Schnipper, JL, Jennifer, LK, Michael, CC, Stephanie, AW, Brandon, AB,
Emily, T, Allen, K, Mark, H, Christoper, LR, Sylvia, CM, David, WB.
2006. Role of Pharmacist Counseling in Preventing Adverse Drug Events
After Hospitalization. USA : Archives of Internal Medicine. Vol 166.565-
571.
18) Rantucci, M.J. 2007. Komunikasi Apoteker-Pasien : Panduan Konseling
Pasien (Edisi 2). Penerjemah : A.N. Sani. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.
19) Rantucci, JS. 2007. Pharmacist Talking With Patient. A Guide to Patient
Conseling. British Colombia. Canada..
20) Anief, Moh. 2007. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Gadjah Mada
University Press. The Mc Graw-Hill Companies, Inc, PP. 76 – 77.
21) Depatermen Kesehatan Republik Indonesia, 2009 Peraturan Pemerintah
Republik IndonesiaNo. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan Kefarmasian,
Jakarta.
22
22) Depatermen Kesehatan RI., 2004. Standar Pelayanan Rumah Sakit.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum dan
Pendidikan
23) Direktorat Bina Farmasi Komunitasndan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, 2006, Pedoman Konseling Pelayanan Kfarmasian Di
Sarana Kesehatan. Depatermen Kesehatan RI, Jakarta.
24) Depatermen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 58tahun 2014 tenatang standar
pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta.
25) Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran
dan Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 10-13.
23